Umi Farida Blog

Selamat datang di blog ku

Sabtu, 15 November 2014

Cerpen : Permintaan Terakhir

  Lembaran usang dan lusuh berkibas-kibas seiring dengan semilir angin yang berhembus. Satu persatu, lembaran yang mempunyai cerita tersendiri dari sih empunya buku, terlihat. Buku yang entah sejak kapan di tinggalkan oleh sang pemilik. Semakin kencang angin yang berhembus, semakin kencang juga lembaran-lembaran dari buku tersebut berkibas. Sampai sang dewi angin memilih untuk berhenti. Berhenti di salah satu halaman yang di penuhi dengan tulisan tangan yang sangat rapih….

    12 Januari 2012...

   “Iihh anak baru tuh?”
    “Kok culun banget sih? Hahaha.”
    “Hahaha. Ada anak SLB nyasar. Hahaha.”
   Begitulah cercaan yang keluar dari setiap mulut siswa/siswi SMA Harapan Bangsa. SMA tersebut memanglah kedatangan murid baru. Murid baru yang mungkin bisa dibilang dengan ber-penampilan yang sangat Culun, eh ralat. Tepatnya, Murid baru yang ber-penampilan sangat Culun. Gadis itu berpenampilan dengan rambut dikepang dua, kaca mata yang segede gaban, rok yang sedikit dibawah lutut, dan baju yang ia masukkan. Benar-benar sangatlah Culun. Tapi, gadis tersebut mengubris setiap cercaan siswa/siswi SMA HB. Sampai akhirnya…

BRUUKKK...

   Gadis tersebut terjatuh. Mengakibatkan kaca mata yang ia pakai pun ikut terjatuh entah kemana. Ia tertabrak seorang cowok manis, gayanya cool, dan pastinya ganteng. Cowok tersebut berdecak kesal. Sedangkan, teman dari cowok tersebut hanya ber-stay Cool saja dan masih terus berdiri di belakang cowok tersebut.

   “Aduhh.. kaca mata gue mana sih?”  Gumamnya pelan sambil terus menyari entah dimana letak terjatuhya kaca matanya. Pelan, namun cukup terdengar oleh sih cowok tadi.  
   “Ngapain lo disitu? Bangunlah, Cewek Culun.” Ucap cowok tersebut sambil menekan kata “Cewek Culun”. Gadis tersebut tak terima mendengar perkataan cowok tadi yang memanggilnya dengan sebutan tersebut. Ia pun bangun dan menatap cowok tersebut, meskipun penglihatannya agak burem, ia tetap berusaha berdiri menatap cowok itu. Gadis itu sangatlah tak terima dipangil seperti itu. Apa hak dia manggilnya“Cewek Culun”? Gadis itu kan punya nama...
  “Hehh.. Gue itu punya nama! Nama gue Nurulaini! Jadi, stop panggil gue Cewek Culun. Dasar CowokBelagu!!” Balas gadis tersebut yang bernama Nurulaini dengan nada penuh penekanan dikata “Cowok Belagu” membuat seluruh siswa/siswi HB kembali mencerca Nurul.

   “Berani sekali dia bilang Raka dengan sebutan “Cowok Belagu”.”
    “Masih anak baru aja berani menantang anak salah satu yang mempunyai saham ini sekolah.”
   Yah, seperti itulah cercaan yang kembali di terima Nurul. Tapi, Nurul tidak peduli. Bodo amat lah. Siapa lo siapa gue (?)

   “Heh… Gue nggak peduli ya. Mau nama lo Nurulaini kek, Laini kek, Lani kek, Ani kek, Suminten kek, apa lah itu, Gue nggak peduli! Sekalinya Cewek Culun, yaudah Culun aja! Ya nggak? Hahaha.”
   “Hahahaha…” Satu sekolah mentertawakan Nurul? Idihh. Bodo amat!

   Ucapan cowok itu benar-benar membuat Nurul murka. Apalagi dengan nada yang benar-benar melecehkan dirinya. Ia sebisa mungkin bertahan. Bertahan atas rasa pusing yang ia rasakan karena ia tidak memakai kaca mata nya. 
   “Cihh…Gue bilang yah sekali lagi! Nama gue itu Nurulaini! Bukan Cewek Culun! Cowok Bodoh!!!!” Desis Nurul begitu Tajam. Cowok tersebut, yang bernama Raka pun tak terima dirinya di kata kan Cowok Bodoh. 
   “Elo masih anak baru aja udah songong ya!” 
   “Terserah gue dong!”Ucap Nurul begitu tenang. Ia merasakan pusing yang sangat amat pusing. Ia memerlukan kaca matanya. Raka, yang melihat kaca mata Nurul pun, mengambil kaca mata tersebut yang tergeletak di lantai.
    “Lo, nyari ini kan?” Tanya Raka begitu sinis. Mata Nurul membesar melihat kaca matanya yang di pegang sama Raka. Meskipun ia melihat kaca mata itu rada burem. Tapi, ia masih tetap bisa melihat, bahwa itu kaca mata miliknya.  
   “Heh.. Balikin kaca mata gue!”  
   “Eettsss.. Nggak segampang itu!” Ujar Raka sambil tersenyum licik.
   Tiba-tiba, salah satu teman Raka yang sedari tadi diam dengan coolnya pun membuka mulut...

   “Udah lah, Ka. Kasih aja tuh kaca matanya. Dan kita segera pergi dari sini. Pegel kaki gue dari tadi berdiri terus.” Saran teman Raka yang bernama Alvin, dan di setujui dengan anggukan dari yang lain. Raka pun akhirnya mengalah. Ia sebenarnya juga males meladeni anak baru(?)  
   “Nih lah. Gue kasih kaca mata lo.” Kata Raka sambil mengembalikan kaca mata Nurul yang segedee gaban *piss Nurul:D Just story:p* dan Nurul pun menerimanya dan segera memakai kaca matanya. Agar matanya tidak pusing lagi.    “Mata udah empat aja, lo masih nabrak orang!” ucap Raka sinis sambil berlalu dan diikuti teman-temannya.

   “Cihh… Dasar Cowok Belagu! Siapa sih dia? Sok Bintang Sekolah banget! Orang kayak gitu jadi Bintang Sekolah? Iihh. Nggak Pantes.” Gumam Nurul sambil melihat kepergian Raka dkk..  
   “Mereka itu The Most Mr.Perfect.” Sahut seorang cewek yang berada di belakang Nurul. Nurul dengan Refleks beralik badan, melihat siapa seseorang tersebut. Cewek tersebut –yang menyahuti gumam Nurul- tersenyum manis kearah Nurul dan Nurul pun membalas senyuman mereka.  
   “Lo anak baru?” Tanya salah satu cewek dari ketiga cewek tersebut. Nurul hanya mengangguk.  
   “Kenalin…Gue Clara Angelina. Panggil aja Clara.” Ucap cewek tersebut yang bernama Clara sambil mengulurkan tangannya dan tak lupa, tersenyum. Nurul pun menyambut uluran tangan Clara sambil tersenyum…    “Nurulaini. Panggil aja Nurul.” Ucap Nurul sambil tersenyum.  
   “Gue Chintya Ramadhanti. Panggil Chintya.”
   “Gue Cahya Santika. Panggl Cahya.”  
   “Nurul.” Balas Nurul sambil tersenyum dan di balas oleh yang lain.
   “Lo nggak di apa-apain kan Nur sama mereka?” Tanya Cahya dengan nada khawatirnya.
   “Enggak kok. Tenang aja.” Kata Nurul sambil tersenyum.  
   “Oh iya, dia itu siapa sih? Kok mereka bertinkah seenaknya aja sih?” Lanjut Nurul kepada siapa saja.  
   “Mereka itu The Most Mr.Perfect. Dan juga, mereka ber-empat itu juga anak salah satu pemilik saham disekolah ini. Makanya mereka betingkah seenaknya, apa lagi sih Raka. Yang tadi megang kaca mata lo, dia itu yang paling berkusa disini. Makanya pada takut sama mereka. Apa lagi Raka. Dan, baru pertama kalinya ada cewek yang berani lawan sih Raka, ceweknya itu, ya elo.” Jelas Clara panjang kali lebar kali tinggi*hahaha. Lupakan:D*   
   “Oh gitu.” Respon Nurul pendek -_- Clara, Chintya, dan juga Cahya hanya bisa cengo mendengar respon dari Nurul yang memang sangatlah pendek. Nurul bingng melihat wajah teman-teman barunya.
   “Heyy.. Kalian kenapa?” Tanya Nurul dengan wajah bingungnya.  
   “Hah? Enggak kok. Nggak apa-apa..” Jawab Chintya mewakili teman-teman nya.  
   “Lo… apa nggak takut sama mereka? Kita aja takut.” Tanya Cahya bingung. Nurul tersenyum.  
   “Ngapain harus takut?”  
   “Ya.. Mereka kan…” ucapan Chintya terputus karena Nurul memotong ucapannya.  
   “The Most Mr.Perfect? Hahaha. Cuman karena dia populer, kalian jadi takut sama mereka? Kalian salah. Harusnya, cowok kayak mereka gitu, jangan di biarin aja. Entar tambah ngelunjak.” Ucap Nurul sambil membenarkan kaca matanya yang sesekali turun._.

   Clara, Cahya, Chintya salut kepada Nurul. Meskipun ia anak baru dengan berpenampilan sangat lah culun, ia tidak takut dengan cercaan dari anak satu sekolah tentang penampilannya, dan sekalipun The Most Mr.Perfect pun ia tak takut. Apa yang perlu di takutin sih? Sama-sama makan nasi ini, dan se-sama manusia..    Mereka ber-empat pun berjalan menuju kelas mereka karna, sebentar lagi bel. Sebenarnya, Nurul sudah tau kelasnya dimana. Sebelum kejadian tadi dengan para anak-nak The Most Mr.Perfect, ia sudah menemui Pak Kepala Sekolah..

   “Sahabat adalah di saat keluarga tidak mengerti masalah kita, ia datang dan memberi nasehat ke kita. Sahabat adalah di mana saat kita sedih, senang dan butuh seseorang, dia selalu datang tepat pada waktunya Dan, meskipun kita telah menemukan sahabat yang baru, jangan meninggalkan sahabat lama kita. Karena, tanpa mereka, kita tidak tahu apa artinya Sahabat! J“

                                                                                 *****

   Sejenak kemudian semilir angin kembali mengiringi tarian bunga-bunga sakura yang meliuk-liuk di antara lekukan tirai jendela yang tersibak menyambut kedatangan sang pembawa udara . Lembaran-lembaran itu kembali tersingkap melewati beberapa halaman, hingga terhenti kembali saat sang dewi angin menghentikan desah semilir merdunya. Sebuah halaman yang masih penuh dengan rangkaian huruf membentuk untaian kenangan sang penulis……

   19 Februari 2012...
  
    Sudah 1 bulan lebih Nurul sekolah di SMA HB. Ia sebenarnya tak tahan dengan anak-anak The Most Mr.Perfect yang selalu saja mengerjainya. Tapi, ia berusaha dengan sekuat tenaga untuk bersabar dengan kenyataan semua ini. Nurul, Cahya, Clara, Dan Chintya pun mulai dekat dengan anak-anak The Most Mr.Perfect setelah mereka -anak-anak The Most Mr.Perfect- tak lagi mengerjai Nurul. Sampai pada suatu hari ada kejadian…..
 
BRAKKK...
 
    Nurul, Cahya, Clara, Dan Chintya sedang berada di kantin pun kaget tiba-tiba ada yang mengebrak meja yang di tempatkan oleh mereka. Clara, yang sedang menyantap makanan yang ia beli pun, akhirnya tersendak. Dan mulai memperlihatkan aura marahnya(?)

   “Heh.. apa-apaan sih lo pake gebrak meja segala? Nggak punya sopan santun ya lo?!” Tanya Clara dengan nada yang penuh emosi.  
   “Heh.. Gue nggak ada urusan ya sama lo. Gue ada urusannya itu sama lo..” Ucap Angel sengit sambil menunjuk kearah Nurul. 

  ‘Hah? Gue? Salah apa gue sama nih orang? Dasar nenek lampir.” Batin Nurul bertanya. Dia memang sudah tau kalau Angel itu adalah ketua Geng FourAngel’s. Geng itu memang terkenal di SMA HB. Tapi, WhatAngel’s? Angel’s dari mane neng? Muka sih iya cantik-cantik kayak malaikat dicampur nenek lampir. Larat, maksudnya malaikat dicampur ya bidadari gituu -_- Tapi, Sifatnya itu loh. Udah kayak nenek lampir!! (?)

   “Gue?...” Tanya Nurul dengan tampang polosnya.  
   “Iya elo, Cewek Culun!” Lagi lagi dan lagi. Panggilan tersebut keluar untuk dirinya. Nurul hanya menghelakan nafas nya.  
   “Ada apa ya Nenek lampir?” Tanya Nurul dengan nada meremehkan sambil menekan kata “Nenek lampir”. Angel, Dea, Zahra dan Zevana pun kaget dengan perkataan Nurul. Berani sekali dia memanggil Angel dengan sebutan “Nenek lampir”. Mereka ber-tiga sudah murka dengan Nurul. 
   “Heh.. Berani ya lo manggil gue dengan sebutan kayak gitu!” Ujar Angel tajam. 
   “Yaa.. Emang benerkan? Kalian itu sifatnya udah kayak Nenek lampir. Iihhh seremmm..” Sahut Clara dengan nada penekanan dan meremehkan. Seluruh kantin tertawa dengan ucapan Clara tadi.

BYUUURRRR…

    “SHIT!! Gumam Clara sambil membersihkan bajunya yang basah akibat disiram Orange Jus oleh Zevana. Kali ini Clara, Cahya, Nurul, dan Chintya bener-bener sudah kesal dengan tingkahnya FourAngel’s.
     “Diam lo! Dasar Cewek Genit! Bisa-bisanya ya lo ngerebut The Most Mr.Perfect dari kita! Kita itu Calon Pacarnya mereka! Ingat itu! Apa lagi elo! Udah Culun, Genit lagi. Hahaha..” ucap Angel tajam.
   “Baru calon pacar kan? Bukan Pacar?” Ucap Chintya dengan nada yang penuh penakana dikata “Pacar”kali ini ia yang bener-benar sudah kesal.
   “Sudah ya! Kalian bantuin Clara dulu untuk bersihin bajunya yang kena Orange Jus.” Ucap Nurul sambil tersenyum kepada Chintya, Clara, Dan Cahya. Cahya mau membuka suara, tapi ia di tatap oleh Nurul. Tatapan mata Nurul yang seolah-olah berbicara “Jangan.”, Cahya pun menjadi enggan membuka suara.

   “To The Point aja deh. Kalian ada urusan apa sama gue?” Tanya Nurul santai. Angel mendekati Nurul dengan tatapan yang Tajam. Nurul pun tak segan untuk membalas tatapan Angel tak kalah tajamnya.
   “Elo… Jangan pernah deketin The Most Mr.Perfect lagi! Atau…”
   “Atau apa? Lo mau ngelabrak gue lagi? Katanya Bintang Sekolah, geng paling populer. Kenapa mainnya labrak-labrakkan? Haha.. Kampungan!” Desis Nurul dengan nada yang penuh remeh dan penuh penekanan di kata akhir. Ia tak takut dengan FourAngel’s. Sekalipun itu Angel, ia tetap tidak takut.
   “Auwww..” Ringis Nurul karena rambut nya dijambak oleh Angel.
   “Heeh… Cewek Culun! Berani ya lo sama gue!”
   “Ngapain gue takut sama lo… Cih.. Dasar Nenek lampir.” Desis Nurul begitu tajam. Dan saat itu juga, Angel pun melepaskan jambakanya.
   “Apa tadi lo bilang?”
   “Lo budeg apa pura-pura nggak denger sih? Tadi, gue bilang Nenek lampir! Kenapa?” Jawab Nurul dengan nada penuh dan bener-bener penuh penekanan dan sinis. Angel bener-bener sudah murka, mungkin saja kalau dikartun-kartun, Angel sudah mengeluarkan tanduk. Hahahah…
   “Lo….” Karna sudah kesal, Angel ingin melayangkan sebuah tamparan dipipi Nurul. Nurul pun sudah memejamkan matanya. Tiba-tiba, ada yang menangkis tangan Angel, sehingga Angel pun tak melayangkan tamparan tersebut. Mata Angel membesar, melihat siapa orang yang telah menangkis tangannya. Bukan hanya Angel. Cahya, Clara, Chintya, Zevana, Zahra, Dea, dan seluruh warga penghuni kantin(?) kaget milihat siapa orang yang telah menangkis tangan Angel. Nurul, yang sedari tadi memejamkan matanya, tak merasakkan apa-apa. Dan, perlahan ia membuka matanya ia kaget melihat…

   “Raka…”Gumam Nurul, Angel, Cahya, Clara, Chintya, Zevana, Zahra, dan Dea.
   “Jangan sekali-kali lo berani Nampar dia! Kalau itu sampai terjadi, Lo akan berurusan sama gue!” Ucap Raka Tajam sambil melepaskan tangan Angel kasar.
   “Tapi, gue suka sama lo, Ka!”
   “Sayangnya, gue enggak!”
   “Tapi, Ka…”
   “Pergi lo dari sini!!!” Bentak Raka kasar di depan wajah Angel.
   “Dan, jangan lupa. Sekalian bawa tuh dayang-dayang lo! Jijik gue ngeliatnya!” Ucap Raka begitu meremehkan. Angel pun pergi meninggalkan kantin dan diikuti oleh para Wayang-wayangnya._.

   “Lo nggak apa-apa kan Nur?” Tanya Raka dengan nada Khawatir.
   “Aish.. Lo ngapain sih pake dateng kesini segala? Mau jadi pahlawan kesiangan lo?”
   “Cihh.. masih untung gue belain lo!”    “Gue nggak butuh belaan dari elo Cowok Bodoh!”
   “Yaaa.. Cewek bodoh! Lo sama sekali nggak ada kata Terima Kasih ke gue?”
   “Buat apa Bodoh! Gue sama sekali nggak sudi bilang Terima Kasih ke elo Cowok Bodoh.” Ucap Nurul dengan tatapan mematikan. Raka pun membalas tatapan Nurul.
   “Udah ah! Kalian apa-apaan sih! Berantem mulu kerjaannya!!...” kata Alvin melerai pertengkaran Raka dan Nurul . Alvin melepaskan jaket kesayangannya dan di pakaikan ke Clara yang bajunya sudah basah karena kejadian tadi.
   “Noh.. sih Raka duluan yang cari masalah!” Elak Nurul dan segera mengambil ancang-ancang untuk berlari. Karena, pasti dan bentar lagi sih Raka akan ngamuk..
   1..
   2..
   3..
   “Yaa.. Cewek Bodoh! Jangan kabur lo!!” Kata Raka sambil mengejar Nurul yang sudah lari duluan.    “Hahahaha…” Tawa Cahya, Rio, Clara, Alvin, Chintya, dan Satria pun pecah . akibat kelakuan teman mereka yang satu ini.
   “Sebenarnya, mereka berdua cocok loh.” Ujar Satria dan di angguki oleh yang lain...

   “Bahagia itu sederhana. Ketika canda dan tawa, yang kita lewati bersama dengan orang yang kita sayangi!”

                                                                                   *****
   Semilir angin kembali hadir, membuat halaman yang itu kembali berkibas dan melewati beberapa halaman. Sampai sang dewi angin kembali memberhentikan semilir angin tersebut pada sebuah halaman. Halaman yang masih di penuh dengan rangkaian huruf yang mempunyai banyak kenangan dan di tulis rapih oleh sang penulis…

   25 Maret 2012…

   Sebulan kemudian kembali bergulir. Meninggalkan beberapa kejadian yang sebelumnya telah terjadi dibulan-bulan yang lalu. Nurul, Cahya, Clara, dan Chintya pun semakin dekat dengan anak-anak The Most Mr.Perfect. Dan, benih-benih cinta pun hadir mendatangi mereka ber-delapan. Nurul sendiri pun sudah merubah penampilannya menjadi lebih modis. Dengan softlen yang menghiasi bola matanya, rambutnya yang panjang dan sedikit bergelombang, ia biarkan terurai begitu saja. Ini semua karna Chintya, Cahya, dan Clara yang berusaha membujuknya untuk berubah penampilan. Dan, sejak kejadian bulan kemarin, Angel juga tidak menganggu mereka lagi. Hihi.. sih Raka pake pelet apaan sih? Kok sampai Angle aja nurut apa katanya. Hahaha….

   Mereka ber-delapan sekarang berada di taman belakang sekolah. Karna dikantin bosen, akhirnya mereka memilih ke taman belakang sekolah yang benar-benar masih asri.

   “Ohh Chintya ku yang begitu sangat manis, semanis air laut. Eh ralat, maksudnya, semanis gula jawa. Maukah kamu menjadi pacarku?” Ucap Satria penuh dengen ke-dramatisan sambil menyerahkan setangkai bunga mawar kepada Chintya. Dan itu membuat Nurul, Raka, Clara, Alvin, Cahya, dan Rio tertawa terbahak-bahak. Sementara Chintya, hanya menatap jijik muka Satria. Chintya yang mempunyai sifat agak tomboy, tidak suka dengan adengan Satria yang menembak dirinya dengan cara yang menurutnya menjijikan seperti ini.

   “Aish… Norak lo!!” Desis Chintya dengan nada sinis.

   “Hahaha.. Chin, Chin, hahaha. Lo terima aja gih sih Satria. Hahaha. Gue jijik ngeliat penembakan dia yang sok dramatis. Hahaha.” Ucap Clara sambil tertawa.

   “Lo nggak terima gue Chin? Gue nggak akan pernah berdiri sebelum elo nerima gue!” Tegas Satria sambil menundukkan wajahnya. Chintya kaget mendengar ucapan Satria.

   “Yaa… Eloo mahh!! Bangun nggak lo? Now!!” ucap Chintya. Satria hanya menggelengkan kepalanya.

   “Enggak! Gue nggak mau berdiri sebelum elo nerima gue!”

   “Aish.. Elo nembak cewek sih maksa!”

   “Yaa,, Bodo!!”

   “Hahaha. Udah gih Chin. Terima aja. Lagian, elonya juga punya rasa kan sama Satria?” Ceplos Nurul yang sukses membuat pipi Chintya merah.

   “Bahaha.. Pipi lo merah tuh.” Ucap Cahya sambil tertawa.

   “Udah terima aja Chin.”

   “Iya.. kasihan tuh anak orang jongkok mulu.”

   “Yeee Dodol dah lo, Vin. Dia mah emang anak orang, siapa bilang dia anak setan?” kata Rio.

   “Iya ya.”]

   “udah lah, cepet terima. Capek nih gue jongkok mulu.” Ucap Satria yang sudah kelihatan kecapekan.

   “Ya..yaudah deh..” ucap Chintya malu-malu.

   “Yaudah kenapa?” Tanya Satria pura-pura nggak tau.

   “Aish.. Yaudah, gue mau jadi pacar lo Satria!” Ucap Chintya gemes sambil mengambil setangkai mawar merah yang di kasih oleh Satria. Satria yang mendengar jawaban Chintya pun senang dan reflex memeluk Chintya.   “Makasih yah, Chin.” Chintya hanya bisa mengangguk didekapan Satria yang membuatnya menjadi nyaman.

   “PJ woi Pj. Hahaha.” Koor Nurul, Raka, Cahya, Rio, Clara, dan Alvin. Chintya dan Satria langsung melepas pelukan mereka.

   “Yasudah sana ke kantin.”

   “Serius?” Tanya Cahya, Nurul, dan Clara dengan mata berbinar-binar.

   “Iyaaa.. Bawel lo pada!” Ucap Satria dan Nurul, Clara, Cahya pun langsung menyerbu kantin.

   “Wahaha.. Selamat ya bro. Di duluin nih gue.” Kata Alvin memberi selamat kepada Satria dan Chintya.    “Hahaha Cepetan sana lo tembak Clara. Entar di ambil orang loh.”

   “Yaahh.. entar kalo di tembak, mati dong sih Claranya. Hahaha.” Ucap Raka bercanda.

   “Hahaha..” tawa mereka ber-lima pun pecah akibat candaan sih Raka.

   “Cinta itu nggak jauh-jauh kok. Ada di sekitar kita sendiri
.    Bukan orang lain, malah orang yang kita kenal!”

                                                                                       *****
   Sang dewi angin kembali datang. Membuat semilir angin yang mampu membuat halaman dari buku tersebut kembali berkibas dengan cepat melewati halaman-halaman yang mempunyai kenangan tersendiri dari sih pemilik buku. Sampai sang dewi angin kembali memberhentikan semilir angin tersebut di sebuah halaman. Halaman yang masih di penuh dengan tulisan tangan yang mempunyai banyak kenangan tersendiri dari sih penulis. Tapi, halaman kali ini berbeda dari halaman sebelumnya. Halaman ini di tulis dengan tulisan yang cukup rapih, dan banyak bekas air mata yang sudah mengering…

   22 Januari 2013…

   Satu Tahun pun telah di lewati mereka ber-delapan bersama-sama. Melewati hari-hari samapai berbulan-bulan yang tak pernah bisa absen untuk mereka lewati. Canda tawa mereka menghiasi hari-hari kebersamaan mereka. Mereka saling bertukar cerita,dan sediit mem-flashback tentang kejadian tembak menembak dari pasangan mereka masing-masing. Ya.. mereka ber-delapan meman sudah jadian. Dari Satria dengan Chintya, Cahya dengan Rio, Clara dengan Alvin, dan yang terakhir, Raka dengan Nurul. Hahaha.. bener kan, Nurul dan Raka itu memang cocok. Mereka saja yang saling gengsi untuk menyatakan cintanya.

  “Cinta Itu nggak selalu dari orang yang kita sayang lebih dahulu loh, namun bisa juga orang yang kita benci. Makanya, kalo benci sama seseorang jangan keterlaluan. Karena, cinta sama benci itu beda tipis!”kayak yang dialami sama Raka dan Nurul tuh. Hahaha. Kena karma lo ber-dua. Haha..

   Sekarang, mereka ber-delapan sedang berada di restoran, restoran yang sering di kunjungi mereka bersama-sama. Sekarang, mereka lagi sibuk dengan pasangan mereka masing-masing. Tinggal Nurul dan Raka yang masih terdiam di meja makan.

   “Nur..” panggil Raka yang sudah bosan. Nurul yang sedang bermain iPhone putihnya pun hanya..

   “Hmm..” Dehem Nurul yang sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari iPhone nya.

   “Aish.. Ikut gue yuk..”

   “Hah? Kemana?” kali ini ajakkan Raka bener-bener membuat Nurul mengalihkan pandangannya dari Handphone nya.

  “Udah ikut aja yuk..” Ajak Raka dengan nada lembut yang jarang sekali ia perlihatkan sambil menggandeng tangan Nurul.


   Nurul dan Raka sekarang berada di atas gedung tua. dari atas sini, mereka bisa melihat indahnya Jakarta di malam hari. Nurul benar-benar takjub melihat pemandangan yang jarang sekali ia lihat. Dari atas sini, kita bisa melihat Jakarta yang disinari dengan berbagai macam lampu. Dan itu, kalo di lihat dari atas gedung ini, udah kayak bintang. Bersinarterang menghiasi malam.

   “Beautiful.” Gumam Nurul sambil terus memandang dengan takjub.

   “Lo suka?” Tanya Raka yang masing enggan melepaskan genggaman tangan Nurul.

   “Bangett!!”

   “Lo sering kesini?” Tanya Nurul.
   Raka mengangguk.

   “Nggak terlalu sering juga sih. Kalo lagi bosen aja baru kesini.”

   “Sendiri?” Tanya Nurul. Raka yang di Tanya begitu sama Nurul pun hanya senyam-senyum.

   “Yee.. di Tanya juga. Malah senyam-senyum sendiri lo.”

   “Hahaha. Iyaa sendiri. Cemburu ya lo kalo gue kesininya sama cewek lain?”

   “Hah… Ngg.. Enggak kok.” Elak Nurul sambil menyembunyikan rasa gugupnya.


   Terjadi keheningan disana. Hening! Bener-bener hening. Hanya ada suara jangkring yang menjadi sound (?) dan hembusan angin malam yang membuat bulu kuduk Nurul merinding. Raka tau, kalau Nurul sedang kedinginan, dengan sigap, ia melepaskan jas hitam nya dan memaikaikannya untuk Nurul. Nurul hanya tersenyum kearah Raka.

   “Ka, Bisa nggak, kita romantis sekali aja.” Pinta Nurul dengan malu-malu. Raka tersenyum. Dan mulai merangkul Nurul. Nurul menyenderkan kepalanya di bahu Raka.

    “Gue sayang elo Ka. Sayang banget! Gue nggak mau elo jauh dari gue, gue nggak mau elo tinggalin gue! Gue sayang banget sama lo.” Ucap Nurul Jujur. Ia selalu malu untuk mengungkapkan kata-kata itu. Entah kenapa, air mata Nurul mengalir mulus di pipi Nurul.

   “Gue juga sayang sama lo. Dan, gue janji! Nggak akan, dan nggak akan pernah gue tinggalin elo! Janji!” Kata Raka berjanji sambil mengeluarkan kelingkingnya. Nurul tersenyum dan mengaitkan kelingkingnya di kelingking Raka.

  “Janji!” Ucap Nurul tersenyum dan langsung memeluk Raka. Entahlah, Nurul mau, hari ini menjadi hari yang paling terindah dalam hidupnya. Raka pun melepas pelukan Nurul dan segera menghapus sisa-sisa air mata di pipi Nurul dengan jemarinya.

   “Jangan nangis…” Ucap Raka lembut. Nurul pun mengangguk. Raka melirik jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 21:22 WIB. Ia pun segera mengajak Nurul pulang, karena sudah malam.

   Mereka ber-dua berjalan menuju mobil Raka di parkirkan. Raka memarkirkan mobilnya di serbang jalan. Raka memesan terhadap Nurul untuk tetap tunggu di tempat ini saja. Karena, mobinya tak jauh dari tempat dimana Nurul berdiri. Jalanan ini cukup ramai, banyak kendaraan yang berlalu lalang, jadi Nurul tidak perlu takut untuk di tinggal sebentar sama Raka. Raka pun bergegas mengambil mobilnya. Nurul masih setia berdiri di tempat tadi. Tiba-tiba, perasaan dia tak enak. Ada seseorang yang menghampiri dirinya. Sebisa mungkin, ia tetap tenang.

   “Raka lama banget sih!” Ucap Nurul dengan nada gelisah. Perasaannya bener-bener tidak enak. Ia merogoh kantong jas nya Raka untuk mengambil Handphone nya. Tapi yang terambil malahan kunci mobil Raka.

   “Loh, Ini kan kunci mobil Raka. Pantes aja dia lama, kuncinya aja di jas ini.”  Gumam Nurul.

   Ini adalah kesempatan baginya untuk melarikan diri agar tidak tertangkap oleh seseorang itu. Nurul berjalan dengan cepat kearah mobil Raka yang ada di sebrang jalan. Raka melihat Nurul yang menghampiri dirinya dengan langkah tergesa-gesa. Ia menyadari, bahwa Nurul sedang di ikuti oleh Pereman berbadan kekar. Raka dengan segera keluar dari mobilnya untuk menghampiri Nurul. Nurul yang masih memakai sepatu hail higls*hallah-__- gk tau tulisannya:D* pun terjatuh di pinggir jalan. Ia segera melepaskan sepatunya tersebut. Pereman itu tambah dekat, dan tambah dekat..

   “Ayoo Nur. Cepat. Mereka tambah dengan dengamu.” teriak Raka dengan nada khawatir. Jaraknya dengan Nurul masih lumayan jauh, tapi nggak jauh-jauh banget. Nurul yang melihat pereman tersebut tambah dekat dengannya pun, ia langsung terburu-buru untuk pergi dari sini.

Tapi…

   “Shit!” Gumam Nurul.

   Tali sepatunya tersebut tiba-tiba tidak bisa terbuka. Dengan secara paksa, Nurul membuka tali sepatu tersebut. dan akhirnya, bisa. Ia menyebrang jalan yang cukup ramai dan besar dengan sangat tergesah-gesah tanpa melihat kanan dan kiri terlebih dahulu. Tanpa Nurul sadari, ada sebuah truk putih melaju sangatlah kencang menuju dirinya. Nurul dan Truk itu jaraknya tak jauh. Hanya seitar beberapa meter. Raka menyadari truk itu. Ia melihat ke arah Nurul, dan melihat kearah Truk putih itu, Nurul, Truk putih, Nurul, Truk putih. Ia bingung harus apa. Nurul masih tak menyadari hal tersebut. sampai pada akhirnya….

   “NURULLL AWASSSSSSSS!!!!!!” Teriak Raka melihat Truk putih yang sudah dekat dengan Nurul. Nurul baru menyadari hal itu. Dirinya dan Raka pun langkahnya masih lumayan jauh.

    “AAAAAAAAAA!!”

BRRRAAAKKKK!!

    “NURUUUUUUULL!!!” Jerit Raka dengan sangat kerasnya. Lutut Raka seketika melemas. Melihat Nurul yang tertabrak Truk tersebut. Air matanya mengalir begitu saja. Ia langsung berlari menghampiri Nurul yang terpental beberapa meter.


   Raka langsung menubruk segerombolan orang-orang ..

   “Nur.. Nurul. Bangun sayang. Bangun..” Panggil Raka dengan air mata yang terus mengalir.

Tak ada respon dari Nurul tapi Nurul masih bernafas._. Yang ada hanyalah darah yang terus keluar dari pelipisnya, kepalanya, dan tangannya.

   “Cepat!! Panggilkan Ambulance! Cepat! Jangan diliatin aja dong! Bodoh!” Suruh Raka sambil terus memeluk Nurul.

   “Ja…ngan pang….gil…kan Ambu…lance Co…wok Bo…doh!” Desis Nurul yang seketika mengagetkan Raka.

   “Kamu tahan yah Sayang. Aku akan panggil Ambulance!”

   “Lo.. i..tu bu…deg ya? Gu…e bi..lang, ti..dak us..ah! Da..sar ker..as kep..ala!” Ucap Nurul di sela-sela nafas nya.

   “Kamu mau apa sayang? Ucapin ke aku! Aku akan turuttin! Tapi please. Kamu bertahan yah.” Mohon Raka dengan air mata yang masih mengalir. Nurul menghapus air mata Raka.

   “Ja..ng..an na..ng..is say..ang.” ucap Nurul tersenyum. Raka pun membiarkan air matanya terus turun untuk seorang gadis yang ia sayangi.

   “A…ku ha..nya min…ta sa..tu per…min..taan… ter..ak..hir” ucap Nurul yang berusaha menahan rasa sakitnya. Nafasnya kali ini sedikit tersenggal. ia memejamkan matanya sebentar, dan menarik nafas.

   “Apa itu sayang? Apa? Aku akan laksanaiin. Tapi, kamu harus kuat. Please!”

   “A..ku m..au, ka..mu ke…cup ken..ing…ku. A..ku ing..in me..ra..sa..kan ke..hang..atan ke..cup..an ka..mu un..tuk terak…hir ka..li..nya. Bo..leh?” Pinta Nurul dengan kata yang terputus-putus.
Raka menganggukkan kepalanya.
Dan perlahan, ia mengecup kening Nurul dengan Tulus sekali dan ia membiarkan air matanya yang terus mengalir hingga membasahi kening sang kekasih.

   Sejenak, Nurul menatap kearah langit yang warnanya berubah menjadi hitam pekat dan tidak lagi di hiasi dengan bintang. Awan yang hitam pekat itu ikut merasakkan kesedihan Raka. Perlahan Nurul memejamkan matanya sambil tersenyum, dan meneteskan air mata. Ia merasakkan hangatnya kecupan Raka untuk terakhir kalinya, dan sekarang, Nurul benar-benar pergi untuk selamanya. Raka membiarkan kecupannya sangat lama. Karena, ia sangat amat sayang kepada gadis manis ini, dan tidak mau kehilangan dirinya. Tapi ternyata, Takdir berkata lain. Raka melepaskan Kecupannya dan melihat Nurul yang sudah tertidur untuk selamanya. Air mata Raka kembali terjatuh. Melihat gadis yang ia sayangi harus pergi.

   “Selamat tinggal sayang.. I love you!” Lirih Raka sambil mengelus wajah sang kekasih yang penuh dengan darah.


   “Pertemuan singkat antara aku dan dia berjalan..
    Aku sayang Dia. Aku tak rela jika ia harus pergi, untuk selamanya.
   Aku sayang Dia. Aku kasih Dia. Aku tak rela kehilangannya.
   Aku belum sempat membuat Dia Tersenyum.
   Aku belum sempat membuat Dia Bahagia,
   Aku belum sempat membuat Dia Tertawa.
   Tuhan!
   Tolong kembalikan Dia!
   Aku hanya ingin membuat Dia Tersenyum!
   Aku ingin membuat Dia Tertawa!
   Dan, Aku ingin membuat Dia Bahagia!
   Tapi, ia telah pergi untuk selamanya!”
                                                                                   *****

  Lembaran buku tersebut akhirnya di tutup oleh sang demi angin dengan berakhirnya kenangan dari sih pemilik buku. “Cinta itu kekuatan magic yang tumbuh di hati seseorang. Nggak bisa dijelaskan kapan bisa tumbuh dan berkembang secara logika. Cinta juga nggak muncul karena ke-perfect-an seseoran, namun bisa dari kekurangan juga kejelekan orang itu sendiri!”
                                                                      ----------The End-----------


Sumber : http://ruscahyaniwulan.blogspot.com/2013/02/permintaan-terakhir-cerpen_1961.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar