Umi Farida Blog

Selamat datang di blog ku

Kamis, 13 November 2014

Cerpen : Cinta Diam - Diam

Hari ini langit tidaklah bersahabat. Kenapa langit hari ini tidak berkonsultasi dulu denganku? Mengapa turun hujan? Padahal, aku harap hari ini bakalan cerah. Aku suka hujan, tapi saat ini hujan turun bukan disaat waktu yang tepat.
“Bagaimana ini, hujannya deras sekali,” aku berbicara pada diri sendiri, seperti orang bodoh yang sedang menunggu hujan.
“Sora, ini...” ibu menodongkan sebuah payung dan jas hujan. “Pakailah ini, dan gunakan payung ini...” aku pun mengangguk, karena tidak ada pilihan lain. Hari ini, aku harus pergi kesekolah.
Aku pun, memakai jas hujan tersebut. Dan membuka payung segera pergi “Ibu, aku pergi ya..” aku pun keluar rumah “Waw, deras sekali hujannya..”
Aku bagaikan seorang yang dalam perang sedang melawan musuhku (hujan). Mengapa begitu derasnya, hujan hari ini. Membuat suasana hatiku menjadi buruk saja. Aku melihat jam ditangan sebelah kiriku “Oh My God,” aku sangat kaget karena, sebentar lagi gerbang akan segera ditutup. Aku pun berlari, melawan hujan yang beraninya keroyokan.
Diarah belakang ada motor yang mengklakson dengan sangat keras, saat aku menoleh motor itu sudah berhasil mengejarku “Sora..” panggilnya. Dan ternyata, itu Kira, teman sekelasku yang aku taksir. “Iya..”
“Mari naik,” ajaknya, kepadaku. Aku pun tak berpikir lagi, langsung menerima ajakannya tersebut. “Pegangan ya..” aku pun menurut lagi dengan perkataannya tanpa habis berpikir lagi.
Mimpi apa aku semalam. Senangnya bisa digonceng, orang yang disuka. Ku kira, ini akan menjadi hari yang buruk. Malahan, sebaliknya. Tuhan terimakasih banyak.
“Sora,” sahut Kira “Sora, sudah sampai..” aku pun masih berada dalam mimpi tanpa menghiraukannya “Sora, turun, sudah sampai...SORA!” sahutnya.
“E,e.. Maaf Kira,ku kira kita masih dijalan,” aku sangat malu saat itu. Aku pun melepaskan jas hujan dan meletakan payung didepan kelas. Aku dan Kira, memasuki kelas bersama. Siswa lain pun melihat ke arah kami berdua.
“Kira..” panggil, seorang teman perempuannya Mio. Mio, sepertinya tidak menyukaiku. Entahlah, mengapa seperti itu? Mungkin karena, dia temannya Kira kali yah. Tapi, apa hubungannya denganku, aku saja hanya beberapa kali berbicara dengannya. Bahkan kami, tidak pernah bertegur sapa? Sebenarnya ada apa??
“Ara..” panggil Yuki. “Kau, bersama Kira. So sweet amat hujan-hujan-nan” sindir yuki, membuat muka ku tersipu malu.
“Tidak, bukan seperti apa yang kau pikirkan. Aku hanya, ditebengin sama dia tadi ketemu dijalan,”
“Benarkah, baiklah kalau begitu. Tadi aku hanya bercanda kok,”
Yuki adalah sahabatku sejak Sekolah menengah pertama, kami sudah berteman hampir lima tahun. Kami, selalu bersama saat sedih, suka, duka maupun senang. Kami saling berbagi. 

***

 Pelajaran Biologi pun dimulai, murid-murid dikelas dengan semangatnya menyiapkan contekan mereka masing-masing. Aku menoleh kesekelilingku dan tatapan ku berhenti di seorang siswa, yah dia ‘Kira...’. dia, menoleh ke arah ku dan tersenyum. Aku pun membalas senyumannya itu.
 Mio yang melihat kami, langsung mengajak Kira berbincang-bincang. Kenapa dengan Mio? Sebenarnya apa yang terjadi? Dia membenciku? Dia tidak suka padaku? Kurasa begitu.
“Yuki, Mio..” gumamku “Apa Mio membenciku?”
“Apa? benarkah dia membencimu?”
“Kya~aku menanyakan hal itu kepadamu. Muka dia sipek banget, menandakan enggak suka sama aku,”
“Bukannya, muka dia emang gitu yah?”
“Loe, liat geh dia mandang gua aja udah beda, terus kalau ngomong sama gua kayak gak suka gitu”
“Apa dia suka sama elo,” aku pun menjitak kepala Yuki, karena kesal.
“Bodoh ! sudahlah diam..”

***

 Yuki, benar-benar membuatku gila. Benar-benar membuatku kesal “Sora, kau kenapa?” tanya Mise.
“Tanyakan saja, kepada temanmu yang bodoh itu,” aku menunjuk Yuki.
“Ya, kau juga bodoh sama seperti ku,” ucap Yuki bangga.
“Masalah bodoh aja, diributin,” ucap Mise.
“Sudahlah, ayo kita pergi..” ajak Jiyon.
“Tunggu, aku gak pulang bareng yah sama kalian..”
“Kenapa?” tanya Jiyon. “Ada something?” aku pun mengangguk.
“Baiklah, kami duluan ya,” ucap Mise.
“Hati-hati ya..” ucapku. Yuki pun melambaikan tangannya.

***
Entah sebenarnya apa yang ku tunggu. Aku melihat Mio dan Kira lewat dihadapanku. “Sora, duluan ya..” sahut Mio. Aku pun hanya tersenyum. Benar-benar membuatku cemburu. Kira, dia jarang berbicara denganorang yang enggak dekat dengannya. Sebaliknya dia sangat akrab dengan teman yang dekat dengannya. Aku tidak termasuk yang dekat dengannya. Tapi, aku mencoba untuk mendekatinya tapi sulit bagiku. Karena, aku pun tidak mudah dekat dengan orang. Kecuali, dia duluan yang mendekatiku.
***
“Yuki, Mise, Ryu.. kalian kelompok 1,” bu Anda membagikan kelompok Biologi. “Jiyon, Nana, Michael kelompok 2,” Bu Anda pun lalu, meunjuk aku “Sora...” dia pun menunjuk “Mika dan Kira kelompok 3..” dan seterusnya. Aku sangat senang bisa satu kelompok dengannya. Tapi, aku sangat canggung.
“Sora, sudah di catet belum nama kelompoknya?” tanya Mika.
“Sip, udah kok,” ucapku. Kira hanya, diam tanpa banyak kata. Aku tidak mengerti dengan pria itu. Kadang diam, kadang banyak bicara.
Mio protes dengan bu Anda “Bu saya boleh enggak pindah ke kelompok 3?”
“Pindah? Tidak, tidak ada yang boleh pindah-pindah,” diraut wajah Mio sepertinya dia sangat kesal tidak bisa satu kelompok dengan Kira.
“Dia Rival ku,” gumam Mio, aku pun mendengar gumam-an nya tersebut. Aku berbicara dalam hati ‘rival’ bukanah itu berarti saingan? Apa yang mau iya saingi dariku? Otakku tidak pintar, wajahku tidak cantik, kulit ku tidak putih, badan ku tidak tinggi. Bisa dibilang, dia lebih sempurna ketimbang aku.
“Sora,,” Kira, memalingkan pandanganku.
“Iya..” gumamku kaget.
“Apa yang kau pikirkan? Sekarang waktunya belajar. Cepat buka halaman 148,”
“Dia memikirkanmu,” ejek Mika, aku dan Kira langsung menatap Mika  dengan tajam “Haha..bercanda, kalian serius amat nanggapinnya lah,”

***

“Kau menyukaiku...” seketika perkataan itu terlontar dari mulutku. Kira yang duduk disampingku mendengarnya. “Apa kau menyukaiku...”
“Sora, apa yang kau bicarakan..” Kira, pura-pura tidak mengerti.
“Ha-a.. tidak, aku hanya bergumam memikirkan sesuatu,”
“Apa kah itu aku?” dengan nyantainya dia menjawab “Apa kah kau sedang memikirkan aku?”
“Apa kau gila!” aku berusaha mengelak.
“Ha.. aku tahu. Aku hanya bercanda..” Mio, dari kejauhan melihat ke arah kami dengan pandangan sinis.
“Lihatlah, sebenarnya teman mu itu kenapa?” aku memainkan mata menunjuk Mio.
“Aish, biarkanlah.” Dia pun langsung memalingkan wajahnya, menghiraaukan Mio yang dari tadi melihati kami.

***

Aku, Yuki, Mise dan Jiyon, kami berjalan-jalan ke halaman belakang sekolah. Dan tanpa sengaja, kami mendengar pembicaraan yang menurut kami seru ! saat, kami melihat seorang yang sedang berbincang-bincang itu Kira dan Mio.
Itu semua, semakin membuat kami semua penasaran ingin mendengar semua pembicaraan apa yang mereka bicarakan. Ini, pertama kalinya kami melihat seorang sahabat berdebat mengenai suatu hal yang serius. Dan dalam pembicaraan itu, namaku disebut-sebut “SORA”
Itu semua membuatku penasaran, ada apa dengan ku mengapa mereka menyebut namaku. Sampai segitu nya kah aku diributkan?
“Kenapa kau seperti itu dengan Sora?” tanya Kira.
“Kenapa apa? aku baik-baik saja dengannya,”
“Jangan berbohong, mata mu itu gak bisa berbohong,”
“Iya, aku membencinya. Kenapa?”
“Untuk apa kau membencinya, apa dia punya salah denganmu?
“Dia, adalah rival ku?”
“Rival, dari mananya. Karena apa?”
“Itu semua karena mu,”
“Karena aku?” Kira bingung dengan ucapannya.
“Kau suka sama Sora kan?” Kira pun terdiam “Mengaku saja..”
“Iya aku menyukainya, lalu kenapa?” aku mendengar perkataan Kira itu lansung dari mulutnya. Aku senang, dengan pengakuannya tersebut. Mungkinkah ini yang namanya cinta diam-diam atau cinta dalam hati? Yuki, kise, Jiyon menepuk-nepuk bahu ku ‘kau hebat..orang tampan itu jatuh cinta kepadamu...’
“Aku juga menyukaimu..” Kira, tersentak terdiam.
“Aku menganggapmu sahabatku, enggak lebih,” gumam kira “Maaf karena kau menyukaiku,”
“Sekarang bagaimana? Kau pilih aku atau dia,” Mio memaksa, Kira untuk menentukan pilihannya.
“Aaa...” Teriaku. Laba-laba menempel di lenganku. Aku benar-benar takut sama yang namanya laba-laba apa pun bentuknya besar kecil atau lain-lain. Tanpa, sengaja Kira dan Mio terkejut akan melihatku.
“Sora..” sahut Kira, terkejut. Mio sinis melihatku.
“Maaf, ada laba-laba tadi disana.” Mereka pun terdiam memandangiku dengan tatapan tajam “Sungguh, aku gak mendengar kok apa yang kalian bicarakan,” Yuki, Mise, dan Jiyon dari arah belakang sembunyi mereka tertawa melihat kelakuanku yang salah tingkah.
Mio pun pergi meninggalkan aku dan Kira berdua. Dengan kesalnya dia mendorongku “Perempuan jahat..” ucapan itu menusuk ke hati ku.
“Maaf ra, atas kelakuan Mio. Dia hanya salah paham kok,”
“Maaf juga Kira, aku mendengar apa yang kalian bicarakan.” Aku pun merasa enggak enak hati dengan mereka berdua itu semua karena aku persahabatan mereka hancur.
“Masalah, pengakuan itu jangan dipikirkan ya,” dia menepuk pundak ku dan pergi meninggalkan aku yang tengah berdiri sendiri seperti patung yang tidak bisa berbicara.

***
Mio dan Kira terlihat murung di dalam kelas. Aku mengerti, pasti Kira bingung apa yang iya harus lakukan. Dia harus memilih cinta atau persahabatan. Setiap, orang pasti akan bingung jika harus memilih yang menurutnya kedua itu sangatlah penting dalam hidupnya.
Aku mencoba untuk menghampiri Kira. Aku memberanikan diri untuk mengajaknya berbicara. Dari kejauhan Mio melihat kearah kami “Kira, maaf...”
“Kenapa kau harus meminta maaf? Aku yang salah?” ucap Kira.
“Apa pengakuan itu benar? Kau menyukaiku? Tolong jawab,”
“Iya, aku benar suka kepadamu. Lalu, untuk saat ini aku tidak ingin dulu memikirkan itu..”
“Iya aku tahu, maksudmu,” ucapku “Pilihlah yang menurutmu itu semua yang terbaik untukmu. Jangan sampai kau salah dalam memilih. Sahabat itu akan selalu ada kapan-pun jangan sia-sia kan seorang sahabat,”
“Aku tahu..”

***

Aku pun memberanikan diri untuk menghampiri Mio “Mio, maaf karena aku kalian..”
“STOP! Jangan ganggu aku!”
“Maaf, karena aku kalian seperti ini. Ku harap persahabatan kalian akan terus berjalan. Teuslah kau membenciku itu tidak apa-apa. Yang terpenting persahabatan kalian akan selalu ada,” aku pun terhenti “Maaf, untuk semua ini..” aku pun meninggalkan Mio, tetapi dia menarik tanganku.
“Ara, maaf..aku egois. Aku memang menyukai Kira juga, bahkan aku ingin memilikinya selamanya aku terobsesi akan suatu hal,”
“Tidak apa-apa,”
“Tapi..aku dan dia memang sangat cocok hanya menjadi seorang sahabat. Dan aku akan menerimanya,”
“Jadi..”seketika Kira, mendekat kearah kami berdua.
“Jadi, maukah kita berteman kembali?” Tanya Mio kepada Sora.
“Tentu saja, kenapa tidak!” aku dan Mio berpelukan.
“Bahagia bukan, jika kita seperti ini?” ucap Kira.
“Sepertinya bakalan ada yang jadian nih!” ejek Mio.
“Benarkah bukan kah itu bagus,” gumam Kira.
“Kira, cepatlah bergegas sebelum diambil orang,”
“baiklah..” Kira menghampiriku “Sora, would be my girlfriend?”
“I do..” gumamku, tersipu malu.

 Yuki, Mise dan Jiyeon pun menghampiri kami bertiga “Cek, banget sih…” sahut mereka “Cie.. Langgeng yah!”

   Cinta diam-diam kami, akhirnya terbongkar. Dan berakhir bahagia. Hidup itu sulit, pasti kita mengalami lika-liku kehidupan yang menjadi tantangan dalam sebuah kehidupan. Persahabatan akan selalu menemani kita kapan pun dimana pun. Tanpa sahabat kita bukan apa-apa.

TAMAT !


Sumber : http://novita-giovalda.blogspot.com/2012/03/cerpen-cinta-diam-diam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar