Umi Farida Blog

Selamat datang di blog ku

Rabu, 12 November 2014

Cerpen : Tolong Aku

Pagi itu kota Tanjung Pinang terlihat mendung, awan hitam dan angin kencang

menemani masyarakat Tanjung Pinang hampir seharian. Di sebuah Aula SMA Dharma Pertiwi Tanjung Pinang, terlihat murid beserta guru dan kepala sekolah sedang membaca surat Yasin, memang semenjak kasus kesurupan yang menimpa SMA Dharma Pertiwi kegiatan Yasinan menjadi hal yang wajib bagi sekolah setiap harinya sebelum kegiatan belajar mengajar di laksanakan dengan harapan sekolah menjadi normal seperti sedia kala.. Banyak kebijakan-kebijakan baru yang di buat Pihak sekolah salah satunya tidak dibenarkanya siswa-siswi berada di sekolah lebih dari pukul 17.00 wib. Kebijakan tersebut dibuat untuk menganti sipasi siswa-siswi agar tak terjadi sesuatu yang tak di iginkan.

Hari demi hari telah dilalui SMA Dharma Pertiwi tapi hanya sedikit perubahan yang terjadi seakan-akan usaha pihak sekolah tak menemukan hasil dari memanggil orang pintar sampai Yasinan yang hampir setiap pagi dilakukan terasa sia-sia. Puncaknya seminggu sebelum bulan puasa terdengar jeritan histeris dari kelas 3IPA1, seorang siswi bernama Indah kesurupan, serentak kegiatan belajar mengajar di Sekolah terganggu. Teman-teman Indah memegang tangan dan kaki Indah sambil membacakan Yasin ditelinga Indah tapi tanpa disadari jumlah siswa-siswi yang kesurupan semakin bertambah baik di kelas Indah maupun di kelas lainya pun ikut dalam tragedi yang menegangkan tersebut.

Akhirnya pihak sekolah mengambil langkah cepat dengan menghentikan kegiatan belajar mengajar dan mempulangkan siswa-siswi yang ketakutan. Setelah di evaluasi lebih 70 siswa-siswi yang kesurupan maka pihak sekolah mengumpulkan mereka di Aula sekolah, tak lama kemudian datanglah beberapa Orang-orang Pintar kesekolah dengan membawa ramuan-ramuanya.

“Ayo pegangi tangan dan kaki anak ini”

“Siapa kamu? Mengapa kamu memasuki tubuh anak ini”?

Si korban hanya bisa menagis dan berteriak kesakitan.

“Siapa kamu”?

Orang pintar tersebut bertanya sekali lagi sambil membaca mantra ketelinga siswi yang kesurupan tersebut. Terlihat ekspresi wajah siswi tersebut marah sambil memplototti orang-orang disekitarnya dan berkata:

“kenapa kamu membela manusia hina seperti dia haa! Kalian semuanya sama saja, bisanya hanya mengotori tempat ku saja.”

“Aku gak mau tahu, pokoknya kamu harus pergi dari tubuh wanita ini.”

“Coba saja kalau kamu bisa?

Roh yang memasuki tubuh siswi tersebut menolak untuk pergi malahan ia menantang orang pintar tersebut untuk mengadu ilmu denganya. Tampak orang Pintar tersebut mengeluarkan keris dari pinggangnya sambil membaca mantra lalu

ditempelkan keris tersebut ke kening siswi tersebut spontan siswi itu menjerit dan jatuh pingsan.Di tempat yang sama banyak ekspresi-ekspresi wajah siswa-siswi yang kerasukan dari yang tertawa, menangis, menjerit, meraung-raung, hingga memaki-maki orang yang ada di sekitarnya. Setelah 3 jam kejadian ini terjadi dan akhirnya suasana dapat dikendalikan hampir semua siswa-siswi yang kerasukan dapat disadarkan kembali dengan bantuan beberapa orang pintar tersebut.

Ke esok harianya siswa-siswi dikumpulkan di lapangan upacara untuk mendengarkan beberapa pengumuman.

“Assalamu’ alaikum, Selamat Pagi anak-anak!”

“Wa’alaikumusalam Selamat Pagi Pak!”

“Tujuan Bapak mengumpulkan kalian semua di lapangan upacara ini adalah untuk mendengarkan beberapa pengumumman, yaitu: Aktifitas belajar mengajar di sekolah kita dihentikan untuk beberapa hari dan di bulan Puasa kita ganti dengan kegiatan pesantren kilat selama 3 minggu penuh dan yang beragama lain akan ada kegiatan serupa seperti ini sesuai dengan Guru pembimbing Kalian masing-masing. Ini semua di lakukan karena alasan yang bapak kira kita semua tahu tetapi, bagi ada yang keberatan silahkan di utarakan.”

Tampak tak ada wajah siswa-siswi yang menunjukan keberatan atas kebijaksanaan kepala sekolah malahan mereka bersorak bahagia karena dapat liburan tambahan selama Seminggu penuh.

“Baiklah kalau tidak ada yang keberatan, kegiatan pesantren kilat akan kita laksanakan pada hari ke-3 di bulan puasa yaitu tanggal 4 November 2006 dimana waktunya di mulai dari jam 08.00 wib sampai dengan pukul 16.00 wib. Baiklah hanya sekian pengumumman hari ini, Bapak akhiri Assalamu’ alaikum wr.wb.”

“Wa’alaikumsalam.”

Satu demi satu siswa-siswi meninggalkan Sekolah hingga Sekolah yang biasanya sibuk dengan aktifitas belajar mengajar kini tampak tinggal bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda dan Jepang yang menyeramkan. Kejadian-kejadian yang akhir-akhir ini meneror SMA Dharma Pertiwi membuat salah satu siswanya yang bernama Danu penasaran akhirnya ia bersama 2 temanya yang bernama Iqbal dan Eka berniat untuk mengetahui apa dibalik semua rahasia Mistis yang ada sekolah mereka.

Malam semakin larut, hujan rintik-rintik jatuh membasahi kota Tanjung Pinang, terlihat 3 pemuda memakai jaket tebal sambil membawa senter memanjat pagar sekolah yang sudah terkunci. Pak Yanto si Penjaga sekolah melihat kejadian tersebut tetapi dia hanya diam, didalam hatinya berkata sambil tersenyum.

“Mau Maling atau mau mati ketakutan?”

Kemudian pak Yanto memasuki rumahnya yang percis berada didepan Sekolah.

“Ayo Ka, Bal kita mulai dari gedung yang di depan sampai di gedung belakang.”

“Oke Dan!”

Jawab Eka dengan percaya dirinya tetapi Iqbal hanya diam mengangukan kepalanya.

“Kenapa diam Ka? Takut?”

“Gak apa-apa! Ayo buruan ntar kemalaman lagi.”

Baru beberapa meter melangkahkan kakinya mereka melihat bayangan putih seorang wanita berambut panjang melintas di depan mereka sambil menatap mereka dengan sinisnya.

“Astaghfirullah!”

Serentak mereka kaget lalu berlarilah mereka pontang-panting dengan arah yang berbeda sehingga membuat mereka terpisah, Danu berlari ke arah kanan sedangkan Iqbal dan Eka berlari ke arah kiri. Suara hembusan nafas terdengar dari balik kamar mandi yang bercahayakan lampu 5 watt, terlihat lelaki berjeket tebal bersembunyi dibalik pintu.

“Brengsek !”tadi apaan ya?”

Byur,,,byur,,,byur terdengar suara air seperti ada orang yang mandi tepat di sebelah kamar tempat Danu bersembunyi.

“Siapa yang mandi malam-malam begini ya? Apa pak Yanto? Tapi gak mungkinlah ngapain pak Yanto mandi disini.”

Rasa penasaran Danu semakin tak dapat di bendung lagi dan akhirnya Ia mencoba memberanikan diri untuk bertanya.

“Halo siapa yang di sebelah? kok diam aja ya? Pak Yanto! Pak Yanto ya yang mandi? kenapa masih diam ya?”

Suara air semakin keras terdengar di telinga Danu tetapi tak ada satu jawaban pun yang terdengar, akhirnya Danu memberannikan diri untuk keluar dari persembunyianya dan ingin melihat siapa yang ada di kamar mandi. Ketika Danu mulai membuka perlahan demi perlahan pintu kamar mandi tersebut terlihatlah seorang wanita tua yang sedang mandi darah serentak Danu kaget lalu berteriak histeris ketika wanita Tua tersebut menatap kearahnya sambil berkata:

“Pergi Kau!”

Danu segera berlari keluar kamar mandi hendak cepat-cepat keluar dari Sekolah tapi ditengah perlarianya kaki Danu di pegang oleh wanita Tua yang ada di kamar mandi tadi. sehingga Danu terjatuh dan kepalanya terbentur oleh dinding sekolah. Kepala Danu Berdarah dan akhirnya ia pingsan seketika.

Di tempat lain, Eka dan Iqbal bersembunyi di ruang UKS, memang di ruang UKS merupakan ruangan yang tidak pernah di kunci oleh pihak Sekolah. Mereka berdua bersembunyi dikolong bawah tempat tidur.
“Tolong Mas jangan!”

Eka dan Iqbal serentak kaget mendengar suara Wanita tepat diatas tempat tidur mereka, suara wanita ketakutan sambil memohon-mohon kepada seorang lelaki , seakan-akan wanita tersebut akan di perkosa oleh lelaki tersebut.

“Sadar Mas aku ini masih saudara Mu.”

“Aku gak peduli Ning, sebenarnya dari dulu aku sudah menaruh hati padamu dan sekaranglah saatnya aku melampiaskan rasa cintaku padamu.”

Serentak Ningsih melawan mas Tono demi kehormatanya dengan berusaha melepaskan ke dua gengaman tanganya dari mas Tono yang berusaha untuk memperkosa Ningsih ditempat tidur itu.

“Sadar Mas!”

Berulang-ulang Ningsih berkata sadar Mas tetapi Tono tidak juga sadar sampai pada akhirnya Tono memukul Ningsih hingga jatuh pingsan tak berdaya,lalu Tono memulai aksi bejatnya tersebut tanpa ingat lagi bahwa Ningsih adalah adik kandungnya. Setelah selesai dengan aksinya Tono kebingungan.

“Aku harus gimana ya? Aku gak mau masuk Penjara dan di usir dari keluargaku.”

Akhirnya timbulah niat yang lebih keji lagi yaitu Tono berniat membunuh Ningsih agar kejahatnya tidak tercium oleh orang lain. berulang-ulang kali Tono memukulkan cangkul di kepala ningsih hingga darah pun berserakan di tanah setelah yakin Ningsih meninggal dunia Tono menggali kuburan untuk Ningsih tepat di tempat kejadian sambil menghilangkan jejak dengan membersihkan noda darah pada dirinya ataupun ditempat kejadian.

Eka dan Iqbal merasakan ketakutan yang hebat pada saat itu seluruh tubuhnya gemetar dan berkeringat dingin karena kejadian yang di saksikan itu seakan-akan nyata terjadi di didepanya.

“Ka gimana nih? Kita cabut aja ya dari sini cepat-cepat kalau gak GW bisa mati di bawah kolong ini.”

“Iya Bal GW ngerti GW juga ngerasa apa yang loe rasain, tapi kita harus gimana DONK? loe gak lihat ada kaki yang berwarna putih yang mondar-mandir di depan kita sekarang ini.

“GW gak mau tahu pokoknya GW hitung ampe 3 kita cabut dari sini, oke! 1,,2,,3,,!”

Tapi apa yang terjadi, kedua kaki mereka tidak dapat digerakan dan tak lama kemudian mereka terkejut bukan main, sosok wanita putih berambut panjang itu melihat mereka di bawah kolong tempat tidur sambil menempelkan wajahnya kehadapan mereka berdua.

“Ha,,!ha,,!ha,,! ampun! kami gak bermaksud mengganggu kamu.”

Wanita putih berambut panjang itu hanya diam memandang mereka berdua dengan tatapan yang mengerikan dan ia berkata:

“Kalian sudah lihatkan dengan jelas kejadian itu? Lelaki bejat itu bernama Tono. Ia tak lain adalah saudara kandungku. Setelah memperkosa dan membunuhku ia pulang kerumah dengan tenang seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Kedua orang tuaku pun bertanya kepadanya tentang kerjaanya dan aku.

“Gimana Ton kerjaan mu? Sudah di plester dindingnya?”

“Belum semuanya Pak, dari pagi sampai malam ini aja baru nyelesaiin setengah aja.

“Adikmu mana ton? Kok gak pulang sama-sama? Bukanya tadi Ningsih disuruh Ibumu antar makanan untuk kamu? Dia datangkan habis sholat maghrib?”

“Iya pak Ningsih datang sama Iwan.”

“Apa sama Iwan? Kurang ajar! Sudah dikasih tahu supaya tidak berhubungan lagi tapi gak ngerti dikasih tahu Orang tua.”

“Tadi Tono udah kasih tahu Ningsih Pak tapi Dia malah nekat kabur dengan si Iwan.”

“Jadi maksud mu Ton , Adikmu kabur dengan Iwan?

“Iya Pak.”

“Kenapa tidak kamu cegah?”

“Sudah Pak, tapi Tono gak bisa berbuat apa-apa.”

“Kurang ajar!”

“Bapak mau kemana?

“Bapak mau cari Adikmu dengan si Brengsek itu!”

“Percuma Pak, Mereka sudah jauh.

“Bapak gak mau tahu pokoknya kamu jaga Ibu di rumah jangan sampai ibu tahu soal ini sebelum Bapak pulang.

Sudah semalam bapak mencari Ku tapi aku tidak juga diketemukan dan keesokan Paginya Bapak datang dengan wajah tertunduk lesu.

“Ningsih mana Pak? Kok belum pulang juga?

“Ningsih kabur Bu sama Iwan dan mulai hari ini Ibu jangan tanya-tanya soal Ningsih lagi karena Bapak anggap dia sudah mati Bu.”

Ibu hanya bisa menangis dan menangis setelah bapak berbicara seperti itu tentangku. Ke esokan harinya si Brengsek itu kembali bekerja menyelesaikan pembangunan ini karena Dia sudah berjanji kepada Kepala Sekolah tiga hari lagi bangunan ini akan selesai dan setelah semua selesai ia membiarkan mayatku terkubur disini sampai sekarang. Keadaan Ibuku semakin lama semakin memburuk dan pada akhirnya Ibuku menjadi buta karena terlalu sering menangisiku.

“Terus mas Iwan yang di fitnah Tono itu bagaimana keadaanya?”

“Mas Iwan sekarang sudah bebas setelah menjalani 5 tahun masa hukumanya.”

“Jadi Dia di fitnah dan semua orang percaya? Termasuk Polisi?”

“Sepertinya seperti itu karena di malam sebelum kejadian itu Kami memang sempat bertemu untuk mengucapkan salam perpisahan karena mas Iwan akan merantau ke Jakarta tapi sayang Bapakku melaporkan kasusku ke Polisi setelah 1 Minggu aku gak pulang dan Mas Iwan pun menjadi Kambing Hitam dan Mas Iwan pun ditangkap Polisi setelah 2 minggu di Jakarta.

“Setelah itu Kamu ada menuntut balas gak?”

“Sempat terpikirkan untuk membalas dendam tapi kalau itu Kulakukan siapa yang akan merawat kedua Orang tuaku, akhirnya aku hanya bisa diam sampai sekarang.”

“Jadi sekarang, Kami berdua harus bagaimana?

“Tolong ceritakan masalah ini dengan mas Iwan dan katakan Padanya: maafkan atas kesalahanku dan keluargaku sehingga membuat ia sengsara atas kesalahan yang tidak diperbuatnya selama 5 Tahun ini.

“Jadi kejadian ini sudah 5 tahun berlalu?”

“Iya benar sekali.”

“Baiklah Kami janji akan menceritakan masalah ini dengan Mas Iwan.”

“Terima kasih ya Eka, Iqbal atas kebaikan kalian berdua dan aku juga minta maaf atas kelakuan Ku tadi Aku gak bermaksud menakut-nakuti kalian.

“Oh gak apa, kami udah biasa kok.” Tapi kamu tahu dari mana nama kami?”

“Aku udah tahu Kalian dari pertama awal Kalian masuk Sekolah ini dan Aku yakin kalian orang yang baik. Oh ya tolongin temanmu Danu, Dia sedang pingsan di dekat jalan kamar mandi karena diganggu Nenek tua penunggu kamar mandi dan setelah itu segera tinggalkan tempat ini.

“Oke deh makasih ya!”

Tanpa banyak berpikir lagi Kami langsung pergi meninggalkan sekolah sambil merangkul Danu tetapi tepat didepan gerbang ada seorang Satpam yang menundukan kepalanya sambil menyapa kami.

“Apa yang kalian lakukan malam-malam begini?”

“Ngambil barang Mas tadi ketinggalan waktu sekolah.”

“Apa yang terjadi dengan temanmu?”

“Buruk Mas, Teman saya baru aja pingsan.”

“Itu masih untung daripada Mati.”

“Maksud Mas?”

Kemudian Satpam itu membuka topinya sambil menegakan kepalanya, serentak kami kaget melihat wajah yang begitu rata sehingga tak terlihat mata, hidung, dan mulutnya lalu kami kabur secepat mungkin meninggalkan Sekolah. . Keesokan harinya Kami pergi ke Sekolah dengan wajah yang pucat tak ada lagi tampak kecerian dari wajah kami. Setelah seharian di sekolah bel pulang sekolah pun berbunyi kami segera meninggalkan sekolah dan bergegas untuk pergi ke rumah mas Iwan untuk menceritakan hal yang kami alami semalam dengan mas Iwan.

Setelah bertemu dengan mas Iwan kami menceritan kejadian yang baru kami alami. Waktu berjalan serasa cepat dan akhirnya pembicaraan kami selesai.

“Makasih ya Mas udah mau kasih waktunya sama kami.”

“Oh! seharusnya Saya yang berterima kasih karena rasa penasaran Saya selama 5 tahun ini sudah terungkapkan dan Saya berjanji akan menjaga rahasia ini dan ikhlas dengan semua yang telah terjadi.”

“Ya udah, makasih ya Mas kami pamit dulu.”

“Assalamu’ alaikum.”

“Wa’alaikumsalam.”

Kami bertiga merasa lega karena beban kami telah kami selesaikan dan kami merasa pantas saja Ningsih mencintai mas Iwan mungkin karena kebaikan dan ketulasan hatinya sehingga ningsih mencintainya sampai mati.

Bulan Ramadhan telah tiba dan kegiatan Pesantren kilat pun di mulai. Tampak siswa-siswi antusias dalam dalam melaksanakan pesantren kilat dari belajar tata cara ibadah yang baik dan benar seperti ilmu sholat, ilmu Al’Quran dan Hadist, ilmu Fiqih, dan masih banyak lagi. Pesantren kilat yang kami adakan berjalan lancar dan menyenangkan. Setiap harinya kami megundang Ustadz-ustadz kondang yang ada di kota Tanjung Pinang sehingga membuat para siswa-siswi lebih termotivasi lagi dalam belajar ilmu agama. Di minggu terakhir Pesantren kilat kami megadakan buka puasa bersama yang juga dihadiri oleh anak-anak Panti Asuhan dan Alhamdulilah semua berjalan lancar tak ada satu kejadian yang menakutkan terjadi di sekolah kami.

Setelah selesai berbuka puasa bersama, Pak ustadz Ahmad berbicara kepada kami semua. mengapa sekolah kami marak dengan kasus kesurupan? dan ternyata jawabanya adalah ada beberapa siswa-siswi SMA Dharma Pertiwi yang berbuat mesum di sekitar sekolah sehingga membuat para Jin penunggu sekolah marah karena tempatnya telah dikotori dan membuat para siswa-siswi yang tidak bersalah pun jadi korban kesurupan. Diharapkan bagi siswa-siswi untuk dapat menjaga etikanya dimanapun berada termasuk di sekolah sehingga kejadian ini tak terulang lagi.

Sumber : http://ndrandi13as.wordpress.com/cerpen-tolong-aku/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar