Umi Farida Blog

Selamat datang di blog ku

Kamis, 18 Desember 2014

Cerpen : Jatuh Cinta Sama Elo NO WAY

Part 1

Jatuh cinta sama elo?! NO WAY! Part 1- dasar cowok sengak!
“Kak putra! Lo bisa enggak sih jangan ganggu gue sehari saja? Lo sengaja kan nabrak gue? lo gak liat apa Gue lagi sibuk?! Dasar sengak !.” Teriak seorang cewek  di koridor kelas sambil memungut bukunya yang sukses bergelimpangan di lantai  karena ditabrak cowok dihadapannya yang cengar-cengir puas.
“gue enggak bisa sehari saja enggak ganggu lo za, rasanya badan gue bakal sakitan gitu kalo gue gak ganggu lo. Kayaknya setiap gue ganggu elo, lo pasti manggil gue dengan panggilan berbeda, hari ini lo panggil gue sengak,  kemarin lo panggil gila, 2 hari yang lalu lo manggil gue cowok sableng, dan beberapa hari yang lalu lo panggil gue iblis berwujud manusia, dan…” kata putra pura-pura  menghitung dengan tampang mengejek.
“cukup! Gila gue dekat elo! Pergi elo!.” Kata erza sambil berjalan meninggalkan putra tapi tangan kirinya di pegang putra  membuat dia berbalik dan menatap dengan penuh kebencian.
“lo kasar deh jadi cewek, kayaknya semua panggilan itu karna elo sayang sama gue kan? Ngaku aja deh cantik, gue mau kok jadi cowok elo. Gak usah lo sok galak sama gue.” Kata putra sambil kedipin matanya nakal dan mengelus rambut panjang erza sambil mengeluarkan senyum manis andalannya yang buat para cewek pada kena serangan jantung. Erza yang melihat Cuma mencibir sambil memalingkan wajahnya. membuat mereka yang melihat kejadian tersebut Cuma tersenyum geli dan beberapa cewek memandang erza penuh iri dan mengkhayal  pengen ada di posisi dia.
“gue? Suka ? sama cowok macam lo? Ngarep! lo jangan kepedean deh gue suka sama elo, biar seluruh cewek disini muji elo bagai dewa matahari, menatap elo penuh pesona dan elo kakak kelas gue, jangan harap gue akan seperti mereka dan lo dapat hormat dari gue kayak cewek-cewek yang ngejar elo! Ngerti lo?! .” Kata erza sambil melepas tangannya yang dicekal putra dan berlari meninggalkan putra sebelum ditangkap lagi.
“gak ngejar dia put? Hobi bener lu goda gadis galak gitu.” Kata eriko yang sedari tadi bersandar di tembok dan menepuk pundak  putra yang tersenyum melihat erza lari kencang sampai menabrak bak sampah yang ada di depannya dan membuat bukunya sukses berjatuhan lagi.
“enggak deh rik, habis dia lucu kalau gue goda. Haaha.” Kata putra tertawa melihat erza bersungut-sungut sambil membetulkan bak sampah yang dia tabrak dan berlari lagi.
“tapi kasihan juga dia put lo gangguin mulu, emang dia ada dosa apa sih sama elo jadi digituin?.” Kata restu yang baru datang dan berdiri di samping eriko sambil menatap sahabatnya penuh Tanya.
“kagak ada sih sebenarnya, Cuma wajah dia itu yang bikin gue gemes pengen buat dia marah. Udah ah cabut, bentar lagi bel masuk bunyi. Gue males masuk telat, bukannya karna gue rajin, tapi malas diceramahin sama ibu resa yang galaknya gak nanggung-nanggung!” Kata putra sambil berjalan menjauh meninggalkan kedua temannya yang saling menatap bengong.

selama perjalanan menuju kelas, mereka dipandangi penuh puja oleh cewek-cewek SMA Budi Harapan dan adik kelas yang menatap mereka malu-malu  sambil bisik-bisik heboh kayak segerombolan tawon lagi arisan.  Wajar saja mereka begitu, siapa sih yang enggak kepincut dengan pesona Putra Eduardo Pradipta, cowok blasteran jerman,belanda dan indo yang sekarang sekolah di SMA Budi Harapan yang paling elite di kota bandung ini mempunyai hidung semancung pinokio,tampan, berbadan atletis, mempunyai mata berwarna hijau terang  dan tatapan mata yang tajam,rambut hitam legam dibikin Mohawk yang kontras dengan kulitnya yang putih bersih, hobi tersenyum sampe dengan memamerkan kedua lesung pipinya yang dalam dan tatapan matanya berubah mendadak menjadi lembut sukses besar melelehkan hati para cewek di sekitarnya,  cowok tajir yang hartanya kagak habis tujuh turunan ini mempunyai  kedua orang tuanya yang bekerja sebagai direktur perusahaan asing dan mempunyai dua buah mall besar di bandung,  dengan tinggi badan sekitar 180cm, dia sukses menjadi ketua basket yang setiap tahun selalu memenangkan lomba basket baik antar sekolah atau nasional dan judo, juara kelas dari kelas 1 dan beberapa waktu lalu memenangkan lomba olimpiade fisika dan matematika tingkat nasional yang juga meraih juara 1, ketua OSIS yang beberapa bulan lagi akan pensiun  karena sebentar lagi akan menghadapi UN, Eriko Andrian,sahabat putra sejak SMP, dengan tinggi badan sama dengan putra, bekulit kuning langsat, wajah manis dengan tatapan mata lembut, anggota basket dan karate sabuk hitam dan judo tingkat 4, hidung bangir, mempunyai senyum manis banget dan tajir dengan kedua orang tuanya yang bekerja sebagai direktur sebuah bank swasta.  Dan yang terakhir adalah Restu Shahab prasetya, cowok yang bersahabat dengan mereka berdua sejak SMA, mempunyai wajah indo dengan  arab, india dan Indonesia mengalir di tubuhnya, bermata almond dengan warna mata hitam pekat dan alis yang tebal, hidung mancung, bibir tipis, anggota basket, futsal dan berenang, dan sama tajirnya dengan orang tua Putra dan Eriko dengan bekerja sebagai kepala  MPR. Mereka diibaratkan oleh cewek-cewek SMA budi harapan adalah jelmaan malaikat nyasar ke bumi dan gak mau pulang ke surga lagi saking betahnya. *author ngayal*  dan satu hal yang membuat mereka semakin dikejar para cewek adalah…. Sama-sama JOMBLO! Itu yang buat para cewek beringas dekatin mereka bertiga dengan berbagai macam cara. Mereka meladenin semua tingkah gila cewek itu dengan penuh senyum dan seolah olah memberi harapan kepada cewek- cewek malang itu. Ketika yakin cintanya terbalas oleh sang cowok pujaan, mereka pergi untuk menyatakan cinta dan pulang dengan mata sembab dan hati hancur karna ditolak dengan alasan enggak pengen pacaran. *jahat ikh!*
Ketika  melewati kelas 11 ipa,  mereka bertiga melihat Erza berbicara di depan pintu kelas  dengan mata berbinar kepada teman-temannya yang sesekali dia menatap kelas seberang yang dihuni oleh anak kelas 12 Putra cs. Dan beberapa anak cowok mencuri pandang kearah Erza yang tertawa lepas bersama temannya.  Sesekali cowok-cowok yang disekitar kelasnya terpesona melihat  seorang  Erza Noor Assifa, cewek keturunan arab dengan mempunyai mata almond dengan warna cokelat terang dan alis yang tebal memayungi kedua matanya yang indah itu, berkulit putih bersih, bertubuh semampai dan rambut hitam lurus agak ikal yang selalu tergerai, mempunyai kedua lesung pipi yang dalam dan bibir tipis berwarna kemerahan dan ketika tersenyum atau tertawa, membuat dia semakin cantik. jago menari dan main voly, selalu menang dalam debat bahasa inggris dan mempunyai suara yang luar biasa merdu juga jago bermain gitar, biola dan piano. Orang tuanya  kaya raya karena mereka bekerja sebagai direktur perusahaan asing. Tapi kesepian karena kedua orang tuanya sekarang tinggal di singapura dan dia di bandung Cuma tinggal sendiri dengan seorang pembantu yang selalu pulang setiap sore. Seperti Putra yang dipuja oleh kaum Hawa , Bagi kaum Adam, Erza bagi mereka adalah bidadari nyasar ke bumi dan gak bisa balik ke khayangan karna kehilangan selendang ajaibnya. *ketok pake panci*

“erza? Kok lo ngelamun sih? Sambil liat kelas kak putra lagi! Hayoooo.. lo suka kan sama kak putra? Ngaku aja deh.” Kata Dinda, sahabat Erza yang juga teman sebangkunya beserta  kedua temannya lagi cekikikan langsung terdiam ketika melihat si objek berdiri di samping mereka dan memberi isyarat supaya mereka diam.
Erza tersadar dari lamunan mendengar ucapan dinda, tanpa mengalihkan pandangannya dari kelas seberang, langsung sewot dan berkata “gue? Suka sama cowok sengak macam kak putra itu?! Ogah! Lo tau kenapa gue benci dia? Karena dia SOK KEREN! SOK CAKEP! Mentang-mentang semua cewek suka sama dia, dia bebas mainin hati cewek seenaknya! Lo ingat Novi kan? Dia ada nembak si sengak itu kemaren, dan lo tau jawabannya apa? DITOLAK! Kalau dari awal gak suka kenapa harus memberi harapan sama novi dan cewek-cewek yang lain?! Lo tau kan kalo Novi itu juga sahabat gue! Lo kenapa diam din? Lo enggak kes…” kata erza membalikkan badannya dan terdiam dengan mata melotot karna sang objek yang dia benci ada dihadapan dia sambil menatap tajam dan dinda langsung menatap penuh maaf kepada erza.
“kalau lo enggak tau apa-apa soal gue. Gak usah banyak ngoment buruk soal gue.” Kata putra dingin
“suka-suka gue dong mau ngomong apa. Toh gue ngomong sesuai fakta kan dan gak ada unsur mitnah elo. Ngapain ada disini? Lupa kalau kelas lo ada diseberang?.” Kata erza sengit.
“kayaknya mereka bakal perang lagi rik, coba aja lo liat kerumunan itu.” kata restu sambil menunjuk kerumunan yang mulai bisik –bisik ke arah erza dan putra yang dibalas dengan anggukan dan helaan napas pasrah dari eriko
“suka-suka gue dong mau kemana, Cuma gue enggak suka aja. Serasa jadi artis kalau diomongin ama elo. Elo ngapain natap kelas gue? Kangen sama gue yah? Bilang saja deh lo suka sama gue.” Kata putra sambil kedipin matanya.
“iya, elo artis rumah sakit jiwa! Ogah gue kangen sama elo!.” Kata erza pergi ninggalin putra dan masuk kedalam kelas.
melihat itu, putra langsung masuk ke dalam kelas erza dan berjalan mendekati erza . melihat itu, erza semakin panic dan berjalan mundur sampai mentok ke dinding. Putra yang melihat erza panic, langsung mendekati erza dan menunduk sambil berbisik di telinga erza  dengan suara lirih“ jangan galak dong sayang. Entar cantik elo hilang, entar gue gak suka lagi sama elo.” Sambil  meniup lembut tengkuk erza yang harum akan bau parfum mahal dan wangi rambutnya.
erza merinding karena tengkuknya ditiup oleh  putra  ditambah betapa dekatnya jarak mereka sampai dia bisa mencium harum parfum mahal di tubuh cowok itu.  “please kak, menjauh deh. Malu tau!.” Kata erza dengan suara pelan
putra yang tersenyum geli mendengar itu kemudian  berkata “gue mau kok, asal ada syaratnya?.”
“apaan?.”kata erza  sambil menengadahkan wajahnya untuk menatap putra yang jauh lebih tinggi dari dia.
putra tidak menjawab, tapi malah menatap erza tajam dengan tangan kanannya yang menyusuri bentuk wajah erza dan mengelus bibirnya erza dengan ibu jarinya dan tangan kirinya mengunci pergelangan erza yang hendak melawan dan menahannya di dinding. “ini cewek, benar-benar cantik banget.terbius gue sama tatapan mata dia. Kok dia gak ngelawan yah?.” Kata putra senang dalam hati.
penonton yang melihat adegan tersebut Cuma bisa diam seribu bahasa dan saling melotot apabila ada penonton lain buat onar, dinda hanya bisa mengirim doa agar sahabatnya selamat dari pesona kaka kelasnya, sedangkan eriko dan restu Cuma bisa garuk-garuk kepala di samping pintu kelas melihat sahabatnya “bermain” dengan primadona sekolah itu.
sadar bahwa suasana mendukung, putra tersenyum manis menatap erza yang reflex menundukkan wajahnya sambil menutup matanya saking malunya dengan menggigit bibirnya dan wajahnya yang merah, melihat itu, putra mengangkat dagu erza dan wajahnya mendekat sampai hidung mereka saling bersentuhan, putra bisa merasakan erza menahan napas dan akhirnya….

cup! Sebuah ciuman manis sukses mendarat di pipi kanan erza dan di keningnya. erza yang sedari tadi menutup matanya, mulai memberanikan diri membuka matanya dan mengelus dadanya yang serasa jumpalitan saking gugupnya. Kemudian dia menatap sinis putra yang masih ada di depan dia. Melihat tatapan sinis erza, putra Cuma tersenyum sambil meletakkan jarinya ke bibirnya, kemudian meletakkan lagi di bibir erza sambil berkata “ lo masih kecil, gak pantas gue kasih first kiss. Entar aja nunggu lo sudah 17 taun. Baru gue cium. Tapi di tempat yang sepi yah sayang?.” Kata putra kedipkan matanya kemudian tertawa lepas dan meninggalkan erza dan kerumunan lainnya yang bengong akan tingkah dia barusan.

Melihat putra pergi, erza segera sadar dari lamunannya dan dengan emosi merobek kertas di hadapannya kemudian di lempar dan sukses mendarat di kepala putra dan berteriak “dasar cowok gila, gak waras, omes! Gak pantas lo jadi ketua osis dengan tingkah lo kayak gitu!”.
putra yang kaget dengan serangan erza, langsung berbalik dan menatap tajam erza sambil mengambil kertas yang dilempar erza itu. Kemudian berkata “ lo akan nyesal karna lemparin gue dengan ini za. Karna gue akan buat hidup elo kayak neraka!.”
“silahkan saja elo lakuin semua itu! Gue gak takut!.” Kata erza balas menantang putra yang keluar dari kelasnya sambil memegang kertas itu.
“Sudah za, tenang kenapa? Lo gak apa-apa kan?.” Kata dinda sambil tenangkan erza yang masih shock.
“gak apa-apa gimana? Sama aja dia ngelecehin gue din! Tuh cowok kenapa harus selalu gue yang dijahilin? Kayak gak ada cewek lain aja yang bisa dia mainin!.” Kata erza sewot
“justru karna elo ngelawan dia makanya dia jahilin elo mulu. Coba kalo elo diam saja di usilin dia, malah semakin pengen digangguin, pasti dia enggak akan ganguin lo kayak gini. Lagipula, banyak cewek yang pengen di posisi elo za, termasuk gue.” kata dinda mesem-mesem sambil melihat erza dengan muka kepengen.
“dasar gila!.” Kata erza geleng-geleng kepala sambil duduk di kursinya yang disusul oleh dinda yang buru-buru duduk disampingnya diikuti ama teman-temannya yang masih bisik-bisik membicarakan adegan pagi tadi sambil melihat erza geli, yang merasa di tatap Cuma bisa menghela napas dan bersyukur karena guru pelajaran pertama sekarang sudah masuk.

Selama pelajaran berlangsung, erza tidak konsen dengan pelajarannya. Dia masih terbayang dengan kejadian pagi tadi dengan putra. Kemudian dia menepuk kepalanya sendiri dan berkata dalam hati “sudah za! Lo sebel sama dia kan? Ngapain elo ingat putra?! Dia Cuma mainin elo za!.” Tapi sisi hatinya yang lain membantah “ tapi dia lakuin ke gue pasti ada maksud kan? Bagaimana kalo dia suka sama gue? gue gak bohong kali ini, tapi dia itu cakep banget diliat lebih dekat! Belum lagi bau parfumnya bikin mabuk kepayang! Apa merk parfum dia yah? Gue mau beli ah.”
“SUDAH CUKUP! ENYAH LO DARI HIDUP GUE! LO BIKIN GUE GILA!.” Teriak erza tiba-tiba sambil menggebrak meja dengan keras yang membuat semua temannya kaget dan menatap erza yang mulai senyam-senyum gak keruan.
“ERZA NOOR SAFIRA! KELUAR KAMU DARI KELAS SAYA SEKARANG JUGA! KAMU GAK PERHATIKAN PELAJARAN SAYA KAN?.” Kata Pak dendy, guru matematika yang berumur 40an yang gosipnya belum menikah sampai saat ini dan terkenal dengan kegalakan yang luar biasa dan tugas yang gak tanggung-tanggung.
“tapi pak..” kata erza membantah.
“Tidak ada bantah-bantahan! Sekarang bawa tas kamu keluar dan pulang sekarang juga!.” Kata pak dendi marah.
erza lesu mendengar ucapan pak dendi. Dengan membawa tasnya, dia keluar dari kelas dengan tatapan lesu.
“Setelah ini gue kemana? Sekarang mah masih jam 10.an. masa gue pulang kerumah? Atau gue ke mall saja kali yah?.” Kata erza bingung sambil jalan menuju parkiran dan tanpa sengaja menabrak enriko yang membuat mereka jatuh keduanya.
“eh maaf kak, saya gak sengaja. Sakit enggak kak? Kakak gak apa-apa kan? Ada yang luka atau patah enggak kak?.”  Kata erza panic sambil berusaha mencari luka di tubuh enriko.
“Enggak apa-apa za. Toh gue nabrak elo kan? Bukan nabrak tiang listrik kan? Emang kalo nabrak elo gue bakalan patah tulang gitu? Lo kenapa ada disini? Bawa tas lagi. Hayoooooo… bolos yah?.” Goda enrico yang membuat semburat merah di pipi erza.
“ini cewek manis banget. Pantesan aja putra ngegodain dia segitunya. Seandainya gue gak punya gebetan yang gue taksir dari dulu,sudah gue pacarin ini cewek.” Kata enrico dalam hati.
“enggak kak, tadi erza bikin ribut pelajaran pak dendy, makanya diusir keluar kak.” Kata erza lemas
“Wah…. Ribut karna kepikiran masalah dengan putra yah? Pak dendy memang gitu za. Elo yang punya tampang alim aja disuruh pulang ama pak dendy, apalagi gue bertiga dengan putra yang hobi bikin onar, bukan disuruh pulang lagi, tapi disuruh pindah sekolah!.” Kata enrico tertawa yang membuat sekilas lesung pipi sebelah kirinya muncul.
mendengar nama putra disebut, rasa sebal kepada putra yang mebuat dia dikeluarkan dari kelas muncul lagi. Kemudian dia berkata “ gara-gara teman kakak tuh erza jadi dikeluarin! Sudah ah erza mau pulang. Hati-hati aja deh kak temanan sama cowok omes gitu!.” Kata erza marah-marah kemudian dia berjalan menuju mobil audi terbarunya dan menjalankannya dengan kecepatan tinggi yang ditatap rico penuh heran.
Melihat erza pulang dengan marah-marah, tak urung membuat rico tertawa geli dan langsung mengambil hp keluaran paling baru dan mengetik sms pada putra yang isinya “put, gue tunggu di parkiran. Kalo elo bosan ama pelajaran tuh guru, kita cabut aja. Ajak restu deh.”
Gak  perlu menunggu lama untuk menanti balasan seorang putra, karena setelah di sms, dia langsung datang mehampiri rico dan berkata “ lo ajak bolos bro? tumben bener. Ayo deh kita jalan saja.” Kata putra sambil menuju mobil BMW terbarunya terparkir manis di bawah pohon.
“tunggu dulu, restu mana put? Lo gak ajak dia?.” Kata rico curiga sambil berjalan di belakang putra menuju mobil CRV terbaru warna hitam yang terparkir di samping mobil BMW putra.
“bentar lagi nyusul. Tuh dia.” Kata putra sambil menunjuk restu yang lari seperti dikejar waria.
“ayookk cabut.” Kata restu tanpa babibu langsung masuk ke dalam mobil mazda 8 terbaru dan langsung melaju meninggalkan kedua temannya yang bingung melihat tingkahnya dalam mobil masing-masing.

“kita cabut kemana guys?.” Kata restu menelpon kedua temannya menggunakan call conference
“terserah lo aja deh enaknya dimana. Ya gak put?” kata rico
“gue mau pulang ke rumah saja. Baru ingat kalau gue ada janji sama nyokap hari ini temenin dia kerumah sahabatnya. Sorry yah gue cabut duluan. Bye.” Kata putra sambil memutus call conference.
mendengar putra memutus telponnya, restu menghela napas dan berkata “ jadi kita kemana neh? Gue bosan dirumah. Serasa gue nginap di kuburan kalo masuk ke rumah ric.”
“billiard aja di rumah gue gimana?”
ok deh. Gue otw ke rumah elo yah.” Kata restu sambil memutus hubungan telponnya dan melaju menuju rumah rico.

Sementara itu……
putra melaju menuju rumahnya yang berada di komplek paling elit di daerah bandung. Semua komplek mempunyai desain rumah berbeda dan taman yang luas. Setelah masuk ke dalam kompleknya, dia belok ke kanan dan sampailah dirumahnya yang bertingkat 2 dengan gaya minimalis country. Setelah memarkir mobilnya, dia langsung masuk ke dalam rumah yang pintunya dibuka oleh mpok ijah yang sudah bekerja dengan mereka sejak putra masih kecil.  sambil berteriak memanggil mamanya di rumah. Putra mengambil air minum di dapur dan bertanya pada pembantunya “mpok, mama dimana? Kok gak nongol? Memangnya dia gak jadi datang hari ini?.”
“ada apa sayang kamu teriak-teriak di rumah manggil mama?.” Kata seorang wanita  cantik dengan wajah keibuan, bertubuh langsing , berkulit putih dengan wajah blasteran dan hidung mancung sambil bersandar di dinding dapur dengan senyuman manis.
Putra yang kaget dengan mamanya yang datang tiba-tiba langsung memeluk mamanya dan berkata “ ada apa ma? Tumben datang hari ini. Katanya bareng ayah kan? Mana ayah ma.”
mamanya tersenyum melihat putra semata wayangnya yang mewarisi semua fisik dari dia dan ayahnya dan berkata “ayah bentar lagi datang, katanya baru pulang dari jerman ketemu dengan nenekmu. Mama pengen ngomong sama kamu sayang.”
“ngomong apa ma?.” Kata putra penasaran.
“kamu kenal dengan tante meizsa? Sahabat mama itu?.”
“yang anaknya kata mama satu sekolah dengan putra? Ada apa ma?.”
“Sudah ketemu dengan anaknya?.”
“belum ma kenapa?.”
“kok enggak ketemu? Malam ini kita akan ke rumah tante meisya dan kamu harus ikut.”
“kenapa ma?.”
“karena kamu akan mama jodohin dengan anak tante meizsa dan kamu harus mau!.”
“APA?! Putra gak mau!.” Kata putra shock

sedangkan di ditempat lain……
“Apa?! Mama mau jodohin erza dengan cowok yang enggak erza kenal?! Dan mama sama papah pulangke sini hanya untuk bilang itu?! Erza enggak mau!.” Kata erza shock
“mau atau enggak, kamu harus mau tunangan dengan dia. Mama yakin kamu kenal dengan dia, karena dia satu sekolah dengan kamu. Masa kamu enggak tau?.” Kata seorang wanita berwajah arab dengan mata berwarna cokelat terang, berkulit putih dan langsing.
“enggak akan! Pokoknya erza gak mau tunangan! Titik!.” Kata erza marah sambil masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu.

Part 2

JATUH CINTA SAMA ELO?! NO WAY! PART 2 : PAKSAAN
            “kamu jangan kayak anak-anak dong eza! Ayo buka pintunya!.” Kata mama erza di depan pintu kamar anaknya.
           
            “eza gak mau di jodohin ma! Memangnya eza gak bisa cari jodoh sendiri jadi mama repot-repot carikan jodoh buat eza?! Sekali eza bilang enggak, tetap enggak!.” Kata erza ngotot di dalam kamar.
mamanya yang tau sifat anaknya yang keras kepala Cuma bisa menghela napas dan berkata “ok kalau begitu. Jangan salahkan mama kalau semua jadwal les kamu seperti berenang, karate, piano,nyanyi, bulu tangkis akan mama hentikan mulai hari ini dan yang tersisa hanya les bahasa inggris dengan bimbingan belajar.  Bagaimana nyonya eza?.” Ancam mamanya dengan ekspresi puas di balik pintu.
mendengar jadwal lesnya dipertaruhkan, erza langsung keluar kamar dan berkata
            “ kok mama begitu sih? Itu sama saja dengan memaksa kehendak mama sendiri! Eza enggak mau ma. Kenapa sih mama ngotot banget buat jodohin eza?”
            “ini adalah janji konyol mama dengan tante Jennifer, sahabat mama waktu SMA dulu. Kami dulu pernah janji kalau kami menikah dan punya anak pertama yang satu cewek dan satu cowok, maka akan kami jodohkan supaya kami bisa besanan. Dan kemarin dia baru pulang dari Negara suaminya,di jerman dan menelpon mama untuk menagih janji itu. Kamu kan tau mama bukan tipe orang yang suka ingkar janji. Jadi mama iyakan dan langsung pulang hari ini untuk bilang itu ke kamu. Dan dia hari ini atau lusa  mau ke rumah kita jam 8 malam tepat. Bagaimana sayang?.” Kata mamanya memohon.
mendengar penjelasan mamanya, erza Cuma menghela napas dan berkata “eza gak punya pilihan lain nih?.”

            “punya kok. Kamu bisa menolak perjodohan ini, tapi kamu akan kehilangan semua jadwal les kesukaan kamu dan kamu harus focus dengan kedua les itu saja dan kamu harus pindah dari bandung dan ikut mama dan papah ke singapura dan harus siap ikut kemanapun kami pindah. Tapi,….”

            “tapi apa ma?.”
“kalau kamu mau ikut perjodohan ini, kamu akan mama ijinin ikutin semua les kesukaan kamu dan kamu gak akan mama paksa lagi untuk ikut mama dan papah pindah ke singapura dan mama ijinin kamu tinggal di Indonesia selama kamu inginkan. Syaratnya ya kamu harus mau mama jodohkan.  Bagaimana?.” Kata mama erza dengan ekspresi puas melihat anaknya mati kutu.
            “kenapa semua yang gue suka dijadikan sandera gini sama nyokap?! aishhhh…. Masa gue harus ngelepas semua les yang udah gue jalani waktu kelas 1 SMP hanya karna gue gak mau tunangan? Dan gue akan tinggal disini selama gue inginkan. Gue iyain aja deh… toh entar gue bisa cari alasan lain waktu atau selalu bikin ribut sama tuh cowok agar hubungan konyol ini diputusin aja. Kalau nyokap gak mau, mending nyokap aja yang tunangan sama tante Jennifer deh!.” Kata eza dalam hati
            “yaudah ma, eza mau tapi ada syaratnya?.” Kata erza serius
mama erza yang tau kalau ini akan berhasil tersenyum senang dan berkata “ apa syaratnya sayang?.”
            “kalau misalnya eza gak ada kecocokan lagi dengan tuh cowok. Eza akan mutusin hubungan tunangan ini. Biar mama gak setuju, eza akan lakuin itu. Bagaimana ma?.”
Kalau yang tadi eza yang mati kutu karena ancaman mamanya, sekarang mamanya yang mati kutu dengan kesepakatan eza. Setelah berpikir keras, mama nya berkata  “ ok. Mama gak akan maksain kamu untuk lanjutin tunangan ini kalau misalnya gak berjalan sesuai keinginan mama.”
“deal ma?.” Kata eza sambil mengulurkan tangannya karena merasa menang.
“Deal. Dan sekarang kamu harus ikut mama.” Kata mamanya sambil menarik erza keluar
“kemana ma?.”
“keliling mall buat entar malam dan kamu jangan protes.” ancam mama eza ketika melihat anaknya menghela napas berat dan mengikuti mamanya keluar dari rumah.
*Sementara itu, terjadi peperangan di rumah putra…..*
“ma! putra enggak mau! Memangnya putra kurang ganteng apa jadi mama mencarikan jodoh buat Putra?! * pede benar ini anak -,-“ *
Mamanya yang sudah mengira akan jadi begini berkata “ kamu enggak setuju di jodohkan dengan anak tante meisza? Dia cantik lo sayang. Pasti kamu suka deh.”
“biar mama bilang dia cantik kek, dia manis kek, putra enggak mau!.”
“ok kalau kamu enggak mau. Mama gak akan maksa.. tapiiii…….” Kata mamanya sambil memandang putra
“tapi apa ma?.” Kata putra heran
“Semua fasilitas kamu mulai dari mobil, kendaraan, hp, kartu kredit akan mama cabut dan besok mama akan kesekolah untuk memindahkan kamu sekolah di jerman temanin nenek kamu di daerah pedesaan dan kamu gak mama ijinin pulang ke Indonesia sampai lulus SMA di jerman sana dengan nilai sempurna dan kamu harus masuk Freie Universität Berlin dengan nilai yang sempurna juga.  Bagaimana?.” Kata mamanya puas sambil menyebutkan salah satu universitas di jerman yang sangat susah di tembus.
mendengar ancaman mamanya, membuat putra berpikir seribu kali untuk menolak. Kemudian sambil menghela napas putra berkata “ ok deh ma, putra mau di jodohin. Tapi putra dapat apa ma? Kan sama aja mama ngorbanin putra untuk hal aneh macam gini. Harus ada kompensasinya dong.” Kata putra genit.
mamanya kaget mendengar ucapan putra kemudian sambil tertawa dia mengacak rambut putra dan berkata “ mama enggak akan maksa kamu lagi untuk pindah ke jerman dan bujuk semua keluarga di sana agar mereka menerima keputusan kamu dan kamu boleh memilih kuliah yang kamu inginkan.”
“heumm.. kayaknya cukup adil ma. Ok putra mau dijodohin  dengan cewek itu asal ada syaratnya.” Kata putra serius.
“apa syaratnya sayang?.”
“kalau misalnya hubungan perjodohan ini ambruk di tengah jalan, putra mohon banget sama mama agar tidak ikut campur dalam hubungan ini dan menerima semua keputusan kami. Bagaimana?.”
“ok. Mama akan menuruti permintaan kamu. Sekarang kamu ganti baju dulu terus temanin mama makan siang. Setelah itu kita jemput ayah kamu dan langsung ke rumah tante meisza.” Kata mamanya sambil mendorong putra masuk kamar.
“ok deh mama sayang.” Kata putra samba mengecup pipi mamanya kemudian masuk kamar untuk berganti pakaian.

Setelah selesai berganti pakaian, putra keluar dari kamarnya dengan memakai boxer warna hitam dan baju kaos berwarna serupa juga. Dia turun dari tangga dan langsung menghampiri mamanya untuk makan siang.
“ma…. Siapa sih nama anak tante meizsa itu? Memang benar dia cantik ma?.”
“sayangnya mama lupa nama anaknya. Yang mama ingat Cuma nama akhirannya yang sama dengan nama tante meizsa yaitu Asifa. Cantik banget sayang. Wong tante meisza aja cantik begitu, masa anaknya enggak?.”
“asifa? Kok sama dengan nama panjangnya si cewek judes yah? Apa jangan-jangan……” batin putra
“ memangnya mama pernah liat dia jadi mama bilang cantik? Putra rada-rada lupa dengan wajah tante meizsa ma, mama punya fotonya?.”
“fotonya? Punya dong! Bentar mama ambilin.” Kata mamanya masuk kedalam kamar untuk mengambil foto mereka berdua dan keluar lagi dari kamarnya sambil membawa foto di tangannya dan duduk di samping putra.
“ini fotonya sayang. Tante meisza yang disamping mama ini.” Kata mamanya sambil menunjuk foto yang dimaksud
“bentar… bentar…. Kok wajahnya mirip dengan si cewek judes tapi ngangenin itu? Jangan-jangan gue di jodohin sama erza lagi! Wahhh….. kesempatan bagus ini!.” Kata putra puas dalam hati.
melihat anaknya senyam-senyum sambil memandang foto, membuat mamanya bingung. Tapi sebelum sempat bertanya, tiba- tiba hp di dalam kantongnya berbunyi dan ketika melihat siapa yang menelpon, dia tersenyum puas dan meninggalkan putra yang masih melihat foto itu dan mengangkatnya.
“ya za.. bagaimana? Sukses gak kamu bujuk anak kamu untuk di jodohin sama putra?.” Kata mama putra di telpon
“Akhirnya sukses Jen. Walau harus ngancem dia dulu.” Kata suara di seberang sana tertawa.
“memangnya kamu ancam dia apa za jadi anak kamu nurut? Setau aku, dia kan sama kerasnya sama kamu.”
“aku ancam semua les tambahan dia bakalan di stop mulai hari ini kecuali bimbingan belajar sama kursus bahasa inggris. Dan dia harus ikut aku tinggal di singapura dan siap kalau suatu saat nanti kami akan pindah Negara lagi. Aku kan tau dia paling luluh kalau jadwal lesnya di ganggu gugat. Makanya dia nurut.  kalau putra gimana jen?.”
“Sama saja sih dengan kamu. Dia ku ancam kalau enggak mau di jodohin, semua fasilitas yang ku beri sama dia akan ku cabut dan dia harus pindah ke jerman untuk temanin neneknya di pedesaan dan sekolah disana. Dan dia harus lulus sekolah dengan nilai sempurna dan masuk ke universitas jerman dengan nilai sempurna juga. Dia kan paling anti kalau disuruh sekolah disana. Akhirnya dia mau deh.”
“hahahahahaaa…. Tapi ada syaratnya jen dari erza soal ini”
“apa syaratnya za?.”
“kalau nanti ada masalah di hubungan pertunangan ini, kita harus setuju dengan keputusan mereka dan tidak akan memaksa untuk dijodohin lagi. Kamu enggak apa-apa kan jen?.” Kata mama erza cemas.
“Enggak apa-apa kok. Sebenarnya putra juga ngomong kayak gitu ke aku sebagai syarat dia mau di jodohin. Toh yang menjalani hubungan ini kan mereka jen, bukan kita. Kita mah cuma sebagai perantara aja. Siapa tau jodoh beneran. Oh iya, bagaimana dengan kabar kamu dan suamimu si Erwin? Baik-baik saja kan?.”
“iya, semoga saja apa yang kita lakukan ini akhirnya membawa hasil yang bagus, walau harus dipaksa dulu. Oh mas Erwin baik aja kok. Kalau kalian berdua gimana? Baik aja kan?.”
“iya, aku dan Mario baik-baik aja kok. Nanti entar malam atau lusa akan kerumah kamu untuk bahas masalah ini dan mempertemukan mereka berdua. Kalau jadi nanti aku telpon deh. Gimana?.”
ok deh Jen, eh sudah dulu ya.. nanti si Erza marah lagi kalau aku ngilang. Soalnya kami lagi terpisah di mall.  Sampai jumpa lusa Jen.”
“Sampai jumpa juga za. Take care yah.” Kata mama putra sambil menutup telpon dan tersenyum.
“dari siapa ma? Dari ayah ya? Mama kayak senang gitu.” Kata putra melihat mamanya masuk ke ruang makan sambil tersenyum.
“bukan kok. Ini dari tante meizsa. Dia bilang jadi gak kita ke rumah dia hari ini. Mama bilang aja kalau enggak hari ini yah besok saja. Soalnya kan papah kamu pulang malam ini.”
“kalau begitu, mending besok saja ma kita ke tempat tante meizsa. Kan kasian ayah capek-capek dari bandara langsung ke rumah tante meizsa.”
“iya juga sih. Ya sudah besok kita ke rumah tante meisza. Mama yakin. Kamu pasti akan setuju dengan perjodohan ini.”
“terserah mama saja deh maunya gimana. Putra ke kamar dulu ya.” Kata putra sambil mendorong kursi makan ke dalam dan berlari naik tangga menuju kamarnya.

melihat tingkah anaknya, mamanya tersenyum dan mengambil kunci mobil. Kemudian dia naik ke lantai atas dan mengetok kamar putra sambil berkata “ put, kamu ikut mama enggak ke mall? Masa mama baru datang capek-capek kamu ngumpet di kamar?.”
putra keluar dari kamarnya dan berkata “ aduh ma…. Kalau mama capek ya istirahat. Jangan ke mall. Ke mall? Boleh juga tuh. Sumpek di rumah ma.”
mamanya tersenyum mendengar ucapan putra dan berkata lagi “ yasudah kalau kamu mau ikut lekas ganti baju! Masa kamu makai baju ini ke mall? Jangan malu-maluin mama dong.”
“ok deh ma. Ich warte ein paar Minuten. Mom und ich werde kommen. Wie? (tunggu aku beberapa menit.  Dan aku akan mendatangi mama keluar. Bagaimana?)." kata putra menggunakan bahasa jerman.
”ok
lieben. nicht für lange.(ok sayang. Jangan lama-lama).“ Balas mama putra sambil keluar dari kamar anaknya.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya putra keluar dengan memakai baju kaos warna biru muda yang terlihat pas di tubuhnya, rambut mohawk, dan celana jins dengan warna senada dan memakai sepatu kets, dia menghampiri mamanya yang Cuma memakai celana jins dan baju kaos berwarna merah bata dan rambut cokelat tergerai yang membuat dia sekilas seperti anak kuliahan. “sudah siap put?." Tanya mamanya melihat penampilan anaknya.
“siap dong ma. Ayo berangkat." kata putra sambil memutar kunci mobil dan berjalan menuju mobilnya.

Sepanjang perjalanan, putra cerita dengan mamanya soal sekolah dia dan bertanya bagaimana keadaan mamanya selama di Jerman. Kemudian setelah memasuki sebuah mall dan memarkir mobilnya di sana. Dia berkata kepada mamanya “ma, putra di toko buku aja yah nunggu mama. Gimana?.“
“ok deh sayang. Nanti kalau mama sudah selesai belanja, mama akan telpon kamu dan kita langsung jemput ayah di bandara.“
putra mengancungkan jempolnya tanda dia setuju dan berjalan meninggalkan mamanya yang sudah memasuki butik pertamanya menuju toko buku.
Setelah memasuki di salah stau toko buku, putra melihat erza sedang duduk membaca buku dengan memakai jumpsuit selutut berwarna biru malam terlihat bagus di kulitnya yang putih, sepatu flat warna abu-abu, dan rambut tergerai panjang yang dihiasi oleh sebuah bando menghiasi kepalanya yang membuat beberapa cowok melihat ke arah gadis itu. ‘‘ini cewek, enggak di sekolah, enggak di mall. Tetap aja jadi pusat perhatian orang. Gue kerjain ah.“ Batin putra jahil.

Putra mengambil sebuah buku dan diam-diam duduk di samping gadis itu sambil menatap tajam kepada cowok-cowok yang melihat ke arah erza. Kemudian dia meletakkan tangannya di bahu erza yang mebuat gadis itu refleks memukul badannya dengan buku yang dia baca sambil berkata “eh jangan kurang aj... kok ketemu lagi sih?! Ya Allah, dosa apa gue jadi ketemu cowok enggak jelas kayak elo. Sial bener hidup gue.“ Rutuk erza.
“gue juga bingung kenapa bisa ketemu elo disini, apa jangan-jangan kita jodoh jadi ketemu disini? Buktinya aja warna baju gue sama dengan warna baju elo. Wah....." kata putra puas.
“bener-bener bentar lagi gue bakal sial dekat dengan elo!.“ Kata erza berdiri dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan putra yang tersenyum melihat tingkahnya.
“lo itu menarik za. Makanya gue suka bikin elo marah. Di saat cewek lain mengejar-ngejar gue, elo malah sibuk kibarin bendera perang sama gue. Pokoknya gue gak mau lo dekat sama cowok lain!.“ Tekad putra dalam hati.

melihat erza berjalan meninggalkannya, tiba-tiba...

Part 3
 "Aku membencimu. sangat, sangat membencimu hingga ke sumsum tulang belakang! dan aku membenci takdir dimana kita disatukan dalam ikatan pertunangan! bah! bermimpi saja kau, boy bahwa aku mau bertunangan denganmu!"




Tiba-tiba….
“mama??.” Kata erza dan putra berkata bersamaan dan  kaget melihat mama mereka saling akrab satu sama lain.
“Eh Jen, ini anakku Erza. Yang aku certain itu lo. Dan Erza, ini tante Jennifer, yang mama certain sama kamu siang tadi.” Kata mamanya sambil mengenalkan Erza yang shock dengan apa yang dilihat.
“Erza tante. Tapi panggil saja Eza enggak apa-apa kok.” Kata Erza tersenyum sambil mengulurkan tangannya.
“wajah tante Jennifer mirip banget dengan putra. Tunggu dulu! Kata mama, gue dijodohin dengan anaknya tante Jennifer. Jangan….jangan… TIDAK!!!!!.” Jerit Erza dalam hati.
tante Jennifer membalas senyuman erza dan uluran tangan erza.  kemudian menarik putra yang di samping erza dan berkata “za, ini putra. Anakku yang aku certain itu lo. Putra, ini tante meizsa, sahabat mama.”
“putra tante.” Kata putra sambil tersenyum.
melihat putra berdiri di samping erza. Membuat Jennifer tersenyum dan berkata kepada Meizsa “ wah za, kayaknya kedua anak kita saling kenal. mungkin rencana kita akan sukses deh menjodohkan mereka berdua. Toh tanpa campur tangan kita, mereka sudah dekat sendiri.”
“iya Jen. Aku setuju dengan kamu. Yasudah za. Mama tinggal dulu ya. Kamu jalan saja sama putra ok?.”
erza yang kaget dengan perkataan tante Jennifer ingin bertanya, tapi tangan kirinya urung disenggol oleh putra dan membuat dia manyun melihat mamanya berjalan meninggalkannya.
“lo ngapain sih senggal-senggol gue hah?! Lo anaknya tante Jennifer ya? Kok gue baru tau ya?.” Kata erza sinis setelah mamanya dan mama Putra berjalan menjauh.
“terserah gue dong mau senggol siapa. Yaiya dong! Lo hidup di bumi berapa taun sih jadi elo gak tau gue anak tante Jennifer, sahabat nyokap elo dari SMA? Makanya elo harus update soal gue.”
“emang elo siapa dan apa untungnya buat gue untuk update soal elo?! Apa?! Jangan bilang kalo elo yang dimaksud nyokap gue! dan gue sama elo…. akan…NO WAY!” kata erza histeris sambil menutup mulutnya dan memandang putra dengan tatapan ngeri.
“akan apa? Di jodohin? Oh…… jadi elo yang dimaksud mama gue? wah… bagus deh. Kalau elo yang dijodohin, gue mah setuju banget! Jangankan dijodohin, suruh nikah sekarang ama elo aja gue mau.”
“gue yang ogah nikah sama elo! Lo harus ingat kakak Putra yang terhormat, gue, Erza Noor Asifa akan berjuang sekuat tenaga gue untuk menghentikan perjodohan gila ini! Jangan mimpi deh gue mau bersanding sama elo! Mimpi jadi pacar elo aja gue males! Apalagi jadi suami gue?! cuih!.” Kata erza sambil memandang putra dengan sinis kemudian keluar dari toko buku dengan hati dongkol.
“I’ll be see dear.” Kata putra tertawa melihat erza keluar dari toko buku dan mulai melanjutkan pencariannya mencari buku.     
                        
Sementara itu, erza berjalan menuju sebuah coffee shop favorit dia dan memesan minuman chocolate ice kesukaannya kemudian duduk manis di meja sambil merenung “what? Gue dijodohin dengan putra?! Ya Allah, kenapa nasib gue jadi apes begini? Kenapa juga gue gak tanya sama nyokap siapa cowok yang dijodohin sama gue. kalau tau yang dimaksud adalah si sengak sih, mending gue pindah sekolah daripada di jodohin! Aishhh…..!! bego bener deh!” Gerutu Erza dalam hati.
Tak lama kemudian, Erza tersentak dari lamunannya karena mendengar hp dia berbunyi, segera dia buru-buru mengambil hpnya dan berkerut kening melihat no hp yang tak dia kenal. Kemudian, dengan penasaran erza mengangkat telponnya dan berkata “halo? Ini siapa yah?.”
“lo gak usah repot-repot mikirin gimana caranya supaya nyokap elo batalin perjodohan ini, karena apa? semua cara elo gak akan berhasil.  Oh iya, simpan yah no hp gue dan jangan disebarkan dengan orang lain!. karena lo sekarang jadi milik gue. jadi gue akan melakukan apa yang gue mau yang membuat hidup elo seperti di neraka dan hidup gue seperti disurga. hahahahha” Kata suara seseorang di seberang sana yang membuat erza tambah panas.
“elo tau darimana no hp gue? eh elo itu yah… tututututuuutttt. Aishhh!! Putus lagi telponnya! Dasar sengak!.” Umpat erza karena telponnya diputus secara sepihak oleh putra yang tertawa ngakak di seberang sana.
Kemudian, erza menelpon mamanya dan setelah telepon tersambung, dia berkata “mama dimana? Pulang yuk. Bête!.” Kata erza
“pulang? Ok deh sayang. Kamu dimana? Masih di toko buku dengan putra?.”
mendengar nama putra disebut, membuat erza semakin sebal dan berkata “bisa gak mama jangan sebutin cowok sengak itu di depan erza? Sebel ma! Erza di coffee shop tempat biasa ma. Samperin yah.”
“duileee…. Yaudah deh mama kesana. Bye sayang.” Kata mamanya sambil menutup telponnya.

tak lama kemudian, mamanya datang dan erza langsung menghampiri mamanya kemudian dia berkata “kita langsung pulang yah ma? Udah malam ini, esok eza turun sekolah. Dan eza mohon banget, mama jangan bahas soal putra yah.” Kata erza memohon
“ok sayang.” Kata mamanya sambil tersenyum.

Sepanjang perjalanan, erza Cuma diam saja dan menjawab apa yang ditanyakan mamanya. Setelah sampai dalam rumah, erza mencium pipi mamanya kemudian masuk kamar dan langsung tidur.



sedangkan d irumah putra..
“mama kok gak bilang kalau anak tante meizsa itu namanya Erza? Kalau itu mah, putra setuju banget ma di jodohin sama dia. Secara.. putra suka sama dia ma. Hahaha.” Kata putra tertawa setelah sampai di rumah tengah malam karena menjemput ayahnya di bandara
“kamu suka sama erza? Wah bagus dong! Mama juga baru ingat kalau nama anaknya tante meizsa itu adalah Erza. Cieeee… anak mama mulai suka cewek sekarang. Yasudah, kamu tidur deh sana, besok kan kamu sekolah.” Kata mamanya mengingatkan.
“iya, kamu tidur sana. Entar telat bangun ribut sendiri.” Kata ayahnya menimpali sambil mengacak rambut anaknya.
“ok bos!.” Kata putra sambil tersenyum kemudian dia lari masuk kamar dan memandang foto Erza yang sedang tersenyum hasil jepretan diam-diam dari rico karena dia gak berani foto Erza sendiri.
“lo itu cantik za. Tapi bukan karena itu gue suka sama elo. Elo itu unik, berbeda dengan cewek lain dan apa adanya. Di saat semua cewek sibuk cari perhatian sama gue, berusaha makai topeng terbaik mereka masing-masing agar gue peduli dan menutupi ketidak sempurnaan mereka,  elo malah acuhin gue, anggap gue biasa aja malah kibarin bendera perang sama gue. itu yang gue suka dari elo za.” Kata putra tersenyum kemudian dia tertidur sambil memegang foto erza.


Pagi hari di rumah masing-masing….
“ma, erza berangkat dulu yah.” Kata erza sambil mengecup pipi mamanya yang sedang makan
“kamu gak makan pagi sayang? Entar sakit lo.” Kata mamanya khawatir.
“Enggak ma, erza bawa roti aja. Dah mama…” kata Erza sambil mencium tangan mamanya kemudian dia mengambil kunci mobil dan segera melaju karena dia sudah telat.

“yah, ma, putra berangkat dulu yah.” Kata putra setelah selesai makan pagi
“hati-hati sayang. Oh iya, jangan lupa kita hari ini ke rumah tante meizsa. Iya kan pah?.” Kata mamanya sambil memandang suaminya yang sedang minum teh.
Ayah putra Cuma tersenyum sambil memandang anaknya dan berkata “ iya. Sudah kamu sekolah sana. Entar telat lagi.”
“ok deh yah. Bye ma…” kata putra sambil mengambil kunci mobilnya dan segera menuju sekolah.
Sesampai di sekolah, erza yang melihat putra baru datang  sekolah, buru-buru mengambil tasnya dan keluar dari mobil sebelum dia dibikin jengkel lagi oleh putra.
putra yang melihat tingkah erza, Cuma cekikikan dan keluar dari mobil dan berjalan dengan gaya cool yang membuat semua anak cewek pada terpesona. Dia melihat jam tangannya sebentar kemudian tersenyum dan berbelok menuju tangga kelas 11 dan melihat erza sedang berbicara dengan temannya sambil berdiri di depan kelas dan sesekali mengibaskan rambutnya karena menghalangi matanya, putra yang melihat itu langsung mengeluarkan sebuah ikat rambut yang berbentuk kupu-kupu cantik berwarna biru malam dari kantong  celananya yang dia beli kemaren kemudian mendekati erza dan mengikat rambutnya yang panjang itu  Sambil menundukkan badannya agar bisa berbisik di telinga erza yang mendadak tegang dengan tingkahnya dan berkata “makanya, diikat dong rambut lo. Lo tetap cantik kok di mata gue bila diikat rambutnya. Tenang saja, gue gak akan berpaling dari elo kok hanya karena rambut elo diikat. Dan gue mau elo pakai ikat ini sampai entar malam. Gue mau ke rumah elo malam ini dengan keluarga gue. dandan yang cantik yah sayang.”  Sambil berkata begitu, putra meniup lembut belakang telinga erza  dan pergi meninggalkan erza yang masih tegang dengan perlakuan dia tadi.

sadar apa yang dilakukan putra, Erza berlari mengejar putra yang sedang menuruni tangga sambil berteriak memanggil namanya. Melihat Erza mengejar dia, putra tersenyum menang dan berkata “ kenapa? Elo mau bilang makasih sama gue? gak usah segitunya kali. Elo cukup dandan cantik malam ini dan pakai ikat rambut itu sebagai hiasan rambut elo udah cukup kok buat gue. Atau lo setuju kita dijodohkan?.” Sambil senyum puas.
mendengar itu, erza memasang muka sinisnya dan melepas ikatan rambut yang diberi putra dan meletakkan di tangan laki-laki itu sambil berkata “makasih atas perhatiannya, tapi gue gak butuh! Gue bisa beli sendiri dan jangan pernah mikir tindakan elo ini bakal luluhin hati gue untuk terima perjodohan ini! Kalau bukan jadwal les gue gak jadi korban, gue gak mau dijodohin paksa kayak gini! Dan jangan harap malam ini elo liat gue dandan seperti yang elo inginkan di rumah! Karena gue belum nyerah!.” Dan pergi meninggalkan putra yang tercengang dengan tingkahnya dan sambil tersenyum, dia memainkan ikat rambut yang dia beri kepada Erza dan berkata dalam hati “lo boleh ngomong benci sama gue za. Tapi elo harus ingat. Cinta ama benci perbedaannya cuma setipis benang tisu.dan gue akan buat elo suka sama gue za.” Tekad putra sambil berjalan menuju kelasnya.

sepanjang pelajaran, erza tidak bisa konsentrasi dengan pelajarannya, tatapan matanya selalu memandang kelas putra cs yang berada di seberang sana. Dinda yang melihat tingkah sahabatnya hanya bisa menghela napas dan berkata “elo kenapa za? Kayak ada beban begitu.”
erza terdiam mendengar kata dinda, sambil merenung dia berkata “apa yang elo lakuin kalau cowok yang selalu bikin elo kesel banget sampe  pengen bunuh diri itu ternyata akan di jodohin dengan elo? Dan bila elo gak mau terima itu, elo akan kehilangan apa yang elo suka selama ini. Elo akan terima atau enggak?.”
“jujur gue bingung jawabnya za, kalau dia yang terbaik buat gue, gue akan terima walau dengan hati dongkol. Siapa tau seiring perjodohan ini, gue akan suka sama dia. Tapi, kalau elo udah jalanin dan elo gak sanggup, ngapain di terusin? Cuma bikin hati nyesek aja. Kenapa nanya gitu za?.”
“sebenernya gue……. Eh.. udah istirahat tuh. Gue duluan ke kantin yah. Lo mau ikut? Atau enggak, gue ajak Arny aja..” Kata erza tersenyum kemudian memanggil Arny yang sedang ngobrol dengan temannya untuk makan di kantin.
“eiiiitss! Gue ikut! Enak aja lo main tinggal!.” Kata dinda sambil menyusul mereka berdua.

sesampai di kantin, Erza yang sudah semangat ’45 pengen makan siang karena perutnya sudah konser dari tadi, mendadak kenyang melihat Putra cs sedang makan. Pengen menghindar, tapi perut sudah keroncongan, terpaksa dia melewati putra cs yang disusul oleh arny yang malu-malu kucing sambil sesekali melirik rico. Yak! Arny memang menyukai Rico sejak dia masuk di sekolah ini. Tapi dia merasa tau diri karena dia merasa Rico tidak menyukainya dan hanya menganggap dia sebagai adik kelas saja. Tapi tanpa dia sadari, sebenarnya Rico juga menyukai Arny dan mereka serasi aja kalau pacaran karena Arny Debora adalah seorang cewek yang lembut dan halus tutur kata *maklum keluarga keraton*, wajahnya manis khas orang jawa dan berkulit sawo matang Cuma karena mereka sama-sama malu . Jadi ya.. begitulaaahhhh…
Rico yang sedang minum, melihat cewek pujaannya lewat, dia langsung tersedak dan membuat Arny spontan noleh ke arah dia dan langsung tersenyum memamerkan lesung sebelah kirinya dan giginya yang putih bersih dilengkapi dengan gingsul yang membuat dia terlihat tambah manis. Putra yang melihat kejadian itu, kontan saja tertawa dan berbisik kearah restu yang di sampingnya untuk melihat tingkah rico dan tertawa bersama. Rico yang melihat Cuma mesam-mesem gak keruan sambil meninju lengan putra dan berkata “Alahh lu! Sok bener ledekin gue. kayak elo gak pernah ngalamin aja.”
putra yang masih tertawa berkata di sela tawanya “ tapi kan masih mending gue deketin cewek yang gue suka walau galak minta ampun, daripada elo?! Liat dia gak keruan! Diambil baru tau rasa. Tuh cewek manis juga, gue godain boleh gak ric? Elo gak suka juga kan?.” Goda putra dan tertawa melihat rico manyun dan segera bangkit dari kursinya sambil membawa makanannya dan duduk di sebelah erza yang kaget dengan kedatangannya sambil menatap putra dengan tampang mengejek.
“kakak, ngapain disini? Erza bukannya ngusir lo kak. Tapi kakak jangan duduk disini deh. Entar.. tuh kan apa feeling gue! temen omes kakak kesini tuh! Kakak sih duduk disini!.” Kata erza lesu sambil melihat putra yang berdiri di hadapannya sambil berkata dengan lemah lembut “za, gue boleh duduk disini gak dengan restu?.”
“tempat duduk lo mana? Kalau kak restu boleh deh, tapi kalau lo, jangan harap!.” Kata erza menantang.
“kok lo gitu sih sama gue? pilih kasih bener!.”
“ya jelas dong! Pokoknya kalau elo di dekat gue, pasti gue sial banget.! Liat elo nyamperin kesini aja udah bikin gue gak nafsu makan! Ayo guys cabut!.” Kata erza sambil berdiri dari tempat duduknya dan  melirik Arny yang sedari nunduk aja kayak belalang sembah dan Dinda disampingnya yang menatap putra dengan penuh pesona yang mebuat erza tambah jengkel.

melihat gelagat Erza mau lari, Putra langsung menghampiri erza dan memeluk dengan erat tanpa mempedulikan erza yang sedang mencoba melepas pelukan dia. Pengunjung kantin saat itu kaget luar biasa dan menatap mereka berdua dengan tatapan yang sangat sulit di artikan. Menyadari hal itu, putra memasukkan tangannya di kantong celananya dan mengeluarkan sebuah jepit rambut yang indah dan meletakkannya di sela rambut erza. Sambil tersenyum,  putra berbisik di telinga erza dengan nada mengancam “ sekali lagi elo kembalikan barang pembelian gue, jangan harap elo akan tenang seumur hidup elo. Pakai jepit itu sampai malam nanti dan dandan cantik kalau enggak. Lo liat akibatnya, ngerti nyonya Erza Noor Pradipta?.”  Dan melepas pelukan erza.
“elo salah ngancam orang Putra! Karena gue bukan tipe cewek takut dengan gertakan elo! Ini gue kembaliin! Gue gak butuh! Dan gue gak sudi nama belakang nyokap gue diganti dengan nama belakang cowok omes macam elo!.” Kata Erza sambil melepas jepit rambut yang diberi putra dan meletakkan di meja kemudian menatap penuh ejek ke putra dan meni nggalkannya diikuti oleh dinda dan arny dengan tatapan penuh iri oleh para cewek yang pengen di posisi dia.

putra yang kaget dengan sikap erza mulai tersenyum, kemudian dia mengambil hpnya dan mengetik sebuah sms yang isinya “elo nantang gue erza. Ok! Karna elo gak mau nurut kemauan gue, gue akan mencari kelemahan elo supaya elo nurut sama gue!.”
Erza yang membaca sms putra di taman belakang tersenyum mengejek sambil membalas “cari saja sampai dapat, gue gak takut. Ngapain gue ikutin kemauan elo?! Gue bukan siapa-siapa elo!.” Dan terkirim. Setelah itu, buru-buru dia masuk kelas karena bel pelajaran selanjutnya  telah berbunyi.
                                    
Setelah terkurung selama 4 jam pelajaran bahasa inggris dan bahasa jepang, akhirnya bunyi bel pulang “bernyanyi” juga. Mendengar itu, erza langsung membereskan mejanya dan kabur tanpa mempedulikan dinda yang teriak karena di tinggal erza.

sambil berjalan menuju parkiran mobil, erza melihat putra berdiri disamping mobilnya dengan tampang yang menurut dimata para cewek adalah keren, tapi di mata erza yang benci dengan semua tingkah putra adalah tampang minta ditonjok. Sambil menghela napas, erza mendekati mobilnya dan berkata “ngapain lo disini?,ini mobil gue! atau lo lupa yah dimana naroh mobil jadi nongkrongin mobil gue? Atau lo berubah profesi dari cowok penuh pesona yang bikin gue muak setengah mati menjadi tukang parkir di sekolah ini? Bagus aja deh. Muka lo cocok jadi tukang parkir.” Kata erza sengit.
“lo ikut gue!.” kata putra tanpa menghiraukan ejekan erza  sambil menarik gadis itu menuju mobilnya.
Erza yang kaget dengan sikap putra kontan saja berteriak sekeras-kerasnya yang mengundang semua penghuni sekolah di tempat kejadian melihat tingkah mereka sambil berkata “ gue gak mau ikut lo! Lepasin gak?! .”
“gue gak mau lepasin! Lo harus ikut gue!.” kata putra balas berteriak.
“mobil gue gimana nasibnya kalau gue harus ikut cowok macam elo? Lo gak ada hak buat maksa gue!.”
“ntar gue antar balik lo kesini! Yang penting lo harus ikut gue! jelas dong gue punya hak sekarang, karna gue calon tunangan elo!.” kata putra memaksa sambil mengeratkan cekalannya di tangan kiri erza yang membuat gadis itu kesakitan.
kesal dengan sikap putra, erza menginjak kaki putra keras-keras sambil mengangkat tangannya yang dicekal putra kemudian menggigitnya sampai cowok itu berteriak kesakitan dan spontan melepas cekalan tangannya.
sadar dengan hal itu, erza langsung lari menuju mobilnya sambil berteriak minggir kepada semua orang yang menghalangi jalannya dan masuk kedalam mobil dan menjalankannya dengan kecepatan tinggi meninggalkan putra yang berlari di belakangnya.

melihat gadis itu berhasil meloloskan diri, putra berteriak penuh marah sambil menuju mobilnya dan menjalankannya dengan kecepatan tinggi menuju rumahnya sambil bertekad akan membalas semua perlakuan erza kepadanya.

Sesampai di rumah..
“hosh.. capek! Gila tuh cowok! Megang pergelangan  tangan gue ampe biru gini! Untung gue berhasil kabur sebelum masuk mobil dia, coba kalau enggak? Bisa mampus gue!.” kata erza sambil mengelus dadanya penuh syukur sambil berebah di kamar.
“Eza.. kamu sudah pulang kan? Nanti malam tante Jennifer akan kerumah kita malam ini. Jadi kamu sekarang mandi dan dandan yang cantik yah. Sekalian sms putra dia ke rumah jam berapa. Mama mau siapin makan dulu” Kata mamanya di balik pintu
“what? Sms putra duluan? Ogahh!! Mending gue sms orang gila atau cowok psycho daripada sama cowok tukang paksa itu! Nyari mati namanya.” Sungut erza dalam hati .
“erza mau ke rumah dinda ma, mau ngerjakan tugas bahasa inggris.” Kata dia beralasan.
mendengar itu, mamanya langsung masuk ke dalam kamar dan berkata “ kamu harus ketemu dengan keluarga putra! Atau kamu mau membatalkan perjodohan ini dengan putra? Boleh-boleh saja sih kamu membatalkan, tapi kamu harus mengikuti persyaratan yang kita buat. Kamu kenapa sih dengan putra? Berantem yah? Perasaan kemarin waktu ketemu kamu baik-baik saja kok.”
“ih! Mama gak tau sih putra itu gimana! Nih mama liat tangan eza! Biru kan? Itu gara-gara dia pas pulang tadi maksa eza ikut ke mobil dia ma!.” Kata eza mengadu kepada mamanya.
“Ah.. mungkin karena hal lain itu jadi tangan kamu biru, bukan karena putra. Mama liat dia baik kok, dia bisa jaga kamu dan lindungin kamu. Sudah kamu mandi sana, dan dandan yang cantik. Ok?.” Kata mamanya sambil mencubit pipit eza dan keluar dari kamarnya.

“kok nyokap gak percaya sih?! Ini kan memang gara-gara putra! Tuh anak pake pellet apaan sih jadi nyokap gue kayak gini?! Bener-bener tuh anak!.” Gerutu erza sambil mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

Selesai mandi, dia keluar dan memandang lemari pakaian sambil garuk-garuk kepala. Kemudian, dia mendapat ide segar dan langsung mengambil baju itu dengan hati senang
setelah selesai, dia menghampiri mamanya ke kamar dan mamanya kaget melihat erza hanya memakai daster lusuh dengan rambut acak-acakan. Sambil menarik erza masuk kamar, mamanya ngomel “ kamu kenapa pakai baju ini? Kamu ganti bajunya sana di kamar! Tuh sudah mama taroh di ranjang. Setelah itu, kamu ke kamar mama. Biar mama yang dandan kamu.”
“tapi maa..” kata erza memasang muka melas yang biasanya mamanya akan luluh kalau meliat wajahnya itu.
“enggak ada tapi-tapian! Ayo kamu ganti baju sana. Mama hitung sampai 5 neh.. 1….2…3..” kata mamanya menghitung
“iya deh ma.” Kata erza manyun dan masuk kamar kembali untuk mengganti baju yang dia kenakan dengan baju yang diberi mamanya dengan hati dongkol.

Setelah selesai, erza  keluar dari kamarnya dan masuk ke kamar mamanya yang sudah menunggu dia dari tadi, kemudian erza duduk di meja rias dan pasrah sambil menutup mata dengan apa yang mamanya lakukan dengan wajahnya.

Setelah setengah jam, akhirnya mamanya berkata pada erza “sudah selesai erza. Kamu cantik sekali. Ayo buka mata kamu.” Dan ketika erza membuka matanya, dia kaget dengan apa yang dilakukan mama kepadanya. Rambutnya yang lurus agak ikal berubah menjadi ikal seutuhnya, dengan make up yang natural, membuat aura kecantikan erza semakin keluar dan di rambutnya ada sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu besar berwarna biru malam. Sambil tersenyum, mamanya berkata “kamu cantik sekali sayang. Sudah kamu keluar dan tunggu seseorang yah.” Kata mamanya kedipkan matanya.
“siapa ma? Misterius bener.”
“makanya kamu keluar dan lihat sendiri. Mama mau dandan dulu” Kata mamanya tertawa.

penasaran dengan siapa yang dimaksud mamanya, erza keluar dari kamarnya dan memekik riang karena melihat ayahnya yang jauh-jauh datang dari singapura akhirnya datang kerumah. Sambil berlari, erza memeluk ayah dan berkata “Ayah jahat! Kok gak bilang sih sama erza kalau ayah pulang hari ini?.” Kata erza ngambek
“maaf sayang, ayah sengaja ngasih surprise buat kamu. Wah… anak ayah cantik sekali.  Siapa sih cowok yang beruntung mendapatkan permata ayah ini?.”
“iya dong. Anak ayah gitu lo.. bagi cowok itu, dia beruntung mendapatkan eza, tapi bagi eza, itu adalah kesialan tiada akhir.” Sungut eza yang mebuat ayahnya tertawa.

setelah berkata begitu, terdengar bunyi bel dirumahnya berbunyi, membuat mpok surti, pembantu baru mereka  yang berumur 40-an tergopoh-gopoh membuka pintu dan terpesona dengan apa yang dilihatnya.

Dihadapan mpok surti, berdiri seorang cowok tampan dengan memakai tuxedo berwarna biru malam, warna kesukaan gadis itu, dengan rambut dibikin spike dan tersenyum manis yang membuat mpok malang itu tersihir dengan ketampanan putra, di belakang putra, berdiri seorang wanita cantik berwajah blasteran jerman- indonesia memakai dress berwarna merah bata,dengan rambut cokelat tergerai indah  dan bermata hijau terang.dan seorang pria tampan berumur 40an berdarah jerman-belanda, memakai tuxedo berwarna hitam dengan warna mata hitam pekat. Mereka saling tersenyum, kemudian mamanya berkata “apakah disini rumah keluarga Pak Erwin?.”
“tentu saja nyonya, silahkan masuk.” Kata mpok surti sambil mempersilahkan masuk dan sesekali member senyuman genit pada putra.

melihat itu, erza langsung menemui keluarga putra dengan berat hati dan terkesima apa yang dilihatnya, apalagi putra. “gila ini cowok ganteng bener! Dan make baju warna kesukaan gue lagi! Ya Allah…. Coba dia gak ngeselin gue, pasti gue akan sujud syukur karena di jodohin dengan dia. Gue benci mengakuinya, tapi, gue suka dengan penampilan dia malam ini” kata erza dalam hati.

sedangkan itu, putra terpesona melihat erza memakai baju dress selutut tanpa lengan berwarna biru malam kesukaannya, dengan rambut hitamnya yang tergerai indah dengan diikal dan jepit kupu-kupu berwarna senada dan sepatu wedges berwarna putih yang membuat kakinya terlihat tambah jenjang dan senyum manisnya menjadi penyempurna tampilan erza malam ini “astaga! Cantik bener ini cewek! Coba saja dia memakai jepit pemberian gue tadi, pasti dia akan terlihat tambah cantik malam ini, gak nyesel gue dijodohin sama dia. I love you mom.” Kata putra penuh syukur.

sambil bermain dengan pikiran masing-masing, mama Erza datang dengan memakai memakai gaun malam berwarna cokelat terang dan berkata “hei Jenni, ayo masuk dulu semuanya. Aku udah nyiapin makan malam buat hari ini khusus untuk kalian, ayo erza bantu mama.” Kata mamanya sambil menarik erza ke dapur.

setelah semua selesai, mereka saling duduk di meja makan, pada awalnya mereka saling berbicara soal bisnis masing-masing, kemudian seakan teringat sesuatu, mamanya putra bertanya pada erza yang duduk di sampingnya “kamu di rumah dengan siapa eza? Kan ayah sama ibu kamu di singapura.”
“erza tinggal sendiri awalnya tante, tapi karena ada mpok surti, jadi kami berdua saja.”
“berdua di rumah segede ini?.” Kata mama putra kaget.
“iya tante. Memang kenapa?.” Kata erza heran.
meizsa yang tau ekspresi sahabatnya berkata “kamu serius dengan rencana ini jen? Udah ngomong belum dengan anakmu?.”
“justru disini aku mau ngomong sekarang. Eza… kalian kan dijodohin dan kamu tinggal sendiri dan putra juga tinggal sendiri. Karena tante sayang sama kamu dan gak ingin kamu kenapa-kenapa dan buat kedua orang tua kamu cemas, tante pengen Putra jagain kamu dengan tinggal disini. Bagaimana? Kamu mau tidak?.”
Erza dan Putra shock dengan apa yang dikatakan tante Jennifer, dan saling berteriak “ APA?! NO WAY?!.”

Part 4
 "Serumah denganmu adalah neraka bagiku."






“Apa tante? Erza enggak salah dengar kan?.” Kata erza shock sambil berharap dia salah dengar.
“sayangnya kamu enggak salah dengar sayang. Lagipula, ini kan demi kamu juga sayang. Kamu itu cewek. Biarpun kamu kuat, tetep aja kamu kalah dibandingkan dengan kekuatan cowok. Tante ingin putra temenin kamu disini entah sampai kapan itu terserah putra. Bagaimana?.” Kata tante putra dengan mimic serius.
“satu rumah dengan cowok sengak ini? Astaga! Mimpi apa gue semalam jadi kayak gini?! Satu sekolah saja udah bikin gue pengen bunuh diri, apalagi kalau satu rumah! 24 jam ketemu! Hidup gue bakal dibatasin! Tidakkkkk!!!.” Teriak Erza frustasi.
“bentar tante,,, erza boleh ngomong sama putra sebentar di belakang?.” Kata erza sambil berdiri
“boleh kok eza. Silahkan saja.” Kata mama putra tersenyum

mendengar itu, erza langsung berbisik di telinga putra yang ada duduk disampingnya “ gue mau ngomong sama elo di belakang. Sekarang juga.” Setelah itu pergi menuju taman belakang.
mendengar itu, putra tersenyum dan langsung menyusul erza ke taman belakang dan  melihat erza duduk termenung di ayunan sambil menatap kolam, putra mendekatinya dan berkata “lo mau ngomong apa?.”
“gue pengen elo enggak setuju soal permintaan gila nyokap elo! Gue gak mungkin serumah sama elo! Gue bisa jaga diri gue sendiri, please kak. Gue mohon.” Kata erza memohon.
“gue gak bisa tulusin permintaan elo za. Karena gue pengen ngejaga elo. elo mau nyokap bokap elo khawatir di negeri orang kalau dengar elo kenapa-kenapa? Ingat, gue adalah calon tunangan elo dan gue wajib ngelakuin apa yang gue rasa benar selama itu gak ngerugiin gue.”
“sebelum gue setuju dengan perjodohan ini, gue enggak kenapa-kenapa kan? Padahal gue tinggal sendiri! Bagi elo itu benar dan tak merugiin elo, tapi bagi gue, itu salah dan sangat merugikan gue! elo gak mikir apa dampaknya kalau satu sekolah tau kita dijodohin dan elo tinggal dirumah gue?! gue bakal naroh muka dimana Tuan Putra Eduardo Pradipta yang terhormat?.” Kata erza sengit.
“pokoknya keputusan gue bulat, gue akan tinggal dirumah elo. titik! Kalau perlu, gue bakal bujuk nyokap elo agar gue bisa tinggal berdua sama elo,  Dan gue janji gue gak akan bilang sama siapa-siapa kecuali Rico dan Restu soal hubungan ini dan kita tinggal serumah. Jelas nyonya Erza Noor Assifa yang paling gue sayangi?.” Kata putra dengan mimic puas.
“terserah lo deh!.” Kata erza pergi ninggalkan putra dengan hati penuh dongkol dan masuk ke kamarnya sambil membanting pintu tanpa mempedulikan tatapan heran dari keluarga Putra dan tatapan maklum dari orang tua Erza.

“putra, erza kenapa? Kok dia jengkel begitu? Kamu berantem sama dia?.” Kata mama putra heran ketika melihat anaknya masuk ke ruang makan dengan penuh senyum kemenangan.
“biasa ma. Entar dia baik sendiri kok. Iya kan tante?.” Kata putra sambil menatap mamanya Erza.
“iya Jenni. Entar Erza baik sendiri kok. Enggak usah dipikirkan.” Kata mamanya mencoba tersenyum dan mencoba mngalihkan pembicaraan.

Selama satu jam mereka berbicara, mamanya putra berkata “sudah jam 10 malam ini. Pah? Bagaimana? Sudah selesai kan? Maaf meizsa kalau kedatanganku merepotkan kalian terutama erza. Sekalian aku mau ngabarin kalau aku besok bakal balik ke jerman dengan Mark. Jaga diri kalian baik-baik ya.” Sambil cipika-cipiki dengan mamanya erza.
Setelah selesai pamitan, mama putra dan ayahnya berjalan duluan menuju mobilnya, putra mendekati mamanya erza dan berkata “tante, putra boleh minta tolong tidak?.”
“minta tolong apa putra?.”
“putra pengen menjaga erza tante, putra pengen tinggal dirumah tante dengan erza. Kalau erza enggak mau, dia bisa tinggal dirumah putra. Putra janji gak akan ngapa-ngapain erza. Bagaimana tante?.”
“tante sebenarnya setuju saja, mengingat erza sebenarnya sering sakit karena kecapekan les dan tante sering khawatir dengan dia. Kalau ada kamu kan tante bisa tenang sedikit. Cuma, masalahnya ya erza mau atau tidak. Nanti tante akan bujuk dia. Kamu tenang saja.” Kata mama erza tersenyum
“baik tante. Kalau gitu putra permisi dulu. Salam buat erza.” Kata putra membalas senyuman mamanya erza dan berjalan menuju mobil.

setelah mereka pulang, mama erza berkata pada suaminya “bagaimana nurut ayah? Kita terima tidak tawaran keluarga putra? Aku kadang khawatir dengan erza tinggal di sini sendiri tanpa ada sanak saudara kita yah.”
“ayah sih terima saja sayang, tapi semua keputusan ada di tangan Erza. Lagipula Putra itu kalau ayah liat baik kok. Ayah yakin dia enggak akan menyentuh erza sebelum umurnya.”
“kalau begitu, aku ke kamar erza dulu yah buat yakinin dia. Soalnya kan besok kita balik lagi ke singapura.” Kata mamanya mengingatkan sambil menuju kamar erza.

“erza.. buka pintunya sayang. Mama mau ngomong.” Kata mama erza sambil mengetuk pintu
“kalau mama mau ngomongin soal tadi, erza enggak akan mau ma!.”
“buka pintunya sayang… kita ngobrolin saja dulu.” Kata mamanya lembut.

Erza membuka pintu kamarnya dengan pakaian dress yang sudah berubah menjadi tanktop berwarna putih dan memakai celana rumah pendek dan rambut acak-acakan. Kemudian dia berkata “mama mau bujukin erza kan?.”
“mama Cuma mau ngasih tau saja kalau besok mama dan papah akan balik ke singapura. Mama Cuma pengen kamu mikirkan tawaran tante Jenni. Mama rasa putra anak yang baik kok. Kamu jangan selalu menatap dia dengan pandangan negative kamu. Coba lihat dia dengan pandangan positif. Mama rasa dia suka dengan kamu dan pengen melindungin kamu. Kamu tau, mama kadang tidak tenang ninggalin kamu disini, tapi kamu selalu tidak mau diajak pindah ke singapura. Kalau ada putra kan mama dan papah bisa tenang sayang. Mama tau kamu bisa karate, tapi, bagaimana bila ada sekelompok maling masuk ke dalam rumah ini terus memperkosa kamu? Mama bukan mau nakutin lo.. Cuma ngasih gambaran saja. Semua keputusan ada di tangan kamu. Mama enggak bisa ikut campur. Sekarang kamu tidur yah.” Kata mamanya sambil mengelus kepala erza dan menutup pintu.

mendengar penjelasan mamanya tadi, erza membuka pintu balkon yang pemandangan bawahnya ada sebuah kolam renang dan dia sering loncat dari balkon kamarnya itu untuk berenang kalau sedang malas turun. Selain kamar erza, ada sebuah kamar tamu yang mempunyai balkon dan akses yang strategis untuk loncat indah ke kolam renang. Sambil termenung, erza berkata dalam hati “gue harus gimana? Gue benci ngakuin ini, tapi omongan nyokap gue itu benar. Tapi kenapa di antara sekian banyak cowok di muka bumi ini, kenapa harus putra?!.”
Merasa tidak ada jalan lain, erza menghela napas berat dan menutup pintu balkon kemudian tidur.

                               

keesokan harinya…

“bagaimana sayang? Kamu terima tidak tawaran tante Jenni?.” Kata mamanya pada saat makan pagi.
“terpaksa deh ma eza terima, daripada mama khawatir dengan eza disana.” Kata eza lesu sambil memakan rotinya.
“oh iya, mama baru ingat, mpok surti pengennya kayak dulu lagi za. Pengen tiap sore pulang ke rumah dia dan pagi datang lagi kesini jam 6pagi. Bagaimana? Kamu bisa masak kan?.”
“Apa?! Jadi eza Cuma berdua dengan putra dirumah kalau malam?! Mama enggak bercanda kan?.” Kta eza kaget.
“mama enggak bercanda kok. Memangnya kenapa? Toh mama yakin dia enggak akan ngapa-ngapain kamu. Kalau misalnya dia nyentuh kamu, tinju aja sampai bonyok. Hahahaa.” Kata mamanya sambil memperagakan gerakan tinju.
melihat itu, erza tertawa dan berkata “ terserah mama aja deh. Eza berangkat dulu ya. Hati-hati ma. Kalau sudah sampai di singapura sms aja eza. Ngomong-ngomong ayah mana ma? Kok daritadi gak keliatan?.”
“Ada kok lagi mandi. Udah kamu sekolah sana. Entar telat. Hati-hati ya sayang. Salam buat putra kalau ketemu entar.” Kata mamanya tertawa melihat anaknya mencibir.
“salam sama dia? Ogah bener! Kalau salam kematian buat dia sih gue ok aja.malah gue orang pertama yang beri salam itu. Tapi kalau salam dari nyokap gue tersayang?! Gede kepala tuh anak!.” Batin erza dongkol.
“gak janji lo ma.” Bisik erza ketika menjalankan mobilnya dan ngebut menuju sekolah.

sesampai di sekolah…
erza yang buru-buru masuk kelas kaget melihat tempat duduknya diduduki oleh cowok yang dari dulu pengen dia lempar ke kandang buaya saking jengkelnya. “ini cowok ngapain lagi duduk di tempat gue?! hobi bener bikin gue ubanan dini karena marahin dia.-,-“ * dongkol erza dalam hati.
“elo ngapain duduk disini? Pengen jadi anak kelas 2 lagi lo? Pagi-pagi jangan bikin gue emosi dong!.” Kata erza dongkol.
mendengar erza marah-marah, membuat putra tersenyum dan berkata “duileee… jangan marah dong sayang. Entar cepat tua lagi. Gue kan pengen ngasih ucapan selamat pagi aja buat elo.
Guten Morgen mein Schatz (Selamat pagi sayangku).” Kata putra sambil berdiri dari tempat duduk erza dan mencium keningnya kemudian mendekatkan wajahnya di telinga erza dan berbisik “bagaimana tawarannya sayang? Apa gue bisa tinggal dirumah elo?.” kemudian meniup telinga erza sehingga gadis itu tegang.

Erza mengigit bibirnya tanda dia gugup dengan perlakuan putra, kemudian mendongkakkan kepala dan berkata “elo boleh tinggal dirumah gue. tapi ada syaratnya! Dan elo jangan pernah berpikir kalau gue mau ngelakuin ini karna gue luluh! Gue lakuin ini karna gue gak ingin nyokap bokap gue cemas di luar negeri sana dan tiap nelpon pasti bujuk gue untuk pindah dari sini!.” Kata erza dengan ekspresi tak terbaca
putra yang tidak menyangka bahwa gadis di hadapannya setuju dengan ide gila nyokapnya “ini anak udah gila karena gue isengin mulu mulai dari kelas 1 atau udah pasrah sama keadaan? Atau dia lagi rencanain sesuatu?.” Batin putra bingung.
“apa syaratnya? Lo lagi gak rencanain sesuatu yang buat gue celaka kan?.” Kata putra curiga
“entar lo akan tau malam nanti. Keluar lo dari kelas sini! Awas cium gue lagi! Gue jitak sampai gundul tuh kepala.” Kata erza sinis sambil menggulung lengan bajunya.
“duilee… galak bener calon bini gue. iya deh gue keluar. Bye sayang.” Kata putra keluar dari kelas sambil tertawa dan erza yang melihat itu mencibir.

dinda yang baru datang melihat erza mencibir pujaannya Cuma bisa geleng-geleng kepala dan duduk di sebelah erza karena pelajaran dimulai.

selama 8 jam di sekolah, dipotong dengan dua kali istirahat. Akhirnya berbunyi juga bel pulang sekolah. Erza yang mendengar langsung buru-buru keluar dan hampir menabrak Putra yang sigap memegang pundak erza dan memeluknya erat membuat erza tak bisa bernapas. Teman-temannya melihat adegan tersebut Cuma bisa berpatah hati ria karena gossip tentang pujaan hati mereka sedang merajut kasih itu ternyata benar. “lo kalo jalan hati-hati dong sayang. Gak usah buru-buru kenapa? Lo kangen sama gue yah jadi buru-buru keluarnya? Tenang aja. Gue nunggu elo pulang kok.” Kata putra melepas pelukannya dan membiarkan gadis itu bernapas normal.
PLAK! Sebuah tamparan sukses melayang dari tangan erza ke pipi kiri putra. Sambil menahan geram dia berkata “sayang kepala lo peyang! Elo itu jadi manusia jangan sok pede deh! Lo tau kenapa gue buru-buru pulang? Gue pengen menghindar dari gangguan elo! elo anggap gue apa jadi main peluk, main cium seenaknya? Gue bukan cewek murahan! Ingat itu!.” Kata erza dongkol dan dengan sengaja menabrak tangan kiri putra dengan keras dan berlari menuruni tangga menuju parkiran dan melaju meninggalkan sekolah.

putra yang kaget dengan apa yang dilakukan erza Cuma bisa tersenyum manis sambil mengelus pipinya yang merah . Kemudian dua sohibnya datang dan berkata “tumben lo diem ditampar put. Biasanya elo main serang aja. Baru ngerasain ditampar cewek ya?.” Goda rico sambil menepuk pundak putra.
“Ada yang mau gue certain sama kalian berdua soal erza. Enggak disini. Tapi di tempat biasa kita nongkrong. ” kata putra meninggalkan rico yang bingung dan menatap restu yang Cuma bisa angkat bahu sambil menuju parkiran mobil dan menjalankannya masing-masing.

sesampai di café…
“Apa?! Elo sama erza di jodohin dan kalian mulai dari hari ini tinggal serumah?! Gila!.” Kata rico dan restu kaget sambil geleng-geleng kepala.
“eh lu kalo ngomong jangan keras-keras dong! Entar kedengaran orang gimana?!.” Kata putra kaget sambil menyeruput ice cocholatenya.
“gue Cuma kaget aja dengar kalian di jodohin! Dan elo mau lagi! Apa karena elo tau bakal dijodohin terus elo selalu ganggu erza mulai dari dia kelas 1?.” Kata rico
“gue sebenarnya baru tau beberapa hari yang lalu, awalnya sih gue gak mau, secara gue dijodohin sama gadis yang gak gue kenal! Tapi karena gue diancam bakal pindah sekolah kalau gue gak mau, terpaksa deh. Tapi pas gue ketemu dia kemarin di toko buku dan kaget meliat nyokap kami saling akrab, disitu kami mulai sadar kalau kami dijodohin. Gue mah seneng banget! Secara lo berdua tau kan gue suka ma dia. Dianya aja lagi yang histeris gak keruan pas tau dia dijodohkan ma gue. hahahaha.” Kata putra tertawa.
“Saraf lo! Ya jelas lah dia histeris di jodohin sama elu. Gak di jodohin aja elu sering bikin dia stress! Apalagi di jodohin? Kagak bisa ngebayangin gue gimana gilanya erza entar.  Eh put, coba lo liat arah jam 12... ada cewek dari tadi liatin elo mulu. Gak elo goda put? Biasanya elo goda tuh cewek sampai terbang, kemudian elo tinggalin. Ckckkc.” Kata Restu sambil cekikikan.
“mana..? hahhahha.. itu kan keahlian gue. bentar yah. “ kata putra mendorong kursinya kemudian mendekati cewek yang dimaksud restu dan berbicara akrab.
mereka yang melihat aksi putra Cuma saling angkat bahu “apa jadinya res kalo erza liat calon suaminya godain cewek? Dia ngamuk enggak yah?” kata rico tertawa
“gue gak bisa bayangin. Yang gue bayangin adalah, kalau mereka serumah, pasti akan perang dunia tiap hari dirumah dia. Lo tau kan, disekolah aja mereka selalu berantem, gue yakin banget, sebulan kemudian erza langsung masuk RSJ saking gilanya hadapin sohib kita yang satu ini.” Kata restu sambil ikutan tertawa sampai putra duduk kembali di tempat mereka “lo ngapain pada ketawa? Ngomongin gue ya?.”
“gue sama restu Cuma ngayal aja apa jadinya kalau kalian serumah dan bertemu 24 jam, kami yakin erza pasti langsung masuk RSJ karna ga tahan hadapin cowok macam elo.” kata rico tertawa.
“wah.. elo remehin gue yah? Justru di saat itu gue pengen nunjukkin kalau gue gak seburuk yang dia pikirkan. Gue cabut dulu ya guys. Mau siap-siap pergi kerumah calon bini gue. bye.” Kata putra pergi.
“Eh put! Tuh cewek yang elo goda gimana nasibnya tuh?.” Kata rico panic
“elo yang ngurus deh.”
“Shit! Sialan tuh anak! Selalu gue yang dikorbanin! Udah res! Kita cabut aja deh! Perasaan gue gak enak!.” Kata rico sambil meletakkan sejumlah uang di meja dan pergi dari kafe.
“Sel… lo liat cowok ganteng yang kita liatin dari tadi gak?.” Tanya seorang cewek “korban” putra kepada temannya
“tadi sih gue liat dia cabut ma temennya.”
“Wah sialan tuh cowok! Liat aja entar! Gue balas!.” Kata seorang cewek itu geram

Sesampai dirumah erza..
“TING…NONG..”  bunyi bel yang dipencet putra sambil mengetuk rumah erza dengan membawa 3 buah koper besar yang dijamin membuat dia seperti diusir dari rumah.
“bentar..” kata erza sambil membuka pintu rumahnya dan kaget melihat putra yang datang Cuma memakai celana jins selutut dan kaos rumah yang di belakangnya ada 3 buah koper besar.
putra pun kaget melihat erza yang hanya memakai tank top berwarna hijau dengan celana hot pants dan rambut diikat asal. putra menelan ludah sambil memandangi erza “buset dah ini cewek! Ngapain dia pake baju kayak gitu coba?! Lupa apa gue nginap disini?! Ini cewek bener-bener deh.. ya Allah, moga hambamu kuat iman menghadapi cewek ini.” Kata putra berdoa dalam hati.
erza yang kaget dengan kedatangan putra pada saat dia berpakaian yang membuat cowok itu tambah omes.  “lo ngapain kesini? Bawa koper gede lagi? Diusir dari rumah lo?.” Kata erza sengit.
“lo lupa apa kalau kita sekarang serumah? Kan elo sendiri yang nyuruh gue kerumah malam ini! Yaudah gue sekalian aja angkutin barang yang di kamar gue. pembantu lo mana?.”
“Sial! Gue bener-bener lupa kalo mulai detik ini dia bakal tinggal sama gue! alamakkkk!!! Kayaknya penderitaan tiada akhir sudah mulai deh.” Batin Erza pasrah.
“yaudah deh lo masuk. Bawa tuh koper sendiri semuanya, pembantu gue Cuma sampai sore aja. Kalau malam gue sendiri.” Kata erza sambil menutup pintu.
“yakin? Wah… kesempatan emas ini. Di rumah Cuma kita berdua, malam-malam mati lampu, terus hujan deras.. enaknya ngapain ya za?.” Kata putra kedipkan matanya nakal.
“elo pikir aja sendiri! Oh iya, gue mau kasih persyaratan sama elo dan elo harus kudu wajib matuhin aturan gue! kalo enggak, mending lo bawa balik tuh koper ke rumah lo.”
“apa syaratnya za? Apapun yang elo kasih, gue terima deh.”
“pertama, jangan sampe ada yang tau kalau kita serumah kecuali sahabat gue dan sahabat elo! kedua, kalo salah satu dari kita kedatangan tamu, harus ada yang menyingkir supaya ga ketauan, dan terakhir, elo jangan main sentuh badan gue! sentuh sedikiittt aja… gue bonyokin tuh wajah yang selalu elo banggakan itu dan elo harus angkat kaki dari rumah ini sekarang juga! Jelas?.” Kata erza menang.
gue terima persyaratan elo, tapi ada satu yang kayaknya berat deh gue terima.” Kata putra dengan wajah pura-pura berpikir sambil dekatin erza.
“Apa yang mau elo complain? Elo bisa mundur enggak?! Dekatin, gue tonjok lo!.” Ancam erza panic sambil terus berjalan mundur dan akhirnya mentok ke tembok.
“gue gak terima gak dibolehin nyentuh elo. elo kan manis. Sayang kalo disia-siakan. “ kata putra dengan wajah mesumnya sambil mengelus wajah erza dengan tangan kirinya kemudian mengelus bibir erza yang terkatup rapat. Sedangkan tangan kanannya mengunci erza agar dia tidak bisa menyerang.
“Elo boleh jago karate sampe sabuk item za. Tapi, gue jago judo dan ahli dalam mengunci lawan. Elo gak akan bisa melawan gue sayang, walaupun elo ingin.” Kata putra berbisik di telinga erza kemudian meniupnya sehingga gadis itu merinding dan menutup matanya.
“kak, udah deh. Lo gak usah mainin gue! gue bukan mainan elo!.” kata erza dengan suara bergetar.
“kenapa disaat kayak gini elo bersifat manis dan manggil gue kakak? Gue gak pernah anggap lo mainan kok. Cuma elo terlalu berharga untuk gue sia-siakan.” Kata putra tersenyum kemudian dia mendekatkan wajahnya ke arah erza dan akhirnya…………

putra mencium tengkuk erza hingga ke leher dan meniupnya sehingga gadis itu merasa geli dan semakin menggigit bibirnya. Kemudian putra mengecup kening erza dan berkata “elo ga usah panic segitunya kali za. Ketahuan bener lo belum pernah disentuh cowok. Ada bagusnya sih, berarti gue yang pertama nyentuh elo. kamar gue dimana za? Gue capek ini.” Kata putra sambil melepas cekalan tangan erza yang mulai terasa dingin itu. erza membuka matanya dan menatap putra dengan tatapan pengen membunuh kemudian berkata “ kamar elo disebelah kamar gue. arrghh! Elo itu! bener-bener deh!.” Dengan tampang pengen nonjok, erza berlari menuju kamarnya dan membanting pintu meninggalkan putra yang tertawa terbahak-bahak melihat tingkahnya.
“tuh cewek menarik banget gue kerjain. Kayaknya gue udah tau deh kelemahan dia apa.ckckkckc…mulai sekarang hidup lo bakal jadi neraka za.” Kata putra puas dalam hati.

sambil menarik ketiga kopernya yang berat, dia akhirnya sampai di kamarnya dan membuka pintu, iseng-iseng dia mengetok pintu kamar erza “Za…. Yakin nih gue tidur sendiri? Gue takut… temenin dong. Atau kita tidur berdua aja bagaimana?.” Kata putra jahil
“temenin aja lo sama banci kaleng dipinggir jalan sana! Gue ogah temanin elo! yang ada entar gue kena penyakit gak jelas kayak elo! ganggu gue sekali lagi, lo nyari mati putra!.” BUK! Bunyi bantal di lempar erza dan mengenai pintu yang membuat putra tertawa puas dan masuk dalam kamarnya.

setelah memasukkan semua bajunya ke dalam lemari, putra rebahan di ranjang ukuran king size dan membuka pintu balkon yang dibawahnya ada kolam renang.
“Wah.. hujan nih.” Kata putra sambil buru-buru masuk ke kamar dan menutup pintu balkon.
“Asyiikkkk!! Akhirnya hujan! It’s time for berenang!.” Teriak erza riang di kamar sebelah.
penasaran dengan apa yang dilihatnya, putra membuka pintu balkon kembali dan kaget luar biasa melihat erza memakai baju renang berwarna biru malam dan berdiri di tiang balkon siap-siap mau terjun dari lantai 2. Kaget dengan tingkah gila erza, putra berteriak “erza! Lo turun gak?! Elo mau mati apa? Sekarang hujan dan elo mau terjun! Ayo turun!.”
erza yang mendengar teriakan putra di sebelah, Cuma memeletkan lidah dan terjun bebas hingga akhirnya..

BYURR!!! Bunyi erza jatuh ke air kemudian dia menyelam dan mengapung di kolam renang menikmati bunyi hujan yang turun dengan tersenyum manis. Putra yang tadi menahan napas melihat erza terjun dari balkon mengelus dada penuh syukur dan segera turun ke bawah sambil membawa handuk buat erza.

“za…. Ini hujan lo.. ayo naik! Lo mau sakit apa?.” Kata putra membujuk erza
sebel karna kesenangannya diganggu, erza berkata “emang kenapa kalo hujan? Gue suka hujan  dan gue gak mau naik sampai hujan berhenti! Kalo gue sakit, kan gue yang nanggung resiko. Elo gak usah repot-repot deh urusin gue sakit.” Kemudian dia menyelam.

Sebal karna erza gak menurut apa yang dia katakana, akhirnya dia melepas bajunya dan ikut berenang bersama erza. Erza kaget melihat putra melepas bajunya spontan menutup matanya dan berenang menjauh sebelum ditangkap putra. Tapi… tak berhasil karena putra berhasil menangkap pinggang gadis itu kemudian berkata “kita naik aja yah sayang. Udah dingin ini… lo mau nunggu hujan ampe jam berapa? Ampe subuh? Yang ada elo malah sakit. Elo jangan bikin gue lakukan hal-hal yang ekstrim deh.” Sambil mengancam dia mngentatkan pelukannya di pinggang erza.
“iya…iya.. gue naik! Ah elo ganggu kesenangan gue aja kerjaannya! Lepasin dong! Gue gimana bisa berenang kalo elo pegang pinggang gue?!.” kata erza sambil memegang tangan putra untuk melepas pelukan pada pinggangnya.
akhirnya, putra melepas pelukan pinggang gadis itu dan membiarkan dia berenang ke tepi sambil membawakan handuk yang putra bawakan tadi. Putra Cuma tersenyum melihat tingkah erza yang ngambek kemudian berenang ke tepi dan masuk ke dalam rumah tanpa mengenakan handuknya.

erza yang sedang ada di dapur untuk membuat coklat panas, melihat putra tidak memakai handuk untuk menutupi badannya, membuat dia buru-buru mencari handuk dan  melemparkannya tepat di badan putra “lo ngapain gak pake baju? Mau pamer badan elo yang bagus itu? gue gak napsu! Udah lo mandi sana. Ini udah gue siapin coklat panas buat elo. gue mandi di kamar aja. See ya.” Sambil berkata begitu, dia masuk ke kamar meninggalkan putra yang Cuma tersenyum manis berkata “tuh cewek biar galak mampus, ternyata jago juga dalam hal dapur dan perhatian sama gue. gue mandi aja deh. Besok gue kerjain lagi ah.” Sambil bersiul riang, putra masuk ke kamarnya sambil membawa cokelat panas yang dibikin erza.

Selesai mandi, erza segera menghirup coklat panas dan memakai baju piamanya, kemudian dia termenung mengingat tingkah putra sambil mengelus tengkuk dan keningnya yang di kecup putra.  Merasa wajahnya memerah, erza tidur dengan perasaan tak menentu.

putra yang selesai mandi langsung minum coklat panas yang dibikin erza dan memuji gadis itu karena rasanya sangat nikmat, sambil memandang balkon, dia melihat kolam renang yang jadi saksi atas apa yang dia lakukan tadi. Sambil tersenyum, putra berkata ”gue baru beberapa jam disini, udah jantungan dengan tingkah ajaib dia. Gimana esoknya ya? Tapi, gadis itu unik dan gak biasa. Gue suka sama dia.” Dan kemudian dia tidur.

di tempat yang lain….
“gue harus tau siapa cowok itu dan harus mendapatkannya!” tekad seorang cewek di seberang sana yang kemudian akan menjadi masalah bagi hubungan mereka tapi akan membuat mereka semakin tau satu sama lain.

Part 5

Tiba..tiba….
BLEPP! Mati lampu tengah malam dan hujan lebat di temani petir sukses membuat erza yang parno dengan gelap dan petir  langsung bangun dan teriak sekencang-kencangnya. “arrggggghh!! Mati lampu! Ini lampu emergency kenapa gak nyala coba?! Huaa,,, mamaa.. paapahh…mpok surti.. tolong… huhu.” Kata erza sambil menangis ketakutan dan menelungkupkan wajahnya di kedua tangannya.
putra kaget mendengar erza teriak ketakutan dan menangis, langsung bangun dan menyalakan sentar yang selalu dia letakkan di samping tempat tidur. Kemudian dia keluar dari kamarnya dan mengetuk pintu kamar dengan pelan “Erza… ini gue. elo kenapa?.”
erza yang parno dengan gelap, mendengar bunyi petir menggelegar dan suara pintu kamarnya diketuk membuat dia semakin histeris. Sambil menangis dia berkata “elo siapa? Please.. jangan ganggu gue. gue udah ketakutan, jangan dibikin takut lagi.”
putra yang hampir tertawa melihat seorang erza yang berani menantang dia, selalu sok jagoan  ternyata takut dengan suara petir dan ruangan gelap. Kemudian dia berkata “gue putra za. Elo buka pintu kamar deh. Gue janji gak ngapa-ngapain elo.”
“beneran elo putra? Bukan orang yang nyamar jadi putra?.” Kata erza semakin paranoid
“bukan! Sejak kapan ada orang bisa nyamar jadi cowok seganteng gue? udah lo buka pintu kamar aja deh. Kita ngobrol ampe pagi juga gak ada gunanya.” Kata putra membujuk.
erza yang menyerah dengan keadaan, berusaha mencari handphonenya dan menyalakannya. Kemudian sambil berusaha berjalan menuju pintu, tiba-tiba bunyi petir terdengar lagi dan melihat pantulan kilat di cermin membuat erza langsung tersimpuh di lantai dan berteriak nyaring sambil menutup kedua telinganya dan menangis.
putra yang panic mendengar erza teriak,  mulai gelagapan mencari cara supaya bisa masuk kamar erza dan menenangkan gadis itu,  sebelum dia mendapat ide yang tepat, tiba-tiba pintu kamar sudah terbuka dan erza memeluk dia sambil menangis ketakutan kemudian berkata “huhuhu… gue takutt kaa,,,,,. Aaaaaaaa!!.” Teriak erza histeris karena bunyi petir terdengar nyaring dan semakin mengetatkan pelukannya kepada putra.
putra yang kaget dengan sikap erza, tak ingin buang-buang kesempatan,  langsung mengelus rambut erza dan berusaha menenangkan gadis itu dengan berkata “elo aman sama gue za. Kita tidur yuk?.”
erza menggeleng pelan dan berkata “elo boleh ketawa put, tapi gue takut gelap dan gue gak bisa tidur dalam kegelapan kecuali ada yang temanin gue.”
“gue aja yang temanin elo tidur gimana? Gue gak bakal apa-apain elo kok.”
erza yang kaget dengan usul putra, langsung melepas pelukannya dan berkata “serius lo? Enggak boleh! Pasti lo mau macem-macem?! Iya kan?!.” Tuduh erza
“yaudah kalo elo gak mau. Gue gak maksa kok.” Kata putra sambil pura-pura menjauh meninggalkan erza yang kebingungan.
“Iyaa deh.. elo boleh temanin gue, tapi Cuma temanin ya! Jangan macam-macam!.” Kata erza putus asa.
“nah gitu dong.. ayo kita masuk. Gue bawa senter kok.” Kata putra sambil menuntun erza masuk ke kamarnya.

“Elo tidur aja za. Gak usah mikirin gue.” kata putra tersenyum melihat erza duduk di sisi ranjang sambil memeluk bantal.
“besok kan sekolah. Entar elo ketiduran di kelas lagi.” Kata erza khawatir
“gue mah udah biasa tidur di kelas. Udah elo tidur aja. Gue gak kemana-mana kok.” Kata putra sambil mengacak rambut gadis itu dan duduk di sampingnya.
“yaudah gue tidur dulu ya.” Kata erza sambil menarik selimut dan yang membuat putra kaget, dia tidur menghadap putra sambil memegang tangan kanannya. Putra tersenyum melihat erza bisa tidur pulas dan sesekali menutup kedua telinga gadis itu agar dia tidak terbangun gara-gara bunyi petir.

Selama sejam menunggu, membuat putra tertidur dengan posisi duduk dan bernapas lega karena lampu sudah nyala dan hujan mulai berhenti. Dia menatap gadis itu dan tersenyum “ini cewek manis banget kalo tidur. Kayak semua beban dia hilang. Berat juga dia tidur sendiri dirumah sebesar ini. Gue harus bisa membuat dia selalu marah, tersenyum dan tertawa dan tak ingin ada awan mendung di wajah dia karna gue. gue gak pengen wajah manis dia hilang.” Kata putra dalam hati.
akhirnya dia berhasil melepas tangannya yang “disandera” erza dan dia mencium kening dan pipi gadis itu kemudian keluar dari kamar erza dan menutup pintu.

                                   

Pagi hari….
KRINNGGG!!!!. Bunyi jam weker pukul 5 pagi sukses membangunkan erza dari tidurnya. Sambil mengucek-ngucek matanya, Dia duduk di sisi ranjang sambil mencoba mengingat kejadian semalam.  Setelah ingat, dia membelalakkan matanya “Omigosh! Gue baru ingat kemaren putra temanin gue tidur disini karna gue takut sama petir dan mati lampu! Alamakkk!!!! Pasti dia bakal ledekkin gue deh! Dia pasti bilang gini “suka hujan sampai terjun dari balkon, kok nangis liat petir?.”  Hadduwh!!.” Kata erza dalam hati.

 dia bangkit dari tidur dan mulai membereskan tempat tidurnya kemudian keluar kamar dan melewati kamar putra. Penasaran apa cowok itu sudah bangun apa belum, membuat dia ingin membangunkannya. Tapi ketika sudah mau mengetuk pintu, dia ragu dan berkata “gue bangunin gak yah? Pengennya sih enggak aja jadi dia telat bangun terus gak sekolah deh! Tapi.. gue gak tega.. dia udah nolong gue. masa gue gak balas perbuatan dia?.”
“gue ketok aja deh” kata erza akhirnya. Ketika dia mulai mengetuk pintu, tiba-tiba putra muncul dari balik pintu tanpa mengenakan baju hanya memakai celana boxer warna hitam membuat badannya yang atletis terpampang jelas di hadapan erza.  erza yang kaget, langsung menutup matanya dan berkata “lo gila apa keluar dari kamar gak pake baju?! Lo kira ini rumah elo apa jadi seenaknya gak pake baju?! Ayo pakai!.” Sambil masuk ke kamar putra dan membuka lemari baju kemudian melemparkan baju kaos tepat di badan putra.
“gue mau make kok. Asal elo yang makein gimana?.” Kata putra dengan evil smile.
“lo gila apa sinting? Umur elo itu lebih tua dari gue setaun! Masa elo minta makein baju ma gue?! emang gue emak lo apa?! Pake sendiri!.” Kata erza menolak mentah-mentah.
“yasudah kalau gitu.” Kata putra cuek sambil berjalan mendekati erza dan membuat gadis itu panic sambil berjalan mundur dan akhirnya terjatuh di ranjang.
melihat itu, putra langsung berada di tepat di atas tubuh erza dengan menggunakan kedua tangannya di kiri kanan erza sebagai menopang tubuhnya agar tidak jatuh dan menimpa erza yang sudah pucat pasi melihat tingkahnya. Kemudian dia mendekatkan wajahnya ke leher erza yang menegang kemudian meniupnya lembut sampai ke dagu erza dan berkata “elo kemarin manis juga yah kalo tidur. Bagaimana kalo kita tidur sekamar aja? Kan enak tuh gue bisa peluk kalo elo takut ama petir. Hahaha.. kayaknya gue udah tau kelemahan elo deh.” Kemudian menghembuskan napasnya kembali di leher erza dan meniup lembut telinganya.
“udah deh. Lepasin gue kenapa?! Gue gak suka diginiin!.” Kata erza sambil berusaha mendorong tubuh putra menjauh dari dirinya tapi tidak berhasil karna putra terlalu kuat.
merasa gak berhasil dan gak punya cara lain, erza mengangkat kaki satunya yang menggantung di ujung ranjang dan menendang putra dengan lututnya. Putra yang tak siap dengan serangan erza, langsung terjatuh dan hampir menindih erza kalau saja gadis itu tidak cepat-cepat berguling dan menutup pintu kamar putra sambil berteriak histeris. Putra yang kesakitan karna perutnya di tendang erza, Cuma bisa nyengir kuda sambil berteriak “Elo boleh nendang gue za! Tapi elo gak selamat dari gue! elo gak bisa hindarin gue walaupun elo ingin!.”
“bodo! Yang penting gue selamat dari amukan cowok mesum kayak elo!.” Sahut erza dari kamar sebelah.

setelah selesai mandi di kamar masing-masing, erza bersiap-siap memakai baju sekolah dan dandan cantik. Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah kotak berwarna putih. Penasaran dengan isinya, dia mengambil kotak itu kemudian membukanya. Di dalam kotak tersebut ada jepit rambut bergambar kupu-kupu berwarna biru malam yang sangat indah. Kemudian dia melihat sebuah surat kecil di kotak itu dan membacanya “lo harus pake tuh jepit. Kalo kagak.. jangan harep lo selamat hari ini dan seterusnya.”
 “kalo gue gak make emang bakal kiamat gitu? Seenaknya aja maksa orang!.” Gerutu erza kemudian meletakkan jepit itu di dalam kotak dan menaruhnya dalam laci.

Setelah selesai, dia keluar dari kamar dan kaget melihat putra sudah duduk manis di meja makan sambil makan roti gandum. Sambil berdoa semoga dia selamat hari ini, dia ke dapur untuk bikin minuman susu kesukaannya kemudian duduk berjauhan supaya bisa kabur kalau putra mengejarnya.
“lo gak masak za?.” Tanya putra melihat erza asyik mengoles selai nya di roti gandum
“elo mau gue masak apa?.”
“masak nasi dong! Masa masak batu?! Gue gak biasa sarapan roti. Ayoo bikinin gue nasi goreng sebagai ganti elo nendang gue pagi tadi!.” Kata putra.
“elo kira masak nasi itu gampang?! Liat jam dong tuan! Itu sudah jam stengah 6! Kalau gue masak nasi buat cowok sengak macam elo, bakal makan waktu satu jam! Belum lagi gue bikinin nasi goreng buat elo! bakal terlambat ke sekolah! Syukurin yang ada aja kenapa?! Siapa suruh elo kayak gitu ama gue pagi tadi?!.” Kata erza sewot sambil meminum susunya.
“elo juga kenapa berdiri di depan kamar gue?! pengen masuk juga kan? Ayoo deh.. ngaku aja non.” Kata putra sambil kedipkan matanya nakal.
erza  tersedak mendengar apa yang putra katakan, sambil mengatur napas dia berkata “apa?! Gue pengen masuk kamar elo?! ogah! Gue itu baru bangun and pengen mastiin elo udah bangun apa belum! Tau gitu, gue gak akan bangunin elo! biar telat! Udah, gue duluan cabut sekolah. Elo bawa kunci rumah aja. Soalnya gue ada 2 kursus malam ini sampai jam delapan.” Kata erza sambil ngeloyor pergi.

putra yang tak ingin erza kabur, langsung mengejar dan menangkap tangan gadis itu sambil mengunci rumah kemudian menuju mobilnya. “elo ikut gue. mana kunci mobil lo?.” Kata putra dengan tangan satunya menagih kunci mobil erza.
“enggak! Entar mobil gue rusak lagi kalo elo yang megang. Lepasin gak? Atau lo mau gue injek lagi?.” Ancam erza
“mau injek kek, mau jitak kek, pokoknya elo harus ikut!.”
“maksa bener jadi cowok deh!.” Kata erza sambil menyikut tulang rusuk putra membuat cowok itu kesakitan dan dia langsung kabur membawa mobilnya menuju sekolah.

“erzaa!!!! Awas lo!.” Teriak putra sambil memegang tulang rusuknya yang nyeri disikut erza kemudian menuju mobilnya untuk pergi ke sekolah

Sesampai di sekolah, putra yang terlambat beberapa menit dari erza, langsung memarkir mobilnya di bawah pohon beringin dan pergi ke kelas erza sambil berlari.

erza yang sedang ngobrol dengan teman-temannya, entah kenapa melihat kearah tangga dan kaget melihat putra ngos-ngosan naik tangga sambil melihat dirinya dengan tatapan tajam. Spontan, dia langsung lari ke kelas dan berteriak “Dindaaa!! Tolongin gue! gue dikejar orang gila!.”. sambil sembunyi di belakang tubuh dinda yang bingung dengan tingkahnya.

putra ngos-ngosan di depan pintu kelas, tersenyum menang melihat erza pucat pasi bersembunyi di belakang dinda. Kemudian dia berjalan santai mendekati dinda dan berkata “ din, gue boleh ngomong ama orang yang ngumpet di belakang elo gak? Penting banget ini. Tolong ya.” Sambil mengeluarkan senyum andalannya apabila sedang membujuk cewek.
dinda yang luluh akan senyumannya, langsung dicubit pinggangnya oleh erza, sambil mendesis dia berkata “Elo rela din liat temen sebangku lo selama setahun bakal mati ditangan cowok berwujud iblis kayak dia?! Haduh din,, jangan jual gue.”
“Elo ama dia kenapa sih?! Udah deh, omongin aja napa masalah kalian itu! gausah main umpet-umpetan kayak gini!.” Sungut dinda
“kok elo gitu sih din?! Elo itu harus dukung gue! lindungin gue! bukan malah nyuruh gue omong baik-baik ama cowok macam dia!.”
“gue gimana mau lindungin elo kalo elo aja datang-datang langsung ngumpet di belakang gue?!.” kata dinda sewot
“boleh ka. Silahkan aja ngobrol ama erza. udah sono lo za.” Kata dinda sambil menarik erza dari belakang tubuhnya.
putra yang tersenyum menang, langsung menarik erza sambil berterima kasih kepada dinda menuju taman belakang sekolah tanpa menghiraukan sumpah-serapah erza dan perhatian anak-anak lain yang tertuju kea rah mereka berdua.

Setelah sampai di taman belakang, putra melepaskan cekalan tangannya dan berdiri di depan erza sambil menahan kedua tangannya di tembok agar erza tak kabur. Kemudian berbisik “elo kapan nyerah sama gue za? Gue minta baik-baik, elo malah kasarin gue. emang berat banget ya jepit rambut yang gue kasih ama elo itu sampai elo ga pernah mau makai?.”
“gue gak akan pernah nyerah sama elo! elo itu bukan minta baik-baik! Tapi maksa! Wah….. berat sih kagak put, Cuma gue kagak ridho aja memakai pemberian elo. takutnya entar ada pelet terus gue tergila-gila ama elo.” kata erza sambil menyeringai.
“gak jaman gue pelet tuh jepit rambut terus gue kasih ke elo. pagi ini gue dapat dua pukulan dari elo za. Seharusnya gue harus dapat ganti rugi dong dari perbuatan elo.” kata putra sambil memilin rambut panjang erza.
“Elo emang pantes kok dapat itu dari gue! elo nyentuh gue sekedar nafsu aja kan?! Dijodohin aja elo kayak gini am ague, gimana kalau tunangan beneran? Gak berani gue bayangin! Udah lo pergi sana!.” Kata erza sambil mendorong putra menjauh dan meninggalkannya.

putra melihat erza meninggalkannya, reflex menarik erza dan memeluknya. Kemudian dia berbisik “elo boleh ngomong benci sama gue, ngomong sesuka hati elo sampai lo puas. Tapi, jangan pernah ada niat sedikitpun untuk lo tinggalin gue. karna, gue gak akan pernah ninggalin elo sampai gue punya alasan kuat kenapa gue harus ninggalin elo.” dan melepas pelukannya kemudian pergi ninggalin erza yang terdiam karna ucapannya.
“dia kenapa? Apa karena omongan gue kasar ?tapi dia bikin gue jengkel!.” Gerutu erza dalam hati.
sadar diam tak memberi solusi, erza pergi meninggalkan taman masih dengan pikiran bertanya-tanya.

Sesampai di kelas…
“pengumuman bagi semua anggota OSIS di harapkan kumpul di ruang rapat sekarang juga! Tidak ada kata kecuali! Sekali lagi, bagi semua anggota OSIS di harapkan kumpul di ruang rapat sekarang juga. Terima kasih.” Terdengar suara Rico jelas memberi pengumuman yang sukses bikin Arny jumpalitan.

erza yang baru masuk ke dalam kelas, menghela napas mendengar pengumuman itu  dan berkata kepada dua temannya yang asyik arisan. “woyy kalian berdua! Gak dengar apa tuh bunyi pengumuman? Ayooooo!!.” Sambil menarik mereka keluar dari kelas.

di ruang rapat……
Arny yang sedari tadi jumpalitan karna rico ada di seberangnya Cuma bisa menunduk dalemmmm banget kayak belalang sembah mau di pancung. Putra yang melihat tingkah arny yang nunduk dan rico yang sedari tadi grogi gak keruan, tak urung membuat dia hampir tertawa ngakak. Rico yang melihat tingkah aneh putra, langsung menginjak kaki cowok itu keras-keras kemudian membuka rapat tanpa mempedulikan tatapan sinis putra “ nah, gue gak ingin basa-basi, Cuma langsung to the point aja. Kalian semua kan tau masa jabatan kami semua akan habis karna bentar lagi kami hadapin UN, dan kalian semua juga tau kan, setiap taun OSIS pasti menyelenggarakan acara akbar untuk perpisahan kecil-kecilan ini. Gue pengen banget sekolah kita mengadakan drama sekolah, soalnya tiap taun kan kita selalu mengadakan kalau gak bazaar ya festival music. Apa diantara kalian ada yang punya usul pengen ngadain drama apa? Terserah drama apa, kami gak batasin. Yak Novi, lo mau kasih usul apa?.” Kata rico sambil menunjuk novi yang angkat tangan
“bagaimana kalau drama tentang dongeng? Gue yakin, pasti disini masih suka banget baca dongeng *sambil nunjuk author* dan mengkhayal pengen jadi salah satu tokoh dari dongeng tersebut.”
“usulan lo bagus. Ada yang mau usulin pengen dongeng apa?.” Kata restu.
“bagaimana kalau dongeng tentang putri tidur? Gue tau ini kekanakan, tapi  kayaknya banyak deh di antara kita disini biar udah gede masih ada sedikit hasrat untuk memainkan drama itu. bagaimana?.” Kata erza mengusulkan.
“ada usul lain?.” Kata putra sambil menatap erza.
para anggota Osis pada kasak-kusuk mendengar usulan itu, kemudian arny mengangkat tangan yang langsung di respon baik oleh rico “gue setuju dengan usul mereka berdua, tapi siapa yang akan memerankan adegan tersebut? Mengingat ini baru taun pertama kita mengadakan drama.”
“karna ini acara perpisahan OSIS, gue pengennya semua anggota OSIS disini terlibat mulai dari hal yang paling kecil banget sampai hal yang besar, seperti pemain. Jadi kayak ada sebuah kenang-kenangan gitu.  Bahwa di taun kami terakhir menjabat, kami masih bisa memberikan sesuatu untuk dikenang. Bagaimana?.” Balas rico sambil menatap Arny yang tersipu malu.
“ok deh. Sekarang siapa yang setuju bahwa tahun ini mengadakan drama musical putri tidur , tolong angkat tangannya.” Kata putra dengan suara tegas
semua anggota OSIS mengangkat tangannya tanda setuju membuat putra tersenyum puas dan berkata “sekarang, siapa yang sukarela memilih beberapa dari kami untuk memerankan adegan putri tidur?.”
“bagaimana kalo gue aja put? Gue kan ketua teater jadi gue tau dong soal beginian.” Kata Selly mengacungkan tangannya
“ok deh. Entar elo kasih ke gue daftar nama pemainnya terus pajang di Mading pas pulang sekolah. Tapi semua pemainnya harus anggota osis. Jelas sel?.” Kata putra.
“tenang aja put. Entar gue sama Monik akan nyeleksi. Lo terima beres aja deh. Terus yang nulis naskah siapa?.” tanya Selly
“gue aja sel yang nulis naskah. Kan keren menulis naskah dongeng.” Kata Monik sambil tersenyum
“kalo begitu, semuanya beres sekarang. Kita punya waktu satu bulan untuk latihan dan menyiapkan drama ini. Sekarang kalian bisa balik ke kelas.” Kata putra tersenyum.

erza yang mendengar rapat sudah selesai, langsung keluar bareng anggota osis yang lain untuk ke kelas masing-masing.

setelah rapat…
“nurut elo siapa yang cocok peranin jadi tujuh peri mon?.” tanya selly setelah semua anggota Osis keluar kecuali putra cs
“bagaimana kalau Novi,dinda,gue,shabrina,resta,Jessica ama dilla?.” Usul monik
elo pada setuju gak?.”  Tanya selly sambil melirik putra yang sibuk kasak-kusuk mencari sesuatu dalam tasnya. Setelah ketemu apa yang dia dapat, dia tersenyum dan menatap selly yang melotot,
“gue setuju aja sih. Soalnya soal milih pemain gue gak jago sel. Jadi gue terima bersih aja. Gue kan percaya ama elo.” kata putra sambil menepuk pundak selly.
“huh! Dasar lo put! terus jadi peri jahat yang mengutuk putri itu siapa yang mau di antara elo calonin itu mon?.”
“gue aja deh sel. Gue kan spesialis dalam kutuk-mengutuk orang sel. Hahahahaha.” Tawa monik nyaring
“cocok aja sel dengan wajah dia, muka penyihir jahat. Apalagi cara ketawa dia itu, dijamin pada lari yang denger, habis sama dengan saudarinya sih. Hahahahaa.” Ejek restu yang langsung dilempar monik bantal kursi yang ada disampingnya
“terus yang jadi orang tua putri itu siapa sel?.” Tanya rico yang sedari tadi diam mendengarkan.
“bagaimana kalo elo sama arny aja?.” Usul restu tiba-tiba
“arny? Iya tuh betul! Arny Debora kan? Dia dulu adek kelas gue di ekskul teater. Bagus banget acting dia. Keliatan natural gitu. Elo kan anggota teater juga ric. Udah deh elo aja yah? Gak ada calon lagi nih.” Bujuk selly
“gue ama arny? Aseekkkk!!!.” Kata rico riang dalam hati.
“kok gue? terus restu sama putra jadi apa dong?  Jadi Pohon?.” Kata rico gak terima melihat kedua temannya tidak mendapatkan adegan apa-apa.
“restu ama putra gampang aja ric. Nah sekarang, siapa pemeran utama cowoknya?.” Tanya selly
“bagaimana kalo…..” kata rico sambil natap putra yang asyik baca novel dan tak menyadari semua mata tertuju padanya
“hahahahaa..  boleh juga usul lo ric. Tapi kenapa lo nyalonin tuh cowok? Tanya selly
“lo kayak gak tau reputasi putra aja sel. Diibaratin kalo Indonesia pake system kerajaan, pasti banyak yang pengen nikah sama dia. Dia itu “pangeran’’ sekolah kita sel.” Sahut monik
hahahhaaa.. jadi kalian bilang dia cocok untuk jadi pangeran? Ok deh. Tapi  pemeram utamanya cewek siapa ric?.” Pancing selly
“erza aja cocok sel! Kan dimana erza, pasti ada putra.  Kalo elo mon? sel? Ric? Setuju?” Tanya restu.
“gue sih setuju aja kalo erza jadi putrinya, secara, menurut dongeng yang gue baca, putrid tidur itu cantik, jago alat music, mepunyai suara indah, periang dan jago menari. Erza punya semua criteria itu.” jelas rico panjang lebar
“gue stuju juga tuh apa kata rico.” Kata selly dan Monik.
elo put? Setuju gak? Jangan asyik baca novel aja lo.” Kata restu.
“Apa kata lo pada deh. Gue nurut aja.” Kata putra cuek sambil membaca novel.
“ok deh! Semua sudah beres! Entar gue bantuin monik bikin naskah dialog. Palingan minggu depan udah gue sebarin ma kalian. Sisanya yang gak kepilih akan jadi pemeran pembantu. Jelas? Put.. lo setuju kan?! Kok lo asyik sendiri sih?!.” Tanya selly jengkel
“apa? Oh soal tadi.. gue liat dong nama pemainnya.. apa?! Gue sama erza jadi pemeran utama? Siapa yang usulin ini?!.” Kata putra kaget
“Salah lo sendiri tadi Cuma main iya aja waktu gue tanya. Gak usah sok kaget deh. Bilang aja elo setuju kan dipasangin sama erza?.” colek rico
“hahahaha.. tau aja lo. Cuma gue gak yakin aja kalo usul dia bakal jadi senjata makan tuan. Oke deh. Pajang di madding sekarang ya. Sekarang udah jam pulang kan? Gue cabut dulu. Bye.” Kata putra sambil keluar membawa novel diikuti oleh selly dan monik dibelakangnya.
“gak bisa bayangin gue kalo erza tau dia bakal pentas sama putra. Moga tabah aja tuh cewek.” Kata rico prihatin
“iya ric. Tapi sekarang elo ada kesempatan kan dekat sama arny? Gak ada alasan untuk lo gak deketin dia ric. Kalo elo sia-siain kesempatan emas itu, gue yang pacarin arny.  Hahahaha.” Kata restu keluar dari ruangan diikuti oleh jitakan rico.

                        
Sepulang sekolah terjadi kehebohan..
“APA?! Erza sama putra jadi pemeran utama putri tidur dan pangeran?! Gue pengen!.” Histeris cewek-cewek pemuja putra di depan madding
“what?! Eh liat juga nih. Arny sama enrico bakal jadi raja dan ratu di drama itu! huaaaa.. bener-bener deh!.” Teriak seorang cewek yang memancing teriakan penuh merana oleh yang lain.

Erza, Arny dan Dinda yang baru saja keluar dari kelas, bingung melihat kerumunan penuh merana di depan madding, penasaran apa yang terjadi, dia mendekati madding yang langsung diikuti tatapan iri, jengkel, dan sejuta perasaan aneh lainnya  tertuju kepada mereka termasuk arny yang tak pernah nyari masalah.
susah payah mendekati madding dan membaca pengumuman tersebut, membuat erza hampir pingsan melihat pengumuman itu, dinda yang kegirangan dan arny yang bengong sebengongnya sambil merobek kertas itu untuk melihat lebih jelas.
                                               
                                                   
                                                      PENGUMUMAN!
sehubungan dengan berakhirnya masa jabatan OSIS tahun 2010-2011, kami akan mengadakan sebuah drama musical yang berjudul Putri Tidur dan akan diselenggarakan pada tanggal 12 januari 2012. Berikut ini adalah nama pemain yang beruntung mendapatkan peran tersebut antara lain :

Putri Tidur                                        : Erza Noor Asifa  XI IPA 1

Pangeran                                          : Putra Eduardo Pradipta XII IPA 1

Ratu                                                   : Arny Debora XI IPA 1

Raja                                                    : Erico Andrian XII IPA 1

Kakek bijak                                      : Restu Shahab Prasetya XII IPA 1

tujuh peri                                         : dinda XI IPA 1
                                                            - Novi XI IPS 1
                                                            - Shabrina XI IPS 1
                                                            - Monik XII IPA 1
                                                                        - Resta XI IPS 1
                                                                        - Jessica XI IPA 2
                                                                        - Dilla XI IPS 2

Penyihir Jahat                                             : Monik XII IPA 2

peran pembantu :                          :  semua anggota OSIS.

oleh karna itu, karna ini acara terakhir Osis angkatan 2010-2011, kami mohon dengan sangat kepada semua anggota osis untuk ikut membantu demi kesuksesan acara drama pertama kita. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih

Osis sesi kebudayaan

Selly Permata Maharani

erza yang masih shock, merebut kertas yang dipegang Arny kemudian dia memandang kertas itu dengan tatapan ngeri  “apa?! Tau begini gue gak bakal ngusulin judul apa-apa! Kok jadi senjata makan tuan sih?! Gue mending jadi pohon, jadi bangunan, atau jadi apa kek daripada jadi pemeran utama dan bersanding sama sengak! Ada udang di balik panci ini! Pasti dia yang usulin! Yakin gue!.” gerutu erza dalam hati
“guys, gue pulang dulu ya.lo pelototin ampe jungkir tuh bola mata gak bakal berubah tuh pengumuman arny, lo terima kenyataan aja deh berpasangan dengan pujaan hati elo. bye.” Kata erza

“gue gak nyangka aja bakal dipasangin ama rico! Huaa!!!!! Gue seneng erza!!!!! akhirnya gue punya kesempatan dekat ama dia!.” Kata arny jingkrak-jingkrak sambil memeluk erza.
“gue juga! Akhirnya gue punya kesempatan jadi salah satu pemain inti! Huaaaa…. Lo beruntung banget za berpasangan sama putra! Nanti pas adegan terakhir kalian akan…….. huaaaa!! Gue gak sabar main! Gak sabar latihan! Gak sabar semuanya!.” Kata dinda ikut-ikutan meluk erza yang gak bisa napas karna dipeluk arny
“huaaaaa!! Lo pada jangan gila deh! Udah lepas-lepas! Gue gak bisa napas!.” Kata erza teriak.
“ sorry.” Kata mereka cekikikan sambil melepas pelukannya.
“eh bentar din, emang akhir cerita putri tidur apa? Gue lupa.” Kata erza.
“elo yang usulin, masa elo yang lupa? Akhir ceritanya itu entar pangeran tampan menghapus kutukan itu dengan cara mencium bibir sang putri. Kemudian mereka menikah dan bahagia selamanya.  Nah entar endingnya itu lo bakal dicium putra di bibir di tengah panggung pada saat tidur! Gue mau!!.” Teriak dinda histeris
“APA?! Enggak! Enggak dan bakalan enggak!.” Kata erza histeris sambil lari menuju mobilnya dan meninggalkan mereka yang bingung dengan tingkah erza.
“gue salah ngomong ny jadi erza gitu?.” Tanya dinda sambil menatap erza pergi dengan kening berkerut.
“enggak kok. Dia aja histeris sendiri. Kita pulang aja yuk.”

sesampai dirumah…
“putra! Lo dimana?! Tanggung jawab lo!.” Teriak erza  setelah sampai rumah dan mencari putra sambil berteriak.
“lo kenapa sih? Datang sekolah langsung teriak! Benjol nih kepala gue gara-gara jatuh dari ranjang gara-gara elo teriak! Gue ngantuk tuan putri..” kata putra sambil garuk-garuk kepala dengan rambut acak-acakan.
“elo usulin gue jadi putri tidur kan supaya elo bisa berpasangan dengan gue?! gue gak mau!.” Teriak erza sambil mendekati putra dengan mata melotot.
“gue gak usulin kok. Justru mereka usulin gue jadi pangeran dan waktu nyari peran putrinya,  restu ngusulin elo jadi putrinya karna elo cocok. Yaudah deh.” Jawab putra santai.
“terus kenapa elo mau hah?! Elo bisa nyaranin cewek lain buat jadi putri tidur! Gue keberatan!.” Kata erza protes
“gue paling gak jago disuruh rekomendasiin siapa yang cocok urusan beginian, kalo mereka nyaranin elo, berarti elo memang cocok. Terus elo keberatan ma gue emang ngaruh tuh keputusan? Enggak sayang. Terima nasib aja deh. Cewek-cewek aja mau jadi putri tidur buat gue, masa elo yang dikasih kesempatan Cuma-Cuma malah gak terima? Udah gue ngantuk.” Kata putra masuk kamarnya meninggalkan erza yang berteriak “PUTRA! GUE GAK SUDI FIRST KISS GUE ILANG KARNA DRAMA ITU!.”  teriak erza nyaring, sadar dia ngomong apa, erza menutup mulutnya dengan mata melotot“opssss! Gue ngomong apa?! Haduh bego lo za! Nyari masalah namanya.” Keluh erza dalam hati.

putra yang mendengar teriakan erza di luar, mendadak ilang ngantuknya kemudian keluar dari kamar sambil menyeringai “ oh jadi elo protes am ague karna itu ya? Menarik juga.” Kata putra sambil mendekati erza kemudian menggendong gadis itu masuk ke kamarnya tanpa mempedulikan teriakan erza yang bergema di telinganya.
Part 6
 "Aku tersiksa denganmu, Boy! Aku sangat membencimu!



“lo berat juga ternyata za. Hampir patah badan gue.” keluh putra setelah menidurkan  erza di ranjangnya dan tersenyum manis.
“lo ngapain bawa gue ke kamar elo? gue punya kamar sendiri! Minggir lo!.” Usir erza sambil bangkit dari ranjang tapi ditahan putra dengan tatapan mesum.
“percuma dong gue bawa elo berat-berat kesini kalo lo pergi dari kamar gue?! . easy come, hard to go baby.” Kata putra menatap erza.
“terus lo maunya apa put? Gue mau kursus nih!.”
“kita latihan drama aja disini gimana? Kan elo gak pernah masuk teater. Gue sih pernah, walau akhirnya dikeluarin. Hahahah.” Tawa putra sambil kedipkan matanya
“bilang aja lo dikeluarin gara-gara hancurin drama orang! Gimana mau latihan drama, naskah aja gak ada! Saraf lo!.apa lo kedap-kedipin mata? Mulai katarak lo?!” sahut erza ketus sambil berusaha bangkit dari tempat tidur putra. Tapi ditahan dia.
“kita Cuma latihan adegan terakhir aja sayang.” Kata putra sambil mendekatkan wajahnya kea rah erza yang sedang terlentang di ranjangnya sambil memegang kedua tangan gadis itu dengan kedua tangannya agar tak menyerang secara mendadak, kemudian dia melihat erza menutup mata dan mereka beradu hidung hingga akhirnya………

“and everytime I close my eyes and think about that, I’ve got you. And you’ve got me too.”  Bunyi lagu babyface- everytime I close my eyes di hp erza sukses membatalkan “acting” putra. Erza yang yang sadar handphonenya berdering, segera membuka matanya dan memelintir tangan putra yang memegang tangannya sampai cowok itu berteriak kesakitan dan dia berkata “sakit kan?! Rasain lo!.” Kata erza puas sambil mengangkat telponnya “halo, ini siapa ya?.”
“lo dimana za? Ini gue tari, cepet datang! Pelatih udah nyari elo dari tadi!.” Kata tari, temen kursus berenang erza diseberang sana.
“ok. Gue kesana. Thanks tar. Bye.” Kata erza menutup telponnya dan berkata pada putra yang menatapnya tajam.  “gue kursus berenang dulu, terus dilanjut dengan nari. Mungkin gue pulang sekitar jam 8 atau jam 9 malam. Kalau mau jalan, jalan aja. gue bawa kunci rumah cadangan.” Kata erza hendak membuka pintu kamar putra.
melihat erza mau pergi, putra mendekati erza dan berkata “ enak bener lo mau pergi seolah ga terjadi apa-apa! Kita belum selesai sayang.” Kata putra sambil menutup kembali pintu kamarnya kemudian dia mendekatkan wajahnya di wajah erza yang sedang nyender di balik pintu dan akhirnya….

CUP! Sebuah kecupan manis mampir di pipi kanan erza yang sukses menciptakan semburat merah di kedua pipinya yang putih. Putra yang melihat itu Cuma tersenyum dan berkata “duileee…. Calon bini gue merah mukanya. Jadi pengen ngecup pipi yang satunya deh.” Sambil menunjuk pipi kiri erza.
“Lo cium sekali lagi, gue tabok ampe jadi ikan kering lo!.” Jawab erza ketus sambil keluar dari kamar putra dan membanting pintu tepat di depan putra yang tertawa terbahak-bahak.

erza masuk ke dalam kamarnya, kemudian menutup pintu dan berdiri di belakang pintu sambil mengelus pipinya yang dicium putra “Aisssshh!! Kok gue mau aja sih dicium ama cowok sableng, gila, omes, gak beres itu sih?! Arrghhh!!!! Putra gila!.” Teriak erza dalam hati.
“daripada gue jadi ikut-ikutan gak jelas gini, mending gue berangkat aja.” Kata erza sambil menyiapkan peralatan renang dan berganti pakaian.
Setelah selesai, dia keluar dari kamarnya dengan hati-hati sambil mengendap-ngendap pas melewati kamar putra agar tak ketahuan, setelah selesai melewati kamar dia dan menuruni tangga, tiba-tiba dia melihat putra sudah berdiri di depan mobilnya dengan pakaian celana jins selutut seperti dirinya dan kaos oblong berwarna merah. Sambil tersenyum dia berkata “ gue antar elo ya?.” Dengan wajah memelas.
“gue gak naik mobil. Elo gak liat apa pakaian gue santai gini? Gue mau gowes aja ke tempat berenang. Dan gue gak suka diantar-jemput ama cowok gak jelas kayak lo!.” Kata erza ketus sambil menaiki sepedanya.
“Elo malah lebih mirip loper Koran sore daripada orang pergi kursus za.” Kata putra sambil menilik erza yang Cuma memakai sepatu kets warna biru, celana jins selutut, baju kaos tanpa lengan warna hijau dan topi berwarna senada.
“ini kan style gue. mau lo bilang gue kayak loper Koran kek, jual bakso kek, atau apa gitu. Gue gak peduli!.” Katanya sambil mengambil sepeda kemudian pergi meninggalkan putra.

Sesampai di gelanggang..
Erza langsung memarkir sepedanya sembarang tempat dan lari memasuki ruang ganti wanita untuk mengganti bajunya dengan baju renang kemudian memasukkan tasnya ke loker dan pergi menyusul teman-temannya yang sudah sedari tadi menunggunya.

“za.. lo kemana aja tadi? Tadi pelatih nyari lo tuh. Duileee… yang anak kesayangan pelatih.” Goda tari yang baru beberapa minggu les berenang disini.
“gue tadi ada urusan di rumah bentar. Apaan sih lo.. hahaha… eh itu siapa tar? Anak baru ya?.” Kata erza sambil menunjuk seorang cewek yang sedang berbicara dengan pelatihnya.
“iya, namanya selvi. Dia baru aja pindah za.” Kata tari menjelaskan
“oooooooooooo…” balas erza dengan o bulat.

Selesai pembicaraan, seorang pelatih muda sekitar 20 taunan yang wajahnya kurang lebih kayak afgansyah reza ini menghampiri erza dan berkata “kamu telat 20 menit za.”
“maaf kak, tadi ada sedikit urusan dirumah. Jadi terlambat.” Kata erza tersenyum.
“kalo gak si kunyuk itu gak gangguin gue, gak bakal telat gue kesini!.” Gerutu erza dalam hati.
“yasudah gak papa. Kakak takut aja kamu ada terjadi sesuatu jadi telat gini. Yasudah kamu latihan aja deh.” Kata pelatih sambil tersenyum manis pada erza.
“ok kak!.” Balas erza tersenyum kemudian dia menaiki papan loncat yang paling tinggi dan terjun indah yang menimbulkan decak kagum bagi yang melihat.

sekitar jam tujuh malam, les berenang sudah selesai dan erza mengganti pakaiannya di ruang ganti dan kaget melihat anak baru itu tersenyum padanya sambil mengulurkan tangan “hai.. gue selvi. Anak baru disini. Salam kenal ya. By the way, gue suka cara lo tadi loncat indah. Nanti lo mau gak kapan-kapan ajarin gue kayak gitu?.” Sambil tersenyum
“gue erza. tentu saja boleh. Entar lo kasih tau aja kapan kerumah gue. gue duluan ya. See you.” Kata erza sambil pergi meninggalkan selvi.

Pada saat berjalan menuju parkiran, tempat dia memarkir sepedanya hilang bersama sepedanya dan diganti oleh mobil BMW seri terbaru, tau siapa yang membuat begini, erza langsung mengetok jendela mobil itu dan berkata “woyy cowok sableng! Mana sepeda gue?! balikin kagak?! Lo mau gue mampusin disini?!.” Dan kaget ternyata yang membuka jendela mobil itu bukan putra, melainkan seorang cowok berwajah indo, mempunyai tatapan lembut, berahang tegas, bibir tipis. kemudian, dia keluar dari mobilnya sambil melepas kacamata hitamnya dan berkata “ maaf, lo siapa ya?.” Sambil tersenyum
erza yang terpesona melihat senyumannya dan malu banget karna salah ketok mobil berkata “ wahhh maaf… gue kira teman gue! soalnya dia usil gak ketolongan! Aduh malu gue jadinya,,,” sambil garuk-garuk kepala dan wajahnya merah.
cowok yang melihat itu tersenyum sambil memandang penampilan erza “ini cewek cantik banget!, badannya bagus. Pasti jago berenang. Kira-kira siapa namanya ya? Gue tanyain ah.” Batin cowok itu dalam hati.
“oh gak papa kok. Oh iya, nama lo siapa? gue Ferdinand Pratama, panggil aja ferdi atau dinand.” Kata cowok itu sambil mengulurkan tangannya.
“beneran maaf ya. Gue erza, panggil aja eza. Lo sekolah dimana?.” Tanya erza.
“gue baru aja pindah dari sini, tapi mulai esok gue bakal jadi murid SMA BUDI HARAPAN. Kalo elo?.” jawab ferdi.
“Wah…. Bentar ya. Halo? Iya bentar lagi gue disana. Ok deh.  Bye din. Sorry fer, gue cabut dulu ya. Sekali lagi maaf banget udah ketok mobil lo. Btw, lo liat sepeda gue gak?.” Tanya erza
“sepeda warna biru malam? Gue liat kok, dibawah pohon. Gak papa kok, santai aja.” Jawab ferdi tersenyum sambil memamerkan giginya yang putih.
“makasih ya. Sampe jumpa.” Kata erza melambaikan tangannya kepada ferdi kemudian dia pergi menuju tempat selanjutnya
“shitt! Gue lupa minta no hp dia! Haduh ferdii! Kok lo bisa lupa sih?! Dia sekolah dimana ya? Moga ketemu aja deh. Manis banget tuh cewek. Moga gak ada yang punya.” Kata ferdi tersenyum kemudian meninggalkan tempat itu.

Sesampai di tempat nari…
“kok lama za? Macet ya? Elo naik sepeda kesini? Mobil lo mana?.” Tanya dinda beruntun
“elo nanya satu-satu dong! Gal liat apa teman lo ngos-ngosan gini? Tadi gue ketemu cowok cakep banget di gelanggang! Huaaaa…” teriak erza.
“cakepan mana ama ka putra za? Siapa namanya za?.” Goda dinda
“cakepan tuh cowok lah! Namanya Ferdinand Pratama. Udah ah, ngobrol mulu kapan latiannya? Ntar kita dipelototin si banci kaleng tuh.” Kata erza sambil nunjuk pelatihnya dan membuat mereka cekikikan.

setelah dua jam tenaga mereka diperas, akhirnya pulamg juga, erza yang sudah sempoyongan berjalan membuat dinda khawatir dan berkata “elo gak apa-apa za? Gue antar pulang ya.” Sambil memegang badan erza.
“gue bisa sendiri kok. Rumah gue dekat aja din. Kalo gue bareng lo, sepeda gue gimana nasibnya? Udah lo gak usah khawatirin gue.” kata erza tersenyum
“gue gimana gak khawatir kalo elo sempoyongan kayak orang mabok gitu? Di rumah elo ada siapa? gue telpon ya?.” Kata dinda sambil mengambil ponsel erza.
“dirumah gue gak ada siapa-siapa. udah gue pulang dulu. Bye din.” Kata erza sambil mengambil ponselnya dan bersepeda menuju rumahnya.

Sesampai dirumah..
Erza yang berjalan sempoyongan, menekan bel berulang kali dengan sisa kekuatannya. Membuat putra jengkel dan berteriak “siapa sih yang ngebel jam 10 malam gini?! Erza mana lagi gak pulang jam segini?!  Za… lo kenapa? Sadar woy!.” Kata putra kaget ketika dia membuka pintu, erza langsung jatuh menimpa tubuhnya.
“pasti gara-gara kecapekan nih. Mana  berat  lagi!.” Keluh putra sambil menggendong erza ke kamar dan menidurkan erza di ranjang.
kemudian dia melepas sepatu erza, topi dan memasang selimut di tubuh erza kemudian dia tersenyum duduk di samping erza sambil menyibakkan poni yang menghalangi matanya, entah bisikan setan atau malaikat , membuat putra mendekati  erza yang sedang tertidur dan mencium bibirnya yang merah itu.

akhirnya,,, putri tidur mendapatkan ciuman pertamanya dalam tidur.

kemudian dia tersenyum dan berkata “lo sekarang milik gue za, gue gak akan melepas lo. Gue gak akan pernah ninggalin elo sampai waktu memaksa gue untuk ninggalin elo. karna di saat itu, elo akan merasakan betapa elo  kehilangan gue.” dan mengecup kening erza dan menutup kamarnya.

Dalam mimpi erza…
Dia sedang tidur di sebuah kasur yang indah dengan memakai gaun berwarna hijau dan mahkota di kepalanya. Kemudian, dia melihat putra dengan gagahnya memakai pakaian kerajaan dan mendekatinya yang sedang tertidur, sejenak erza melihat, putra memandanginya dengan penuh terpesona, kemudian dia mengelus pipi erza yang merah merona dan berkata “cantiknya gadis ini. Apakah dia selama ini yang selalu hadir di mimpiku tiap malam? Memaksaku untuk kesini dan mengatakan bahwa akulah yang bisa menghapus kutukan itu?.” Kemudian, dia mendekati gadis yang sedang tertidur itu dan mengecup bibirnya lembut. Di saat itulah, erza bangun dari tidurnya yang panjang, kemudian dia berkata “now, I’ve find you.” Dan mereka berpelukan.

“TIDAKKK!! Ini pasti mimpi! Pasti karna gue kepengaruh dongeng itu jadi gue mimpi gak keruan! Aaaaaa!!.” Teriak erza bangun dari tidurnya sambil mengelus bibirnya.
“kok gue disini? Perasaan tadi gue ngebel terus gue jatuh. Jangan..jangan…. haduh! Mampus gue! dia nyentuh gue gak ya? Moga enggak deh. sepatu gue mana? Sekarang jam berapa sih?.” Kata erza panic sambil melirik jam.
“sekarang jam 12 malam, gue gak bisa tidur, putra lagi ngapain ya?.” Tanya erza bangkit dari tempat tidur nempel di dinding kayak cicak.
“tuh anak ngedengkur juga tidurnya. Sebenarnya sih dia baik, tapi tingkahnya itu lo ngusilin! Lo.. kok gue jadi muji dia sih? Gara-gara mimpi gak beres nih, ngelantur kan gue!.” keluh erza sambil bersandar di dinding.
mendengar hujan mulai turun, erza tersenyum senang kemudian berteriak “asekkk!! Hujan! Siapkan baju, siapkan payung, sepatu boots, kita mandi hujan!.” Sambil bernyanyi riang dan  keluar dari kamar.

putra yang sedang asyik-asyiknya tidur, mendengar erza berteriak, langsung bangun dan mengucek-ngucek matanya sambil memeluk guling, kemudian pada saat tidur lagi, dia mendengar erza berteriak di teras bawah  “hujan…hujan..hujaan… I love hujan! Ayoo kita mandi hujan! Yang gak mandi hujan rugi! Cihuuyy…!.” Dengan suara gila-gilaan sukses membuat putra melek dan berkata “tante meizsa ngidam apa sih jadi anaknya gila hujan gitu?! Gak liat apa sekarang jam 12 malam?!  dan dia mau mandi hujan! Gue iket juga tuh anak.” Sambil mengambil sweater dan keluar dari kamarnya sambil nenteng baju handuk yang dia dapat di dapur.

ketika dia sampai di taman belakang, dia melongo melihat erza Cuma memakai celana hot pants, baju kaos you can see warna putih, sepatu boots dan payung sambil menari-nari di tengah taman, putra langsung mengahmpiri erza dan berkata “ lo gila apa sinting za? Ini jam 12 malam dan harinya hujan! Elo mau sakit apa?! Lo itu harusnya istirahat, bukan teriak-teriak di tengah rumah! Ayo masuk!.” Sambil menarik erza masuk ke dalam.
“gue gak mau! Elo kenapa sih ganggu kepuasan gue? gue suka hujan! Udah lo sana…sanaaa….” Sambil dorong putra masuk dalam rumah.
“gue Cuma gak mau lo sakit sayang, ayoo masuk deh, jangan bikin gue lakuin hal yang ekstrim nih.” Ancam putra.
“lakuin aja kalo lo mau, toh gue gak peduli.” Sahut erza cuek sambil melempar payungnya ke atas dan tertawa menikmati tetes-tetes hujan mengenai wajahnya.
putra yang gemas melihat erza tak menurut,  langsung mendekati erza dan memegang pinggangnya, tanpa perlawanan, putra mencium bibir erza di tengah derasnya hujan sambil memeluk gadis itu yang mulai gemetar dengan penuh lembut. Setelah selesai, dia melepas tangannya dari pinggang erza  dan  berkata “masih anggap ancaman gue main-main? Lo gak masuk rumah, gue lakuin hal yang lebih gila dari ini, sayang. jadi nurut aja yah.” Sambil mengelus bibir erza yang kemerahan.
erza yang kaget dengan “Serangan” putra, berkata “lo ambil first kiss gue! huh! Gak mood lagi gue mandi hujan gara-gara lo!.” Dengan jengkel dia mengambil handuk yang di tangan putra dan masuk ke dalam rumah.
putra yang tersenyum melihat erza menuruti keinginannya, tiba-tiba sadar apa yang bisa membuat erza luluh dan mau mengikuti keinginannya. Sambil bersiul dia masuk dalam rumah dan mengunci pintu taman.

erza yang masuk ke kamarnya, segera mandi dan memakai pakaian, kemudian dia terduduk di meja rias sambil mengelus bibirnya yang dicium putra, dengan muka memerah, dia pergi tidur.

pagi hari……
putra yang bangun lebih dulu, segera membuka jendela kamarnya dan pintu balkon agar udara pagi bisa masuk. Kemudian mendengar bunyi bel. Dia langsung keluar dan membukakan pintu. Kemudian berkata “mpok surti? Akhirnya mpok nongol juga.” Kata putra tersenyum.
mpok surti yang kaget karna yang membuka pintu adalah putra, kecengannya. Segera menyesali kenapa dia tidak dandan sebelum ke rumah erza. dan berkata “ eh den putra. Mbak erza mana? Belum bangun?.” Sambil masuk dalam rumah menuju dapur.
“belum kayaknya mpok. Kemaren dia hujan-hujanan tengah malam. Gila hujan ternyata tuh anak.” Kata putra geleng-geleng kepala.
“iya den. Mbak erza memang begitu waktu kecil, liat hujan rintik aja, langsung keluar dari rumah sambil nari-nari. Tapi kalo denger petir, dia langsung masuk rumah dan nyungsep di kolong tempat tidur sambil nangis. Lucu banget. Sampe sekarang dia takut petir den. Kalo dia bangun terus denger petir, langsung deh nangis sambil manggil mpok. Apalagi kalau lampunya mati, bisa stress dia.” Jelas mpok surti panjang lebar.
oh gitu mpok. Mpok masak nasi kan hari ini? Saya gak bisa makan roti soalnya. Minta bikinin erza, malah marah-marah dia.” Kata putra.
masak nasi dong den. Mpok siapin dulu ya.” Kata mpok surti sambil ngambil beras.
“hoaammmmm.. eh mpok surti. Udah lama datang mpok?.” Kata erza baru bangun sambil mengucek matanya.
“baru aja mbak. Udah mandi sana. Mbak erza bau.” Sambil tertawa melihat erza merengut dan mengambil handuk untuk mandi.

Selesai mandi dan berpakaian sekolah, erza dan putra duduk di meja makan berhadapan. Erza yang masih malu dengan kejadian semalam Cuma menundukkan wajahnya sambil makan. Selesai makan, dia langsung mengambil tas disebelahnya untuk pergi sekolah. Cuma ditahan putra dan berkata “lo ikut gue!.”
“lo jangan mulai pertengkaran deh put. Gue mau buru-buru!.” Elak erza.
“kita satu sekolah juga kan. Udah jangan banyak ngeyel. Mpok kami duluan.” Sambil mengambil tasnya di samping dengan tangan satunya memegang erza.

sepanjang jalan menuju sekolah, erza Cuma diam di mobil putra sambil menatap kearah luar. Putra mencoba membuka pembicaraan gak diresponnya. Ketika hpnya bergetar ada sms, dia langsung mengambil hpnya dan membalas sms-sms dengan wajah sumringah. Putra yang curiga hal itu, langsung mengambil hp erza dan memasukkan ke kantong celananya. Erza yang kaget langsung berkata “lo kenapa sih? Sudah untung gue mau ikut mobil lo! Udah balikin hp gue sini!.” Sambil menengadahkan tangannya.
“lo ngomong sama siapa za?.” Kata putra polos.
“gue ngomong ama lo lah! Udah deh ga usah pura-pura bloon! Sini hp gue.” kata erza ngotot.
putra tidak menghiraukan kata erza, dia konsen dengan mobil dan akhirnya sampai ke sekolah. Kemudian dia turun dari mobil tanpa menghiraukan erza yang keluar dari mobilnya dan membuat sekitar  mereka bingung, termasuk rico dan restu yang tau “Sejarah” mereka.
“putra! Balikin hp gue sini! Gue gak suka lo ambil hp gue!.” teriak erza.
putra menoleh kea rah erza, sambil tersenyum penuh misteri, dia berkata “ambil aja kalo lo mau tau apa yang akan terjadi.” Dan pergi meninggalkan erza yang melongo.
“tuh anak kenapa sih? Marah karna gue cuekkin dia dari pagi tadi? Salah dia juga ambil first kiss gue!.” batin erza bingung.
restu dan rico langsung mendekati erza dan berkata “ tuh anak salah makan apa za dirumah lo jadi aneh gitu?.” Tanya rico.
“erza juga bingung kak kenapa dia aneh gitu.” Jawab erza sambil garuk-garuk kepalanya tak gatal.

“pengumuman, bagi semua anggota osis terutama yang menjadi pemeran inti drama putri tidur, harap segera ke ruang teater segera juga.” Terdengar suara selly di ruang pengumuman.
“kita dipanggil tuh. Ayo za. Ngapain lo bengong?.” Kata restu sambil menarik erza yang terdiam dan menuju ruang teater.

sedangkan di kelas lain…
“perkenalkan, nama saya selvi aurellia. Salam kenal semuanya.” Kata selvi tersenyum manis dan memancing komentar-komentar dari anak cowok lain.
“manis bener nih cewek bro. walau masih kalah dengan erza. tapi ini bolehlah.” Komentar anak cowok lain yang disambut anggukan oleh yang lain.
“ok selvi. Kamu duduk di sebelah maharani ya. Makasih atas perkenalannya.” Kata bu revi sambil menunjuk bangku untuk dipersilahkan.
“makasih bu.” Jawab selvi.

sedangkan diruang teater. Mereka duduk melingkari selly dan dan monik yang memberi arahan.kemudian  Selly membuka pembicaraan “nah, kalian sudah liat kan pengumuman gue tempel kemarin, ada pertanyaan?.” Tanya selly yang langsung direspon erza.
“Saya ka. Kenapa saya dipilih jadi putri tidur dan pangerannya adalah dia?!.” Sambil menunjuk putra yang asik memainkan ponselnya.
selly yang menghela napas mendengar pertanyaan erza bertanya balik “kenapa lo gak mau jadi putri tidur? Itu kan usul lo za.”
“itu memang usul saya kak, tapi bukan berarti saya harus berpasangan dengan cowok sengak ini kan?! Satu sekolah aja udah bikin gila ka, ditambah lagi dengan satu drama dengan dia, mending saya jadi pohon, jadi bangunan atau jadi apa kek gitu supaya gak berurusan dengan tuh cowok!.” Kata erza sengit.
restu dan rico yang mendengar “curhat dadakan” erza, tertawa tertahan sambil menyenggol putra “ tuh, calon bini lo ngamuk tuh. Bujuk deh.” Kata rico.
“lo mending dekatin tuh calon pacar lo, si arny daripada entar gue ambil.” Balas putra enteng.
“sayangnya, kamu gak bisa mengubah keputusan itu za. Karna kami semua setuju dengan keputusan itu. jadi kamu terima nasib aja ya.” Kata selly membujuk erza.
“udah za lo terima nasib aja napa. Kayak lo bakal mati gitu kalo berpasangan dengan putra, gue aja mau.” Kata dinda nyenggol erza.
“Apa kata lo deh.” Jawab erza cuek sambil menatap putra tajam, yang dibalas dengan kerlingan nakal putra.
“nah, sebulan lagi drama kita akan dimulai. Jadi gue mohon kita tampilin yang terbaik, khususnya untuk angkatan kita. naskahnya udah gue sama monik bikin dan kalian latihan dengan pasangan masing-masing.” Kata selly sambil membagikan naskah.

Arny yang tegang berpasangan dengan rico, begitu juga sebaliknya. Saling pandang memandang sampai akhirnya rico mendekati arny dan berkata “latihan yuk.” Dan mengulurkan tangannya.
“ya Allah, gue jantungan! Gue jantungan!!! Teriak arny dalam hati.
“iya kak.” Dengan malu-malu tapi mau arny menyambut uluran tangan rico dan mulai latihan dengan serius yang ditatap kagum oleh yang lain.

sedangkan putra Cuma tersenyum sambil memandang erza, kemudian berbisik “nih hp lo gue balikin.” Dan kedipkan matanya nakal.
“bikin hp gue rusak. Gue makan lo!.” Kata erza sengit sambil mengantongi hpnya.

“nah erza, gue kan jadi pembaca cerita di drama itu, pas gue bilang, akhirnya setelah 18 tahun, putri Assifa sudah dewasa dengan kecantikan yang mempesona, sesuai dengan pemberkatan oleh tujuh peri. Elo keluar sambil nyanyi. Gimana?.” Tanya selly memotong pembicaraan erza dan putra.
“eum.. boleh juga ka. Tapi erza nyanyi apa? Dan kenapa saya harus nyanyi disitu?.” Tanya erza dengan mimic bingung.
“begini za, gue ma monik dapat ide, kalau elo selama 18 taun selalu memimpikan pangeran tampan tiap malam saat lo tidur, dan dia yang akan hapus kutukan elo. dan elo jatuh cinta sama pangeran itu tanpa lo pernah melihatnya secara langsung. Lo nyanyi disitu seolah-olah lo cerita sama kami semua, kalau elo suka sama pangeran itu dan ingin bertemu. Bagus kan? Benang merah cerita ini ada di lo semua za.” Jelas selly panjang lebar.
“kalo pangerannya bukan putra sih gue iklas lahir batin nerima penjelasan itu, laaa ini pangerannya putra! Gue mimpiin dia tiap malam lagi! Mimpi dia sekali aja bakal kena sial gue!.” sungut erza dalam hati.
“bagus kak. Erza nyanyi apa disitu? Terus endingnya gimana?.” Tanya erza lagi.
“lo tau gak lagu savage garden yang judulnya I knew I loved you? Itu pas banget dengan drama yang bakal kita bawain. Nah.. kalo udah endingnya ini gue semangat banget bahasnya. Jadi entar kan elo pingsan tuh karna tertusuk jarum pintal oleh penyihir monik, terus gue bilang, 100 taun kemudian, munculah seorang pangeran tampan dari negeri antah berantah yang selalu penasaran dengan mimpinya yang mengatakan bahwa dialah yang akan mencabut kutukan seorang putri cantik yang tertidur selama 100 taun. Disitu lo muncul put dengan restu. Lo denger gue kan?.” Tanya selly sinis melihat putra asyik melihat rico dan arny berpegangan tangan.
“gue denger kok. Terus apa lagi?.” Tanya putra
“bagus deh lo denger, soalnya kalo lo gak denger, gue korek tuh telinga pake cangkul!.  Kemudian lo cerita sama restu yang disitu jadi kakek bijak. Dia yang artiin mimpi lo dan membawa lo ke istana ini. Terus lo nebas semua rumput, ilalang pokoknya apa aja yang halangin pandangan lo terus lo naik ke menara tua dan terpesona meliat erza tertidur pulas. Elo pegang tangannya sambil berkata “apakah cewek ini yang selalu mengganggu tidur gue dengan pesona kecantikannya yang luar biasa? Yang selalu berkata bahwa gue adalah orang yang bisa menghapus kutukan ini dan menghidupkan semua orang  istana dia lagi? Tapi gimana caranya? Terus lo dekatin erzaa dan akhirnya lo ciuman deh. Terus lo bangun za. Dan elo meluk dia sambil bilang “now, I’ve find you.” Dan semua anggota istana terbangun dan kalian menikah. Horeeeeee.” Teriak selly girang.
“ciuman? Ciuman di pipi kan?.” Tanya erza penuh harap.
“Sayangnya menurut cerita yang gue baca, elo akan dicium putra di bibir za. Elo bakal bikin semua cewek patah hati!.” Jelas selly semangat tanpa mempedulikan tatapan mengerikan erza.
“bisa di praktekin sekarang?.” Kata putra semangat sambil memandang erza yang menatapnya ngeri.
“boleh banget ayoooo.. “ kemudian menarik erza dan putra dan memanggil semua anggota untuk latihan.

SEBULAN KEMUDIAN….
Akhirnya, hari yang dinanti oleh semua siswa-siswi SMA BUDI HARAPAN akhirnya datang juga. Erza yang sudah bangun dari pagi tadi, langsung mandi dan menyiapkan diri untuk latihan terakhir untuk dirinya sendiri.
putra yang sudah selesai bersiap-siap, terpesona mendengar erza menyanyikan lagu yang dia bawakan untuk drama nanti. dia membatalkan niatnya untuk keluar kamar dan mendengarkan erza bernyanyi.
“I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life.”
Setelah selesai latihan, dia keluar kamar dan melewati kamar putra, merasa akan terjadi sesuatu, dia buru-buru turun sebelum ditangkap putra.

putra yang keluar dari kamarnya, melihat erza sedang makan roti gandum dan disebelahnya ada nasi goreng. Membuat putra semangat dan mendekati erza kemudian berkata “udah siap za hari ini?.”
“gue siap aja. Tapi gue gak siap adegan terakhir itu.” kata erza pelan
“adegan terakhir yang mana? Oh… lo mau latihan sekarang yang paling terakhir itu? gue sih siap aja.” Kata putra kedipkan matanya
“lo jangan gila deh! Udah gue duluan dulu. Bye.” Kata erza meninggalkan putra yang makan pagi dengan muka merah merona.
Sesampai di sekolah..

erza yang sedang berjalan buru-buru keruang teater, tiba-tiba bertemu dengan Ferdinand, cowok yang pernah dia kira putra itu, sambil tersenyum dia berkata “lo ferdi kan?.” Tanya erza sambil mendekati ferdi yang ngobrol dengan temannya
“eh erza, lo sekolah disini juga? Wah kebetulan banget lo ada disini.” Jawab ferdi tersenyum
“iya fer gue sekolah disini. Lo kelas berapa? Maaf kemarin pembicaraan kita kepotong.” Jawab erza.
“gue kelas XII IPA 2. Kalo lo? Gak papa kok. Lo kan kemaren kayak sibuk gitu.”
“wah berarti gue adek kelas lo dong? Iya kemarin gue ditelpon temen gue. eh udah dulu ya kak. Gue masuk ke dalam dulu.” Kata erza sambil tersenyum.
“Elo main za? Jadi apa?.” Kata ferdi penasaran.
“Entar lo juga tau. Bye.” Sambil tersenyum, dia masuk ke dalam ruang teater.

ferdi yang tersenyum bisa ketemu dengan erza lagi, tiba-tiba dicolek temannya dan bertanya “ lo dimana kenal erza fer? Lo kan baru sebulan sekolah disini. Kok langsung kenal dengan primadona sekolah?.”
“oh dia primadona sekolah? Wajar aja sih, cantik begitu, ramah lagi.” Batin ferdi senang.
“ceritanya panjang ron, kok dia dibilang primadona sekolah?.” Kata ferdi
“ya jelas lah cantik begitu, dia itu pintar banget fer! Pokoknya banyak cowok dulu dekatin dia, tapi sekarang, semenjak dia didekatin seseorang, mereka pada mundur.” Kata Roni dengan suara pelan karna pada saat itu putra melewati mereka dengan tatapan tajam ke arah ferdi.
“Siapa yang dekatin erza jadi kalian pada mundur?.” Tanya ferdi
“lo liat gak cowok yang lewat tadi? Itu namanya putra, dia dekatin erza mulu tiap hari, kemarin aja mereka semobil dan beberapa hari lalu mereka pelukan. Sampai ada gossip mereka berdua pacaran. Tapi, ga mungkin kan pacaran berantem mulu kayak anjing dan kucing dikumpulin dalam karung?.” Tanya Roni
“iya juga sih.” “moga aja tuh cewek gak punya pacar. Gue dekatin ah….” Batin ferdi.
“eh kita masuk yuk. Kayaknya udah mulai deh.” Ajak ferdi sambil memasuki ruang teater.

di ruang hias teater.
“erza mana sel? Kok gue gak liat daritadi?.” Kata putra setelah selesai memakai pakaian pangeran yang membuat cewek-cewek disekitarnya pada terpesona, termasuk selly.
“lagi ganti pakaian tuh, eh itu erza keluar. Ya ampun! Cantik banget! Ga salah dia jadi putrid tidur!.” Kata selly histeris sambil menunjuk erza yang baru keluar dari ruang ganti.
putra yang mendengar itu, langsung menoleh dan terpesona melihat erza tersenyum dengan memakai gaun tanpa lengan berwarna biru muda, dengan rambut terurai dan sebuah kalung menghiasi lehernya yang jenjang.
kemudian erza melihat arny memakai gaun panjang berwarna cokelat dengan tiara di atas kepalanya dan rambut panjangnya terurai indah. Sambil histeris dia berkata “ya ampun arny! Lo cantik banget!
arny yang sedang ngobrol dengan rico, tersenyum manis dan berkata “lo itu bikin telinga gue jadi sumpek deh! Lo juga cantik kok. Banget malah. Ga sia-sia lo jadi anak gue di drama ntar, hahhaa. Eh ada yang mau nyamperin lo tuh.” Kata arny menunjuk putra.
spontan, putra mendekati erza yang sedang ngobrol dengan Arny dan berkata “elo cantik za. Tapi lebih cantik lagi kalo lo make ini. Beneran deh gak ada peletnya.”kata putra tersenyum sambil memasang jepit rambut yang pernah dia kasih ke erza yang membuat cewek-cewek pada iri dengannya.
“iya za. Lo cantik kok make itu. tiaranya di lepas aja deh.” Kata selly sambil melepas tiara di kepala erza.
“iya za. Gue gak boong lo. “ timpal dinda dengan novi memakai baju dress selutut berwarna putih.
erza menghela napas dan membiarkan jepit itu menempel dikepalanya.
Restu keluar dari ruang ganti dan berkata “siap sel? Udah jamnya ini.” Sambil colek selly yang sibuk memuji erza.
“eh iya.. ayo semua pemain gabung sini. Kita berdoa menurut agama kita masing-masing agar semuanya dimudahkan, berdoa mulai.” Kata selly memimpin doa sambil menundukkan kepala diikuti yang lain.
setelah selesai berdoa, selly berkata “moga kita sukses aja semuanya. Semua latihan kita gak sia-sia.” Dan tersenyum penuh semangat kemudian lari ke depan panggung dan kemudian terdengar suaranya membuka acara “nah, terima kasih bagi kalian sudah datang kesini untuk menghadiri acara kami. Silahkan duduk dengan rapi karna acara sebentar lagi akan dimulai.” Kemudian tirai ditutup.

“good luck ya Arn, kak Rico. Semoga sukses.” Kata erza tersenyum
“lo juga za.” Kata arny.

DRAMA DIMULAI *siapkan popcorn, duduk manis di samping putra, nonton drama putri tidur*
“pada suatu hari, disebuah negeri antah berantah, ada seorang Raja dan Ratu yang tengah berbahagia karna dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik setelah bertahun-tahun mereka menikah. Untuk merayakan itu, Raja mengundang seluruh rakyatnya dan 7 peri untuk menghadiri acara ini.” Terdengar suara selly membuka drama.
kemudian, Arny dan rico masuk ke dalam pentas sambil menggendong anak mereka dan berkata “lihat ayah, anak kita cantik sekali. Bagaimana kalau namanya Assifa?.” Kata ratu sambil menggendong anaknya penuh sayang.
“iya sayang. dia cantik seperti kamu. Nama yang cantik. Seperti wajahnya.” Kata Raja sambil tersenyum.
“kemudian, datanglah tujuh peri dan menghampiri raja dan ratu mereka yang sedang bercengkrama.” Kata selly kemudian
“Wahai raja dan ratu yang kami sayangi, ijinkanlah kami memberkati putrid cantik ini agar dia disayangi oleh semua rakyat dan berbudi baik.” Kata dinda yang berperan sebagai peri pertama.
“Silahkan peri.” Kata ratu sambil mendekatkan bayi itu di hadapan dinda
“wahai putri, kau akan menjadi putrid tercantik di dunia dan tak ada satu orangpun yang dapat mengalahkan kecantikanmu.” Sambil mengayunkan tongkatnya dan mengecup kening bayi itu.
kemudian resta sebagai peri kedua maju dan berkata “Wahai putri, kau akan cantik sekali, tapi kau periang dan tak sombong.” Sambil mengayunkan tongkat dan mengecup kening bayi itu.
kemudian shabrina, sebagai peri ketiga maju dan berkata “wahai putri,kau akan mendapatkan banyak kasih sayang dari orang-orang disekitarmu karna budi pekertimu.” Sambil mengayunkan tongkat dan mengecup keningnya.
kemudian, Jessica, peri kelima mendekat dan berkata “wahai putri, kau akan mempunyai suara yang sangat merdu, ketika kau bernyanyi. Semua hewan akan menghampirimu dan duduk disampingmu.” Sambil mengecup kening bayi itu.
Santi, sebagai peri keenam maju dan berkata “wahai putri, kau akan pintar memainkan alat music dan musikmu sangat merdu.” Sambil mengecup kening bayi itu.

“tiba-tiba, ketika peri ketujuh hendak memberikan pemberkatannya, datanglah seorang peri yang marah karna dia tak diundang, semua tamu kaget karna merasa tidak pernah melihat peri itu. kemudian dia maju menghadap raja dan ratu.” Kata selly
“keluar mon. giliran lo tuh.” Kata restu sambil mendorong monik.

Monik keluar dengan pakaian serba hitam dan penuh ekspresi marah, dia menunjuk bayi itu dengan tongkatnya dan berkata “beraninya kalian melupakanku! Baiklah, akan ku berkati bayi ini, pada umur 18 taun dia akan meninggal karna jarinya tertusuk jarum pintal! Hahahahaa.” Kemudian berlalu meninggalkan para tamu yang tercengang dan masuk di belakang panggung.
“gila lo mon! keren!.” Kata restu sambil acungkan jempol ketika melihat monik masuk di belakang panggung.
“monik gitu lo. Hahaha.” Kata monik tertawa.

kemudian ratu menangis dan berkata pada suaminya “bagaimana ini ayah? Anak kita akan mati pada umur 18 tahun! Huhuhu..” sambil mendekap bayinya.
kemudian, majulah novi, sebagai peri ketujuh dan berkata “aku tidak bisa mematahkan kutukan itu, tapi aku bisa melunakkannya, anakmu memang akan tertusuk jarum pintal, tapi dia tidak mati. Dia hanya tertidur pulas selama 100 tahun. Setelah 100 tahun, akan datang seorang pangeran tampan dan menghilangkan kutukan itu.” sambil mencium kening bayi itu.
Raja yang lega mendengar pemberkatan itu berkata pada seluruh undangan yang hadir “mulai hari ini, bakar semua jarum pintal yang ada di negeri ini, bahkan yang tersembunyi di jerami sekalipun! Bila aku tau kalian menyembunyikannya, akan aku gantung kalian di menara istana sebagai hukuman karna kalian menentangku!.” Sambil bersuara nyaring.

“setelah kutukan itu, tidak ada satupun jarum pintal ditemukan di negeri itu. hingga putrid berumur 18 tahun, dia tumbuh dengan paras yang sangat cantik dan berbudi baik, banyak pangeran yang menyukainya, tapi dia tidak bisa menerimanya. Karna selama 18 tahun, dia selalu memimpikan seorang pangeran tampan yang suatu saat akan menyelamatkannya. Dan dia jatuh cinta pada pangeran itu walau dia tak pernah bertemu.” Kata selly.

udah lo masuk za. Good luck ya putri.” Kata putra sambil tersenyum disamping erza.
“iya…iyaa.” Erza pun keluar dari belakang panggung.

melihat erza keluar, banyak penonton yang terpesona dengan kecantikan erza dan ada yang berkata “gila erza cantik banget! Pantes aja dia dipilih jadi putri tidur!.” Diamini oleh yang lain.
ferdi terpesona dengan kecantikan erza dan berkata pada temannya “dia cantik banget ya!.” Dan dijawab oleh anggukan yang lain,

kemudian sang putri duduk di sebuah kursi taman dan berkata “siapa pangeran yang selalu aku impikan tiap malam? Yang berkata bahwa dia akan menghapus kutukanku? Kutukan apa? Aku tidak pernah bertemu dengannya, tapi aku jatuh cinta padanya.” Sambil tersenyum dia bernyanyi.

Maybe it's intuition
But some things you just don't question
Like in your eyes, I see my future in an instant
And there it goes,
I think I found my best friend
I know that it might sound
More than a little crazy
But I believe

I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life

There's just no rhyme or reason
Only the sense of completion
And in your eyes, I see
The missing pieces I'm searching for
I think I've found my way home
I know that it might sound
More than a little crazy
But I believe

reff : I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life

A thousand angels dance around you
I am complete now that I've found you

I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life

I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life
*savage garden – I knew I loved you*

penonton yang mendengar suara erza mengalun merdu, sontak terpesona dan bertepuk tangan, putra yang mendengar suara erza Cuma bisa tersenyum manis.

selesai bernyanyi, erza melihat sebuah menara tua yang tak pernah dia lihat sebelumnya, kemudian dia berkata “itu menara punya siapa? kenapa aku baru liat? Aku samperin deh.” Kemudian berlari menuju menara tua.*tirai ditutup*

“akhirnya, sampailah sang putri di puncak tertinggi menara tua itu, dia melihat nenek tua yang sebenarnya peri jahat yang mengutuk dia sedang memintal dengan sesuatu yang runcing tak pernah dia lihat sebelumnya, karna penasaran, mendekatlah putri itu ke tempat nenek itu.” kata selly dan tirai terbuka kembali

“nenek lagi ngapain? Itu apa nek?.” Kata sang putri sambil menyentuh pundak monik yang pura-pura jadi nenek-nenek tua.
“oh cu, ini adalah jarum. Nenek lagi pengen menjahit buat bikin sweater. Sekarang kan musim dingin. Kamu mau nenek ajarin?.” Tanya nenek itu ramah.
“mau banget nek!.” Angguk sang putri sambil duduk disamping nenek.
“ini jarumnya dan ini benangnya. Sini nenek ajarin.” Sambil mencoba mengajari sang putri dan dengan sengaja menusuk jari sang putrid dengan jarum.
“Aduh nek. Sakit.” Keluh sang putri sambil mengusap jarinya yang berdarah karna tertusuk jarum.
“Aduh.. maaf cu. Nenek gak sengaja. Kamu gak papa kan?.” Kata nenek pura-pura khawatir.
“putrid gak papa nek. Putrid Cuma….” Kalimat sang putrid tak selesai karna dia jatuh tertidur di hadapan nenek yang berubah menjadi penyihir jahat.
“HAHAHAHHAHAAA! Akhirnya kutukanku berhasil juga!.” Kemudian menghilang.

“Sedangkan di istana, sedang terjadi keributan karna sang putri menghilang sejak pagi tadi dan tak ada seorang pun yang melihat. Raja dan Ratu memerintahkan semua pengawalnya untuk mencari sang Putri. Dan tibalah seorang Pengawal menggendong sang Putri yang sudah tertidur pulas dengan jari yang berdarah karna tertusuk jarum. Sadar bahwa kutukan sudah berlangsung, Raja langsung menggendong sang Putri ke kamarnya dan menidurkan di sebuah ranjang yang indah dan memerintahkan pengawalnya untuk memanggil tujuh peri.” Jelas selly membuka drama selanjutnya.

“pengawal! Sekarang juga kalian panggil tujuh peri itu! dan suruh mereka untuk segera ke kamar Assifa.” Perintah sang Raja.
“baik raja.” Kata ketua pengawal dan pergi melesat bagai meteor.
Sementara itu, arny yang menjadi ratu, menangis tersedu dan berkata “bagaimana ini yah? Anak kita sekarang kena kutuk.”
“Sudahlah sayang. semua akan ada jalannya. Assifa pasti akan sadar lagi.” Kata raja sambil memeluk ratu.
“huaa!! Gue dipeluk rico! Dipeluk rico! Gak mimpi kan? Haduwhh.. gue gak akan mandi selama seminggu deh agar pelukan rico gak ilang!.” Kata Arny histeris dalam hati.
“huaa…. Arny dipeluk rico! Mau dong!!!.” Kata seorang penonton penyuka rico merana diikuti oleh yang lain.

“kemudian, datanglah tujuh peri baik hati itu ke istana. Dan salah satu peri menyihir semua orang yang berada di lingkungan istana untuk tertidur selama 100 tahun supaya kelak apabila sang Putri terbangun, mereka terbangun bersama-sama. Kemudian menyihir tumbuh-tumbuhan liar agar tak bisa ditembus  oleh manusia dan hewan buas. Peri yang lain menjaga sang putrid sampai pangeran tampan itu datang.” Jelas selly dan tirai ditutup tanda cerita berganti.

“masa 100 tahun berganti, datanglah seorang pangeran tampan menemui seorang kakek bijak yang tinggal dihutan sana untuk menjelaskan arti mimpinya. Maka berangkatlah sang Pangeran itu ke tengah hutan.” Jelas selly dan tirai terbuka.

“udah restu lo keluar sana jadi kakek-kakek. Dan lo putra, selamatkan tuh putrid tidur lo.” Kata monik nyengir kuda.
“iya bawel.” Kata restu dan putra bersamaan di belakang panggung.

keluarlah putra dari belakang panggung dan membuat para cewek histeris melihat dia memakai pakaian pangeran, dengan pedang di samping kanannya dan senyumnya yang membuat dia semakin tampan. Kemudian dia sampai di rumah sang kakek tua bijaksana dan pintar yang sedang duduk dan bertanya tentang misteri sebuah kerajaan yang tak jauh dari tempatnya dan mengatakan mimpinya yang selalu membuat sang pangeran kebingungan.

“kakek, apakah kakek tau tentang sejarah kerajaan yang disekitar sini? Banyak yang bilang bahwa disitu tinggallah seorang penyihir jahat, hewan buas dan sebagainya.” Kata sang pangeran.
“sebenarnya kerajaan itu adalah kerajaan yang besar dan mempunyai seorang putrid yang sangat cantik. Tapi karna putri itu dikutuk oleh seorang penyihir jahat, maka semua orang di kerajaan itu disihir oleh tujuh peri untuk tertidur sampai sang Putri menemukan pangeran yang dapat mematahkan sihir kutukan itu. sudah banyak pangeran yang mencoba untuk masuk kesitu, tapi tak ada yang sanggup” kata sang kakek panjang lebar.
“Apakah itu berhubungan dengan mimpi saya?.” Tanya sang pangeran penasaran.
“Apa mimpimu wahai anak muda sehingga kau berkata bahwa itu berhubungan dengan kerajaan itu?.” tanya sang kakek.
“Saya bermimpi selama bertahun-tahun, bahwa ada seorang putri cantik jelita mengatakan bahwa hanya saya yang bisa menyelamatkannya dari kutukan dan membangunkan kerajaannya. Itu membuat saya bingung.” Jelas pangeran panjang lebar.
“mungkin kamu adalah orang yang dimaksud untuk menghapus kutukan itu, pergilah nak.” Kata sang kakek lagi.
“baiklah kek.” Kata sang pangeran kemudian pergi meninggalkan sang kakek menuju kerajaan.

“Sampailah sang pangeran di kerajaan yang dimaksud. Dengan gagah berani dia menebas semua semak belukar dan pohon-pohon untuk menembus wilayah kerajaan itu. setelah berhasil masuk, ia melihat hewan-hewan peliharaan, orang-orang terbaring dimana-mana, tapi tidak mati. Hanya tidur sangat pulas. Kemudian, masuklah sang pangeran dalam istana untuk mencari sang putri.” jelas selly

masuklah sang pangeran ke dalam istana dan membuka semua kamar yang ada, ketika dia membuka kamar terakhir, dia melihat seorang putrid cantik jelita yang selalu membayangi mimpinya setiap malam tertidur pulas di ranjangnya. Terpesona dengan kecantikannya, sang pangeran terduduk dan berkata “inikah putri yang selalu mengganggu tidurku setiap malam? Yang berkata bahwa akulah yang bisa menyelamatkan dia dan kerajaannya. Tapi bagaimana caranya? Sungguh cantik sekali putrid ini.” Kata sang pangeran sambil mengelus wajah sang putri dengan lembut.

kemudian, hadirlah tujuh peri yang selama ini menjaga sang putri. salah satu peri berkata “kamulah yang akan menghapus kutukan sang putri. ciumlah dia, maka kutukan akan berakhir.” Kemudian tujuh peri itu menghilang.

Sang pangeran alias putra, tersenyum manis dan menundukkan wajahnya, penonton mulai tegang termasuk para pemain di belakang panggung. Rico yang melihat itu berkata “tuh anak bener-bener bakal cium erza deh.” Disambut anggukan restu dan monik.

ketika wajah mereka semakin dekat, perlahan, erza berbisik ketika mereka beradu idung “cium kening gue aja kak, atau pipi deh. Jangan bibir ya.” Sambil memohon.
putra yang mendengar itu tersenyum kemudian berkata “naskahnya enggak begitu sayang.” dan mengecup bibir gadis itu dihadapan semua orang.

sang putri terbangun dalam tidur panjangnya, sambil menatap sang pangeran dia berkata “akhirnya, aku menemukanmu dan kau menghapus kutukan itu.” kemudian mereka berpelukan dan seluruh penduduk kerajaan bangun dari tidur panjang mereka dan melakukan aktifitas seperti biasanya.

“setelah kutukan itu berakhir, menikahlah sang pangeran dan putri tidur. Mereka bahagia selamanya. Sekarang, mari kita tepuk tangan pada pemain kita.” Kata selly keluar dari aonggung dan bertepuk tangan.

Arny keluar dengan memegang tangan rico dan mereka berpelukan disusul dengan monik dengan restu, putra dan erza saling memandang. Kemudian putra berbisik di telinga erza “nanti kita lanjutin drama itu dirumah ya.” Dan mengerling nakal
“gue makan lo!.” Kata erza ketus.

tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sedari menonton pertunjukan mereka dan berkata “bentar lagi lo akan kehilangan putri tidur lo untuk selamanya put. Sebagai balasan lo tinggalin gue.” dan pergi meninggalkan tempat itu bersama yang lain

Part 7

Setelah selesai drama, mereka pergi ke belakang panggung dan senang akhirnya latihan mereka selama sebulan tak sia-sia. Ketika melihat Putra berdampingan dengan Erza, salah satu pemain berkata,“duileeee yang pasangan pangeran-putri. gimana rasanya put nyium seorang putri? hahahahaa keren lo Put!” Katanya sambil menepuk pundak Putra dan  menggoda pasangan itu sampai pipi Erza merah merona.
            “Duilee….tuan putri mukanya merah merona.” Goda yang lain.
            Erza yang gak tahan lagi digoda para pemain berkata “apaan sih lo pada?” Ucapnya sewot dan memutuskan keluar sebelum pipinya berubah menjadi lebih merah lagi. Membuat mereka berpandangan. Bingung.
            “Erza lagi PMS yah Put jadi marah gitu?” Tanya Rico garuk – garuk kepala karna tak biasanya melihat Erza marah – marah  kepada orang lain. Kalo sama Putra mah, udah biasa dimarahin dan memang pantas begitu.
            “Lo ngapain nanya sepribadi itu ma gue? mang gue suami dia apa?”
Jawab Putra dengan kerlingan mata jahil.
Bilang aja lo ngarep!” Kata restu sambil menoyor kepala putra dan mereka tertawa bersama.


            Erza yang sebal digoda para pemain, lari ke taman belakang hingga akhirnya menabrak seseorang. Ketika dia mendongkakkan wajahnya, dia melihat Ferdinand tersenyum ke arahnya dengan kedua tangan memegang lengannya. Erza pun merasa wajahnya memanas seketika. Lo ngapain disini Za? Pake gaun itu lagi. Ntar masuk angin loh.” Kata Ferdi perhatian yang senang karna bisa bertemu gadis pujaannya sambil melepaskan jaketnya dan menyampirkan di pundak Erza.
membuatnya kaget . Lagi nyari udara segar aja kak. Kakak sendiri ngapain disini malam-malam? Ikutin Erza yaaa?Godanya sambil membenarkan jaket yang disampirkan Ferdi.
            Gue lagi pengen disini aja. Pede bener lu jadi cewek. Oh iya, selamat ya acting lo bagus banget tadi. Gue gak nyangka, selain lo jago berenang, lo jago juga nyanyi. Gue curiga, apa jangan-jangan lo titisan putri tidur jadi lo punya banyak kelebihan kayak gitu? Lo cantik Za.” Puji Ferdinand tulus.
Erza yang kaget mendengar pujian ferdi, wajahnya langsung memerah dan berkata. “makasih kak atas pujiannya. Ah kaka apaan sih? Udah deh jangan bikin Erza terbang nih.” Dengan wajah tersipu malu dan tersenyum, dia memukul lengan Ferdi pelan. Membuat cowok itu tersenyum manis.
            “gila nih cewek manis banget senyumannya! Pokokknya gue harus bisa dapatin dia, gue harus bisa buat dia gak bisa lepas lagi dari gue” tekadnya dalam hati.

            Za ... gue boleh minta no hp lo gak? Kan siapa tau gitu gue bisa daftar jadi pangeran elo.”
            Erza tertawa mendengar gombalan Ferdi. Gombal basi lo kak! Ini no Erza ...” katanya sambil menyebutkan nomornya.
“ok deh. Gue save nomor lo manis.”
Ucapnya dan tanpa dicegah, Ferdi berlutut ke arahnya dan mencium punggung tangan kanannnya dengan tatapan mata fokus ke Erza. Membuat gadis itu mematung.
            Putra yang mencari Erza, kaget melihat gadis itu berduaan dengan cowok lain yang berlutut sambil mencium tanganya. Membuat Putra naik darah dan   langsung mendekati mereka dengan langkah terburu – buru. “kita pulang!” Ucapnya ketus  sambil menarik Erza yang kaget dengan tingkahnya.
            Lo kenapa sih? Gue bisa pulang sendiri!” Erza menjawab tak kalah ketusnya sambil melepas cekalan putra.
“oh iya kak, erza pulang dulu ya. Ini jaket kakak. Makasih udah dipinjamin.” Sambil tersenyum manis dia melepas jaket yang ada dipundaknya dan meninggalkan putra yang menatap tajam ferdi.
“lo siapa?.” kata putra sinis.
“lo yang siapanya erza?.” kata ferdi tak mau kalah.
“gue, calon tunangannya erza. jadi gue harap lo mundur deh. Lo gak bisa dapatkan dia.” Kata putra menang.
“Cuma calon tunangan aja ribut bener lo! mending kita bersaing aja deh untuk bisa dapatkan erza.” kata Ferdinand.
“ok kalo itu mau lo! Tapi elo harus ingat satu hal, lo sentuh tubuh erza sedikitttt aja,,, jangan harap lo selamat dari gue!.” ancam putra pergi meninggalkan ferdinad yang tersenyum sinis.
“liat aja siapa yang bisa dapatkan dia. Elo atau gue!.” jawab Ferdinand kemudian pergi meninggalkan tempat itu.

di tempat lain…..
“bagaimana say, lo mau gak ikut rencana gue? lo kan jengkel juga dengan erza.” kata seseorang via telpon.
“iya gue jengkel setengah mampus sama dia! Tapi apa cara lo gak bahaya tuh?! Elo sama aja bunuh anak orang sel!.” Kata temannya.
“Cuma itu satu-satunya cara supaya tuh cowok tau bagaimana rasanya ditinggalkan pada saat kita mulai terbang karna perhatiannya!.” Kata cewek itu geram.
“gue setuju. Kapan kita lakukan itu?.” kata temannya pasrah.
“pada saat gue bisa masuk kedalam hidup cewek itu.” katanya mantap dan menutup telpon.
“lo liat aja putra, gue bakal bikin putri tidur lo akan tertidur selamanya, dia takkan bangun oleh ciuman lo! Dia akan mati karna lo! Hahahahhaa.” Tawa gadis itu kemudian melemparkan sebuah anak panah di foto erza dan tertancap di kepalanya.

dirumah erza…
“za.. gue mau ngomong.” Kata putra sambil menggedor pintu kamar erza.
“gue mau tidur putra! Elo tidur sana!.” Usir erza.
“bentar aja erza… gue janji gak akan lama.” Kata putra memohon.
“gue cekik lo lama-lama put!.” Kata erza jengkel dan berjalan membuka pintu kamarnya.
“apa lo ged..” kata erza terputus karna bibirnya dicium oleh putra dengan penuh lembut dan sukses membuat gadis itu terdiam.
“good night sayang.” dan dia mencium kening erza kemudian pergi meninggalkan gadis itu yang berdiri mematung.
Sadar apa yang dilakukan putra terhadapnya, erza langsung masuk ke kamar putra dan berkata “ lo itu apa-apaan sih cium gue seenak jidat?! Gue bukan pacar lo! Gak puas apa lo udah cium gue di depan panggung hah?! Mau lo itu apa sih?!.” Kata erza geram melihat putra yang tersenyum.
“gue kan Cuma lakuin apa yang ditulis selly za. Lo juga ngapain peluk gue pas gue cium elo? seharusnya elo tuh gampar gue, tendang gue atau apa gitu, bukan meluk gue terus bilang “Akhirnya aku menemukanmu.” Gue mau ini sayang.” kata putra sambil mendekati erza dan mengelus bibir gadis itu lembut dengan jarinya.
“saraf lo! Gila! Omes! Gak beres!.” Kata erza sambil membanting pintu kamar putra.
“za…. I love you.” Kata putra dan pergi tidur.

erza yang jengkel setengah mati terhadap putra, kaget mendengar telponnya berbunyi, tau siapa yang menelpon, erza tersenyum dan berkata “halo kak… ada apa?.” Sapa erza
hai juga za. Lo lagi ngapain? Mikirin gue ya?.” Kata ferdi diseberang sana
“pede banget lo kak! gue mau tidur kak sebenernya. Sudah ngantuk. Sorry ya kak gak bisa telponan lama-lama.” Kata erza menguap.
“iya za,,, maaf udah ganggu istirahat lo. Selamat istirahat putri tidur assifa.” Kata ferdi tertawa
erza yang tertawa mendengar ferdi manggil dia begitu “selamat istirahat juga pangeran gombal.” Dan menutup telpon sambil tersenyum.
“daripada putra, gue mending milih kak ferdi. Kan dia gak kurang ajar kayak cowok sengak itu!.” sungut erza dalam hati.
Pagi hari…..
“mpokkk surti… dimana dikaauu?.” Teriak erza sekeliling rumah membuat putra keluar kamar dan berkata “lo kenapa sih za teriak pagi-pagi?.” Sambil menggaruk kepalanya.
“nah kebetulan ada lo, liat mpok surti gak?.” Tanya erza.
“kalau ada juga udah gue kasih tau sama lo. Lo kenapa sih?.” Kata putra.
“Eum…anu…. Gak jadi deh.” Kata erza ngeloyor pergi.
“dasar sableng.” Kata putra masuk kamar dan melanjutkan tidur.

“KYAAAA!!!! PUTRA!!! LO DIMANA?! TOLONGIN GUE!.” teriak erza nyaring membuat putra terbangun dan langsung keluar mendatangi erza yang terduduk di taman belakang.
“lo kenapa za?.” Kata putra sambil memegang pundak erza menegang.
“liat tuh.” Kata erza ngeri sambil nunjuk sebuah ular besar  yang melilit kaki kiri erza dan hendak mematuk kaki erza dan membuat gadis itu hampir menangis ketakutan.
“sini, lo jangan bergerak .” Kata putra sambil berjalan mendekati ular itu dan menangkapnya lalu meletakkan di kotak kemudian membuangnya jauh-jauh.
setelah itu, dia mendekati erza yang masih pucat pasi dan berkata “kenapa ular itu bisa sampai di taman za?.”
“gue gak tau, pas gue mau ke taman, gue liat ada kotak disitu, yaudah gue buka aja. Gak taunya ada ular dan langsung melilit kaki gue. untung ada lo, makasih ya.” Kata erza sambil memeluk putra.
“Sama-sama za. Udah lo tidur sana, atau lo mau jalan hari ini?.” Tanya putra.
“gue mau jalan hari ini. Ada yang mau gue beli.” Jawab erza.
“gue ikut ya?.” Kata putra kedipkan matanya nakal.
“kagak! Lo gak boleh ikut! Ini urusan cewek!.” Kata erza melepaskan pelukannya lalu pergi meninggalkan putra yang mengernyit bingung.
“ular? Kenapa bisa ada dirumah erza? pasti ada seseorang yang ngirim nih untuk celakain erza. tapi untuk apa? Firasat gue mulai gak enak nih.” Kata  putra gelisah dalam hati.

di tempat lain…
“gagal bos, ada seorang cowok yang selamatkan cewek itu ketika target sudah membuka kotak dan ular itu siap menerkam dia.” Lapor seseorang diluar sana.
“Sial! Kenapa bisa sih?! Bukannya tuh cewek tinggal sendiri?! Gimana cirri-ciri cowok yang selamatkan cewek itu?.” tanya seorang cewek.
“putih, badannya tinggi, matanya berwarna hijau terang bos. Kayaknya dia tinggal serumah dengan si target bos.” Lapor dia lagi.
“putra serumah dengan erza? hubungan apa ini? Wah menarik nih. Kayaknya gue harus hancurin cewek itu telak dan buat putra menyesal seumur hidup atas apa yang tak dia lakukan dan menanggung akibatnya!.” Tekad cewek itu.
“oke deh. Thanks atas laporannya. Ambil bagian lo di tempat biasa.” Kata cewek itu menutup telponnya.
“lo boleh lolos karna pangeran lo, tapi liat entar, gue akan mastiin pangeran lo gak akan bisa nolong lo, erza noor assifa! Hahhaa.” Kata cewek itu tertawa nyaring.

di kamar erza..
erza yang sudah siap-siap hendak pergi, tersenyum manis sambil memutar tubuhnya di depan cermin lalu keluar kamar.
putra yang melihat erza memakai dress selutut berwarna hijau dengan sepatu flat berwarna senada, dan rambutnya dihiasi oleh bandana, membuat cowok itu terpesona dan berkata “gue ikut lo ya? Please…” kata putra memohon.
“kagak! Lo gak boleh ikut gue putra! Gue mau beli sesuatu.” Tolak erza mentah-mentah.
“lo mau beli apa sih? Mau beli….” Kata putra menunjukkan wajah mesumnya.
erza yang tau apa pikiran putra, langsung memukul lengan cowok itu dan berkata “gue tau otak mesum lo! Minggir!.” Kata erza sambil mendorong putra dan menuju mobilnya kemudian pergi dari situ.

sesampai di sebuah tempat..
Sampailah erza di sebuah toko favorit dia dimana menjual baju renang terbaru. Ketika dia melihat sebuah baju renang two pieces berwarna biru kesukaannya dan one piece dengan bagian punggung terbuka seutuhnya. erza yang ingin membeli, teringat putra menginap dirumahnya  “putra kan ada dirumah gue, ngapain gue beli ini? Tapi warnanya bagus.. entar deh gue pake pas putra gak ada dirumah atau di ekspor mamanya mendadak ke jerman.” Kata erza girang dalam hati.
kemudian dia mengambil dua baju renang itu dan bertemu dengan selvi, teman renangnya yang juga sibuk memilih baju renang, erza mendekati selvi dan berkata “hei sel. Sama siapa lo disini?.” Sambil menepuk pelan pundak gadis itu.
Selvi yang tak menyangka bertemu dengan erza, tersenyum dan berkata “ eh za. Ketemu juga akhirnya disini. Gue sendiri aja kesini. Oh iya, kemaren gue liat penampilan elo jadi putri tidur. Lo cantik banget za. Suara lo bagus banget. Pantesan aja lo dipilih jadi putri tidur. Cocok sih.” Sambil tersenyum.
“kok lo tau gue jadi putri tidur sel? Memangnya kita satu sekolah?.” Tanya erza bingung.
“gue baru ingat, kalo gue sebulan lalu pindah ke sekolah lo dan gue kelas ipa 2. Lo kelas ipa berapa za?.” Tanya selvi.
“gue ipa 1 sel. Eh duluan ya. Selamat jadi siswi baru di sekolah gue.” kata erza tersenyum.
“eh za.. gue kapan bisa belajar renang dirumah lo? Gue pengen banget bisa terjun sebagus elo.” kata selvi mulai menjalankan rencananya.
“eum.. kapan ya? Entar gue sms lo deh atau gue samperin dikelas. Btw, gue boleh gak minta no hp lo?.” Kata erza sambil mengeluarkan handphonenya.
“oke deh. Ini no gue…” kata selvi sambil menyebutkan nomornya.
“thanks sel. Gue duluan ya.” Kata erza membayar barang belanjaannya di kasir dan pergi meninggalkan selvi.
“lo masuk dalam perangkap gue, putri tidur.” Kata selvi riang karna rencananya berhasil.

putra yang bosan setengah mati dirumah erza sendiri, menelpon rico dan berkata “lo dimana? Gue kerumah lo ya? sumpek disini.” Keluh putra ketika mendengar rico mengangkat telponnya.
Rico yang masih ngantuk ketika ditelpon putra berkata “lo bangun tidur jam berapa sih jadi nelpon gue pagi gini? Gue ngantuk dodol!.” Sumpah rico.
“gue juga ngantuk gila! Gara-gara si Erza tuh teriak gak keruan dirumah, habislah gue gak bisa tidur lagi. Sekalian gue mau cerita sesuatu sama lo.” Kata putra serius.
mendengar putra mau cerita, rico langsung duduk di tempat tidur dan berkata “apaan? Serius bener. Kebetulan gue baru aja nemuin fakta menarik nih. Lo kerumah gue sekarang. Ajak restu juga kalo lo mau.”
“tadi  lo ngomelin gue, sekarang semangat ‘45 nyuruh gue kerumah lo!. iya Raja rico. Gue ke rumah lo.” Kata putra sambil menutup telpon.
“kira-kira tuh anak bakal cerita apa ya? sumpah masih penasaran gue siapa yang ngirim ular itu ke erza.” Batin putra bingung.
merasa tak menemuka jawaban, dia pergi sambil mengunci rumah erza masuk ke dalam mobilnya dan pergi ke rumah rico.

tanpa dia sadari, ada seorang cewek yang mengawasi dia mulai daritadi, dia terkejut melihat putra keluar dari rumah erza. Sambil tersenyum dia berkata “asyik! Gue incar satu, langsung nangkep yang satunya.” Kemudian pergi meninggalkan rumah itu dengan hati puas.

Sampailah putra di rumah rico yang terletak di salah satu komplek perumahan mewah di Bandung, ketika dia mengklakson pagar rico, muncullah pembantu rico membukakan pagarnya dan tersenyum pada putra, putra membalas senyum pembantu rico dan berkata “rico ada bi?.”
“ada kok mas. Mas rico sama mas restu di taman belakang, mas restu Baru aja datang. Masuk aja mas putra.” Sambil mempersilahkan putra masuk
“makasih bi.” Kata putra kemudian menyusul mereka berdua ke taman.

sesampai di taman, putra melihat rico dan restu asyik bermain catur di gazebo yang di bawahnya ada kolam ikan koi. Kemudian dia mendekati mereka dan berkata “sejak kapan lo bisa main catur ric? Lo kan selalu kalah ma gue.” sambil meledek rico.
Rico yang jengkel diejek putra berkata “tau deh lo pintar main catur daripada gue. eh… gimana lo serumah ama erza? Kalian ngapain aja?.” Sambil pasang muka mesum yang membuat dia kena timpukan bantal dari putra.
“gue gak ngapa-ngapain kok. Gue kan gak kayak lo ric. Gak bisa liat cewek bening dikit aja langsung main nyosor. Hahahahaa.” Kata putra tertawa
“perasaan itu lo deh put. Eh, kata rico lo mau cerita apaan?.” Kata restu.
“gini, tadi pagi erza hampir aja digigit ular, Gue gak tau jenis ular apa, tapi yang jelas ularnya gede, dia melingkar di kaki kiri erza posisi siap mematuk, erza teriak manggil gue, langsung deh gue tangkap tuh ular dan gue buang. Pas gue Tanya sama erza dia nemu dimana tuh ular, dijawab tuh cewek dia liat sebuah kotak di tengah taman, penasaran dia buka kotak itu gak taunya isinya ular. Gue bingungnya, siapa yang naroh ular di rumah erza? Apa maksud dan tujuannya?.  Jelas putra panjang lebar.
restu dan rico mendengar cerita putra, mengerutkan keningnya dan berkata “iya juga ya, lo berdua aja dirumah sama erza, pembantu dia jarang datang, siapa lagi yang bisa masuk ke dalam rumah dia tanpa ketahuan? Lo hati-hati aja mulai dari sekarang put, gue ngerasa erza dalam bahaya tuh.” Kata rico memperingatkan.
“gue sih gak papa ric. Yang gue cemasin itu erza, karna gue ngerasa dia jadi target seseorang yang gak suka ma dia. jujur, itu buat gue gak tenang ric, res.” Kata putra khawatir.
‘lo tenang aja put, lo berdoa aja semoga erza gak papa.” Kata restu menepuk pundak sahabatnya.
“iya gue harap juga begitu, eh ric, lo mau cerita apa tadi?.” Kata putra mengingatkan.
“untung lo ingatin gue, lo masih ingat gak cewek yang pernah lo goda di café itu waktu lo cerita ma kita bahwa lo satu atap ma erza?.” Kata rico mengingatkan putra.
putra mengerutkan keningnya sambil mengingat cewek-cewek yang selalu dia goda *kebanyakan cewek lo goda sih put -,-“*, kemudian dia teringat dan berkata “iya gue ingat! Yang kulitnya putih itu kan? Gue ingat namanya selvi tuh, Emang apa hubungannya sama gue?.”
“dia satu sekolah sama kita sekarang! Dia kelas 11 ipa juga, Cuma beda kelas sama erza. Gue baru aja ketemu kemarin pas kita pulang dari teater itu. Lo hati-hati aja put.” Kata rico memperingatkan.
“lo berdua mikir yang sama gak sama gue?.” kata restu sambil memandang mereka berdua
“apaan? Gue sih selalu mikir erza res. Hahah.” Kata putra sambil tertawa
“otak lo erza mulu yang dipikirin! Erza mikirin lo balik gak?.” Tantang rico.
“mikirin ric, mikirin gimana caranya putra keluar dari rumah dia hidup-hidup! hahahaha.” Ejek restu.
“Sableng lo pada! Lo berdua mau bilang selvi sengaja pindah ke sekolah kita buat dekatin gue dan hancurin hubungan baik gue ama erza? Gak ngaruh boy.” Kata putra santai
restu dan rico saling berpandangan dan berkata “Sejak kapan hubungan kalian itu baik? Perasaan ancur mulu deh. Ya gaju k ric?.” Kata restu
“betul banget!eh put, taun baru lo mau kemana? Ke puncak yuk?.” Ajak restu.
“malam taun baru gue mau kasih kejutan buat erza. Tapi kalo paginya sih bisa aja. Sekali-sekali gue pergi dari erza toh dia gak akan mati juga kan?.” Kata putra sambil mengacaukan permainan catur rico.
“ama aja boong dodol! Maksud gue kita rayain taun baru di puncak! Kalo gitu mah, mending kita minggu depan ke Jakarta aja gimana? Toh dekat aja kan? Yang ada erza senang lo pergi! lo itu usil bener jadi cowok! Heran deh!.” Kata rico gemas sambil jitak kepala putra karna permainan caturnya di obrak-abrik.
“ke Jakarta? Oke deh. Jam berapa? Lo itu ya, main jitak kepala gue! entar syaraf-syaraf kegantengan gue rusak!.” Kata putra jengkel.
“jam 7 pagi aja. Lo ganteng? Kata siapa? Masih gantengan james tuh daripada lo!.” Kata restu sambil menyebut ular piton peliharaan dia.
“yee!! Gue dibandingin ama ular! Udah gue cabut dulu deh. Bye.” Kata putra sambil mengacak balik permainan catur restu.
“putra! Balik sini lo!.” Kata restu sambil melempar bantal kea rah putra yang menjauh sambil tertawa ngakak.
“autis tuh anak! Gue udah menang kan?.” Kata rico.
“menang apaan? Kita ulangin!.” Kata restu jengkel.
“Awas lo putra! Gue lempar lo ke kandang kecoak! Biar lo mati ketakutan disitu!.” Kata rico jengkel.
“putra takut ma kecoak ric?.” Tanya restu kaget.
“banget! Dia liat kecoak histerisnya ya ampun,,, gak ada yang ngalahin!.” Kata rico tertawa.
“entar kita kasih tau erza aja gimana soal ini? Itung-itung bantu tuh anak hadapin putra.” Kata restu jahil.
“gue setuju bro.” kata rico tertawa kemudian menjalankan bidak caturnya.

sementara itu, putra memikirkan apa yang dikatakan rico tadi soal selvi. Sambil menyetir mobil, dia berpikir “selvi satu sekolah sama gue? kok perasaan gue gak enak ya? moga gak ada apa-apa deh.” Doa putra dalam hati.

sesampai dirumah, putra melihat mobil erza terparkir rapi di garasi,sambil tersenyum dia masuk ke dalam rumah erza dan kaget dengan apa yang dilihatnya.
erza menelungkupkan wajahnya di antara bantal dan menangis.
kaget melihat erza menangis, putra mendekati erza dan berkata “lo kenapa za? .” Kata putra cemas sambil menghapus air mata erza yang terus mengalir.
“huhuhuuhuh… coba lo buka kotak tuh.” Kata erza terus menangis.
penasaran dengan kotak yang di depan mereka, putra membuka kotak itu dan kaget melihat si parto, kelinci kesayangan erza mati dengan perut tertancap pisau. Dan ada foto erza berlumuran darah di perut kelinci malang itu serta sebuah surat . Kemudian putra membaca surat itu dan kaget karna isinya “berikutnya elo, erza noor asifa!.” Dengan spidol warna merah.
“lo nemu dimana za?.” Tanya putra cemas.
“di depan pagar, tadi pas gue nyampe kesini,  gue liat ada kotak kiriman yang bertuliskan nama gue, terus gue bawa aja kesini dan gue buka. Gak taunya isinya parto. Pantesan aja gue gak nemuin dia pagi tadi. Gak taunya…huhuhu..” kata erza terus menangis.
“udah jangan nangis sayang, selama lo ada sama gue, lo aman.” Kata putra menarik erza dalam pelukannya kemudian mencium keningnya.
“tapi tetep aja gue takut put. Ada yang incer gue. gue harus gimana put?.” Kata erza histeris di pelukan putra.
“lo tenang za. Gue akan lindungin elo. Gue janji gak akan ninggalin lo.” Kata putra menenangkan erza.
“makasih put.” Kata erza menatap mata putra dan tersenyum.
“gitu dong. Calon bini gue harus tersenyum. Eh tuh kelinci gimana nasibnya za? Kita kubur atau kita bikin sate aja? Kayaknya enak tuh.” Kata putra jahil.
“lo itu ya! itu kelinci kesayangan gue! lo bikin sate tuh kelinci, gue sembelih lo! Tuh kelinci dikubur aja deh. Gue ganti baju dulu.” kata erza melepas pelukannya dari putra kemudian masuk ke kamarnya.

sambil menunggu erza berganti pakaian, putra mengambil surat dan foto erza yang berlumuran darah kelincinya. “siapa yang ngirim ini ke erza? Apa maksudnya? Beneran gue gak tenang ninggalin dia.” batin putra dalam hati.
lamunan putra terputus ketika melihat erza keluar dari kamarnya memakai baju kaos tanpa lengan warna hitam dan celana pendek berwarna hitam dengan rambut diikat asal. Dia turun sambil membawa cangkul yang dia ambil dari gudang. Kemudian berkata “put, bantuin gue dong! Lo kira nih cangkul ga berat apa?!.”
“eh iya..” kata putra mengambil cangkul di tangan erza dan berjalan ke taman belakang diiringi erza yang memegang kelincinya dengan wajah sendu.

Setelah mengubur kelinci erza, putra berkata “gak berenang za?.” Sambil menatap erza.
“gue lagi males.” Kemudian pergi meninggalkan putra yang bingung.

malam hari, turunlah hujan dengan deras, putra yang tau kesukaan erza, langsung membuka pintu balkon kamarnya untuk mencari apa yang erza lakukan. Tapi kali ini, erza hanya duduk termenung di kursi ayunan dengan tatapan kosong menatap kolam. Putra yang takut erza kenapa-napa, langsung turun ke bawah.

“za… masuk yuk. Muka lo udah pucat tuh.” Kata putra cemas sambil menyampirkan jaket di pundak erza.
“put.. sibuk gak? Temanin gue yah.” Kata erza memohon.
“gak sibuk kok. Kemana?.” Tanya putra
“sepeda keliling taman! Kan gue suka hujan, gue pengen naik sepeda pas hujan! Pastii keren! Lo punya sepeda kan? Tunggu bentar yah.” Kata erza meninggalkan putra yang terbengong-bengong.

kemudian erza masuk lagi ke taman belakang dengan memakai celana hot pants berwarna biru muda dan t-shirt warna putih serta topi. Lalu dia menarik putra “lo kenapa bengong? Ayo kita naik sepeda!.” Sambil menarik putra menuju garasi.
“lo gila za? Lo mau naik sepeda dengan pakaian tuh?! Ganti baju sana!.” Sambil menarik erza ke kamar.
“kagak! Lo mau gue berduka cita mulu karna parto?! Katanya lo sayang ama gue, kok lo gitu ama gue?.” kata erza sambil pasang wajah melas andalannya.
putra tertawa melihat tingkah erza dan tersenyum sambil mengambil topi erza kemudian mengacaknya. “yaudah gue turutin keinginan gila lo. Sekali aja ya.” kata putra menatap erza lembut.
“nah gitu dong! Ayo capcus berangkat! Entar hujannya berhenti.” Sambil narik putra menuju garasi.

sepanjang jalan, erza teriak kegirangan karna wajahnya terkena rintik hujan. Putra tersenyum melihat gadis yang dia sayangi bisa tersenyum lagi. Kemudian berkata “za. Balap sepeda yok sampai taman? Yang kalah harus ikutin kemauan yang menang gimana?.” Sambil berteriak manggil erza yang jauh di depannya.
“ok! Siapa takut!.” Kemudian melaju meninggalkan putra.

sesampai di taman.
“gue duluan!.” Kata putra menang melihat erza ngos-ngosan di belakang.
“lo curang kan? Lo pake jalan pintas kan? Ayo ngaku!.” Tuntut erza.
“emang ke taman ada jalan pintas? Kok gue baru tau ya? ayooo gue menang! Gue pengen ini nih.” Sambil menunjuk pipinya dengan tatapan mesum.
“lo curang! Pasti deh! Yakin gue!.” kata erza ngotot.
“mau lo bilang gue curang kek, gue pake jalan pintas kek, yang penting lo harus turutin kemauan gue!.” kata putra sambil berjalan mendekati erza.
Erza mundur melihat putra mendekatinya kemudian berkata “ok gue turutin, tapi jangan di pipi dong kak!.” Sambil wajah memelas.
“Wajah melas lo gak ngaruh za. Habis dimana dong sayang? disini?.” Sambil mengelus bibir erza ketika gadis itu tidak bisa kemana-mana lagi karna mentok di pohon.
“gila lo! Kagak! Gue janji bakal masak buat lo selama sehari gimana? Ayolah kak.” Kata erza sambil berusaha mendorong putra yang di depannya.
“gimana ya? ok deh. Gue mau dimasakin sama lo.” Kata putra kemudian CUP! Sebuah kecupan mampir di pipi kanan gadis itu dan sukses membuat dia malu dan menjauh dari erza
“lo itu yah! Bener-bener deh!.” Kata erza jengkel kemudian berjalan menuju kursi taman sambil menengadahkan wajahnya ke atas menikmati hujan.
“Za… taun baru biasanya lo kemana?.” Tanya putra sambil duduk di sebelah erza.
“biasanya sih dirumah saja. Soalnya mau ngerayain, ngerayain sama siapa? Ortu gak ada, ma temen-temen males keluar, mending gue tidur. Kenapa?.” Tanya erza.
“kita rayain taun baru di rumah lo yuk! Udah tenang aja, gue yang siapin semuanya. Kan gue pengen rayain taun baru sama cewek yang gue sayangi.” Kata putra sambil meletakkan tangannya di pundak erza.
“Apaan sih lo sayang-sayang sama gue? boong kan? Udah ngaku aja deh lo!.” Kata erza sambil berusaha melepaskan tangan putra dari pundaknya.
“gue beneran sayang kok sama lo za. Kalo gue gak sayang sama lo, ngapain juga gue bela-belain berhujan ria sama lo? Mending gue ngorok di rumah.” Kata putra cuek.
“gombal basi lo!.” Kata erza sambil mencibir.
“siapa bilang gue gombal? Za.. lo suka bunga apa?.” Kata putra.
“kata gue! gue suka bunga tulip. Kenapa?.” Tanya erza.
“gak apa-apa sih. Cuma nanya aja. Kenapa lo suka bunga tulip?.” Kata putra lagi.
“karna bunga tulip itu mekar tapi tak sepenuhnya. Jadi kesannya dia kayak misteri gitu. sama kayak gue, gue terbuka sama orang, bukan berarti sepenuhnya gue terbuka. Ada yang gue simpan untuk gue sendiri. Jadi kalo misalnya gue dikhianati orang, gue gak sepenuhnya terluka, karna gue gak terlalu terbuka ma dia dan gak ada rahasia yang bisa dia bocorin ma gue.” jelas erza panjang lebar.
“kalo sama gue? lo terbuka gak?.” Pancing putra.
“enggak dong! Lo gak tau apa-apa soal gue put! Jadi jangan buang waktu lo deh untuk mencoba setangkai bunga tulip untuk mekar seutuhnya, karna takkan berhasil.” Kata erza sambil mengusap-usap tubuhnya kedinginan.
“lo kedinginan za? Pake baju kayak gitu sih! Udah kita pulang aja.” Kata putra cemas sambil menarik  erza menuju parker sepeda ntuk pulang ke rumah.

sesampai dirumah….
erza langsung masuk ke dalam kamar dan mandi supaya gak sakit. Kemudian, dia membuat coklat panas untuk putra dan untuknya sendiri . lalu dia masuk ke kamar putra untuk mengantar minuman itu dan kaget melihat cowok itu tidur dengan berselimut tebal dan mengigil.  Panic, dia langsung keluar kamar mengambil baki berisi air panas dari dapur dan membawanya kembali ke kamar lalu mengompresnya di dahi putra.
“lo sakit put? Udah istirahat aja. Tuh coklat panas buat lo.” Kata erza sambil mengompres kembali dahi putra.
putra tersenyum dengan perhatian gadis itu kemudian berkata “ gue baru ingat za, sehari setelah taun baru gue mau ke Jakarta sama rico dan restu. Lo mau ikut?.” Tanya putra sambil mengacak rambut erza.
“enggak deh. Lo ikut aja ke Jakarta sana. Gue ada janjian sama selvi buat latihan renang.” Jelas erza.
“beneran nih? Gue takut lo kenapa-napa za.” Kata putra khawatir.
“enggak apa-apa kok. Udah lo istirahat sana. Gue tidur dulu ya.” kata erza sambil menutup pintu kamar putra kemudian berlari menuju kamarnya.

Sesampai di kamar, dia mengirim sms pada selvi yang isinya “sel, lo jadi latihan berenang ma gue? mampir aja minggu depan ke rumah gue minggu depan ya. gue tunggu.”  Dan terkirim.
Selvi yang asyik menonton tv di kamarnya, mendengar hpnya berbunyi dan membaca sms dari erza, kontan dia senang lalu membalas sms itu “jadi dong! Jam berapa gue bisa kerumah lo?”.
erza tersenyum membaca balasan sms selv yang nanti membawa masalah pada hidupnya ,i lalu membalas “jam 8 pagi aja deh. Ok?.” Lalu tidur dengan hati senang tanpa mengetahui ada sebuah serigala bersembunyi dalam selimut menunggu waktu untuk menerkamnya.
“sip za. Sampai jumpa esok.”
 Dan terkirim. Lalu dia menelpon temannya dan berkata “ok. Minggu depan lo bisa gak temanin gue ke rumah erza?.”
“ok sel. Tapi apa enggak apa-apa rencana lo tuh? Pikirin lagi deh.” Kata temannya cemas lewat via telpon.
Selvi yang jengkel rencananya di ganggu berkata “lo gak usah cemas soal rencana itu! Gue udah mikirin masak-masak! Yang jelas lo ikut apa enggak?!.” Dengan nada jengkel.
“gue ikut. Sampai jumpa minggu depan.” Dan telpon itu terputus.
selvi yang mendengar itu, langsung tersenyum kemudian berkata “seminggu aja lo punya waktu ntuk putri kesayangan lo putra, tapi setelah itu, dia akan tidur untuk selamanya karna lo! Hahahaha.” Tawa selvi.

Part 8

Selama seminggu di sekolah, selvi menjalankan rencananya dengan mendekati erza di sekolah dan kursus berenang bersama temannya. Erza yang tak tau apa rencana mereka dan siapa selvi, senang-senang saja di dekatin selvi karna bagi dia, selama mereka baik, gak apa-apa kan?.
tapi tidak bagi putra, entah kenapa dia merasa tak enak setiap melihat selvi berdekatan dengan erza, merasa tak bisa memendam sendiri, dia cerita sama restu dan rico tentang perasaannya di kantin sekolah.
“res, ric. Gue gak tenang nih.” Curhat putra di kantin sekolah ketika melihat erza tertawa bareng selvi di meja seberang.
“gak tenang kenapa lo? Rumah lo mau terjual gara-gara gak ada penghuninya?.” Sahut rico asal sambil melirik arny yang bicara dengan dinda.
“mata lo arny mulu deh ric! Gak tau kenapa, gue gak tenang tiap liat erza sama selvi. Kenapa ya?.” kata putra sambil lirik erza cemas sedang bicara dengan selvi dengan mata berbinar.
“gak tenang kenapa put? Udah lo cerita sama gue aja, lo itu udah satu drama sama arny, tetap aja kagak ada kemajuan! Tuh cewek gue pacarin aja yah?.” Ejek restu yang sukses membuat rico manyun.
 “lo macarin gue gebang ampe gundul tuh kepala! Lo kenapa put? Udah cerita sama kita-kita aja.” Kata rico memutar kursinya menghadap putra.
gue gimana mau cerita lo pada berantem sendiri gitu! udah gue males jadinya!.” Sungut putra bangkit dari tempat duduknya lalu mendekati erza yang manyun melihat dia mengambil kursi lalu duduk di sebelahnya
selvi yang melihat itu, Cuma tersenyum dan berkata “wah.. kayaknya gue ganggu kalian nih. Duluan ya za, kak putra. Besok jadi kan za?.” Sambil tersenyum menatap putra.
putra yang hatinya gak keruan sejak tadi, membalas senyuman selvi dan berkata “kayaknya kita pernah ngobrol bareng deh. Dimana ya?.” pancing putra.
selvi kaget ditanya putra begitu, berkata “dimana ya kak? Gue baru pindah di sekolah ini sebulan yang lalu, jadi gak mungkin kita ngobrol bareng kan?.” Dusta selvi
“lo ingat juga ma gue akhirnya put, bagus juga sih, berarti gue gak dilupain sama lo.” Batin selvi dalam hati.
“tapi gue ngerasa kita pernah ngobrol bareng deh. Kok lo bisa tau nama gue? kan gue gak ngenalin diri sama lo.” Kata  putra.
kan kakak terkenal disekolah ini, siapa sih yang ga kenal kaka sama erza? Cuma orang gila aja yang gak kenal ama kalian berdua.” Puji selvi yang sukses membuat putra membusungkan dadanya.
“siapa dulu dong, putra gitu lo, iya kan za?.” Kata putra sambil menatap lembut erza yang mencibir ke arah lain.
“apa kata lo deh.” Sahut erza cuek.
“gue akan buat tatapan itu akan menjadi tatapan terakhir yang lo terima dari dia za, karna setelah itu, gue akan buat tatapan itu akan menjadi telaga air mata yang tak berujung!.” Tekad selvi dalam hati.
ketika mereka asyik berbicara, datanglah Ferdinand dan temannya menghampiri erza dan duduk di sebelahnya, sambil tersenyum manis kepada erza, dia menatap putra penuh sinis yang di sebelahnya, kemudian berkata “za, gimana kabar lo? Baik-baik aja kan?.” Sambil menatap lembut erza yang sukses membuat penghuni kantin iri pada erza yang duduk di tengah oleh dua cowok paling ganteng di sekolah.
“baik-baik aja kok kak.” Kata erza sambil tersenyum.
“baguslah kalo gitu. za.. lo ada acara gak taun baru nanti? Gue pengen ajak lo ke sebuah tempat yang bagus banget untuk kita rayain berdua. Gimana? Lo ikut ya? Cuma kita berdua aja.” Ajak ferdi sambil menatap putra yang sinis memandangnya,
“wah… gue pengen banget sebenarnya kak, beneran deh, tapi lo telat ajak gue, soalnya gue ada janji ma seseorang untuk taun baruan. Maaf ya kak. Mungkin lain kali aja.” Kata erza menyesal.
putra tersenyum penuh menang ketika mendengar erza menolak ajakan ferdi untuk jalan dengannya, lalu menatap ferdi tajam sambil berkata dalam hati
“kasian deh lo. Ditolak cewek di hadapan musuh lo sendiri”.
“lo batalin aja rencana dengan teman lo za. Gue pengen banget jalan sama lo.” Kata ferdi sambil memegang kedua tangan erza dan menatap penuh harap.
“Ehm…gue batuk nih! Ada sukarelawan yang bisa gue telen hidup-hidup gak? Mumpung gue pengen nelen orang nih!.” Kata putra nyaring sambil melirik tajam tangan erza yang dipegang ferdi.
“telen kecoak aja put! Enak tuh!.” Sahut rico yang sekarang “hijrah” di samping arny bersama restu lalu tertawa ngakak melihat putra menatapnya ngeri.
“mending gue nelan elo daripada nelan kecoak! Itu kan saudara lo ric? Gak kasian tuh?.” Ejek putra yang sukses membuat restu ngakak dan rico manyun karna di samakan dengan kecoak di samping cewek dia sukai yang sekarang tersipu-sipu malu.
“biar lo dibilang saudara ama kecoak kek, ama kutu kek, atau ma dinasourus, gue tetep suka ma lo ka.” Kata arny dalam hati
erza tak menghiraukan gurauan basi putra, sambil menatap ferdi dia berkata “beneran gak bisa kak, gue gak enak batalin janji sama dia. sorry ya kak.” Sambil menunduk.
ferdi yang gak bisa maksa gadis itu lagi, langsung mengangkat wajah erza dengan lembut, lalu menatap gadis itu tepat di manic matanya yang coklat terang dan berkata “ ok deh kalo lo gak bisa. Gue terima kok. Tapi next time kalo gue ajak lo, lo harus ikut ya?.” sambil tersenyum kemudian berdiri dari tempat duduknya.
“ok deh kak.” Kata erza sambil mengacungkan jempolnya dan tersenyum.
tiba-tiba… ferdi mendekatkan kepala erza ke dadanya yang bidang lalu mencium kening gadis itu tanpa mempedulikan putra di samping erza yang mengepalkan tangannya saking geramnya dan penghuni kantin yang kaget dengan tingkahnya apalagi rico dan restu yang tau dengan hubungan putra dan erza, sambil tersenyum dia berkata “dah putri tidur yang cantik. Gue akan nunggu lo.” Lalu pergi meninggalkan erza yang mukanya memerah saking malunya.
tiba-tiba, putra mendadak bangkit dari tempat duduknya meninggalkan erza yang bingung dengan tingkahnya disusul oleh rico dan restu di belakangnya. Selvi yang melihat itu, tersenyum penuh rahasia dan berkata “gue ke kelas dulu ya. besok gue ke rumah lo kan? Gue boleh bawa teman gak? Dia anak renang juga kok.”
“boleh kok. Ok deh. Entar gue telpon.” Kata erza tersenyum.
“sip.” Lalu pergi meninggalkan erza dengan perasaan senang. Menuju kelasnya.
“besok, akan ada dua pangeran yang menangisi kepergian lo za. Dan besok, dua pangeran itu akan saling bertengkar gara-gara lo! Hahahaa.” Batin selvi dalam hati.
“lo berani banget cium kening erza di depan putra fer! Tuh cewek pacarnya putra tau!.” Kata temannya ketika mereka sampai di kelas.
“pacar ya? kok erza merasa biasa aja waktu gue deketin? Gak mungkin deh mereka pacaran. Kata siapa dia pacar putra?.” Tanya ferdi.
“gue denger-denger sih gitu fer. Udah lo gak usah deketin erza deh gue saranin.” Saran temannya.
“gue sayang sama erza dan gue harus milikin dia bagaimanapun caranya! Gue akan buat dia gak bisa lepas dari gue!.” tekad ferdi berapi-api.
“gimana caranya coba?.” Kata temannya penasaran.
“liat aja entar. Pokoknya jangan heran entar erza nempel sama gue kayak perangko.” Kata ferdi penuh rahasia.
“next time lo lolos za dari rencana gue, liat aja entar, gue akan buat lo gak bisa lepas dari gue!.” tekad ferdi dalam hati.
setelah setengah hari berada di sekolah, akhirnya bel pulang “bernyanyi” juga. Anak- anak yang senang karna besok tahun baru, langsung cepat-cepat keluar termasuk erza cs. Pas dia menuju parkiran, tiba-tiba dia melihat ferdi berdiri di depan mobilnya dengan tangan satunya di belakang, penasaran, dia mendekati ferdi dan berkata “ada apa kak? Kakak mau ngomong apa?.” Tanya erza.
ferdi langsung memberikan serangkaian bunga mawar putih segar entah nyolong dari mana di depan erza sambil berlutut, kemudian menatap erza dalam dan berkata “ini bunga buat lo. Gue gak tau lo suka bunga apa. Tapi yang jelas, bunga ini cocok untuk lo za. Gue baru kali ini ngasih cewek bunga za. Lo cewek beruntung.” Sambil tersenyum manis.
“hiyaaa!!!! Gue mau bunga itu! Erza lo beruntung banget!.” Teriak seorang gadis sambil gigit ujung sedotan dengan penuh napsu karna iri melihat erza dikasih bunga oleh cowok pujaannya. Dan diangguki oleh yang lain.
putra yang baru datang dan melihat kejadian itu, langsung mendekati erza dan berkata “erza! Lo pulang bareng gue.” Sambil menarik erza.
“mobil gue gimana? Lo gak liat apa gue lagi ngobrol dengan kak ferdi?!.” Teriak erza sambil berusaha melepas cekalan tangan putra
“gue liat tapi gue gak peduli!  Kalo lo gak mau, gue akan…” kata putra menggantung.
“akan apa? Lo akan bunuh diri? Silahkan! Gue malah bersyukur lo bunuh diri! Karna gak ada yang bikin hidup gue kayak neraka lagi!.” Teriak erza ketus.
putra langsung menarik gadis itu di pelukannya, lalu berbisik “liat aja entar di rumah sayang.” lalu meniup telinga erza kemudian melepas pelukannya.
kemudian putra berjalan di depan ferdi dengan tatapan tajam, ferdi yang melihat itu, juga menatap tajam tanpa mempedulikan erza yang bingung dengan tingkah mereka.
“kayaknya akan ada segitiga nih antara mereka bertiga, beruntung banget erza ya.” kata temannya.
‘iya.. gue iri deh.” Sahut temannya yang lain.
erza mendekati ferdi tanpa mempedulikan ancaman putra yang melaju meninggalkan sekolah, lalu mengambil bunga itu dan berkata “makasih kak. Bunganya harum banget. Erza suka.” Sambil tersenyum manis.
“sama-sama za. Hati-hati yah. Gue duluan.” Kata ferdi meninggalkan erza.
“hati-hati lo za. Entar lo dimakan putra lagi dirumah.” Kata rico bareng restu entah darimana langsung berbisik di telinga erza yang membuat gadis itu kaget.
“astaga! Kayak setan lo kak. Putra makan gue? emang gue makanan apa?! Udah mending kakak dekatin arny aja tuh. Soalnya arny ada cerita dia lagi di dekatin cowok lain. Entar dipacarin lo kak.” Kata erza yang sukses membuat rico mendekati arny yang asyik ngobrol dengan temannya.
“beneran za ada yang dekatin arny?.” Tanya restu yang berdiri di samping erza.
“kakak diam aja yah. Sebenarnya sih gue boongin kak rico ka. Hahahahaha.. gue duluan ya kak. Selamat taun baru.” Kata erza tertawa.
“gila lo za. Selamat taun baru juga. Salam sayang dari gue buat calon suami lo si putra yah. hahahaa.” Kata restu ngakak melihat erza mencibir.
‘kalo gitu kasih salam sendiri aja deh kak. Males bener ngomongnya.” Kata erza sambil menuju mobilnya dan melaju meninggalkan sekolah
“putra kenapa sih?! Marah-marah gak jelas?! Terserah gue dong mau dekat sama siapa, dia goda cewek lain aja gue gak marah! Malah gue dukung 100% tingkah dia itu! bunga dari kak ferdi harum banget deh” kata erza ketika sampai ke rumahnya.
ketika dia masuk ke dalam rumahnya, tidak ada tanda-tanda adanya putra di rumah. Erza yang melihat itu bingung sendiri, lalu dia masuk ke dapur untuk menaroh bunga pemberian ferdi di pot kaca berisi air dan meletakkan di meja makan.  Lalu dia melihat sebuah memo menempel di pintu kulkas, penasaran apa isinya, dia membaca
“temuin gue ke kolam renang sekarang.”
“ngapain sih tuh anak nyuruh gue ke kolam renang? Gue datang gak yah? Gak usah deh, entar gue kenapa-napa lagi.” Kata erza sambil merobek memo itu lalu membuangnya ke bak sampah.
tapi, penasaran erza lebih tinggi dari ketakutannya, membuat dia mendatangi putra ke kolam renang dan kaget ketika putra ternyata bersembunyi di balik pintu taman lalu menariknya dan menceburkan diri mereka ke kolam renang.
erza yang masih memakai baju sekolah waktu diceburkan putra, kontan langsung mencoba berenang ke tepi, tapi pinggangnya di pegang putra erat di belakang membuat dia tak bisa kemana-mana. Melihat itu, putra langsung meletakkan kepalanya di bahu erza sambil mengetatkan pelukan di pinggangnya. Sambil berbisik dia berkata “mana bunga pemberian ferdi, sayang? lo lupa kita dijodohin?.” Lalu meniup telinga erza sehingga gadis itu merasa geli.
“emang mau lo apain tuh bunga? Gue suka ama bunga itu. Gue gak lupa tuh, sangat ingat banget! Tapi bukan berarti gue gak bisa dekat sama cowok lain kan?.” Tantang erza sambil memegang tangan putra untuk melepas cekalan dipinggangnya.
“gue bisa beliin segerobak bunga mawar putih yang jauh lebih harum dari pemberian ferdi za! Kata siapa lo boleh dekat sama cowok lain kalo udah dijodohin sama gue sayang? gak ada peraturan seperti itu.” Sambil mencium rambut erza yang basah karna terendam air lalu meniup tengkuknya.
“astaga kak! Udah deh lepasin gue kenapa? Gue masih pake baju sekolah! Elo beliin gue segerobak bunga mawar putih buat gue gak akan ngaruh put! Lo dekat sama cewek aja gue gak sewot, kenapa gue dekat sama cowok lain lo kayak gini?! Gue gak suka! Huaaa…lepasinn….” Teriak erza.
“justru lo kelihatan lebih seksi pake baju sekolah pada saat kayak gini za. Coba deh lo balik dan liat gue za.” Pinta putra tanpa mempedulikan teriakan erza.
dengan polos binti lugu, erza berbalik dan menatap tepat di manic mata putra yang berwarna hijau terang, seolah terbius dengan tatapan matanya, erza membiarkan putra menyentuh bibirnya dengan tangannya yang bebas dan putra mendekatkan wajahnya ke erza tanpa perlawanan hingga akhirnya…
ciuman di tengah kolam! *huaaa gue mau!*
Putra melepas ciumannya dan menatap mata erza yang berwarna coklat terang, lalu berkata “ lo milik gue za. Gue gak akan biarin lo sama cowok lain.sampai waktu terpaksa memisahkan kita berdua. Apabila itu terjadi salah satu dari kita, berjanjilah untuk saling menunggu satu sama lain.” Kemudian dia melepas pelukannya dan berenang ke tepi membiarkan erza menatapnya dengan tatapan bingung lalu mengelus bibirnya yang di sentuh putra.
“shit! Kenapa gue terbius dengan matanya sih?! Dia ngomong apaan sih? Kok kayak mau pergi jauh gitu? ngapain gue mikirin itu? Seharusnya kan gue senang dia akhirnya ada rencana untuk pergi jauh.” Kata erza jengkel sambil berenang ke tepi.
sadar hari sudah malam, erza buru-buru masuk kamar lalu pergi mandi tanpa mempedulikan putra memegang figura potonya waktu dia masih kecil
Sejam “konser” di kamar mandi, keluarlah erza dari kamarnya dengan memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan dan rambut basah. Ketika dia sedang bercermin, hpnya berbunyi dan dia tersenyum melihat siapa yang nelpon, “halo kak. Ada apa?.” Tanya erza sambil meletakkan sisirnya.
“enggak apa-apa. Bagaimana bunganya? Lo suka kan? Baru aja gue kirimin tuh.” Kata ferdi di seberang sana.
“kakak ada ngirim bunga buat erza? Kapan?.” Tanya erza bingung.
“entar lo juga tau. Udah dulu ya za. Kalo bunganya udah nyampe. Sms gue aja.udah dulu ya za. Gue mau futsal dulu” Kata ferdi berteka-teki.
“huh! Yaudah deh.selamat futsal aja kak.” Kata erza tersenyum lalu menutup telponnya dengan perasaan bahagia.
baru sedetik dia mematikan telpon, tiba-tiba bel pintu rumah berbunyi, erza langsung keluar kamar untuk membuka pintu, tapi terlambat karna putra lebih dulu membuka pintu rumah sambil berbicara dengan seseorang.
penasaran siapa yang diajak putra bicara, erza mendekatinya dan bingung melihat putra menutup pintu sambil memegang kiriman bunga mawar putih yang cantik. “tuh bunga dari siapa put?.” Tanya erza.
“dari fans lo, tuh ambil sana. Penuhin aja rumah ini dengan bunga mawar putih! Dia kira nih rumah kebun bunga apa?!.” Kata putra sewot sambil memberi bunga ke tangan erza dengan hati dongkol.
“lo kenapa sih?! Kak ferdi Cuma ngasih bunga aja sewot setengah mampus! Entar besok-besok dia kasih gue cincin nikah elo mau ngapain?.” Tantang erza.
“gue bakal bilang sama ortu gue untuk segera lamar lo dan kita langsung nikah!.” Kata putra puas.
“cuih! Emang gue mau nikah sama cowok tengil macam lo?.” Kata erza berkacak pinggang.
“emang gue peduli lo setuju atau kagak gue nikahin lo? Taroh tuh bunga sekarang sebelum gue lempar ke bak sampah dan lo temanin gue bentar.” Perintah putra.
“iya..iya bawel!.” Gerutu erza sambil meletakkan bunga pemberian ferdi dengan hati senang di vas bunga cantik yang berisi air dan dia bawa ke kamarnya.
putra yang melihat tingkah erza, mengepal tangannya dengan penuh geram, lalu dia mengelus dadanya sambil berkata “sabar put, sabar… buat erza terkesan sama lo. Ferdi boleh kasih bunga mawar putih sampe habisin stok toko bunga, tapi dia tetap kalah sama lo.” Sambil menyemangati dirinya sendiri dan tersenyum mengingat rencananya untuk tahun baru bareng erza.
“jadi gak put? Gue udah siap nih. emangnya kemana sih?.” Kata erza keluar dari kamarnya dengan memakai celana jins dan baju kaos pendek berwarna biru malam dengan sepatu kets andalannya dan tas ransel.
“entar lo juga tau. Yuks.” Kata putra sambil mengulurkan tangannya.
Sepanjang perjalanan, erza yang penasaran diajak putra kemana, Cuma diam sambil melihat macetnya mobil-mobil di depan mereka. Putra Cuma tersenyum manis membayangkan rencananya akan berhasil.
Selama 2jam terjebak macet, akhirnya mereka sampai di suatu tempat. Erza yang penasaran setengah mati tiba-tiba matanya di tutup dengan saputangan dan tangannya dipegang oleh putra. Erza yang kaget dengan perlakuan putra berkata “lo mau ngapain gue?! dibuka dong, gue takut gelap! Gue gak bisa liat jalan!.” Sambil histeris dan memegang tangan putra erat.
“putra tersenyum dengan tingkah erza, berkata “ntar lo juga tau. Gue gak akan tinggalin lo kok. Bentar lagi nyampe.” Sambil nuntun erza.
ketika sampai di suatu tempat, putra menarik kursi dan mendudukkan erza. Kemudian dia membuka ikatannya di mata erza. Erza terpesona dengan apa yang dilihatnya.
sebuah taman bunga yang indah yang diterangi oleh cahaya temeram dan mereka duduk di samping danau yang dihiasi oleh lilin-lilin di atas air. Ditemani oleh lagu-lagu romantic pilihan putra di speaker yang letaknya agak jauh dari taman yang menambah keromantisan tempat ini.
putra tersenyum dengan tingkah erza yang terpesona dengan kejutannya, lalu berkata “kita kan belom makan za. Lo mau makan apa? Sosis?.” Sambil membalik daging di panggangan barbeque.
“apa yang lo bikin deh. Sini gue bantuin.” Kata erza sambil bangkit dari tempat duduknya dan membantu putra.
setelah selesai, mereka membawanya ke meja makanyang diterangi oleh lilin dan duduk berhadapan yang disampingnya danau yang tenang ditemani oleh lagu romantic. Sambil memandang langit yang penuh bintang, erza berkata “lo dimana nemuin taman secantik ini? Lo nyiapinnya kapan put?.” Lalu mengalihkan tatapannya ke wajah putra.
“ada deh. Gue kalo sumpek suka kesini. Bagus kan? Coba liat dibelakang lo deh.” Kata putra sambil menunjuk belakang putra.
penasaran, dia menengok kebelakang dan melihat taman kecil bunga tulip aneka warna yang disusun dengan rapi yang di tengahnya ada lampu taman menyinari taman kecil itu. Tersenyum, dia berkata “makasih ya put. Ini tahun baru terindah yang gue pernah rasain.” Sambil tersenyum manis sekali.
“gue lupa kalo erza punya senyum semanis ini. Semoga senyum dia hanya untuk gue, bukan untuk cowok lain.” Harap putra dalam hati.
“eh.. bentar lagi kembang api. Kita makan dulu yuk. Baru kita nyalain kembang api. Gue bawa banyak.” Kata putra sambil makan dengan lahap *ketahuan bener lo lapar put. -,-“.*
erza mengangguk dan mulai makan dengan hati senang.
setelah selesai, putra bangkit dari duduknya dan berjalan menuju mobilnya, kemudian dia kembali lagi dengan membawa sekantong kembang api ukuran besar dan mulai menyalakannya.
erza yang melihat itu, tersenyum senang dan mulai mengambil kembang api yang satunya lalu menyalakannya.
ketika jam 12 malam tepat, terlihat sebuah kembang api besar di atas langit yang membuat erza berteriak kegirangan akhirnya bisa melihat kembang api tahun baru. Putra yang melihat itu Cuma tersenyum.
“put, gue ngantuk. Hoaammm.. toh kembang api tahun baru udah keluar. Pulang yuk” ajak erza sambil menguap karna lelah memainkan semua kembang api yang putra beli.
“ok deh. Lo mau tidur disini atau dirumah?” Kata putra sambil memapah erza yang sempoyongan menuju mobilnya saking ngantuknya.
“tuh peralatan gimana nasibnya? disini kita tidur dimana? Dirumah aja deh.” Tanya erza ketika sudah di mobil putra
“gue lupa. Kalo disamping taman ini ada vila gue.ntar pembantu gue ada yang beresin. Lo liat ada rumah gede kan di situ? Itu vila gue.” kata putra sambil menunjuk sebuah rumah besar.
“gue liat kok.” Kata erza singkat lalu tertidur di pundak putra yang sedang menyetir.
putra tersenyum melihat erza tertidur lalu membawa mobilnya dengan kecepatan penuh.
Setelah sampai kerumahnya, putra membangunkan erza dari tidurnya, tapi karna susah dibangunin, akhirnya putra menggendong erza dan membawanya ke kamar lalu dia menyelimuti erza dan mencium keningnya. Tersenyum, dia menutup pintu kamar erza lalu ke kamarnya dan langsung tidur tanpa berganti pakaian.
                        ☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼
pagi hari….
tiba-tiba hp putra berbunyi, dengan mata sangat mengantuk, putra mengangkat telponnya tanpa melihat siapa yang nelpon kemudian berkata “halo? Ini siapa ya?.” dengan suara mengantuk.
“lo tidur jam berapa put?! Ini gue, restu. Jadi gak jalan hari ini?.” Tanya restu di seberang sana.
“Astaga! Gue lupa! Jadi tapi diundur aja yah. Jam 11 gimana? Gue tidur jam 1 pagi. Sorry.” Kata putra dengan suara menyesal.
“elo itu ya! iya deh. entar gue kasih tau rico. Bye put.” Kata restu kemudian menutup telpon.
“jam berapa sih? Baru jam 7 pagi. Tidur lagi ah.” Kata putra sambil memeluk guling dan tidur lagi.
sekitar jam setengah 11 pagi, putra bangun dari tidurnya dan membereskan tempat tidur. Lalu dia mengambil hpnya dan mengirim sms kepada restu “gue kerumah lo dulu ya. baru berangkat bareng.” Setelah mengirim sms, dia keluar kamarnya dan mengetok kamar erza “za…. Bangun woy!.”
tak ada sahutan, putra masuk ke kamar erza yang tak terkunci dan kaget dengan apa yang dilihatnya.
erza baru keluar dari kamar mandi dengan memakai baju handuk yang berwarna biru malam dengan rambut basah dan kaget melihat putra di kamarnya kemudian….
“KYAAA!!!! LO NGAPAIN DISINI?! KELUAR!.” Teriak erza sambil mengambil sandal yang dia pakai dan melemparnya ke putra.
“duilee… baru bangun udah dapat pemandangan indah. Ga usah galak gitu dong sayang, Toh entar 5 atau 10  taun lagi gue akan liat semuanya.” Kata putra sambil mengambil sandal yang di lempar erza kemudian menatap gadis itu dengan tatapan mesum.
“lo! Keluar! Kalo kagak gue teriak nih! MPOK SURTI!!!! ADA MALING MASUK KAMAR ERZA MPOK!.” Teriak erza gila-gilaan.
putra kaget dengan teriakan erza, langsung menutup mulut erza dengan tangan kirinya dan tangan kanannya memegang pinggang erza kemudian berdiri di belakang sambil tersenyum manis ketika mpok surti datang tergopoh-gopoh sambil membawa sapu.
“ada apa mbak erza? Malingnya lari kemana? Kok ada mas putra? Wah….. mpok ganggu kalian berdua yah. Maaf deh.. udah terusin aja mas putra.” Kata mpok surti malu-malu sambil menutup pintu kamar erza.
setelah mpok surti menutup pintu, kemudian dia melepas tangannya di mulut erza dan di pinggangnya. Erza menatap geram dan berkata “lo bikin mpok surti mikir yang enggak-enggak kan?! Keluar lo dari kamar gue!.” sambil menarik tangan putra keluar dari kamar.
“gue gak dikasih sesuatu nih?.” kata putra sambil mengelus bibir erza ketika di luar pintu kamar.
“cium sama tembok sana!.” Kata erza dan BUK! Pintu dibanting di depan muka putra,
putra ngakak melihat tingkah erza, lalu masuk ke kamarnya untuk berganti pakaiannya.
“putra gila! Sinting! Gak beres! Tengil! Sengak! Monster! Seenaknya masuk kamar cewek! Bener-bener deh!.” Kata erza geram sambil mengambil hpnya dan menelpon selvi.
“sel, lo dimana? Jadi gak kerumah gue?.” Tanya erza ketika telponnya di angkat selvi.
“jadi kok. Gue lagi siap-siap. Tunggu aja. Gue bareng tari boleh gak?.” Tanya selvi.
“boleh banget. Silahkan aja. Dah dulu ya.” kata erza memutus telponnya.
Ditempat lain…
“gimana?.” Tanya tari ketika selvi memutus telponnya.
“beres. Lo lakuin aja. lo dendam juga kan sama dia?.” pancing selvi.
“banget!.” Kata tari penuh geram.
ketika erza selesai berganti pakaian, dia keluar kamar dan melihat putra duduk termenung sambil memainkan hpnya di ruang keluarga, lalu dia mendekat “lo gak jadi jalan sama ka rico dan ka restu?.” Tanya erza.
“gue pengen.. tapi hati gue gak tenang ninggalin lo za. Apa gue batalin aja yah?.” Tanya putra dengan wajah bingung.
“jangan! lo jalan aja deh. Teman gue mau kesini.” Kata erza..
“justru karna gue tau siapa teman lo yang mau kerumah, gue gak tenang za!.” Teriak putra dalam hati.
“yaudah deh. Kalo ada apa-apa. Telpon gue aja. tadi mpok surti udah pulang.” Kata putra keluar dari rumah diikuti erza.
“iya….” Kata erza dengan senyum.
“beneran? Gue gak tenang erza! Feeling gue bilang akan ada sesuatu sama lo.” Kata putra sambil menatap erza cemas.
“pikiran lo negatif mulu sih. Udah sana masuk mobil.” Kata eza mendorong putra masuk dalam mobilnya.
merasa kalah, putra akhirnya menjalankan mobilnya dengan harapan semoga gak terjadi apa-apa.
tapi,,,, kenyataannya gak seperti itu….
ketika putra sudah menghilang dari rumahnya, erza langsung masuk ke dalam kamar dengan hati riang karna senang bisa memakai baju renang yang dia beli.
ketika selesai memakai baju renang one pieces berwarna biru malam dengan bagian punggung terbuka dan rambutnya yang panjang menutupi punggung erza yang terbuka, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi, cepat-cepat dia keluar dan menengok di balik lubang pintu siapa yang datang, ketika yang dilihatnya selvi dan tari, dia tersenyum sambil membuka pintu dan berkata “eh kalian dah datang, ayo masuk.” Dengan ramah dia membiarkan mereka masuk tanpa curiga sedikitpun.
“hei za. Wah sudah siap lo ya?.” kata selvi ramah sambil masuk dalam rumah erza.
“iya… lo ke kolam renang aja dulu. Gue mau siapin minum dulu.” Kata erza menuju dapur.
“Serius sel lo mau lakuin ini?.” Kata tari.
“Serius! Gue kalo mau sesuatu, gue gak ada kata mundur! Termasuk hancurin orang! Lo kalo mau mundur sekarang bisa kok.” Kata selvi tenang sambil melakukan pemanasan di kolam renang erza.
“gue gak akan mundur sel! Setelah dia nyakitin gue dan orang yang gue sayangi!.” Kata tari geram.
melihat erza datang sambil membawa baki berisi minuman, mereka menghentikan diskusi dan berkata “eh za. Kolam renang lo bagus juga. Lo tidur dengan siapa disini?.” Pancing selvi
“gue tidur sama pembantu gue, pembantu gue kebetulan lagi pulang.” Dusta erza.
“jangan sampe ada yang tau gue serumah dengan putra, bisa mampus gue!.” kata erza dalam hati.
“oh gitu… ortu lo kemana?.” Tanya tari sambil pemanasan.
“ortu gue lagi di singapura. Silahkan minum tuh airnya.” Kata erza
“makasih za. Eh ..lo sering latihan loncat dimana? Kok gue gak liat ada papan loncat disini?.” Kata selvi sambil minum.
“gue sering loncat disitu tuh.” Kata erza sambil menunjuk balkon kamarnya.
“gila lo za!.” Kata selvi berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mengelilingi pinggir kolam.
melihat selvi berdiri, erza dan tari ikutan berdiri dan berjalan di pinggir kolam, tiba-tiba..
BYUR! Selvi dengan sengaja mendorong erza ke kolam renang , erza yang kaget dengan tingkah selvi, langsung berusaha berenang ke tepi. Tapi terlambat, karna selvi dan tari ikut menceburkan diri ke kolam sambil mendekati erza dan tari memegang kaki erza agar tidak bisa berenang lagi sedangkan selvi memegang kedua tangan erza  serta mulutnya agar dia tak bisa berteriak dan menenggalamkan erza di bawah air.
sambil tersenyum licik karna erza tak bisa bergerak dan berada di bawah air, dia berkata “gimana rasanya za? Sakit kan? Sama kayak gue za! Mungkin lo bertanya-tanya dalam hati kenapa gue jahat sama lo, sedangkan kita baru kenal, jawabannya adalah, karna gue gak suka lo dekat sama putra! Gue suka sama dia! lo ingat gak putra nanya ma gue pas sama lo, kalo dia ngerasa pernah ngobrol ma gue, gue jawab enggak kan? Sebenarnya gue boong za. Gue pernah ketemu dia di café dan gue jujur terpesona ama ketampanan dia! dan dia deketin gue, ajak ngobrol, terus pas gue izin keluar bentar, dia malah ninggalin gue! lo bayangin aja sakitnya gimana ketika lo merasa di atas awan karna seseorang, terus lo jatuh dengan keras ke tanah karna orang itu Cuma mainkan lo?! Kayaknya lo gak pernah ngerasain deh, lo terlalu cantik untuk diabaikan oleh mereka, termasuk putra!.” Sambil melirik erza yang berusaha melepas cekalan tangannya sambil menatap tajam.
“gue juga sel! Lo tau za kenapa gue ikutin selvi? Jawabannya adalah, lo tau pelatih renang kita kan? Gue deket  sama pelatih renang kita dan gue suka sama dia! tapi nyatanya adalah, dia selalu cerita soal lo ketika kami ngobrol dan dia bilang dia jatuh cinta sama lo! Lo ngerasain deh gimana rasanya lo dekat ma cowok dan lo suka ma dia, tapi dia malah suka ma orang lain?! Terus dia bilang mau nembak lo, gue dukung aja walau gue sakit za! Tapi, pas dia nyatain cinta sama lo, lo malah nolak dia dengan alasan dia terlalu tua untuk lo! Kalo gue gak semangatin dia, tuh cowok akan bunuh diri gara-gara lo za!.” Kata tari geram.
di rumah restu…
putra yang sudah sampai di rumah restu, merasa akan ada terjadi sesuatu dengan erza, dia mondar mandir sambil memainkan handphonenya, rico yang bingung dengan tingkahnya berkata “lo kenapa put? Muka lo kayak cemas gitu?.”
“gue merasa ada sesuatu dengan erza! Feeling gue udah gak enak mulai dari gue mau kesini ric! Arrgghh!!.” Teriak putra frustasi sambil mengacak rambutnya.
“tenang put. Semoga saja dia gak apa-apa. “ kata rico menenangkan putra.
“gue gak bisa tenang! Res, gue gak ikut ya? gak apa-apa kan? Mungkin lain kali.” Kata putra sambil mengambil kunci mobilnya yang dia letakkan di meja kemudian lari menuju mobilnya dan ngebut
“putra kenapa ric? Muka dia kayak cemas gitu, baru kali ini gue liat dia kayak gitu.” kata restu yang bingung.
“dia khawatir dengan erza. Moga tuh anak gak apa-apa.” Harap rico
“gue gak tau kenapa, gue ngerasa lo dalam bahaya za. Tunggu gue.” kata putra sambil menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju rumah erza.
dirumah erza…
“ini anak kita apain sel?.” Kata tari ketika melihat erza sudah mulai lemas dalam kolam belum lagi cuaca sangat panas.
“kita jalankan rencana kita.” Kata selvi sambil menarik erza ke pinggir diikuti dengan tari yang masih memegang kakinya.
dan.. BUK! Kepala erza dibenturkan selvi di dinding ke kolam renang berkali-kali membuat kepala gadis itu mengeluarkan darah banyak sekali. Kemudian selvi melepas tangannya yang menutup mulut erza dan menarik rambut panjang erza membuat gadis itu merintih, kemudian mendekatkan kepalanya di samping erza dan berbisik “ada pesan terakhir tuan putri?.” Dan BUK! Kepala erza dibenturkan lagi.
“putra, help me.” Kata erza lemah dan akhirnya pingsan.
tari yang panic melihat erza gak bergerak dan pinggir kolam renang dipenuhi darah, berkata “sel!. Bagaimana nih?.” kemudian dia melepas pegangannya di kaki erza.
“kita angkat kemudian serahkan semuanya dengan gue. gue merasa bentar lagi aka nada yang ada datang.” Kata selvi sambil keluar dari kolam renang dan mengangkat erza yang mengapung.
kemudian dia mengikat tali di tiang kolam renang dan memasukkan kepala erza dalam tali tersebut kemudian mengikat kaki dan tangan erza serta meletakkan gadis itu mepet di pinggir kolam dengan berkalung tali. Tari yang bingung berkata “tuh anak mau lo apain sel?.”
“kalo dia bangun, terus dia bergerak dikitt aja, bakal langsung jatuh ke kolam lagi dan dia akan mati tergantung di kolam! Hahahahahaha.” Tawa selvi licik.
“lo gila sel! Psikopat! Lo mau dia mati?!.” Kata tari kaget sambil berusaha melepas ikatan di tangan erza tapi di tahan selvi.
“gue gak mau lo ngacauin rencana gue! gue pengen pangeran dia nyesal apa yang dia lakuin ma gue! pake baju sekarang dan kita cabut!.” Kata selvi
mereka cepat-cepat berpakaian dan selvi mendekati erza yang wajahnya sudah pucat karna kehabisan darah dan dehidrasi karna hari sangat panas.
“pangeran lo gak bisa selamatin lo za. Lo akan jadi putri tidur selamanya.” Sambil tersenyum sinis dan pergi dari rumah erza.
mereka menutup pintu rumah erza dan berlari menuju mobil selvi kemudian keluar dengan kecepatan penuh.
putra baru datang ketika mobil selvi keluar dari rumahnya, bingung antara pengen mengejar selvi atau mendatangi erza, dia akhirnya memilih mendatangi erza dengan perasaan kalut.
keluar dari mobilnya, putra langsung masuk dalam rumah dan berteriak manggil nama erza, entah kenapa, perasaannya mengatakan erza berada di kolam renang, ketika dia sampai di kolam renang tiba- tiba…
“za lo dima…ASTAGA ERZA! Bangun za! Buka mata lo za! Jangan tinggalin gue!.” teriak putra sambil berlari mendekati erza kemudian berlutut melepas ikatan di leher erza dan kaki serta tangannya lalu memeluk gadis itu.
“please za, bangun. Jangan tinggalin gue. gue sayang sama lo za! Seharusnya gue gak tinggalin lo. Ada disini buat lo.” Sesal putra kemudian mencium kening dan pipi berkali-kali dengan harapan semua ini hanya mimpi dan erza akan bangun sambil mengomel karna sudah melakukan hal semena-mena. “za… gue terima lo marah kek, jambak kek, nyumpah kek, yang penting lo bangun. Please za.” Kata putra sambil mencium bibir gadis itu. Tapi nyatanya, erza tetap diam membisu, tak bergerak apalagi ngomel. Darah mengucur semakin banyak di kepala erza membasahi kemeja putra yang putih.  putus asa, putra meneteskan air matanya dan mengenai wajah erza yang sudah putih saking kekurangan darah.
tanpa putra sadari, erza meneteskan air matanya dan…….

Part 9

“kak, sakit kak.” Kata erza lirih sambil membuka matanya dan menggerakkan tangannya lalu menghapus air mata yang menetes di wajah putra sambil tersenyum lemah.
putra yang kaget melihat erza bangun, langsung memeluk gadis itu di dekapannya dan berkata “ akhirnya za. Gue akan antar lo kerumah sakit. Bertahan za. Jangan tinggalin gue. gue akan lakuin apapun demi lo za. Please, bertahan buat gue.” sambil mengangkat gadis itu.
“jangan kak. gue gak suka aroma rumah sakit.  Baunya itu pengen muntah.” Kata erza dengan suara lemah di pangkuan putra.
“lo kehilangan banyak darah sayang. udah deh gausah banyak debat.zaa… bangun za!.” Kata putra kaget melihat erza hilang kesadaran di gendongannya.
sadar setiap waktu berharga buat erza, putra langsung meletakkan erza di mobil lalu balik ke dalam rumah mengambil kemeja punya dia untuk menutupi tubuh erza lalu ngebut menuju rumah sakit.

Sesampai di rumah sakit, putra mengangkat erza keluar dari mobil dan langsung mmbawanya ke ruang UGD. Para suster dan dokter yang berada di ruang UGD langsung mengambil alih erza dan meletakkan selang oksigen di hidungnya. Putra yang melihat itu langsung disuruh keluar oleh seorang suster dan berkata “maaf mas. Untuk sekarang mas keluar dulu. Kami akan berusaha semaksimal mungkin buat mbak ini. Dia kehilangan banyak sekali darah dan dehidrasi berat karna terlalu lama berada di bawah sinar matahari. Sebaiknya mas mengurus mbak ini di ruang administrasi sana.” Kata suster itu sambil menunjuk loket.
“makasih sus. Tolong usahain yang terbaik buat erza. Dia sangat berarti bagi saya suster.” Kata putra dengan suara memohon.
“akan kami usahakan. Berdoa saja mas.” Kata suster itu sambil menepuk pundak putra dan menutup pintu ruang UGD.

putra langsung menuju ruang administrasi untuk mengurus semua tentang erza. Setelah selesai, dia menelpon restu dan berkata “ res, lo sama rico ada dimana?.” Tanya putra.
“gue gak jadi ke Jakarta melihat lo panic gitu. suara lo kenapa kayak lelah gitu put?.” Tanya restu.
“Erza masuk rumah sakit sekarang res. Feeling gue ternyata bener. Ada yang celakain dia.” kata putra dengan suara lelah.
“apa?! Terus gimana kabar erza sekarang? Gak apa-apa kan?.” Kini suara rico terdengar di hp restu.
“lo itu yah! Hobi bener nyerobot sana-sini! Bener-bener deh!.” Kata restu kesal sambil jitak kepala rico.
putra yang gak mood berantem dengan mereka, berkata “dia kehilangan banyak darah dan dehidrasi berat. Gue yakin cewek itu yang ngelakuin ini semua!.” Kata putra penuh dendam.
“selvi? Lo yakin? Entar kita bahas deh. Lo di rumah sakit mana sekarang? Biar kami samperin.” Kata rico.
“gue di rumah sakit Pelita Harapan. Oke gue tunggu.” Kata putra lalu menutup telpon.

“Sakit gila! Lo kira ini kepala bakul cobek apa jadi main jitak seenak dengkul?!.” Kata rico sambil berusaha jitak restu setelah memutuskan telpon dengan putra.
“lo juga! Gue asyik-asyiknya ngobrol dengan putra, lo asyik main teriak di telinga gue sambil ngambil hp gue! lo kira suara lo pelan apa?! Sakit dodol!.” Kata restu sambil mengelus telinganya yang diteriakkin rico
“Daripada kita berantem kayak gini, mending kita samperin erza aja. kasian putra tuh.” Kata rico sambil ngeloyor pergi.
“semoga suatu saat bila Arny pacaran ma dia, tahan sama sikap cowoknya yang sableng gak keruan itu.” Kata restu sambil geleng-geleng kepala mengikuti rico menuju rumah sakit.

setelah selesai menelpon restu dan lelah menunggu erza, akhirnya putra duduk di kursi dan tertidur. Kemudian terbangun ketika ada seseorang menyentuh pundaknya. Lalu langsung berdiri sambil berkata “bagaimana dok dengan erza? Baik-baik saja kan?.” Tanya putra cemas.
“Dia kekurangan banyak darah mas. Tapi semua sudah dapat diatasi. Sekarang dia sedang dipindahkan ke ruangan biasa. Apa dia punya keluarga disini?.” Tanya pak dokter.
“Cuma saya keluarga dia disini. Orang tua dia sedang pergi ke luar negeri. Jadi saya walinya untuk menjaga erza. Boleh saya temanin erza pak?.” Tanya putra.
“untuk saat ini, biarkan pasien beristirahat dulu. Kalau begitu saya permisi dulu.” Kata sang dokter sambil menepuk pundak putra.

setelah dokter pergi meninggalkan putra, datanglah duo anjing kucing suka bikin onar, restu dan rico menghampiri putra dan berkata “gimana kabar erza put? Dia kenapa ?.” Tanya rico.
“gue gak tau. Gue bingung. Pas gue pulang ke rumah, ada mobil keluar dari halaman rumah dia. gue bingung antara pengen ngejar tuh mobil atau nyamperin erza. Cuma feeling gue ngomong erza dalam bahaya, yaudah gue masuk ke dalam rumah dan teriak kayak orang gila manggil dia. pas sampai di kolam renang, dia udah terkapar dengan tali menjerat di leher, kaki dan tangan dia diikat, kepala dia berdarah banyak banget. Ampe baju gue jadi warna bendera gara-gara dia.” kata putra sambil menunjukkan bekas darah erza di kemejanya.
“Astaga! Siapa yang lakuin ini ke erza put?! Apa maksudnya?.” Tanya restu emosi.
“entar gue tanyain sama erza kalo dia udah sadar. Gue capek.” Kata putra terduduk di kursi sambil menengadahkan wajahnya menatap langit-langit  dengan ekspresi lelah.
“lo  pulang aja dulu put kerumah. Besok mampir lagi. Erza  gak apa-apa kok. Mau bareng kami?.” Kata rico .
“gak deh. Gue masih sanggup bawa mobil kok. Gue mau ke kamar erza dulu. Mau ikut?.” Ajak putra.
“boleh deh. Gue pengen liat erza gimana sekarang. “ kata restu.

kemudian mereka berjalan menuju ruang VIP tempat dimana erza dirawat. Saat memasuki ruangan,  mereka melihat erza tertidur dengan infus menancap di tangan kirinya, kepala dililit perban dan bibirnya yang sudah tidak pucat lagi, dan selang oksigen menutupi hidungnya. putra langsung menghampiri erza dan mengelus rambutnya dengan penuh sayang. Restu yang melihat itu, langsung berbisik ke rico “ric. Keluar yuk. Kayaknya putra pengen sendiri deh.” Yang dijawab dengan anggukan rico dan keluar tanpa sepengetahuan putra.

kemudian putra mengecup kening gadis itu yang ditutupi oleh perban “besok, sepulang sekolah. Gue akan temanin lo kok. Gue pulang dulu ya.” kata putra lalu keluar dari ruangan mendatangi teman-temannya.

sesampai dirumah erza, putra menyalakan semua lampu di rumah dan langsung menuju ruang kolam renang. Dia melihat genangan darah erza di pinggir kolam. Merasa tak sanggup berkata-kata. Dia menutup pintu kolam renang dan masuk ke kamarnya.

                       
☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼☼

keesokan harinya…..
disekolah, putra tidak bisa berkonsentrasi dengan pelajarannya. Berkali-kali dia menatap papan tulis dengan tatapan kosong. Pada saat istirahat, Restu langsung mencolek putra “ke kantin yuk. Lo melamun gitu erza gak akan sembuh put.” Kata restu.
“gue tau. Gue Cuma mikir kenapa ada orang yang ngelakuin hal itu ke erza. Dia salah apa?.” Tanya putra.
“mending lo Tanya sama erza aja kalo dia sudah sadar. Makan yuk.” Kata rico sambil duduk di samping putra.
putra mengangguk dan berjalan menuju kantin diikuti teman-temannya.

Sesampai di kantin…
Arny yang melihat Putra cs masuk ke dalam kantin, langsung mendekati putra dan berkata “ka. Erza kenapa? Dia sakit apa? Tadi kaka ijinin erza di kelas dengan ijin sakit kan?.” Tanya arny.
putra yang hendak menjawab pertanyaaan Arny, langsung teringat Rico, sambil tersenyum dia berkata “ mending lo Tanya sama rico aja ya. gue lapar.” Restu yang paham maksud putra, berkata “iya nih. kami pesan makan dulu ya.” dan meninggalkan pasangan malu-malu kucing saling menatap malu.
“bangga gue punya teman perhatian kayak mereka!! Love you guys!.” Teriak rico dalam hati.
“oh GOD! Gue sama rico! Berdua! Tanpa penyamun! Sesuatu banget deh.” Kata arny riang dalam hati.
“eum…. Sebenernya gue disuruh putra untuk diem, tapi karna lo sahabat erza, gue akan kasih tau lo, erza sebenernya kemaren kecelakaan dan dia sekarang di rumah sakit Pelita Harapan.” Jelas rico sambil menatap Arny lembut.
arny yang deg-degan di tatap rico, menunduk sambil berkata “ ya ALLAH, selamatkanlah hambamu ini darri tatapan maut kak rico.” Kata arny dalam hati.
“kecelakaan?! Kecelakaan apa kak?! Terus bagaimana keadaan dia sekarang?! Enggak apa-apa kan?!.” Kata arny kaget dan tanpa sengaja menggenggam tangan rico.
“wah…gue gak bisa jelasin ny, lo tanya sama putra aja atau lo dengar dari erzanya langsung deh.” Kata rico sambil menggenggam kedua tangan arny erat.
“buset dah put, kalo mereka main sinetron berdua, laku berat tuh.” Kata restu sambil mencomot tempe dari piring putra.
“lo ngapain ambil tempe terakhir gue?! iya sih, gue sama erza ada saingan nih.” kata putra sambil makan nasi goreng minus tempe.
“yaudah deh, entar habis pulang sekolah arny sama yang lain ke rumah sakit mau jenguk erza. Makasih ya kak.” Kata arny tersenyum lalu melepas genggaman tangan rico.
“ampe rumah ini tangan gak bakal gue cuci! Kak rico…. I love you pull deh!.” Teriak arny kegirangan dalam hati.
“wah kesempatan emas ini! Harus bisa dimanfaatin sebisa mungkin.” Kata rico dalam hati.
“eh bentar arny.” Kata rico menarik tangan arny dan membuat gadis itu berpaling menatap dia.
“ada apa kak?.” Tanya arny heran.
“lo nanti kerumah sakit sama gue aja ya. entar gue antar balik kok.” Kata rico tersenyum.
“beneran kak? Entar ngerepotin kakak lagi.terus kak putra sama kak restu gimana?.” Tanya arny.
“lo gak repotin gue kok, mereka bisa aja berangkat sendiri, ya kan put? Restu?.” Kata rico sambil menoleh kearah mereka yang langsung pura-pura makan.
“salah satu dari kalian ganggu rencana gue, gue bikin sate lo!.” ancam rico dalam hati.
“yo’I bos. Gue entar malam aja ke rumah sakit. Ya kan res?.” Kata putra senggol restu.
“yap. Udah kalian berdua aja sana.” Kata restu melanjutkan makan mereka kembali.

“ok deh kak. Sampai jumpa ya. sampai ketemu.” Kata arny sambil berlari menyusul dinda dan novi yang meninggalkannya.

pada saat putra asyik menikmati makannya, lewatlah selvi di depan mereka, putra yang melihat itu, langsung berhenti makan dan berdiri di depan selvi dengan melipat tangan dengan ekspresi tak bisa dibaca. “lo apain erza sel ampe dia sekarat? Lo mau bikin dia mati hah?!.” Teriak putra yang sukses membuat seisi kantin terdiam.
“gue ngapain erza gimana kak? Gak ngapa-ngapain kok.” Kata selvy dengan ekspresi santai.
“boong! Gue liat elo kemarin keluar dari rumah erza! Pas gue masuk dalam rumah dia, tuh anak sudah ditemukan dengan kepala berdarah! Lo apain dia hah?! Jawab gue!.” kata putra sambil mencengkram erat tangan selvi.
“kakak kenapa sih?! Gue gak ngapa-ngapain erza! Lepasin kak!.” Teriak selvi.
“lo mau gue gimana supaya lo ngaku?.” Kata putra sambil mengeluarkan pisau lipat yang selalu dia simpan di kantong celananya, dan meletakkannya di pergelangan tangan selvi dengan posisi siap menyayat urat nadi selvi.
“kakak mau apain gue?!.” kata selvi gugup.
“gue Cuma mau mastiin pisau lipat punya gue masih bisa nyayat urat nadi orang atau enggak.” Kata putra tenang sambil memainkan pisau lipatnya di pergelangan tangan selvi dan menatap tajam.
“kak, please, gue gak lakuin apa-apa dengan erza! Lepasin deh!.” Kata selvi gugup.
“lo nyentuh orang yang gue sayangi, lo bikin dia hampir mati, ok. Akan gue balas perlakuan lo, sekarang, kalo lo masih sayang ama tangan dan nyawa lo, lo ngapain erza ampe dia masuk rumah sakit hah?! Kalo lo ga sayang ama nyawa lo sih, ya boong aja ma gue. gak papa kok.” Kata putra kalem sambil menatap selvi yang meringis kesakitan karna pergelangan tangannya teriris pisau putra.

gak ada pilihan lain, selvi menatap putra dengan penuh amarah, “ok! Gue ngaku! Gue memang sakitin erza! Gue akan cerita semuanya sama lo, tapi gak disini!.” Kata selvi kalah.
“lo mau negoisasi sama gue? gue mau lo ngaku disini, dihadapan kita semua! Sekarang lo ngaku sama gue, lo kan yang bikin erza hampir mati? lo kan yang ngirim ular dan bunuh kelinci kesayangan dia?! dia ada masalah apa sih sama elo?! Gak ngaku, gue iris tangan lo!.” ancam putra sambil memainkan pisau lipat di depan selvi.
“udah put, lo jangan sakitin dia, dia cewek put.” Kata rico menepuk pundak putra.
masalahnya ric, dia nyakitin erza! Gue gak terima cewek gue, disakitin sama orang yang dia kenal baik! Gue tau erza ric! Pokoknya, siapapun yang sakitin orang yang gue sayangi, dia berurusan sama gue! nah selvi, lo sayang sama tangan lo atau enggak?.” Kata putra sambil meletakkan pisau lipatnya di tangan selvi dan mengiris pelan yang diikuti teriakan tertahan dari para cewek.
“udah ngaku aja tuh selvi , daripada bonyok disikat putra.” Kata seorang cewek.
“iya tuh, baru tau gue putra bisa silet anak orang, tapi tetap aja keren dimata gue.” Kata cewek yang satunya yang langsung ditoyor sama anak lain.
“gila lo!.” sahut temannya yang lain.

“ok! Gue ngaku semua yang elo tuduhin put! Gue yang taroh ular dirumah erza, gue juga yang bunuh kelinci erza, dan gue juga yang hampir membunuh dia di kolam renang! Lo tau kenapa gue lakuin itu ke erza yang gak tau apa-apa?! Karna gue suka sama elo! Dan lo mempermainkan gue! gue pengen liat aja, gimana sih reaksi seorang cowok macam elo kalo liat orang yang lo sayangi hampir mati, ternyata gue berhasil!.” Kata selvi berteriak.
“Kenapa harus erza yang kena getahnya kalo lo sayang sama gue, lo dendam karna gue permainkan?!.” Kata putra berang.
“karna dia adalah orang yang sangat lo sayangi! Dan gue gak bisa balas dendam ke elo, karna hasilnya gak akan puasin gue, jadi gue balas dendam ke erza aja, ini semua berawal dari lo put! Coba lo gak permainkan gue waktu itu, erza gak akan gue sentuh ampe masuk rumah sakit gitu!.” kata selvi sambil menatap tajam putra.
“ok, gue ngaku salah! Gue minta maaf kalo gue nyakitin hati lo, tapi, lo harus ingat, jangan pernah lo sakitin erza lagi, kalo lo sakitin erza lebih dari yang lo lakuin sekarang, jangan pernah lo lolos dari gue!.” kata putra kemudian melepas cekalan tangan selvi dan keluar dari kantin.

“sorry deh, kayaknya gue belum puas nyakitin dia put.” Kata selvi menatap kepergian putra dengan dendam

sesampai di kelas,
BRAK! Bunyi meja ditendang putra dengan keras. Yang membuat teman-teman sekelasnya noleh kea rah dia dengan tatapan bingung. Rico dan Restu melihat itu, langsung mendekati putra “tenang put. Jangan lampiaskan emosi lo disitu.” Kata rico menenangkan putra yang mengepalkan tangannya geram.
“gue gak terima ric! Erza gak salah apa-apa, kenapa harus dia yang kena getahnya?! Psycho tuh cewek! Gue gak akan main-main kalo sampai dia sentuh erza sekali lagi!.” kata putra geram.
“gue tau. Lo tenang aja put. Lo ngamuk gak akan mengubah keadaan, justru mungkin bikin selvi tambah dendam sama lo dan celakain erza lagi.” kata restu.
 “ARGHH!! Gue cabut!.” Kata putra sambil mengambil tasnya dan keluar dari kelas dan menabrak monik dan selly yang sedang ngomong di depan kelas.

“tuh anak kenapa res? Kacau sendiri.” Gerutu monik sambil mengelus tangannya yang ditabrak putra.
‘tau tuh anak! Udah tau kami lagi ngomong, asal tabrak aja! sakit tau! Berantem sama siapa sih? Sama erza?.” Kata selly dengan muka masam.
“biasa… masalah rumah tangga.” Kata rico asal yang disambut jitakan oleh restu.


`putra yang bingung mau kemana, tiba-tiba hujan turun dengan deras, mau tak mau dia teringat kebiasaan erza yang suka hujan. Sambil tersenyum sedih, dia melajukan mobilnya menuju rumahnya.

di sekolah…
“Arny..” kata selvi memanggil arny yang sedang berjalan menuju kelasnya.
“iya.. ada apa sel?.” Kata arny menghentikan langkahnya.
“erza kemana? Kok gue gak liat dia hari ini?.” Kata selvi pura-pura bertanya.
arny yang tidak tau insiden antara putra dan selvi di kantin, langsung memberitahukan kepada selvi. “Erza masuk rumah sakit sel. Kata kak putra sih sakit. Soalnya dia yang ngasih ijin.” Kata arny dengan lugunya.
“wah.. sakit apa sih? Di rumah sakit mana?.” Tanya selvi pura-pura kaget *jago acting nih anak -,-“.*
“gue gak tau. Di rumah sakit pelita harapan. Kenapa sel?.” Tanya arny.
“gue mau jenguk dia aja. thanks ya atas informasinya.” Kata selvi meninggalkan arny.

“mampus lo za. Gue akan lakuin sekali lagi, setelah itu, gue akan menghilang dari kehidupan lo.” batin selvi dalam hati
Sepulang sekolah
rico menunggu arny dengan gelisah di depan kelas, ketika melihat arny keluar, dia tersenyum kepada arny. Teman-temannya yang lain Cuma cekikikan melihat arny tersipu sambil jalan menunduk “udah lama kak nunggunya?.” Kata arny ketika sudah di depan Rico
“baru aja keluar. Jalan yuk.” Kata rico sambil mengulurkan tangannya.
arny pun menyambut uluran tangan Rico dengan hati berbunga-bunga, lalu berjalan menuju parkiran mobil.

“wah… lebat nih hujan kayaknya.” Kata rico ketika sudah di dalam mobil dan membantu memasangkan sabuk pengaman pada arny.
“iya kak. Lebat banget. Makasih ya kak.” Kata arny sambil tersenyum manis.

Sepanjang perjalanan, mereka saling mengobrol satu sama lain. tiba-tiba, arny teringat sesuatu “kak, tadi ada cewek nyariin erza.” Kata arny.
“siapa ny?.” Tanya Rico.
“Selvi kak. Dia nanya Erza kenapa gak masuk, yaudah Arny bilang aja dia masuk rumah sakit di Pelita Harapan.” Kata arny dengan lugunya.
rico kaget mendengar penjelasan arny, dan langsung mengerem mendadak mobilnya “hah?! Kamu bilang sama selvi dimana erza berada? Kamu gak liat kejadian kantin tadi?!.” kata rico kaget.
“kejadian apa kak? Arny gak liat tuh. Emang salah arny bilang gitu sama selvi?.” Kata arny kaget melihat reaksi rico.
“salah banget ny! Kamu tau kenapa erza masuk rumah sakit? Itu karna selvi mencoba membunuh dia dengan membenturkan kepala erza di di dalam kolam! Selvi diancam putra di kantin pas kita selesai ngobrol tadi!.” kata rico
“astaga kak! Arny harus gimana?!.” Kata arny panic.
rico tidak menjawab pertanyaan arny, dia langsung mengambil hpnya dan menelpon putra “put, lo dimana?.” Kata rico ketika telponnya tersambung.
“lagi bertapa dirumah. Kenapa?.” Kata putra.
“mending lo ke rumah sakit sekarang deh. Tadi selvi nanyain soal erza sama arny, terus dikasih tau arny dia ada dimana, gue ngerasa selvi mau balas dendam atas perlakuan … haloo!! Halo!! Shit! Diputus lagi!.” kata rico ketika telponnya di putus putra.
“udah ka. Kita kerumah sakit aja sekarang.” Kata arny gugup.
“iya..” kata rico kemudian menjalankan mobilnya.

“awas lo sel nyentuh erza! Gue bunuh lo!.” kata putra geram menjalankan mobilnya menuju rumah sakit.

di rumah sakit….
“mbak… disini ada pasien yang bernama Erza Noor Assifa?.” Kata selvi di ruang administrasi.
“ada mbak, di ruang 301.” Kata suster tersenyum
“makasih mbak.” Kata selvi kemudian menuju ruang yang dimaksud.

ketika sudah di ruangan erza, selvi melihat erza tidur dengan selang oksigen menutupi lubang hidungnya dan kepala dililit perban. Kemudian dia mendekati erza yang tertidur pulas “kemaren lo selamat za, sekarang, lo gak bisa selamat lagi. karna gak ada yang nolong elo.” Kata selvi sambil mengeluarkan pisau lipatnya dan menggoresnya di pergelangan tangan erza berkali-kali.
“ini pembalasan karna cowok lo bikin luka di tangan gue!.” kata selvi geram.
kemudian, dia mengambil bantal yang terletak di sofa dan mencabut selang oksigen erza, melihat gadis itu sesak napas, dia meletakkan bantal itu di muka erza kemudian menekan pelan. Setelah melihat erza tak bergerak lagi, dia tersenyum kemudian pergi meninggalkan erza.

sementara itu,
putra tiba di rumah sakit, langsung berlari menuju ruangan erza dirawat, ketika sudah tiba, dia terkejut dengan apa yang dilihatnya….
darah menetes di pergelangan tangan erza dan wajahnya di tutupi bantal.
melihat itu, dia langsung melempar bantal yang menutupi wajah erza dan memasang selang oksigen yang tergeletak di lantai. Kemudian dia memencet tombol di dinding untuk memanggil suster.
kemudian, datanglah arny dan rico berlari menghampiri putra yang duduk di luar kamar. Merasa terjadi sesuatu, rico duduk di samping putra dan memberi isyarat kepada arny supaya jangan bertanya macam-macam.
“Erza ric…. Untung lo nelpon gue, coba kalo enggak, mungkin gue akan kehilangan dia untuk selama-lamanya.” Kata putra dengan suara bergetar.
“emang dia kenapa put?.” Tanya rico dengan hati-hati.
“pas gue datang, pergelangan tangan dia udah teriris, muka dia ditutupi bantal dan selang oksigennya jatuh. Gue harus gimana ric?.” Kata putra putus asa.
“berdoa aja moga dia gak papa.” Kata rico menenangkan putra.
“kak, arny minta maaf ya, gara-gara arny, erza jadi begini, seharusnya..hiks..” kata arny sesegukan.
melihat itu, rico langsung berdiri dan menghampiri arny kemudian memeluknya “gak kok arny, lo gak salah. Kan wajar lo gak tau soal ini.” Kata rico menenangkan arny.

tiba-tiba suster keluar dari ruangan erza, melihat itu, putra langsung berdiri dan menghampiri susternya “gimana sus keadaan erza? Dia gak apa-apa kan?.” Tanya putra cemas.
“Dia gak apa-apa kok. Dia sudah sadar sekarang. Tangan dia sudah kami obati. ” Kata susternya tersenyum kemudian pergi meninggalkan putra.
mendengar itu, putra langsung masuk ke dalam ruangan diikuti rico dan arny.

“eh elo ny, kak rico, putra. Gue gak apa-apa kok.” Kata erza dengan suara lemah dan selang oksigen di hidungnya lalu tersenyum seolah tau apa yang mereka pikirkan.
“gak apa-apa gimana ampe tangan lo luka begitu?! Lo bikin cemas gue tau!.” Kata putra sambil mengelus kepala erza.
“suer gue gak apa-apa! Buktinya gue udah sadar kan? Gue pengen keluar dari rumah sakit put, urusin dong.” Rayu erza.
“lo itu ya! baru masuk sehari udah minta keluar, kagak!.” Kata putra mentah-mentah.
“jahat! Pergi lo sana!.” Usir erza sambil memalingkan wajahnya.

melihat itu, arny dan rico tersenyum dengan tingkah erza. “za.. kami cabut dulu ya.” kata arny
“bentar amet. Lo kesini dengan siapa? Sendiri?.” Tanya erza menoleh kea rah arny, ketika melihat rico senyam-senyum di belakang arny sambil menatap ke arah dia, tertawalah erza.
“hahahahha.. gue udah tau lo sama siapa. Udah pulang deh. Entar nyokap lo ngamuk.” Kata erza tersenyum
“terus lo sama siapa za disini? Gue temanin ya?.” kata arny cemas.
“udah kita pulang aja ny. Udah malam. Bye za. Semoga cepat sembuh ya.” kata rico sambil menarik arny keluar.

“lo ngapain disini? Pulang deh sana. Gue gak apa-apa.” Kata erza melirik putra sebal yang duduk disampingnya sambil membaca novel.
“gue temanin lo.” jawab putra singkat, padat, jelas.
“pulang!.” Usir erza sambil mendorong putra yang duduk disampingnya.
“enggak! gue bilang enggak ya enggak! lo kenapa sih? Ga suka banget gue disini!.” Kata putra melepas tangan erza yang ada di pundaknya.
“gue gak suka ada elo! Eh… nyokap ada nelpon gue gak?.” Tanya erza
“enggak.. pantesan ada yang gue lupa, ternyata ngabarin nyokap elo, bentar ya.” kata putra mengambil hp erza yang ada di meja.
“apa lo ambil hp gue?! enggak! lo gak boleh nelpon nyokap gue! gue jitak lo!.” kata erza sambil merebut hpnya kemudian dia selipkan di bawah bantal.
“lo kenapa sih? Ortu lo berhak tau za.” Kata putra.
“gue gak pengen mereka cemas. Entar kalo mereka tau gue kayak gini, habislah gue akan diculik ke singapura. Lo mau kehilangan gue gak?.” Tantang erza.
mendengar perkataan erza yang terakhir, putra langsung terdiam dan duduk di sofa sambil rebahan melanjutkan novel yang dia baca.

tiba-tiba hp erza bergetar tanda ada telpon, ketika tahu siapa yang menelpon, erza tersenyum “hai kak.. ada apa?.” Kata erza kepada Ferdi
“kok lo gak masuk sekolah sih? Gue nyariin elo.” Kata ferdi di seberang sana.
“erza lagi sakit kak. Sekarang ada di rumah sakit. Kenapa kak nyariin erza?.” Tanya erza.
“lo di rumah sakit mana? Karna aku kangen kamu.” Kata ferdi gombal
erza tertawa mendengar jawaban ferdi, “kakak gombal deh. Di Rumah sakit Pelita harapan. Eh udah dulu ya kak. Suster sudah datang. “ kata erza ketika melihat suster masuk dalam ruangan
“ok deh putri tidur. Semoga cepat sembuh ya. bye.” Kata ferdi memutuskan telpon.
“bye juga kak.” Kata erza tersenyum kemudian menutup telpon mengabaikan tatapan tajam dari putra.

“itu apa sus?.” Kata Erza sambil mencoba duduk di ranjang ketika melihat suster membawa baki makanan.
“ini makanan buat mbak. Dan ini obatnya. Dimakan ya.” kata suster ramah mengabaikan ekspresi ngeri dan muntah dari erza.

putra langsung menghampiri erza lalu membuka tutup makanan dan melihat isinya adalah nasi putih, dengan sop ayam serta obat. Kemudian dia mengambil mangkok berisi sop dan menumpahkannya ke piring berisi nasi. Lalu menyuapi erza “makan za… lo harus makan.. ayo buka mulutnya.” Kata putra ketika melihat erza menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
“gue gak mau makan! Gak enak!.” Kata erza sambil menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
“tau darimana tuh makanan gak enak kalo lo gak makan? Ayo makan sayang. gue udah berbaik hati nyuapin elo nih.” kata putra penuh sabar.
“elo aja deh yang makan! Gue gak suka makanan rumah sakit. Hoekk!.” Kata erza sambil muntah ketika mencium bau nasi bercampur sop tercium di hidungnya.
“za.. gue gak peduli lo mau muntah kek, mau jungkir balik kek, yang penting elo harus makan, biar cepat sembuh. Jadi bisa keluar dari rumah sakit. Ayoo sayang.. buka mulutnya,, jangan sampai gue maksa lo nih.” ancam putra.
gue gak peduli lo ngancam gue disuruh tinggal disini seumur hidup gue, yang penting gue gak mau makan!.” Kata erza ngotot.
“erza…” kata putra meletakkan piring makannya di samping erza kemudian menatap gadis itu dengan penuh perasaan jengkel.
“iya kaka putra.. ada apa? Udah nyerah maksa gue makan?.” Kata erza dengan ekspresi ngejek.
“lo mau gue beliin apa? Pizza? Sushi? KFC? Texas? Mc donalds? Atau mau gue yang masak? Lo harus makan.” Bujuk putra.
“yang ada malah keracunan kalo gue makan masakan elo. Gue mau coklat. Beliin ya.” kata erza.
“ astaga! Lo itu harus makan nasi! Bukan makan coklat!.” Kata putra jengkel.
“gue kalo sakit gak bisa makan nasi. Perut gue eneg.” Kata erza
erza sayang.. lo harus makan atau enggak gue akan..” kata putra sambil menatap erza.
“akan ap..” kata-kata erza terputus karna bibirnya sedang bersentuhan dengan bibir putra dengan penuh lembut dan kedua tangannya di pegang putra lalu dia mendekatkan wajahnya ke telinga erza dan berbisik “lo pilih deh, mau makan nasi tapi gak akan gue cium, atau makan coklat sepuasnya  tapi setelah itu gue cium bibir lo yang rasa coklat itu sampai pagi? Pilih salah satu sayang.” kemudian dia menatap erza dengan tatapan menang.

“shit! Kayak gini nih kalo serumah dengan cowok sengak! Dia jadi tau kelemahan gue! arghh!!!! Gue makan nasi, perut gue eneg, makan coklat, bibir gue bakal jontor! Gue harus gimana?!.” Teriak erza dalam hati.

merasa tak ada pilihan lain, erza mengambil piring yang di sampingnya lalu menyuap sendiri ke mulutnya dengan perasaan pengen muntah dan menatap sinis ke arah putra “nih gue makan! Puas kan?!.” Kata erza sinis.
“gitu dong. Coba dari tadi lo nurut. Kan gak ribet jadinya. Sini gue suapin.” Kata putra sambil mengambil piring di tangan erza dan menyuapinya.

Selesai makan dan minum obat, erza merasa ngantuk. kemudian dia melirik putra “lo gak pulang?.” Tanya erza.
“gue nginap disini.” Kata putra tanpa mengalihkan pandangannya dari novel setebal kamus.
“bukannya besok lo sekolah?.” Tanya erza
“gue kan bisa aja pulang pagi ke rumah buat sekolah, yang jelas, elo harus makan pagi itu dan gue yang suapin elo makan.” Kata putra menatap erza yang mencibir.
“apa kata lo deh.” Kata erza. Sedetik kemudian, dia tertidur pulas karna pengaruh obat.

melihat erza tertidur, dia menutup novelnya dan duduk di samping erza kemudian tertidur sambil memegang tangan gadis itu.


                       
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Selama dua minggu erza di rumah sakit, selama itu juga putra selalu setia setiap saat *kok kayak iklan yah?.* menemani erza di rumah sakit. Erza sudah mulai sehat dan selang oksigennya sudah lepas dari hidungnya. berulang kali setiap putra mau pergi ke sekolah, erza selalu bilang kepada putra pengen pulang ke rumah. Tapi, jawaban putra selalu sama, menolak mentah-mentah sampai erza bosan mendengar alasan putra. Merasa jengkel, dia bangkit dari tidurnya sambil mendorong infusnya lalu duduk di sofa. Kemudian, pintu ruangan terbuka dan masuklah seseorang dengan membawa mawar putih yang banyak dan hampir menutup wajahnya. Erza yang tau siapa orang itu, tersenyum “wah…. Kakak jadi pengantar bunga ya sekarang? Bunganya bagus kak.” Puji erza ketika melihat bunga itu di letakkan di meja.
“maaf gue baru datang sekarang za. Lo sehat-sehat aja kan? Masih sakit? Wah…. Jangankan jadi pengantar bunga, jadi tukang becak pun gue rela asal setiap hari bisa nganter cewek secantik lo kemanapun.” Kata ferdi sambil menjawil hidungnya erza.

erza tertawa mendengar gombalan ferdi, lalu mereka bicara sesekali tertawa dan ferdi langsung memegang tangan erza tanpa menyadari putra masuk ke dalam ruangan dan melotot.
“ehm…..yang merasa pengunjung, harap segera keluar, jam besuk sudah habis!.” Kata putra yang sukses membuat mereka kaget.
ferdi yang merasa tersindir, segera melihat jam tangannya dan menatap erza “ semoga cepat sembuh tuan putri.” Dan mencium pipi erza lalu melewati putra yang berdiri di depan pintu penuh tatapan geram.

setelah ferdi keluar, erza menatap bunga pemberian ferdi sambil bersenandung riang, kemudian dia menoleh putra yang sedang menatap jendela lalu mendekatinya. “wah… hujan put.” Kata erza ikut-ikutan berdiri di samping putra.
“terus kenapa kalo hujan?.” Kata putra dingin.
“lo kenapa sih? sewot bener ngomongnya!.” Kata erza sewot.
“gue sewot? Perasaan elo aja kali. Eh kata dokter, besok lo boleh pulang.” Kata putra tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela.
“iya…. Gue tidur dulu. Bye.” Kata erza meninggalkan putra kemudian dia tidur di ranjangnya.

melihat erza tidur, putra terdiam sambil menatap erza yang tidur memunggunginya “peka sedikit dong perasaan lo za! Gue suka sama elo! Kalo gue gak suka sama elo, gue gak akan melakukan semua ini! Hanya buat elo gue rela za lakuin apa aja. “ kata putra dalam hati.
kemudian, dia menyelimuti erza yang kedinginan, dan rebahan di sofa dengan wajah tertutup novel.
                        ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


keesokan harinya sepulang dari sekolah,  Putra buru-buru mendatangi erza di rumah sakit dan dia tersenyum melihat gadis itu duduk di tepi ranjang tanpa mengenakan pakaian rumah sakit dan infus yang mentancap di tangannya. Kemudian dia berkata “pulang yuk za.” Sambil mengulurkan tangannya.
“ayooo.” Kata erza menyambut uluran tangan putra dan mereka pulang dengan bergandengan tangan sambil menuju parkiran mobil dan putra menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh.


sesampai di rumah….
putra membukakan pintu rumah dan membiarkan erza masuk ke dalam rumah. Lalu dia mengikuti gadis itu dari belakang. Sampai tiba di kolam renang, erza berhenti sambil menatap nanar kearah kolam. “lo kenapa za? Pengen berenang?.” Kata putra.
“gue takut. Nanti kejadian seperti itu terulang lagi. di saat gue ngelakuin apa yang gue suka, seseorang akan celakain gue.” kata erza dengan suara lirih kemudian lari masuk dalam kamar.

putra bingung melihatnya, langsung memikirkan cara supaya erza mau berenang lagi. karna dia tau, erza tidak sepenuhnya takut berenang, hanya takut kejadian itu akan menimpanya lagi. merasa tak dapat ide, dia masuk dalam kamarnya dan tidur.

sedangkan erza, termenung di  balkon kamar sambil mengingat apa yang sering dia lakukan di kolam, ketika teringat apa yang dilakukan selvi padanya, dia meneteskan air matanya dan pergi tidur karna jam sudah menunjukkan 10 malam.

tiba-tiba….
“ENGGAK! GUE SALAH APA SAMA ELO SEL JADI LO LAKUIN KAYAK GINI?! KALO LO SUKA SAMA PUTRA YA BILANG, JANGAN DILAMPIASIN KE GUE! LEPAS!! Sakit sel!! Gue gak bisa napas!.” Teriak erza mengigau sambil menangis.
            mendengar erza ngigau, putra langsung berlari menuju kamar erza dan melihat gadis itu menangis dalam tidur sambil memegang lehernya seolah-olah di cekik seseorang, kemudian dia menepuk pipi erza pelan “Za. Sadar za.. buka mata lo. gak ada yang mau bunuh lo.” kata putra.
tersadar, erza langsung bangun dan memeluk putra yang duduk disampingnya dengan erat sambil menangis. Melihat itu, putra langsung mengelus  rambut erza yang panjang dengan lembut “udah za.. lo tenang sama gue, gue gak akan tinggalin elo kok.” Katanya sambil mencium kening erza.
“gue takut… mimpi itu terasa nyata buat gue put. gue gak berani tidur lagi.” kata erza sambil mengetatkan pelukannya.
“elo harus tidur. Besok sekolah. Gue temenin deh. Tidur ya sayang.” kata putra sambil merebahkan erza dan menyelimuti erza dengan selimut.
“please…jangan tinggalin gue.” kata erza sambil memegang tangan putra dan tertidur.

“sorry za, gue gak nyangka kalo apa yang gue lakuin ke selvi, bakalan berdampak ke elo. Gue berjanji za, gue akan selalu jaga lo.” kata putra dalam hati.
            “setelah erza tertidur, dia pun menggeser erza pelan dan tidur disampingnya………….

pagi harinya…
“hoammm… pagi ini sangat..KYAAAAAA!!! Bangun! Lo bangun!.” Kata erza histeris melihat putra tidur di sampingnya dengan memegang pinggangnya kemudian memukulnya dengan bantal.
“apaan sih? Gue masih ngantuk. udah diem sayang.” kata putra menarik pinggang erza bagai menarik guling.
“bangun! Ini kamar gue! tidur lo di kamar sana!.” Kata erza sambil berusaha melepaskan pegangan pinggangnya dari tangan putra.
“lo anggap gue putri tidur deh, gak akan bangun biar lo teriakin, lo akan ngelakuin apa?.” Kata putra dengan wajah mesum sambil menggigit bibirnya.
“ gak ada tampang lo jadi putri tidur! Yang ada jadi banci tidur! Lo tau apa yang gue lakuin?! gue bakal pinjem selang pemadam terus gue siram ke elo! Bangun!.” Kata erza histeris.
“iyaa…iya.. jahat bener lo nyiramin gue pake selang air. Gue kan Cuma pengen ini.” kata putra bangun dari tidurya dan CUP! Sebuah kecupan mampir di pipi erza. Sambil tersenyum jahil “morning kiss beib.” Dan lari sambil tertawa menuju kamarnya ketika erza berteriak “PUTRA! SIALAN LO!.” dan bantal pun sukses bergelimpangan dilempar erza ke segala arah.

            Setelah sukses mengerjai erza, putra pergi ke kamar mandi dan berganti pakaian menuju sekolah.
ketika keluar dari kamar, dia melihat kunci mobil erza tergantung, muncullah ide jahil putra untuk mengambil dan meletakkannya di kantong celana.

selesai mandi, erza buru-buru memakai seragam sekolah dan memakai jepit. Setelah selesai, dia turun ke bawah untuk mengambil kuncinya. Melihat kuncinya tidak tergantung, sadarlah siapa yang jahil dan dia langsung menggedor pintu kamar putra “putra! Gue tau lo ambil kunci mobil gue kan! Balikin! Gue udah telat!. Teriak erza sambil menggedor pintu dengan kekuatan penuh.
“apaan sih? Gue gak simpen kunci mobil lo. pede banget deh.” Kata putra pasang muka lugu.
“bohong! Ngakuu aja d.. eh kak ferdi ada apa?.” Omelan erza terputus ketika mendengar telponnya berbunyi kemudian mengangkatnya dengan hati senang sambil menjauh dari putra yang menatap tajam dirinya.
“elo udah keluar dari rumah sakit?.” Tanya ferdi di seberang sana.
“iya kak. Kemaren pulang. Ada apa?.” Tanya erza
“lo kesekolah bareng gue aja gimana? Gue jemput lo deh, entar pulang gue anter. Gimana?.” Kata ferdi.
erza senang mendengar ferdi mengajak ke sekolah bareng “beneran kak? Gak repotin kaka nih nganter erza balik? Rumah erza jauh lo.” kata erza
“enggak apa-apa kok. Rumah lo jalan apa?.” Tanya ferdi dengan pulpen di tangan siap catat.
“alamat gue jalan….” Ucapan erza terputus karna putra mengambil hpnya  “sorry fer. Lo telat. Erza bareng gue.” dan KLIK. Telpon terputus.
“nih hp lo dan ini kunci mobil lo. gak mood gue nyimpen!.” Kata putra ketus sambil mengasih kunci mobil dan hp ke erza kemudian dia pergi duluan ke sekolah meninggalkan erza yang bengong melihat tingkahya.
“tuh anak kenapa sih? Kesambet kali yah.” Kata erza sambil memainkan kunci mobilnya dan menuju sekolah.

di tempat lain..
“kenapa putra tau gue telponan sama erza? Ada hubungan apa? Dan kenapa setiap gue dekat sama erza, pasti ada putra? Kalo benar mereka pacaran, gue harus bisa rebut erza dari putra!.” Kata ferdi mengepalkan tangannya geram.

Sesampai di sekolah…
putra yang tiba lebih dulu di sekolah, melihat ferdi berdiri di tempat erza sering memarkir mobilnya. Sambil tersenyum, dia berjalan tanpa menghiraukan ferdi berbisik ketika lewat di depannya “ gue akan  rebut erza dari lo put! Dan gue akan buat dia lepas dari lo dan nempel sama gue! be ready, boy.” Sambil tersenyum sinis.
putra terdiam mendengar kata ferdi “ gue akan liat seberapa kuat lo bisa dapatin erza, kalo lo sampai nyakitin dia, lo berurusan sama gue!.” ancam putra sambil menatap ferdi.

Kemudian, datanglah erza dan kaget melihat ferdi di halaman parkir. Buru-buru dia turun dan tersenyum. “maaf ya kak. Telponnnya terputus.” Kata erza.
“enggak apa-apa kok. Malam ini sibuk gak? Jalan yuk.” Ajak ferdi.
“enggak kok kak. Kakak jam berapa jemput?.” Tanya erza
“ok deh. Gue jemput lo jam 7 malam. rumah lo dimana?.” Tanya ferdi.
“rumah erza jalan…” kata erza sambil menyebutkan alamat rumahnya.
“makasih za. Sampai jumpa esok malam.” Kata ferdi sambil mencium punggung tangan erza dan membuat gadis itu tersipu malu sambil berjalan menuju kelasnya.

putra yang melihat itu di balik pilar, mengepalkan tangannya penuh geram dan memukul pilar.
setelah “terpenjara” selama 9 jam. Akhirnya bel pulang “bernyanyi” juga, erza
dan teman-temannya langsung kabur ke luar dari kelas. Ketika melewati kelas selvi, entah kenapa, dia merasa ada tatapan aneh sepanjang kelas selvi. Penasaran, dia bertanya “selvi mana din? Kok gue gak liat dia?.” tanya erza.
“Dengar-dengar sih dia pindah sekolah lagi za.” Kata dinda
“pindah lagi? kenapa?.” Tanya erza.
dinda pun mengangkat bahunya tanda tak tau. Erza malas bertanya lagi, menuju parkiran mobil.

ketika sampai di parkiran mobil, dia melihat putra menatap tajam kea rah dirinya, merasa tak punya salah, dia masuk ke dalam mobilnya dan pergi menuju rumahnya karna hari sudah sore

sesampai dirumah, dia langsung masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap untuk berjalan dengan ferdi.

putra yang datang melihat mobil erza terparkir di garasi, langsung masuk ke dalam rumah dan mencari erza “erza! Lo dimana?woyyyy.” teriak putra di sekeliling rumah.
Erza yag sedang bertelponan dengan ferdi, terganggu dengan suara putra. “kak, udah dulu ya. jemput sekarang aja. erza udah siap kok.” Kata erza.
“gue udah ada di depan rumah lo kok.” Kata ferdi kalem.
“hah?! Yang bener?! Yaudah deh kak erza keluar.” Kata erza buru-buru keluar sambil membawa tas ranselnya.

“mau kemana lo za?.” Kata putra melihat erza buru-buru keluar dengan memakai baju kaos warna biru malam, celana jins dan sepatu kets.
“gue mau jalan sama kak ferdi. Dah.” Kata erza sambil membuka pintu rumah.
“lo gak boleh jalan sama dia!.” kata putra sambil menutup pintu rumah dan berkacak pinggang di depan erza.
“lo kenapa sih? Terserah gue dong mau jalan sama siapa! Minggir!.” Kata erza sambil mendorong putra ke samping
“gue gak suka lo jalan sama dia! lo boleh jalan sama yang lain, asal bukan ferdi!.” Teriak putra.
“kenapa? Lo berantem ma dia?! itu urusan elo! Jangan bawa-bawa gue dong!.” Teriak erza balik
“lo ngertiin perasaan gue dong za, gue calon tunangan elo! Gue calon suami elo!.” Kata putra.
“gue? ngertiin perasaan elo?! Seharusnya gue yang ngomong kayak gitu ke elo! Elo pernah gak ngertiin perasaan gue? enggak kan?! Elo itu tukang maksa! Kalo gue gak nurutin keinginan elo, elo pasti main cium, main ancam iya kan?! Elo itu posesif sama gue! gue gak suka! Gak suka!.” Teriak erza histeris.
“sekarang lo mau gue gimana? Gue gitu karna lo keras kepala! Susah dibilangin!. Gue posesif karna gue tau dia suka sama elo gak tulus za! Gue gak mau elo dicelakain kayak selvi!.” Teriak putra.
“lo itu sok tau! gue suka sama kak ferdi! Suka! dan gue yakin dia gak akan celakain gue! lo ngomong kayak gitu, lo tulus gak suka sama gue?! lo mau tau gue mau gimana? Pergi dari kehidupan gue! gue mau pergi!.” Kata erza mendorong putra keras dan membuat cowok itu tergeser.
“jangan harap lo gue bukain pintu kalo lo jalan sama ferdi! Gue tulus sayangs ama elo za!.” Kata putra geram.
“hahahhahah! Lo lupa ini rumah siapa?! Ini rumah gue! rumah orang tua gue! lo Cuma nginep! Dan lo gak pantas ngomong kayak gitu dihadapan gue! gue gak percaya!.” dan BRUK! Pintu rumah dibanting erza dengan keras.

“SHIT! Gue harus ikutin dia! harus!.” Kata putra sambil mengambil kunci mobil dan mengikuti mobil ferdi.

sepanjang perjalanan, erza Cuma diam seribu bahasa di mobil ferdi, tak mempedulikan panggilan ferdi, elusan di rambutnya. Ferdi yang bingung melihat tingkah erza “lo kenapa za? Gak suka gue ajak jalan?.” Kata ferdi
“enggak kak. Gue lagi bad mood aja.” kata erza sambil menatap jendela
“yaudah deh. Kita ke apartemen gue aja ya.” kata ferdi sambil membelokkan mobil ke sebuah apartemen terkenal.

putra yang mengikuti mobil ferdi, mengerutkan keningnya “ngapain tuh anak bawa calon bini gue ke apartemen? Wah gak beres ini.” Kata putra sambil membelokkan mobilnya.

Sesudah sampai di apartemen ferdi, erza dipersilahkan masuk dan duduk di sofa yang empuk. Kemudian  ferdi berkata “mau minum apa za?.” Sambil melirik erza yang matanya tak lepas menatap jendela di samping sofa
“terserah aja kak.” Kata erza tanpa menatap ferdi.
“yaudah gue bikinin, bentar ya.” kata ferdi masuk ke dapur

sepeninggal ferdi, erza menghela napas “gue salah gak bentak putra kayak gitu? tapi dia juga salah! Gue Cuma mau jalan sama kak ferdi aja ngamuk gitu! biar dia kayak gitu, kan dia baik sama gue, dia lindungin gue. kok gue jadi galau gini sih? ARGH!.” Teriak erza frustasi dalam hati.

tanpa erza sadari, ferdi baru saja memasukkan obat tidur dalam minumannya kemudian mengaduknya, tersenyum sinis “bentar lagi lo akan jadi milik gue za. Lo akan mohon-mohon sama gue.” kata ferdi.

kemudian dia memberikan minuman yang dikasih obat tidur itu kepada erza dan mempersilahkan gadis itu minum. Erza yang tak curiga, langsung meminum habis.

ketika mereka saling ngobrol, tiba-tiba erza merasa sangat ngantuk dan merasa berkunang-kunang. Ferdi yang melihat obat itu berhasil, tersenyum sinis “lo kenapa za?.” Kata ferdi pura-pura cemas melihat erza.
“gak tau kak. Erza merasa…” kalimat erza terputus karna dia jatuh tertidur di samping ferdi.

melihat gadis itu tertidur, dia segera menggendongnya ke ranjang dan menidurkannya sampai gadis itu terbangun.

Sementara itu…
“pak! Calon istri saya ada dengan lelaki tak bertanggung jawab pak! Bapak Cuma bilang dimana tempat ferdi, itu saja! Ribet bener deh!.” Teriak putra di meja satpam karna tidak dikasih tau dimana ferdi berada.
“maaf mas. Peraturan sudah jelas, kalo adek punya janji sebelumnya dengan mas ferd, akan kami kasih tau, tapi mas ferdi bilang tak ada punya janji dengan siapapun, termasuk dengan mas. Maaf saya tak bisa bantu.” Kata mas satpam penuh sabar.
“ARGH! SHIT! Gue akan cari sendiri!.” Kata putra sambil masuk dalam apartemen.


erza terbangun dalam tidurnya, merasa pening berat dan melihat ferdi duduk di sofa. Kemudian dia mencoba bangun tapi tidak bisa karna kepalanya terasa berat. “lo gak usah bangun za.” Kata ferdi mendekat ke arah erza.

tiba-tiba……………..
dia menindihi tubuh erza dan mengeluarkan seutas tali dari kantong celananya dan mengangkat tangannya untuk mengikatnya di tiang ranjang., melihat itu, erza sontak berontak dengan berusaha melepas cekalan tangan ferdi sambil berteriak histeris. PLAK! Sebuah tamparan sukses melayang ke pipi erza dari ferdi sontak membuat gadis itu terdiam dan mengeluarkan air matanya. “kenapa kak? Kaka mau apain erza? Lepas kak!.” Kata erza histeris sambil menangis.
“gue mau bikin elo lengket sama gue! jadi lo diem atau gue tampar ampe biru tuh pipi lo!.” ancam ferdi yang sekarang di pinggir ranjang untuk mengikat kakinya yang bergerak-gerak.
“gue kira lo itu baik, ternyata lo itu berengsek! Lepas! Lepas!! Tolong!! Tolong!!.” Teriak erza mengerakkan tubuhnya dan PLAK! sebuah tamparan melayang lagi ke pipi erza.
“lo diem!.” kata ferdi sambil menarik rambut erza sehingga gadis itu teriak kesakitan.
kemudian dia memplester mulut erza dengan lakban hitam. Merasa tersenyum melihat gadis itu tak bisa berontak lagi, dia segera membuka kancing di kaos erza yang membuat gadis itu melotot.

tiba-tiba…..
BRAK!  Pintu kamar ferdi sukses ditendang sampai hancur oleh putra yang terengah-engah sambil menatap tajam dirinya. Kemudian dia tersenyum sinis melihat erza disiksa sedemikian rupa oleh ferdi. “enak bener lo lakuin itu ke erza, gue yang calon suaminya aja harus nunggu lima atau sepuluh taun lagi untuk itu. Dan elo main serobot aja!.” kata putra dan BRUK! Sukses menarik ferdi hingga terjungkal.
“lo apain erza hah?! Lo udah gue kasih peringatan kan sebelumnya, sentuh dia, lo cari mati!.” kata putra menendang ferdi yang terkapar di lantai karna tak siap menerima pukulan putra yang membabi buta.
melihat ferdi tak bisa melawan, dia menendang ferdi sekali lagi kemudian jongkok di hadapan ferdi dan mengacak rambutnya dengan geram “jangan sentuh cewek gue!.” kemudian membantingnya di lantai.

lalu putra menghampiri erza dan melepas ikatan di kaki, tangan dan lakban di mulut erza dan kaget melihat kedua pipi gadis itu biru seperti ditampar. “kita pulang ya.” kata putra sambil memeluk erza.
            erza Cuma mengangguk dan berjalan dipapah putra menuju parkiran mobil.

Sepeninggal mereka berdua, ferdi bangkit dari lantai dan menendang kursi karna rencana yang dia susun semenjak bertemu dengan erza, hancur. Sambil penuh geram dia berkata “lo akan menyesal karna lakuin itu put! Karna gue akan buat kalian berpisah! Gue akan buat salah satu dari kalian akan meninggal! Hahahahaa.” Tawa ferdi sinis.

Part 10

"Kata orang cinta akan datang dengan caranya sendiri. tapi... apakah cinta akan datang padaku juga lewat membencinya setengah mati?"



“sorry put, gue kasar sama elo, seharusnya gue… hiks..” kata erza dengan bahu terguncang pada saat perjalanan pulang.
melihat erza terguncang, dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan memeluk gadis itu. Membiarkan gadis itu menghilangkan sedikit sakit di hatinya Sampai dia tenang. lalu dia mengangkat wajah erza dengan tangannya dan melihat dengan jelas, tanpa sentar, bagaimana seorang Ferdinand, saingannya, menyakiti gadis yang dia sayangi. “za… gue udah maafin elo kok. Lo gak salah. Lo Cuma terlalu polos, anggap dia baik. Entar wajah lo gue obatin ya.” kata putra mengelus pipi erza yang kebiruan dan membuat gadis itu mengernyit kesakitan.
“Sakit put.” Kata erza sambil mengelus pipinya dan membuat air matanya menetes lagi.
“bentar lagi kita sampai. Sabar ya.” kata putra menjalankan mobilnya menuju rumah.

Sesampai dirumah,,,,,
erza membuka pintu rumahnya dan langsung masuk dalam kamar. Sedangkan putra, pergi ke dapur sambil membawa baki berisi air panas dan sebuah saputangan. Lalu dia naik ke atas dan mengetuk pintu kamar erza.
“za… buka pintunya.” Kata putra
kemudian, pintu dibuka oleh erza dengan tampang sembab yang membuat pipinya semakin bengkak. “ada apa?.” Kata erza
“gue mau obatin bengkak lo.” kata putra sambil menarik erza duduk di ranjang.

kemudian, dia menaruh tangan erza di tangan kirinya dan tangan kanannya memegang saputangan yang sudah basah oleh air panas. “kalo elo merasa kesakitan, lo genggam aja tangan gue.” dan mulai menyentuh pipi erza dengan saputangan yang basah.
erza yang kaget, langsung menggenggam tangan kiri putra dengan erat sambil menggigit bibirnya. “Sakit kak. Pelan-pelan aja.” kata erza menunduk.
“maaf, wajah lo jangan nunduk.” Kata putra sambil mengangkat dagu erza dan mulai mengompres pipinya yang bengkak dengan air panas.
sesekali, erza menggenggam tangan putra tanda dia kesakitan, dan putra dengan sabar mengobati pipi erza sampai agak hilang lebamnya dan bengkak. Setelah itu, dia menatap erza dan menghapus air mata yang selalu turun di mata erza. “please, jangan nangis. Lo kuat sayang.” kata putra sambil mendekap erza dipelukannya.
“gue gak tau apa yang terjadi kalo elo gak selamatin gue put. Mungkin gue akan kehilangan semuanya.” Kata erza terisak di pelukan putra.
“gue juga gak akan biarin siapapun nyentuh lo za, lo hanya milik gue. dan selamanya akan selalu menjadi milik gue.” Kata putra dalam hati.
“lo tidur aja sekarang ya. besok hari apa?.” Kata putra.
“besok kan hari minggu. Gue tidur dulu ya. makasih udah ngobatin gue.” kata erza dan  mengecup pipi putra kemudian merebahkan diri dan tidur.
putra kaget dengan reaksi erza, mencium kening gadis itu ketika dia sudah tidur dan mengelus rambutnya yang panjang. “za… sampai kapan lo sakit kayak gini? Andai gue boleh nawar, gue ingin semua sakit yang elo rasa, biar gue aja yang nanggung. Gue gak sanggup liat lo menderita kayak gini za.” Kata putra dalam hati.
kemudian putra bangkit dari samping erza dan menutup pintu.

                                   
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

dalam mimpinya, ferdi mengurungnya dalam sebuah gudang pengap tanpa cahaya. Erza berontak dengan menggedor-gedor pintu gudang sambil menangis.
“woy! kak! buka pintunya! Gue takut! Please.. kak!.” Kata erza berteriak.
lalu erza melihat pintu terbuka dan masuklah ferdi lalu menutup pintu dan berjalan mendekati erza yang panic.
“lo itu cewek yang paling cantik yang pernah gue lihat za. Entah kenapa, gue selalu pengen dan pengen menyentuh elo. Gue kayak gini semenjak gue ketemu sama elo. Elo buat gue mabuk kepayang za.” Kata ferdi sambil berjalan pelan.
erza yang panic, tak bisa lari kemana-mana lagi karna dia merasa kedua tangannya dipegang beberapa orang. Kemudian dia merasakan sebuah benda dingin dan tajam menempel di lehernya.
“kalian siapa? Lo mau apain gue kak?!.” Kata erza berteriak.
“gue cuma mau mainin elo aja. mumpung gak ada pangeran elo.  iya kan guys?.” Kata ferdi sambil menjetikkan jarinya.
lalu lampu di gudang menyala dan kagetlah erza karna ada sekitar 10 orang cowok di tambah dengan ferdi sedang mengelilinginya dengan penuh napsu dan di lehernya ada sebuah pisau tajam yang ditempelkan oleh seorang cowok di belakangnya serta kedua tangannya diikat di belakang tiang oleh orang itu dan dia dikelilingi oleh para cowok yang mulai mencolek-colek tubuhnya.
“gue, first, kalian, sisanya.” Kata ferdi tersenyum licik sambil menatap 10 orang cowok yang siap menerkam erza kemudian dia mendekati erza dan menarik rambut gadis itu ke bawah yang membuat erza menangis kesakitan dan tangan satunya mengelus bibirnya hingga akhirnya ….

”ENGGAK! LEPASIN TANGAN KOTOR LO DARI TUBUH GUE! GUE GAK SUDI! LEPAS!.” Kata erza berteriak yang sukses membuat putra terbangun dan langsung lari ke kamar erza.
“Za.. lo kenapa za?! Bangun sayang..bangun!.” kata putra panic.
“PLEASE KAK! LEPASIN GUE! ARGGHHH… SAKIT KAK! Hiks….” Kata erza menangis sambil mengerak-gerakkan badannya gelisah dan memegang rambutnya.
“Erza.. gak ada yang nyakitin elo za. Gak ada. lo Cuma mimpi.” Kata putra sambil menggerak-gerakkan tubuh erza yang matanya masih menutup rapat.
“ARGHH!!! SAKIT KAK! Jangan kak.. erza mohon!.” Kata erza semakin berteriak dan menangis kesakitan.
putra bingung bagaimana caranya supaya erza sadar. Berusaha membangunkan dengan mengguncang tubuh erza sambil mengelus tangan gadis itu yang gemetar dan dingin saking takutnya.
tiba-tiba erza langsung membuka matanya dan memeluk putra yang duduk disampingnya sambil menangis.
“gue gak berani tidur. Gue takut.” Kata erza bersembunyi dalam pelukan putra.
“elo mau gue temanin tidur?.” Tanya putra sambil menatap gadis itu dengan wajah sedih.
erza hanya menganggukkan wajahnya dan akhirnya, tertidur di pelukan putra sesekali meneteskan airmatanya.
melihat itu, putra langsung menidurkan erza kembali dan menghapus air mata erza lalu tidur dengan berbatasan guling yang sudah dia taruh di tengah mereka.
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
dipagi yang cerah, terjadi keributan di kamar erza…
“astaga! Gue kenapa?! Kenapa?!.” Teriak erza sambil menutup mulutnya dan menjauh karna dia tidur dalam posisi memeluk putra dan wajahnya mendekat ke pipi putra.
“gak usah sok histeris deh, elo itu semalaman meluk gue, liat aja tuh guling ampe kelempar ke bawah gara-gara lo. itu kan batas gue ama elo. Lo napsu kan ama gue?.” kata putra mengacak rambutnya dan duduk di samping erza sambil kedipkan matanya nakal.
“gue meluk lo? kalo bohong jangan kira-kira dong!.” Elak erza dengan wajah memerah.
‘wajah lo merah tuh. Beneran! Gue ampe gak bisa tidur gara-gara hembusan napas lo di telinga gue! bikin geli dan napsu.” Kata putra dengan mimic mesum
“lo itu ya! ughh! Keluar! Gue mau beresin tempat tidur!.” Kata erza sambil mendorong putra ke pinggir ranjang.
putra yang hampir jatuh karna dorongan erza, refleks memegang tangan erza yang sedang melipat selimut. dan akhirnya mereka jatuh terguling di karpet dengan berbungkus selimut tebal sehingga mereka kesusahan melepaskan diri.
“wah…posisi enak nih. udah deh kita kayak gini aja seharian. Gue pewe nih.” kata putra yang berada di atas tubuh erza.
“enak di elo sakit di gue! lepasin! Gue gak bisa napas!.” Kata erza sambil memukul dada putra yang bidang.
“yah….. jangan dong. Gue kan suka posisi kayak gini sayang.” Kata putra sambil menggerakkan tangannya dan mengelus rambut erza lalu mencium tengkuknya yang membuat gadis itu menggigit bibirnya.
“gue gak suka! lo kira tubuh lo gak berat apa? Gue bakal remuk!.” Kata erza sambil menepis tangan putra yang nangkring di atas kepalanya.
“lo kira tubuh lo gak berat apa za?! Lebih berat daripada badan gue!.” gerutu putra.
“apa kata lo deh. Ayolah put, lo jangan bikin gue emosi dong!.” Kata erza sambil berusaha melepaskan diri dari tubuh putra.
“iya…iya…” kata putra sambil memeluk tubuh erza dan berguling sekali lagi hingga akhirnya…
“nah.. begini kan enak. Lo gak akan ngeluh lagi karna badan lo remuk. Gue bisa mandang wajah cantik lo dari dekat serta hembusan napas lo.” kata putra yang sekarang posisinya di bawah erza.
Erza yang posisinya berada di dada putra, kaget dan berkata “lo jangan bikin gue mikir yang enggak-enggak deh!.” Lalu berusaha mengeluarkan dirinya dari selimut sialan itu.
ketika sukses keluar, erza langsung menarik selimut yang menutupi tubuh putra dan melipatnya dengan mencibir.
“bangun lo! gue mau mandi!.” Kata erza sambil menarik putra
“kita mandi bareng yuk.” Ajak putra dengan kedipkan matanya.
“mending gue ama kucing daripada sama elo!.” Kata erza ketus.
“anggap aja gue kucing kalo gitu. kan elo bilang, tingkah gue bikin elo mikir yang gimana gitu.” kata putra jahil
“iya! Bikin gue mikir posisi mana yang bagus buat  nonjok elo!.” Kata erza ketus sambil mengambil handuknya dan masuk dalam kamar mandi.

tiba-tiba…
putra masuk dalam kamar mandi erza dan menarik gadis itu ke dalam lalu menutup pintunya. Erza yang kaget dengan tingkah putra “elo ngapain disini?! Keluar!.” Teriak erza
“kan gue pengen mandi bareng sama elo. Bentar lagi gue bakal jadi suami elo.” Kata putra tersenyum mesum.
“gue yang gak pengen! Entar tubuh gue kudisan semua! Coba deh lo nanya ama gue,  Emang gue mau nikah sama elo?.” Kata erza sinis sambil membuka pintu kamar mandi dan mendorong putra keluar.
“tanpa gue tanya ama elo, pasti mau dong. Siapa sih yang gak terpesona sama ketampanan seorang gue?.” kata putra narsis dimuka pintu.
“gue gak terpesona!.” Dan BRUK! Pintu kamar mandi dibanting erza keras.
putra tertawa melihat tingkah erza yang mulai “normal”, tersenyum dan entah kenapa dia merasa malas mandi, akhirnya dia keluar dari kamar erza menuju kolam renang.

selesai mandi, erza keluar dengan perasaan segar dan berkaca di cermin. Lalu dia melihat memar bekas penganiyaan ferdi yang sudah diobati putra dan entah kenapa, dia teringat dengan perlakuan ferdi yang selalu memberinya bunga yang berujung petaka dan mimpi buruknya. Dan  dia teringat dengan putra, cowok yang selalu ada di sampingnya meski dia benci setengah mati, yang sudah hampir 4 bulan tidur serumah dengannya. “kadang gue mikir, ortu dia gak nyariin apa dia gimana tidur gimana bareng gue, bagaimana kabar dia dan sebagainya? Gue gak tau entah apa namanya, tapi gue gak bisa seperti dulu lagi, gue mati kutu berantem ma dia. biasanya mah gak ada kata ngalah sama dia dalam kamus hidup gue. dan entah kenapa, akhir-akhir ini, gue tenang di dekat dia.” kata erza dalam hati.
“mana putra ya? kok gak kedengaran? Bikin ulah apa lagi tuh anak?.” Kata erza sambil menyisir rambutnya perlahan.
lalu dia membuka pintu balkon untuk melihat pemandangan di bawah dan kaget dengan apa yang dilihatnya..

putra mengapung di kolam renang dengan mata terpejam.

melihat itu, erza langsung menjerit histeris sambil turun ke lantai dasar.
putra yang mendengar jeritan erza, membuka matanya dan tak melihat gadis itu, dia menutup matanya lagi untuk menikmati sinar matahari.

“putra! Astaga! Dia kenapa?!.” Teriak erza di pinggir kolam sambil menangis dan terduduk sambil menutup wajahnya.
putra yang mendengar jeritan erza, langsung membuka matanya dan kaget melihat gadis itu menangis di pinggir kolam sambil menutup wajahnya. Lalu dia berenang ke tepi dan duduk di sambil berkerut kening “lo kenapa za?.” Kata putra.
“jangan berenang seperti itu, gue takut lihatnya!.” Kata erza histeris dan sekilas, dia teringat apa yang dilakukan selvi padanya.
“gaya gue biasa aja za. Lo kenapa sih? ini hobi lo za. Lo rela trauma buat lo kayak gini? Buat lo ngelupain asyiknya berenang?.” Tanya putra sambil mengelus rambut erza.
“bagi lo biasa, tapi enggak bagi gue! lo gak tau rasanya gimana hampir dibunuh di tempat yang lo suka! lo akan selalu terbayang tentang itu put! Itu gue gak sanggup! Gue gak berhenti berenang put, hanya saja…” kata erza menggantung.
“hanya apa?.” Kata putra
“hanya saja, bukan saatnya gue berenang sekarang, entar saja. Kalo gue udah kuat. Udah bisa melupakan semuanya,. Elo akan liat itu.” Kata erza pergi meninggalkan putra.
“erza yang gue kenal dan gue suka adalah erza yang tegar, erza yang gak pernah kenal dengan kata trauma. Dan erza yang tangguh. Bukan kayak gini, elo pasrah ma keadaan za! Pasrah dengan waktu!.” Kata putra yang sukses membuat erza terdiam.
“berarti gue bukan erza yang elo suka kalo gitu.” kata erza menatap putra dalam dan masuk dalam ruangan.

putra terdiam menatap erza yang pergi meninggalkannya, lalu dia menggosok rambutnya yang basah dengan handuk “ gue gak bisa terima alasan elo za!.” Kata putra sambil berjalan menuju kamarnya.

Sesampai di kamarnya….
putra  yang selesai mandi, mendengar hpnya berbunyi dia melihat siapa yang nelpon, dan tersenyum “
hallo mama, was ist das?.” (halo mama, ada apa?) Kata putra tersenyum.
“hallo liebe. (halo sayang) kamu lagi ngapain?.” Kata mamanya putra di telpon.
gerade schwimmen.(baru saja selesai berenang) Mama nelpon pake kode singapura ya?.” tebak putra.
“hahahahah..kamu tau aja sayang. iya.. mama lagi di tempat tante meizsa. Oh iya.. erza bagaimana sayang? baik-baik saja kan?.” Tanya mama putra.
“baik kok ma. Mama mau ngobrol dengan dia?.” tanya putra.
“Enggak usah. Mama sore pulang kok kamu balik kerumah ya? gak lama kok. Cuma seminggu.” Kata mama putra.
“beneran mama bakal pulang?! Ada acara apa ma? Ok deh.” Kata putra senang.
“ada yang mau mama omongin soal hubungan kamu sama erza. Eh udah dulu sayang. sampai ketemu minggu depan. Bye.” Kata mama putra memutuskan telpon tanpa menjawab pertanyaan putra.

“semoga bukan hal yang buruk nyokap datang kesini.” Doa putra sambil merebahkan tubuhnya dan tertidur.

erza yang teringat ada pr fisika dan kimia setumpuk, menghela napas berat dan mulai mengerjakannya di ruang tamu.
“busyet dah ini pr atau alat penyiksaan terselubung?! Gue bego bener kalo masalah kayak gini!.” Gerutu erza sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“gue nanya sama siapa yah? Gue telpon arny deh. Dia kan jago soal kayak ginian.” Kata erza sambil mengambil ponselnya dan memencet nomornya
“hai arny, elo lagi dimana?.” Kata erza saat telponnya tersambung.
arny yang sedang di taman dengan rico, menatap rico “gue lagi sama kak rico sebenernya. Ada apa za?.” Kata arny malu-malu.
“hahahahahhahahahaa… akhirnya! Teman gue pedekate juga! Gue pengen belajar sama elo, tapi lo lagi sibuk. Yaudah deh.” Kata erza
“Enggak kok.. gue mau kok belajar sama elo. Bentar yah.” Kata arny
“enggak usah ny, gue gak enak.” Kata erza tak enak hati.
“beneran deh. Gue bakal kerumah elo. Bye.” Kata arny memutuskan telponnya.
“Dari siapa ny?.” Kata rico
“dari erza kak, dia pengen ajarin pr fisika. Hehehe gak papa kan kak kita kerumah erza?.” Kata arny memelas.
rico tak tega melihat wajah arny, menghela napas tak rela “pr fisika? Putra kan jago kalo masalah itung-menghitung gitu. yaudah deh. Gue juga mau ketemu putra.” Kata rico sambil menggandeng tangan arny menuju mobilnya.
“huah! Gagal lagi! gue kan pengen nembak arny! Bener-bener deh!.” Gerutu rico dalam hati.

sesudah menelpon arny, erza terdiam di balkon sambil menatap kolam renang yang seakan-akan memanggilnya untuk terjun ke bawah.
“gue gak yakin gue bisa lakuin apa yang gue lakuin dulu.  Tapi Gue akan coba put.” Kata erza

lamunan erza terputus ketika mendengar bunyi klakson mobil di halamannya, mendengar itu dia segera turun dan membuka pintu.

“haii arny… hai kak rico.. maaf yah ganggu acara kalian.” Kata erza cengengesan.
arny bingung melihat wajah erza yang memar. “Astaga erza! Wajah lo kenapa? Lo dianiaya siapa?.” Teriak arny kaget sambil memegang pipi erza dan membuat dia meringis.
“Sakit ny, jangan disentuh. Enggak apa-apa kok.” Kata erza tersenyum
“erza, gue temen elo. Lo cerita dong sama gue. atau lo gak mau cerita karna ada kak rico? Gue bisa ngusir dia kok kalo lo mau.” Kata arny tanpa mempedulikan wajah rico merengut.
erza yang melihat reaksi rico, tersenyum “enggak kok. Eum…. Gue bingung gimana ceritanya. Ceritanya kayak gini….” Kata erza sambil bercerita dan membuat mereka kaget, apalagi arny.
“What?! Kak ferdi ngelakuin kayak gitu ke elo?! Sumpah gak nyangka gue! terus kak putra nyelamatin elo dan nendang pintu?! Huaaa… keren!!! Gue pengen!.” Kata arny histeris.
“gila lo! yuk kita belajar. Eh kak rico, putra ada kok di kamar. Masuk aja.” kata erza sambil melirik rico.
“yaudah gue masuk ya. selamat belajar cewek-cewek cantik.” Kata rico dan masuk kamar putra.

arny yang tak tau apa-apa, bingung mendengar perkataan erza “kak putra, di kamar? Maksudnya?.” Tanya arny
“astaga! Gue lupa kalo mereka gak tau gue serumah dengan putra!.” Kata erza histeris dalam hati.
“eum… jadi begini ny, sorry deh, gue gak maksud nyembunyiin atau apa, tapi gue gimana ya..” kata erza sambil garuk-garuk kepala
“ngomong yang jelas dong mbak, gue kan penasaran.” Kata arny.
“gue dijodohin sama putra, terus putra disuruh tinggal oleh ortunya untuk menjaga gue disini.” Kata erza
“Astaga! Gue gak nyangka! Elo serumah dengan putra za? Enak bener! Gue pengen deh serumah, serumah dengan kak rico. Hahahaha.” Kata arny ngakak
“hush! Kita kerjain pr aja deh.” Kata erza sambil mengambil buku prnya dan belajar dengan arny.

Setelah semua pr selesai di kerjakan, mereka terkapar di ruang tamu. “gila nih pr nyiksa ny! Sumpah otak gue bakal meledak kayaknya!.” Kata erza rebahan sambil memijit kepalanya.
“gue juga! gila tuh ibu lutfi! Ngasih pr gak nanggung-nanggung!.” Kata arny.

“Wahh ric.. ada dua cewek terkapar tuh.” Kata putra turun dari tangga bareng rico.
“iya tuh. Mereka ngerjain pr ampe teler segitunya.” Kata rico geleng-geleng.

putra langsung mendekati erza dan arny yang sedang terkapar di lantai dan mengambil buku tugas mereka, lalu sambil mengerutkan keningnya “caranya salah binti ngawur nih. ini punya siapa sih? Oh punya lo za.. pantes salah semua.” Kata putra santai yang sukses membuat erza ngamuk.
“Salah semua maksud lo?! ngomong kira-kira dong! Gue pusing ngerjain nih soal!.” Kata erza ketus dan langsung melotot.
“memang salah kok. Tuh guru waktu ngetes lo lagi ngapain jadi lo bisa masuk ipa? Hancur begini masuk ipa. Malu gue punya calon bini ancur nilai fisika Ckckckc.” Kata putra sambil pura-pura menutup mukanya dengan buku erza.
“gue nyontek waktu test jurusan! Puas?! Udah kalo lo mau perbaikin, perbaikin aja sono. Gue tau lo kan jago fisika.  Ogah bener gue jadi calon bini lo!” Kata erza pergi ke dapur sambil mencibir.

kemudian, erza datang dengan membawa makanan ringan dan minuman. Lalu dia meletakkannya di meja. “nih makan dan minumnya. Gue letakin disini ya.” kata erza sambil melirik putra yang sedang memakai kacamatanya untuk memperbaiki jawaban fisika erza yang hancur total.
“putra cakep banget kalo pake kacamata! Kayak gimana gitu. keren di mata gue dan buat gue  jadi.. lo? lo? kok gue jadi muji dia sih?.” Kata erza dalam hati.
“makasih za. Lo tau aja temen lo kehausan.” Kata arny berdiri di samping rico.
“gue kesana dulu ya.” kata erza sambil mengambil minumannya dan menuju kolam renang.

ketika dia asyik berjalan di pinggir kolam, tiba-tiba dia terpeleset oleh genangan air yang basah dan akhirnya...
BYUR! Erza jatuh ke kolam dengan gelas terjatuh di pinggir kolam.
mendengar ada yang jatuh, arny langsung menoleh dan berteriak histeris ketika mengetahui siapa yang jatuh kemudian meloncat dari kolam tanpa menyadari bahwa dia sebenarnya parno air dan tak bisa berenang.
Erza yang trauma dengan kejadian di kolam renang, membuat dia teringat apa yang dilakukan selvi dan akhirnya lemas dalam kolam renang.
rico yang melihat arny nyemplung bebas, kaget karna dia tau gadis itu tidak bisa berenang, “astaga! Putra! Erza kecebur! Arny juga, sok nyemplung, berenang gak bisa!.” Kata rico yang langsung menjatuhkan dirinya ke kolam renang untuk menyelamatkan arny yang ikut-ikutan lemas. *makanya arny, lo kira itu kolam renang setinggi mata kaki apa jadi main nyemplung aja?.* *author jealous*
putra mendengar itu, langsung melempar kacamatanya ke sofa dan mencemplungkan diri ke kolam renang untuk menyelamatkan erza.

putra langsung memegang pinggang erza lalu membawanya ke tepi dan menidurkannya di lantai sambil menekan pelan perut gadis itu supaya air yang masuk, jadi keluar. Begitu pula yang dilakukan rico terhadap arny. Ketika kedua gadis itu terbatuk, mereka berdua menghela napas lega.
“astaga arny! Lo kenapa jadi main cebur aja ke kolam renang? Lo kan gak bisa berenang?! Gue panic tau!.” kata rico sambil memeluk arny erat.
“maaf kak, arny panic waktu melihat erza jatuh dan gak timbul, spontan langsung masuk kolam renang dan lupa kalo arny gak bisa berenang.” Kata arny kaget dengan respon rico.

erza yang baru sadar, melirik putra “sorry. Udah bikin lo panic.” kata erza pelan.
“enggak apa-apa kok. Itung-itung buat sport jantung.” Kata putra tersenyum.

“Ar…” kata rico melepas pelukannya dan menatap arny.
“iya kak? Ada apa?.” Kata arny membalas tatapan rico.
“gue harus ngomong! Gak boleh ada kata entar! Ini waktu yang tepat ric.” Kata rico dalam hati.
“Eum…. Ny, lo mau gak jadi cewek pertama yang gue pacarin dan menjadi yang kedua di hati gue setelah nyokap gue? gue sayang sama lo ny.” Kata rico sambil menatap arny penuh harap

erza dan putra saling berpandangan melihat “pernyataan” rico pada arny. Dan saling melempar senyum dan saling menatap yang seolah-olah mengartikan “akhirnya nembak juga.”

arny tak kalah kagetnya, melihat cowok yang dia sukai, ternyata memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya. Kemudian arny mengangguk “iya kak. Arny mau jadi cewek pertama kakak dan rela jadi cewek kedua di hati kakak setelah nyokap kakak.” Dan tersenyum manis.
mendengar itu, rico memeluk arny erat dan mencium kening gadis itu “makasih ny. Aku janji akan selalu ada untukmu.” Lalu mengecup pipi arny.

“Asekkk! Za… kayaknya ada yang baru jadian nih. kita kapan seperti mereka ya za?.” Kata putra “merusak” suasana romantic rico dan meletakkan tangannya di pundak erza.
“jangan ngarep lo bisa kayak mereka. Bukannya bahagia, malah menderita gue!.” kata erza ketus.
“gue gak akan pernah buat lo menderita di samping gue za, justru  lo akan selalu gue bahagiain. Lebih dari kebahagiaan yang lo dapatkan sekarang.” Kata putra sambil menatap erza.
“gombal!.” Kata erza sambil berdiri dan memalingkan wajahnya yang merona mendengar ucapan putra.

“Eh udah gelap sayang. pulang yuk.” Kata rico berdiri sambil mengulurkan tangannya ke arny.
“ayo kak.” Kata arny menyambut uluran tangan rico.

“put, erza. Kami pulang dulu ya. thanks yah udah sukarela pinjemin tempat buat nembak putri cantik ini.” Kata rico sambil melirik arny yang malu
“Sama-sama. Jangan lupa pajak jadian ya kak.” Kata erza jahil sambil mengantarkan mereka ke pintu rumah.
“tentu saja. Dah.” Kata rico sambil membukakan pintu mobil untuk arny kemudian masuk dalam mobilnya dan meninggalkan rumah erza.

Sepeninggal mereka, terdengar hp putra berbunyi, mendengar itu, dia langsung mengambil hpnya “halo ma, kenapa?.” Kata putra ketika tahu mamanya menelpon.
“kamu masih di rumah erza? Mama sudah ada dirumah. Sekalian undang dia makan malam di rumah kita ya.” pinta mamanya.
“beneran ma? Oke deh.” Kata putra senang dan menutup telponnya lalu menatap erza.

“za, nyokap gue ada di rumah, lo diundang makan malam tuh dirumah. Dandan yang cantik yah sayang.” kata putra mengecup kening erza lalu lari masuk kamar.
“nyokap putra ada disini? Ada apa lagi neh? terakhir ketemu, langsung dijodohin, jangan-jangan nyokap putra ngajak ketemu hari ini buat dinikahin ama tuh anak. Hiiyyy.. amit-amit jabang kubur deh!.” Kata erza sambil menutup pintu rumahnya dan masuk dalam kamar untuk bersiap-siap.

setelah selesai bersiap-siap, putra keluar dengan memakai pakaian kemeja berwarna coklat dan rambut dibikin spike. Lalu ketika hendak mengetok kamar erza, dia terpesona melihat gadis itu memakai dress selutut dengan lengan pendek berwarna krem dan sepatu wedges warna merah yang membuat kakinya tambah jenjang dengan rambut dia gulung dan menyisakan sedikit rambut di samping telinga kiri dan kanannya dan make up yang membuat memar di wajah erza tersamar. “ngapain lo disini?.” Kata erza ketika melihat putra berdiri di depan pintu.
“gue mau ngetok kamar elo, gak taunya elo dah keluar. Lo cantik banget za.” Puji putra.
entah kenapa, erza tersipu-sipu malu mendengarnya sambil mengucap syukur karna tak sia-sia dia membongkar lemari pakaian untuk acara ini dan dandan sesempurna mungkin. “apaan sih lo?! udah ayo berangkat.” Kata erza dengan wajah memerah sambil menuruni tangga.
putra pun menyusul erza di belakangnya sambil memainkan kunci mobilnya.

sepanjang perjalanan menuju rumah putra, mereka hanya saling diam dan tak ada yang memulai pembicaraan. Putra teringat dengan rencana mamanya “za, lo gak apa-apa kan gue tinggal?.” Kata putra sambil melirik erza.
“emang lo mau kemana?.” Tanya erza sambil menatap putra.
“gue mau tidur di rumah soalnya ada ortu gue. enggak lama kok za. Cuma seminggu doang.” Kata putra.
“beneran? Gak papa kok. Gue malah sujud syukur mendengar berita ini, sekalian aja sebulan lo dirumah put. gue gak bakal cariin elo.” Kata erza enteng.
“gaya bener lo ngomong! Gue jamin elo bakal kangen sama gue! kan selama ini gue yang buat rumah elo rame, gue yang mengisi hidup lo itu. Kalo kangen sms gue yah.” Kata putra sambil kedipkan matanya.
“gue malah kangen kapan gue bisa kayak dulu sebelum ketemu dan dijodohin sama elo! Elo bikin hidup gue udah ruwet, jadi tambah ruwet!.” Kata erza ketus.
“hahahaha.. liat aja siapa yang benar, elo atau gue. eh kalo nyokap gue nanya gimana gue di rumah elo, bilang yang baik aja yah. Awas kalo enggak!” kata putra sambil memasuki komplek perumahannya
“lo ngancem?! Gak ngaruh!.” Kata erza nantang.
mendengar itu, putra langsung mengerem mobilnya mendadak di sebuah lapangan  dan mendekati wajah erza yang pucat pasi “kalo lo bilang yang aneh-aneh soal gue, gue jamin lo gak akan selamat dari gue sayang.” lalu mengelus bibirnya erza dengan tangannya dan mengarahkan wajahnya mendekati leher erza kemudian menciumnya.
erza merasa geli, berusaha mendorong putra menjauh, tapi apa daya, kedua tangannya sekarang dipinggang putra yang otomatis membuat tubuhnya maju ke depan. Merasa tak ada cara lain, erza menghela napas “iya…iyaa! Gue akan bilang hal yang baik soal elo! Kalo perlu lo gue puji-puji ampe lo terbang ke langit terus gak balik lagi! udah dong put! gue geli!.” Kata erza ketika putra semakin bernapsu mencium leher belakangnya yang sekarang memeluk erat sehingga erza tak bisa bernapas normal.
“nah gitu dong. Bentar lagi. nanggung nih sayang.” Dan sebuah gigitan kecil dari putra di belakang leher erza membuat gadis itu menggigit bibirnya dan tanpa sadar dia meremas belakang kemeja putra.
setelah selesai “mengancam” gadis itu, putra melepas pelukannya dan mengecup kening erza lalu menjalankan mobilnya menuju rumahnya yang tinggal beberapa blok lagi.
sedangkan erza hanya mengelus bekas gigitan di belakang lehernya dengan wajah merona dan entah kenapa, jantungnya berdegup gak keruan dan ada sebuah perasaan aneh yang mulai masuk dalam hatinya yang membuat dia selalu melirik putra yang serius membawa mobilnya “astaga! Gue kenapa gugup gini? Kenapa gue wajah gue merah gini?! Seharusya gue marah ma dia! bukan lirik dia mulu! Udah erza! .” teriak erza dalam hati

setelah memasuki gerbang rumah putra, erza yang tak pernah menginjakkan kakinya ke rumah putra, entah kenapa dia merasa deg-degan “kok jadi gue yang dagdigdug gini yah? Semoga nyokap putra gak bilang yang bikin gue tambah ubanan deh!.” doa erza dalam hati. Kemudian dia keluar dari mobil putra dan berjalan berdampingan.

ketika masuk dalam rumah putra, erza tercengang betapa mewahnya interior rumah putra, mewah tapi tak norak. Kemudian dia melihat ibunya putra mengenakan gaun berwarna merah yang membuat erza iri dengan postur tubuh ibunya yang langsing kayak biola. “hai sayang. gimana kabarmu? Baik aja kan? Kamu cantik sekali malam ini.” Kata mamanya putra sambil mencium pipi kanan erza yang membuat gadis itu aga mengernyit kesakitan lalu memeluknya.
“baik aja kok tante. kabar tante gimana? Sehat aja kan? Tante juga cantik kok.” Kata erza tersenyum.
“tante sehat aja kok. Mana putra? Oh sini sayang.” kata mamanya sambil melirik anaknya lalu memeluk.
“putra kira mama udah lupa dengan anak mama yang ganteng satu ini.” Kata putra narsis sambil melirik erza yang hendak muntah mendengar omongannya.
“ya enggak lah. Ayo makan. Papah udah nunggu kalian tuh.” Kata mamanya putra sambil mengajak mereka menuju ruang makan.

sambil makan, erza lebih banyak diajak bicara oleh mamanya putra, mulai dari sekolah, pokoknya hal-hal berbau wanita. Sedangkan putra asyik berdebat dengan ayahnya tentang hal-hal berbau pria, dan bertanya soal erza menggunakan bahasa jerman yang dimengerti ibunya, tapi membuat erza serasa di planet lain.

“Erza, bagaimana putra selama 4 bulan dirumah kamu? Dia gak ganggu kan?.” Kata mamanya putra yang sukses membuat putra tersedak.
“eum… gimana ya.. aduh!.” Kata erza sambil melirik sinis ketika kakinya ditendang putra.
“kamu kenapa sayang? putra! Kamu ngapain erza?.” Kata mamanya sambil melirik erza dengan tatapan cemas lalu menatap galak putra yang cengengesan.
“Enggak kok ma. Tadi gak sengaja ketendang kakinya erza.” Kata putra sambil melirik erza yang manyun.
“boong bener lu! Coba aja nyokap lo gak di depan gue, gue pites kepala lo ampe gundul!.” Sungut erza dalam hati.
“baik aja kok tante, dia selalu nolong erza kok. Gak bikin erza susah.” Kata erza susah payah mengucapkan.
“maaf tante, erza boong. Tapi daripada erza gak selamat dari anak tante, mending begini deh.” Bela erza dalam hati.
“bener?.” Kata mamanya putra sambil menatap mata erza seolah mencari pembenaran.
“beneran tante. suer deh.” Kata erza tak berkedip.
“yaudah tante percaya kok.” Kata mamanya putra sambil melirik anaknya yang masih asyik berdebat dengan ayahnya.

tak terasa waktu sekarang sudah jam 10 malam, erza yang sudah mengantuk tidak merespon lagi apa yang diomongkan mama putra. Melihat itu, putra menyenggol tangan erza pelan “wah jam 10 malam ternyata. Ma.. putra antar erza dulu ya? kasian dia sudah mengantuk.” Kata putra sambil memegang tangan erza.
“astaga! Iya kamu antarin deh sayang. maaf ya za, saking asyiknya ngobrol sama kamu, tante lupa besok kalian sekolah. Habis selama ini tante gak ada teman diskusi masalah cewek. tante gak mungkin diskusi sama putra kan?.” Kata mamanya putra sambil melirik anaknya yang senyam-senyum tak jelas.
“enggak apa-apa kok tante. erza senang bisa menjadi teman ngobrol tante. erza pulang dulu ya.” kata erza sambil mencium pipi kiri mama putra lalu dibalas dengan pelukan.
“iya sayang. tante senang banget kalian akur begini. jadi gak sak sabar pengen gendong cucu dan ngobrol sama kamu sepuasnya. Iya kan pah?.” Kata mamanya putra sambil menatap suaminya manja.
mendengar ucapan mamanya putra, wajah erza langsung memerah dan melirik putra sinis yang tatapannya sudah mulai mesum.
“Erza pulang ya om.” Kata erza sambil mencium tangan ayahnya putra.
ayahnya putra tersenyum “hati-hati ya erza. Kamu cantik sekali. Om sangat senang kalo kamu bisa menjadi bagian dari keluarga kami. Iya kan ma?.” Kata ayahnya putra yang disambut anggukan oleh mamanya putra.
“putra pergi dulu. Bye ma. Pah.” Kata putra sambil menarik gadis itu keluar sebelum pingsan saking ngantuknya.

kedua orang tua putra saling menatap ketika melihat erza masuk dalam mobil putra dan putra menjalankan mobilnya “bagaimana menurut mama, apakah sudah saatnya?.” Kata ayahnya putra
“iya. Aku sudah jatuh hati dengan erza. aku tak sabar pengen gendong cucu dan dipanggil nenek oleh mereka.” Kata mamanya putra manja.
“bilang aja kamu pengen punya anak kecil lagi. iya kan sayang? .” Kata ayahnya putra sambil kedipkan matanya lalu menggendong istrinya yang berteriak manja masuk dalam rumah dan menutup pintu dengan kakinya. *ayah dan anak sama genitnya -,-“ *

sesampai di mobil, erza yang sangat mengantuk, langsung tertidur dimobil putra. Putra melihat itu, Cuma tersenyum sambil mengelus pipinya erza yang merah “elo sukses merebut kedua hati orang tua gue za. Sukses membuat gue tak bisa berpaling dari elo, tapi kenapa gue gak bisa membuat tatapan mata elo hanya untuk gue?.” kata putra dalam hati.

sesampai di depan rumah erza, putra menggerakkan erza yang tertidur pulas. Merasa tak member respon, dia keluar lalu membuka pintu mobil erza dengan hati-hati dan menggendong gadis itu hingga kekamarnya.

sampai di kamar, dia meletakkan erza di ranjang kemudian melepas sepatu wedgesnya dan meletakkannya di lantai lalu menyelimuti gadis itu dan mencium keningnya lalu menutup pintu kamar dengan pelan agar dia tak terbangun

setelah selesai, dia ngomong dengan mpok surti yang sengaja dia suruh nginap untuk menjaga erza selagi dia tak ada dirumah “mpok. Gak apa-apa kan jagain erza? Saya khawatir kalo dia kenapa-napa dan gak ada yang nolongin. Kalo ada apa-apa  dengan erza, telpon aja saya mpok.” Kata putra sambil memberikan nomor hpnya.
“siap den putra. Pokoknya mbak erza akan mpok jaga ampe den nginep disini lagi.” kata mpok surti tersenyum.
“makasih mpok. Saya pulang dulu. Hati-hati mpok.” Kata putra keluar dari rumah erza dan langsung melaju mengendarai mobilnya.

sesampai dirumah, putra merasa lelah, langsung masuk ke kamarnya dan dia merasa ada yang hilang. Mengetahui hal itu, dia mengambil foto erza yang tersimpan di lacinya dan mengelus foto itu “ baru gue tinggal beberapa menit, gue udah kangen berat sama elo. Gimana kalo seminggu ya?.” kata putra sambil mendekap foto erza dan tidur.

erza terbangun ketika mendengar petir, sontak terbangun dan wajahnya langsung ketakutan. Sambil memeluk guling, dia kaget ketika lampu mulai mati dan akhirnya..
“arghhhh! Lampunya mati..huhuhuuuuu… tolong… gue takut.” Kata erza menangis sambil menutup telinganya.
mpok surti yang kecapekan, tidak mendengar teriakan ketakutan erza. Dia malah tidur pulas.
“huhuuu…putra lo dimana? Loh..loh kok gue malah manggil dia sih?.” Kata erza sambil menepuk keningnya.
setelah petir tak terdengar lagi, dia membuka laci dan ada sentar. Dengan penuh syukur dia menyalakannya dan kaget ketika sentar itu dililit oleh kertas. Ketika dia membuka lilitan kertas itu, ada tulisan buat elo, agar tidak takut lagi dengan gelap. By calon suami elo yang paling ganteng, putra.
“ngarep bener jadi calon suami gue!.” kata erza sinis, tapi entah kenapa, membuat dia tersenyum, dia memainkan sentar yang ada di tangannya dan mencoba untuk tidur kembali.

pagi harinya…
erza yang sudah selesai berpakaian dan makan pagi, dia naik ke atas untuk mengambil tasnya. Sambil bersinandung, dia melewati kamar putra. Penasaran, dia masuk ke kamar dan merasakan ada sebuah perasaan dia ingin bertemu putra lagi. “astaga! Kenapa gue jadi kangen gini ama sengak?! Ingat za, lo benci ma dia! jangan biarkan dia membuat lo jatuh cinta.” Tekad erza dalam hati.
kemudian dia keluar dari kamar putra dan berlari sambil mengambil kunci mobil  dan langsung menjalankan mobilnya menuju sekolah.

 sesampai sekolah…
Erza langsung memarkir mobilnya entah di samping siapa, dia buru-buru karna sudah telat dan langsung masuk kelas tanpa menyadari ada sebuah tatapan penuh napsu dari balik tiang.

seharian sekolah, berkutat dengan buku pelajaran dan hari yang sangat panas mengalahkan sauna, akhirnya berbunyi juga bel sekolah. Erza yang setengah hari berkutat di ruang OSIS asyik mengetik hasil rapat tahunan di computer sebagai tugasnya menjadi sekretaris osis. Meregangkan ototnya sambil melirik putra yang asyik berdebat dengan rico.
“putra kalo diliat cakep juga.apalagi tatapan matanya itu looo…. Gak nahan!  Gue penasaran, dia pernah pacaran gak yah? Kalo diingat-ingat, dia itu baik sama gue, perhatian malah. Pokoknya idaman semua cewek deh! Tunggu dulu! Kok lo jadi muji dia za?! Sadar woy!.” Teriak erza dalam hati.
putra yang merasa tatapan erza tertuju padanya, tersenyum sambil mendekati gadis itu “kenapa za ngelamun? Terpesona sama gue?.” goda putra sambil mengelus pipi erza.
“apaan sih lo elas-elus?! Pede bener mas!.” Kata erza kaget karna putra ada di hadapannya dan buru-buru keluar dari ruang rapat dengan wajah merona.
“shit! Kenapa sih gue gak sadar kalo dia udah di depan gue?! gue benci ngakuinnya, tapi gue merasa… arghhh!! Gak mungkin!.” Teriak erza frustasi dalam hati.
putra yang bingung melihat tingkah erza, Cuma memandang gadis itu yang sedang memukul kepalanya dengan tangannya. Tersenyum, dia masuk ke ruang rapat untuk “tegang urat” dengan rico.

erza akhirnya tiba di ruang kelas sendiri, semua temannya sudah pada pulang, kecuali anggota osis. Termasuk dirinya. Merasa kecapaian. Dia duduk di kursinya sambil membereskan buku-buku yang tersimpan di laci.

ketika asyik membereskan buku-buku sambil bersinandung, erza tak sadar seseorang yang menjadi mimpi buruknya, menjadi petaka, manusia yang sudah masuk menjadi black list dalam hidupnya sekarang ada di kelasnya dengan tatapan penuh nafsu.

Ferdinand.

“hai za.” Kata ferdi ramah yang sukses membuat gadis itu terdiam lama dan membalikkan badannya dengan wajah pucat pasi.
“ngapain kaka disini?! Kaka mau apain erza?!.” Kata erza sambil berdiri dan berjalan mundur dengan wajah panic karna ferdi sedang berjalan mendekatinya.
“gue Cuma mau nyapa doang kok. sekalian mau melanjutkan yang kemarin itu.” Kata ferdi dengan senyum liciknya.
mendengar kata terakhir itu, erza langsung panic dan lari menuju pintu kelas. Tetapi terlambat, karna ferdi menarik tangannya kasar dari belakang dan mendorongnya ke dinding sehingga belakang kepala erza terbentur.
melihat gadis itu kesakitan, dia tersenyum licik dan mendekatkan tubuhnya ke tubuh erza dan meletakkan tangan kirinya di sebelah kiri erza, dan tangan kanannya mengelus wajah erza yang halus. “kak! Erza salah apa dengan kakak jadi diperlakukan kayak gini?!.” Kata erza histeris dan kaget karna kedua tangannya “Disandera” ferdi lalu diletakkannya ke dinding, “ karna lo cantik dan gue suka sama elo. Tapi gue gak nyesal kok suka sama cewek secantik elo.” Kata ferdi sambil mendekatkan wajahnya ke wajah erza.
merasa tak terima, erza menendang lutut ferdi dengan keras seperti yang dia lakukan kepada putra apabila “penyakit” tukang maksanya kambuh.dan memukul pundak ferdi dengan siku kirinya sehingga dia terjatuh.
Melihat ferdi kesakitan, erza langsung lari keluar kelas sambil berteriak histeris.

putra yang sedang menuju parkiran mobil, mendengar erza teriak menuruni tangga. “lo kenapa sayang? tarik napas dalam-dalam, lalu keluarkan perlahan. Tenang sayang.” kata putra sambil menenangkan erza yang selalu menoleh ke belakang.
“Erza! Lo harus merasakan akibatnya karna udah mukul gue!.” teriak ferdi marah yang sukses membuat erza ingin lari.
putra yang tau siapa yang membuat erza ketakutan setengah mati, langsung berdiri di depan gadis itu sebagai tameng dan tangan kirinya menggenggam tangan erza. “lo tenang. Selama gue di depan elo, lo aman. Gak ada yang bisa sakitin lo za.” Kata putra sambil mengelus tangan erza yang keringat dingin.

ferdi yang melihat erza bersembunyi di belakang putra, langsung menatap tajam kea rah gadis itu.
“wah ketemu lagi fer.… ada apa nyari calon bini gue? bonyok lo kurang yah? Minta ditambahin lagi?.” kata putra tenang seolah-olah sedang menawarkan minum.
“gue ada urusan sama erza! Dan gak ada urusannya sama elo!.” Kata ferdi.
“Wah sayangnya, apa yang menjadi urusan erza, secara langsung juga akan menjadi urusan gue, apalagi kalo menyangkut elo! Sampai kapan urusan ini selesai fer? Sampai kapan lo neror cewek gue?!.” kata putra tenang  dengan tatapan tajam.
“Sampai gue bisa dapetin erza dan lo gak bisa nolong dia!.” kata ferdi puas.
“gue gak akan biarin itu terjadi, jadi silahkan aja mimpi untuk dapatin dia!.” kata putra telak.
“lo boleh ngomong sok paklawan sekarang, tapi liat entar! Lo gak akan bisa selamatkan erza!.” Kata ferdi sambil melirik erza yang sembunyi di belakang tubuh putra dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan pandangan nafsu.
melihat tatapan ferdi, tangan erza langsung gemetar saking takutnya dan putra menenangkan gadis itu dengan cara mengelus tangan erza dengan lembut.
“tenang za. Gue gak akan biarin dia sakitin elo lagi.” kata putra pelan lalu menarik gadis itu menuju parkir mobil meninggalkan ferdi.

sesampai di parkir mobil…..
“beneran lo mau pulang sendiri?.” Kata putra cemas.
“iya… gue gak apa-apa kok. Makasih ya put.” kata erza tersenyum.
“za…” kata putra ketika melihat erza masuk dalam mobil.
“iya put?.” kata erza membuka jendela mobilnya.
“hati-hati ya. entar malam gue jemput. Gue pengen ajak lo makan.” Kata putra tersenyum lalu mengecup kening erza dan berjalan menuju mobilnya.
melihat itu, erza mengelus kening yang dikecup putra dan menjalankan mobilnya dengan tersenyum malu.

sesampai dirumah…
Erza naik ke lantai dua, dan entah kenapa dia ingin memasuki kamar putra lagi. lalu dia membuka pintu kamar putra dan duduk di sisi ranjang. Lalu dia teringat semua tingkah putra di kamar ini. Entah kenapa, membuat erza kangen dan matanya langsung melirik ke laci putra. Penasaran, dia membuka laci itu dan kaget melihat banyak foto dia dengan berbagai ekspresi. Kemudian, di belakang foto itu ada tulisan putra yang rapi. gue ingin melihat senyuman itu za, tapi hanya untuk gue. bukan milik orang lain.
lalu dia melihat foto pada saat selesai pementasan drama putri tidur, dia berdiri di samping putra yang merangkul pundaknya dan menatap dia, sedangkan erza melirik ke arah lain dengan wajah mencibir. Lo tau kenapa gue suka bikin lo mencibir? Karna itu diri lo, lo beda ama cewek lain za. Mereka selalu aja senyum ampe wajah pegel meski mereka gak suka dengan tingkah gue. kalo elo enggak. lo tunjukkin apa yang gak lo suka.itu yang buat lo berbeda. Dan gue suka itu.” Begitu isi tulisan di belakang foto.
erza tersenyum melihat tulisan itu. Entah kenapa, ada sebuah perasaan halus yang membuat pandangan buruk dia selama ini tentang putra berubah total. Membuat dia bisa menerima semua “kegilaan” putra. “mungkin gue harus kasih kesempatan buat elo untuk buktiin lo sayang sama gue.” kata erza lalu dia memasukkan foto ke laci putra dan menutup kembali pintu itu dan masuk dalam kamarnya untuk mandi.

Selesai mandi, erza mendengar hpnya berbunyi, yang biasanya dia mencibir setengah mati ketika melihat siapa yang nelpon, entah kenapa, kali ini dia tersenyum dan ada sedikit perasaan rindu mendesir di hatinya.
“halo... kenapa put?.” kata erza.
“kok gue gugup begini ya? santai za… yang nelpon Cuma putra, bukan malaikat maut.” Kata erza dalam hati.
“lo lagi ngapain?.” Kata putra basa-basi.
“gue baru aja selesai mandi. Kenapa?.” Kata erza bingung
“wah selesai mandi ya… eum.. gue telat dong. Padahal kan gue pengen mandi bareng lo.” kata putra “kumat” mesumnya.
“lo kalo nelpon gue Cuma untuk bikin gue ubanan dini, mending gue putusin nih telpon!.” Ancam erza sewot
“hahahaha… duilee segitunya… gue udah di depan rumah lo nih. pake sepeda aja ya. kan gue mau ajak lo jalan.” Kata putra.
“what?! Bentar yah.. tunggu seabad lagi. gue bakal keluar kok. Itupun kalo lo masih hidup.”  Kata erza sambil memutuskan telponnya.
kemudian erza melirik putra lewat jendela kamarnya dan tertawa melihat putra mencibir sambil memandang ponselnya.

kemudian erza keluar dari kamarnya dengan memakai celana hot pants dengan baju kaos tanpa lengan warna coklat serta rambut dia ikat ke atas dan sepatu kets dan berjalan menuju bagasi rumah.

“udah lama? Emangnya kita kemana sih?.” Kata erza keluar dari rumahnya dengan membawa sepeda pixienya.
“makan dong. Sekalian keliling bandung dengan sepeda. Lo gak suka?.” kata putra santai dengan memakai celana jins selutut dan baju kaos berwarna hijau serta sepatu kets  sambil tersenyum.
“suka dong! Ayokk.” Kata erza semangat 45’

Sepanjang perjalanan, mereka saling mengejek dan tertawa tanpa mempedulikan beberapa cewek melirik putra dengan tatapan kagum dan para cowok yang melirik erza dengan tatapan pengen kenalan. Hingga tiba di depan jalan dago. “lo suka makan sate?.” Kata putra sambil menunjuk warung sate di seberang jalan.
“suka banget! Gue mau makan sate.” Kata erza tersenyum.
putra mengacak rambut erza dengan gemas lalu mencium pipi gadis itu “ yasudah kita makan sate aja.” kata putra tanpa menyadari bahwa tingkahnya tadi membuat erza gugup.
erza Cuma mengangguk dan bersepeda di belakang putra.

sesampai di warung sate. Mereka duduk dan putra memesan sate kepada penjualnya.
lalu mereka saling mengobrol dan sesekali putra mengacak rambut erza yang membuat gadis itu merengut.
“lo itu kenapa sih acak rambut gue mulu?!.” Kata erza sambil melepas ikatan rambutnya lalu mengikatnya kembali.
“gue gak nyangka aja lo suka makan di pinggir jalan. Kan cewek pasti minta makan di restoran atau di tempat yang keren kalo jalan sama pacarnya. Apalagi sama cowok tajir macam gue.” kata putra yang membuat erza mencibir.
“itu kan mereka. Bukan gue. gue sih selama gue suka sama makanan itu, dan gue enjoy sama orang yang ajak gue makan. Gue ayoin aja. masalah tempat di pinggir jalan atau enggak itu nomor terakhir. Yang penting harus bersih. Nah tuh satenya datang.” Kata erza sambil tersenyum kepada penjual satenya sebagai ungkapan terima kasih lalu mendorongnya ke depan putra.
“yaudah. Kita makan yuk.” Kata putra.
“gue semakin suka sama lo za. Lo bukan cewek yang lihat cowok dari hartanya. Tapi dari bagaimana cowok itu memperlakukan lo.” kata putra dalam hati.
erza tersenyum lalu makan

Setelah selesai, erza memesan sate untuk dibungkus.“lo masih lapar za?.” Tanya putra.
“Enggak. ini buat mpok surti dirumah. Tadi gue suruh gak usah masak. Masa gue makan enak diluar, mpok surti makan makanan rumah? Kan gak enak. Gak apa-apa kan?.” Kata erza tersenyum.
“gak apa-apa kok. Gue malah suka lo peduli dengan orang yang jaga lo. berarti lo gak lupain orang yang disekitar lo.” kata putra.

setelah selesai dengan pesanannya, erza hendak membayar, tapi dilarang putra “biar gue yang bayar.” Kata putra sambil mengeluarkan uang di dompetnya. Dan mereka bersepeda kembali.

sesampai dirumah erza,
“gak masuk put?.” kata erza.
“enggak. lo masuk deh. Kasihan mpok surti nungguin makanan lo. ntar pingsan lagi.” kata putra.
“yasudah. Makasih ya udah traktir gue dan satenya. Hati-hati.” Kata erza tersenyum lalu masuk dalam rumah.
putra yang melihat itu, tersenyum lalu pulang menuju rumahnya.
erza yang melihat putra pergi lewat jendela kamarnya, ada perasaan kehilangan. Tapi dia berusaha menepisnya dan pergi tidur.
           
                   ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

selama 5 hari putra tidak tinggal di rumah erza, gadis itu merasa ada yang hilang dalam hidupnya dan selalu ingin bertemu dengan putra. Memang dia bisa ketemu putra di sekolah dan rapat OSIS. Tapi beda rasanya dengan ketemu di sekolah dan ketemu dirumah, 24 jam ketemu mulai dari bangun tidur ampe tidur kembali.  Merasa tak bisa memendam, dia menceritakannya dengan Arny yang sekarang pacaran dengan rico dan dinda yang baru saja jadian dengan sahabatnya, Nathan pada saat siap-siap mau olahraga dilapangan.

“ny… gimana rasanya pacaran dengan kak rico?.” Kata erza yang membuat arny sedang ngobrol dengan dinda kaget.
“kok lo nanya gitu?.” selidik arny.
“enggak aja sih. Gue merasa gimana gitu sekarang dengan putra. Pengen dekat dengan dia terus. Gue selalu kangen sama dia. tapi gue malu.” Kata erza tertawa
“wah… teman gue ada yang lagi jatuh cinta sama musuhnya sendiri.” Kata dinda nyengir.
“ Sama kayak gue
tuh, selalu kangen dengan kak rico. Pengen dekat dia mulu. Ampe kalo diajak kawin ama dia hari ini pun, gue bakal iyain. Hahhaha.. gila kan?.” Kata arny tertawa.
“hahahaha… jatuh cinta? Gak mungkin deh kayaknya. Eh gurunya udah datang tuh. Yuk turun.” Kata erza sambil keluar dari kelasnya bareng arny dan dinda


sesampai dilapangan olahraga, erza melihat putra sedang bermain basket yang sukses membuat gadis itu terpesona “udah dua taun gue sekolah disini, kok gue baru sadar kalo dia itu keren pada saat main basket yah? Lemparannya itu lo… tepat sasaran terus!.” Puji erza dalam hati
“ngelamun mulu! Giliran lo tuh.” Kata dinda selesai bermain voly sambil menyenggol erza.
tiba-tiba, erza melihat putra didekatin oleh Katherine, anak baru sekelas dengan putra yang menjadi primadona sekolah karna berwajah blasteran jerman- belanda sama seperti putra dan mempunyai wajah yang agak mirip sehingga banyak yang bilang mereka jodoh. Dia merasa marah, tak rela, pengen jambak rambut tuh cewek ketika melihat gadis memberikan botol minuman kepada putra serta handuk kecil untuk menyeka keringatnya. Yang semakin erza panas, putra berbisik sesuatu ke telinga Katherine yang membuat gadis itu memukul lengan putra dan tertawa.

erza pun main voly dengan pikiran kacau, beberapa pukulan sering meleset dan pada saat dia melompat, dia melihat putra menggandeng tangan Katherine dan membuat gadis itu hilang keseimbangan dan akhirnya jatuh dengan kaki kanannya terlipat.
“ADUH!.” Teriak erza yang membuat dia langsung dikerubungi teman-temannya.
putra yang mendengar erza berteriak, langsung berkata sesuatu kepada Katherine dan gadis itu mengangguk lalu pergi meninggalkan putra.
“lo kenapa za?.” Kata putra sambil mencoba memapah erza.
“lepasin tangan lo dari gue! gue gak sudi!.” Kata erza dengan mata berkaca-kaca menahan sakit dan marah sambil berusaha berdiri dibantu oleh dinda dan arny.
“lo kenapa sih? Marah-marah gak jelas.” Kata putra bingung sambil berusaha memegang erza tapi ditatap gadis itu dengan marah.
“gue bilang gak usah bantu! urusin tuh cewek lo sana!.” Kata erza yang sekarang berdiri dipegang oleh dinda dan arny.
“cewek gue yang mana? Jangan-jangan…” kata putra berbicara sendiri dan sadar dengan dimaksud erza, dia tersenyum sambil menahan tawa.
“cemburu toh ternyata. Masa gue dibilang pacaran ama sepupu sendiri? Eh tapi dia kan gak tau gue sepupuan ama Kathy dan tuh cewek pacarnya restu! Haduh!!” Kata putra dalam hati.
ketika melihat erza pergi meninggalkannya dengan jalan tertatih-tatih diiringi dinda dan arny. Dia langsung mendekati erza dan menggendong gadis itu melewati lapangan basket yang disambut siulan dari teman-temannya.
“Ciee…yang pasangan pengantin baru!.” Goda temannya yang lain.
“duileee..mesranya.. mau dong gue digendong sama  lo put” kata restu yang sukses dijitak rico.
“dasar homo!.” Sungut rico.
“huaa..erza! enak bener lo digendong putra! Gue mauuu!!!.” Teriak cewek yang lain dari lantai 2.
Katherine yang melihat kejadian itu, tersenyum sambil berbisik dengan restu, pacarnya “yang digendong putra itu siapa sayang? cantik banget.” Puji Katherine
“Dia calon ipar kamu. Namanya erza.” Jelas restu yang didukung oleh anggukan rico.
“oh…. Jadi itu yang dimaksud tante Jenni kalo aku bakal satu sekolah dengan tunangannya putra. Cantik banget.” Kata Katherine mangut-mangut.
“tapi masih cantikan kamu kok sayang.” kata restu sambil mencolek pipi Katherine yang membuat gadis itu tersipu malu dan membuat rico langsung mencari arny untuk pacaran.

erza yang malu diteriakkin penghuni sekolah, langsung memukul tubuh putra “turunin gue! lo gak dengar apa semua anak disini neriakkin kita?! Cari muka lo.” kata erza ketus sambil terus memukul putra.
putra tersenyum puas tanpa membalas perkataan erza. Ketika sampai di ruang UKS, dia menuruni gadis itu di ranjang kemudian duduk di sampingnya.
“gue disebelah kanan lo za. Liat gue dong. Lo cemburu ama gue?” Kata putra sambil mengarahkan wajah erza yang menatap dinding.
“ gue cemburu sama elo?! Huakakakakaka.. pede!.” Kata erza ketus.
“iya! Gue cemburu sama cewek yang bernama Katherine itu! Puas lo?!.” teriak erza dalam hati.
“beneran? Kok gue ngerasa lo cemburu gue dekatin Katherine yah?.” Pancing putra.
“lo itu over pede makanya bilang gue cemburu sama elo! Jangankan ma Katherine, lo dekatin banci kaleng aja gue gak akan cemburu!.” Kata erza.
“yaiyalah lo gak cemburu kalo gue dekatin banci kaleng! Kalo gue nembak Katherine, lo ijinin gak?.” Kata putra yang sukses membuat erza panas.
“yaudah tembak aja! lo kira gue bakal ngelarang gitu? sorry, dorry morry aja deh. Gak ngaruh!.” Kata erza sambil berusaha turun dari ranjang tapi di tahan putra.
“mau kemana?.” Kata putra sambil memegang tangan erza tapi ditepisnya.
“gue mau kemana bukan urusan elo kan? Gue doain aja deh moga lo beneran jodoh  sama  kak Katherine ampe kakek-nenek!.” Kata erza ketus sambil berjalan tertatih menuju kelas.

Sesampai dikelas..
“lo mau kemana za?.” Tanya dinda cemas melihat teman sebangkunya berjalan pincang.
“mau pulang kerumah. Minta pijitin nih kaki ama mpok surti.” Kata erza sambil mengambil tasnya..

tiba-tiba..
putra langsung masuk ke kelas erza “gue antar lo pulang. Mana kunci mobil lo?.” kata putra.
“gue bisa pulang sendiri! Pergi lo sana!.” Usir erza.
“pulang dengan kaki terkilir gitu? lo mau mati konyol hah?! Udah turutin gue sekali aja kenapa sih?!.” Kata putra jengkel
“mending gue mati konyol daripada lo bawa mobil gue! gak sudi!.” kata erza ketus sambil menabrak badan putra,
“dia kenapa sih arn? Lagi datang bulan ya?.” tanya putra pada arny yang juga kena
tabrak” erza.
“enggak tau kak. Tadi dia liat kaka sama kak Katherine, mungkin dia marah.” Kata arny yang langsung dipelototi dinda.
merasa ada rahasia besar antara mereka, putra nyengir “gue boleh tau kenapa dia marah gue dekat sama Katherine?.” Tanya putra sambil menatap arny.
“Eum….. gimana yah…” kata arny garuk kepala sambil lirik dinda yang langsung pura-pura beres buku.
“bantuin gue kunyuk! Jangan asyik sendiri lo!.” Omel arny dalam hati.
“mending kakak nanya sendiri sama erza deh. Takutnya kalo besok arny gak hidup lagi gara-gara erza ngamuk tentang rahasia dia.” Kata arny pasang muka polos.
putra tersenyum mendengar jawaban arny. Lalu dia keluar dari kelas erza langsung menuju parkiran mobil untuk pulang kerumah.

Sesampai dirumah….
“putra.. coba kesini. Mama mau ngomong.” Kata mama putra di kamar.
“Ada apa ma?.” Tanya putra.
“mama mau tanya soal hubungan kamu sama erza, kamu serius gak jalanin hubungan ini?.” Tanya mamanya serius.
“putra serius ma jalaninnya. Putra dari dulu suka sama erza, bukan karna dia cantik ma, tapi karna sikapnya yang baik dan dia apa adanya. 4 bulan serumah sama erza, sudah cukup bagi putra untuk tau lebih dalam tentang dia.” kata putra tersenyum
puas dengan jawaban anaknya, dia mengeluarkan sebuah kotak kecil bergambar bunga tulip berwarna putih dan ketika dibuka, adalah sepasang cincin polos berwarna emas putih sepasang dan sebuah cincin berwarna biru malam, warna kesukaan erza. “kalau kamu yakin dengan pilihan kamu, beri cincin ini kepada erza sebagai tanda kalau kamu ingin mengikat dia dalam hubungan yang lebih serius dari ini. Ini cincin tunangan mama dari papah kamu. Ini cincin turun-temurun dari keluarga ayah kamu sayang. jadi artinya sacral banget dan tidak main-main. dan ini cincin pemberian nenek kamu, dia suka sama erza dan bilang kalo gadis itu pantas memakai cincin pemberian dia.  Kamu ngerti?.” Kata mamanya putra sambil menatap mata anaknya,
“putra yakin bahwa erza terbaik untuk putra. Kecantikan dia hanyalah bonus yang terindah ma. Putra akan memberikan cincin ini kepada erza. Makasih ma udah dukung putra.” Kata putra sambil memeluk mamanya.
“iya sayang. sekarang mama berangkat dulu dengan papah ke singapura. Besok malam baru ke jerman. Mama mau nemuin tante meizsa. Hati-hati sayang.” kata mamanya sambil mengecup kening anaknya dan keluar dari kamar.

Sepeninggal mamanya, putra membuka kotak cincin itu dan tersenyum “gue yakin akan pilihan gue. cincin ini cocok buat lo za.” Kata putra.

setelah itu, dia keluar dari kamar mamanya, untuk kerumah erza. Mengutarakan isi hatinya.

hari sudah malam ketika erza baru saja santai di gazebo taman belakang setelah 2 jam teriak kesakitan karna kakinya dipijit mpok surti yang ahli dalam masalah pijit memijit dan hasilnya, jalannya sudah tak pincang lagi.
sepeninggal mpok surti, dia duduk sambil memainkan gitar dan entah kenapa, dia jadi teringat putra, cowok yang sukses membuat dia tak bisa tidur, sukses membuat dia selalu membutuhkannya dan ada disampingnya ketika dia butuh.
“apa ini yang namanya jatuh cinta? Gue merasa sehari pun takkan habis untuk mengingat putra. Kalo bukan, kenapa gue cemburu melihat dia bareng kak Katherine? Biasanya kan dia dekat sama siapa aja, gue gak pernah peduli.” Kata erza dalam hati.
merasa bimbang, dia memetik gitar dan memainkan sebuah lagu yang ditemani oleh semilir angin malam yang berhembus lembut.

“ku tak bisa menebak
ku tak bisa membaca
tentang kamu..
tentang kamu..

kau buatku bertanya
Selalu dalam hatiku
tentang kamu..
tentang kamu..

reff : bagaimana… bila akhirnya ku cinta kau
Dari kekuranganmu
hingga lebihmu
bagaimana.. bila semua benar terjadi
mungkin inilah yang terindah.

begitu banyak bintang
Seperti pertanyaanku
tentang kamu
tentang kamu.”

(Bunga Citra Lestari – tentang kamu)

ketika erza asyik bernyanyi, dia tak sadar putra sudah berdiri di samping gazebo sambil tersenyum dan perlahan duduk di samping erza.
“gue boleh pinjam gitarnya?.” Tanya putra lembut.
tanpa pertengkaran, erza menyerahkan gitarnya kepada putra dan kagum mendengar suara cowok itu bernyanyi sambil menatap dirinya.

“Lihat dengar aku di sini
akan setia selalu denganmu
dan bila kau kangen, panggillah aku
dan bila kau butuh, rayulah aku

reff:
kau ’kan tahu semua ku lakukan
semua dengan tulus hanya untukmu ooo
jangan pernah kau ragukan aku
kau sisihkan aku karna ku kan selalu di sisimu ooo
canda tawa kan ku berikan
agar kamu selalu tersenyum
dan bila kau kangen, panggillah aku
dan bila kau butuh, rayulah aku
jangan pernah tinggalkan aku.”
(vierra – disisimu)

ketika putra selesai bernyanyi, erza terpana karna suara putra ternyata bagus juga. Sambil menatap putra dalam, “itu lagu buat siapa? Buat kak Katherine kan?.” Kata erza.
putra tersenyum mendengar pertanyaan erza “menurut lo? gimana tuh kaki? Udah sembuh?.” Tanya putra.
“gak usah balik nanya deh! Udah gue minta pijitin sama mpok surti.” Jawab erza.
“gue mau jelasin lo sesuatu, erza sayang… Katherine itu sepupu gue. dan dia itu pacarnya restu. Dia itu sebenarnya lebih muda dari lo 2 tahun, Cuma karna dia memilih program aksel di jerman, makanya jadi sekelas sama gue.  Makanya wajah kami agak mirip. Bukan karna kami jodoh!.” Kata putra tertawa melihat ekspresi bengong erza.
“Sepupu?! Jadi gue salah sangka dong?! Alamak!!!.” Teriak erza dalam hati.
“lo gak bohongin gue kan?.” Kata erza ragu.
“lo bisa nanya sama nyokap gue kalo lo ragu. Erza… gue Cuma sayang sama elo. Dan lagu yang gue nyanyiin itu buat lo za. Bukan buat Katherine, bukan buat siapapun. Just for you, honey.” Kata putra menatap erza lembut.

erza menatap putra balik dengan tatapan malu karna sudah salah kira dan hampir menjudge putra adalah cowok playboy cap tulang ikan asin. *Emang ada re?.*

merasa gadis itu mempunyai perasaan yang sama dengannya, putra mendekatkan wajahnya ke wajah erza dan dia bisa melihat gadis itu menutup matanya sambil menggenggam tangannya ketika beradu hidung, putra merasakan gadis itu menahan napas dan akhirnya..
untuk pertama kalinya, erza merasakan bibirnya bersentuhan dengan bibirnya putra,  dan dia membalas sentuhan itu dengan lembut. Tidak seperti sebelumnya, putra menciumnya sebagai senjata ancaman, sebagai cara paksa paling ampuh nomor satu.  Tapi karna perasaannya,
Dia jatuh cinta sama musuhnya sendiri.
Dan dia tak menyesali itu.
*author gigit rumput saking jealousnya*
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
           
            Setelah mencium erza, putra mengelus pipi gadis itu dengan lembut kemudian menciumnya. “kita berenang yuk?.” Ajak putra yang membuat gadis itu kaget.
            Seolah tau apa yang dpikirkan erza, “gue ada di samping lo za. Dan gue akan jaga lo.” kata putra sambil tersenyum.
            “gue ke kamar dulu yah.” Kata erza kabur sambil membawa gitarnya.

ketika tiba di kamarnya, erza mengelus bibir dan pipinya yang membuat gadis itu tersipu malu. Lalu dia menguatkan hatinya dan akhirnya memakai baju renangnya.

ketika selesai berganti pakaian, erza membuka pintu balkon dan melihat putra asyik menyelam. sambil berusaha yakin, dia naik ke tiang balkon dan akhirnya..

BYUR! Erza terjun dari balkon kamarnya dan kaget melihat putra memegang pinggangnya.
“perasaan gue nyuruh lo berenang deh, bukan nyuruh lo terjun.” Bisik putra di telinganya.
“sekali-kali bikin lo kaget gak apa-apa kan? Ayo kita balap renang.” Kata erza sambil menyelam.
melihat erza sudah mulai melupakan traumanya, dia ikut berenang dengan erza sampai larut malam.

“masuk yuu za.. udah jam 12 malam tuh.” Kata putra sambil menunjuk jam dinding.
“yah… ok deh.” Kata erza sambil berenang ke tepi dan masuk ke dapur utuk mengambil handuk buat putra dan masuk ke kamar untuk mandi dan tidur.

                             ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Ketika erza turun dari kamarnya untuk sarapan, tiba-tiba…

“happy b’day erza!.” Teriak dinda, arny dengan rico dan restu dengan pacarnya, si Katherine di ruang makan. Erza mendengar itu langsung tersenyum dan lari menuruni tangga.
“huaaaa.. makasihh semuanya! Dikira pada lupa semua.” Kata erza nyengir sambil memeluk kedua sahabatnya.
“masa kami lupa sama ulang tahun lo sendiri? Selamat ulang tahun yang ke 17 ya za. Semoga apa yang lo inginkan tercapai.” Kata dinda sambil mengulurkan kado untuk erza.
“makasih dinda sayang.” kata erza terharu.
“Selamat ulang tahun ya za. Semoga lo tambah cantik, semakin banyak yang sayang sama elo, dan elo akan menemukan apa yang terbaik buat lo.” kata arny memeluk erza.
“makasih arny.” Kata erza balas memeluk.

“Selamat ulang tahun ya za. Gue Katherine, sepupunya putra. Kita satu sekolah kan?.” Kata Katherine tersenyum yang membuat dia terlihat sangat cantik sambil member kado buat erza.
“iya… makasih atas kadonya yah.” kata erza malu karna dia sempat curiga kalo putra ada “main” dengan Katherine.
“selamat ulang tahun sayang.” kata putra sambil membawa kue ulang tahun yang di atasnya ada lilin-lilin kecil berjumlah 17, sesuai dengan umur erza lalu mencium pipi gadis itu.
“Sama-sama kak.” Kata erza pelan sambil menunduk malu.

“yaudah… kita potong kuenya aja gimana?.” Kata restu yang ngiler melihat kue blackforest ukuran gede dengan mupeng.
“oh iya… ayoo..” kata erza semangat sambil lari ke dapur uuntuk mengambil pisau dan beberapa piring-piring kecil.

setelah balik, dia menutup matanya untuk meminta permohonan di umurnya yang sekarang “Ya Allah, makasih sudah memberikan erza banyak kebahagiaan di umur yang sekarang ini. Erza mohon, semoga kebahagiaan ini abadi selamanya. Dan erza mohon, semoga putra, akan selalu ada disamping erza. Karna erza sayang dengan dia. dan tak ingin kehilangannya. Amien.” Harap erza dalam hati.
setelah selesai, dia meniup semua lilin itu dan memotong kuenya untuk dibagikan kepada semuanya.

Setelah berkumpul di rumah erza selama satu jam, mereka pulang ke rumah masing-masing dan tinggallah erza dan putra membereskan “kekacauan” di rumah.
pada saat erza mencuci piring, tiba-tiba putra berada di belakangnya.
“za.. gue punya sesuatu buat elo.” Kata putra.
“apa?.” Kata erza berbalik menatap putra.
putra mengambil tangan kanan erza dan memasangkan cincin berwarna biru malam di jari manis gadis itu. Erza kaget dengan hadiah putra, berusaha melepasnya, tapi ditahan putra.
“ini Cuma hadiah kok za. Bukan cincin tunangan apalagi nikah.  Gue mau ke taman  waktu kita tahun baru itu. Entar susulin satu jam lagi yah. Gue punya hadiah yang lebih buat lo, dandan yang cantik yah. Bye sayang. selamat ulang tahun, semoga panjang umur, gue sayang sama lo erza, hari ini, esok dan selamanya.” Kata putra sambil mencium pipi erza lalu keluar rumah.
erza tersenyum menatap kepergian putra, tapi entah kenapa, hatinya mulai tak tenang dan sebersit perasaan untuk jangan pergi.

putra yang keluar dari rumah erza, tanpa sadar diikuti seseorang di belakangnya.

Selesai beres-beres, erza langsung lari ke kamar untuk berganti pakaian dan dandan secantiknya.
Setelah selesai, dia keluar dari kamar mengenakan dress selutut bergambar bunga-bunga kecil berwarna cerah, secerah hatinya, memakai sepatu flat warna biru dan rambutnyayang terurai dihiasi jepit yang pernah dikasih putra untuknya dan buru-buru keluar dari rumah menuju taman yang dimaksud.

Sepanjang perjalanan, entah kenapa, hati erza semakin tak keruan, dia ingin menelpon putra, tapi takut kalo cowok itu sedang di jalan dan akan mengganggu konsentrasi menyetir. Dia berdoa dalam hati, semoga ini hanya perasaannya saja.

tapi, setiap pertemuan, pasti ada perpisahan yang menyakitkan.

ketika putra selesai membeli bunga tulip kesukaan gadis itu, dia masuk dalam mobil sambil bersiul kemudian menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Di arah berlawanan, ada sebuah mobil jeep oleng dan akhirnya menabrak putra yang sedang memandangi foto erza yang tersenyum, merasa tak siap, putra membanting setir dan akhirnya menabrak sebuah pohon besar yang membuat kepalanya terbentur setir hingga berdarah dan akhirnya pingsan.

“target sudah selesai bos.” Kata pengemudi mobil jepp menelpon seseorang.
“bagus. Sekarang bakar mobil itu dan biarkan dia di dalam. Jangan sampai ada yang tau!.”  kata orang di telpon dengan suara licik.
“baik bos.” Kata pengemudi jepp itu menutup telponnya.

lalu dia turun dari mobil jeppnya sambil membawa jerigen berisi minyak gas, lalu dia menyiram di seluruh mobil putra sampai habis tanpa mempedulikan putra yang sesak napas karna kehabisan oksigen.
Setelah selesai, dia menyalakan korek api dan melemparnya ke mobil putra hingga akhirnya meledak.
setelah yakin putra tak bisa keluar lagi dari kobaran api yang menjilat mobilnya,  dia langsung masuk dalam mobilnya dan meninggalkan tempat kejadian.


                                      ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


            ketika erza hampir sampai, dia mendapat telpon yang sukses membuat dunianya serasa runtuh.
za! Lo dimana? Ini gue Katherine. Putra kecelakaan za! Dia koma! Dia kena luka bakar di sekujur tubuhnya.” Kata Katherine terisak.
Erza yang mendengar telpon itu, langsung shock, lalu berbicara dengan suara terbata-bata, menahan tangis “dia dimana sekarang kath?.” Kata erza.
“lagi di rumah sakit hasan sadikin ruang 324. Cepat za! Waktunya gak lama lagi.” kata Katherine seolah-olah putra akan pergi.
mendengar itu, erza langsung memutar mobilnya dan mengendarainya dengan kecepatan penuh dan perasaan yang campur aduk.

ketika sampai di rumah sakit, dia langsung berlari memasuki ruangan yang dimaksud dan melihat Katherine menangis di pelukan restu. “Katherine, putra kenapa? Jawab gue kath!.” Kata erza dengan suara bergetar.
Katherine memandang erza lama, “gue ditelpon polisi bahwa dia kecelakaan di jalan dengan mobil menabrak pohon dan terbakar. Seluruh tubuh dia kena luka bakar berat, tapi dia masih hidup walau napasnya tinggal satu-satu. Orang tua dia bentar lagi kesini.” Kata Katherine terisak.
mendengar itu, sekujur tubuh erza lemas dan langsung masuk dalam kamar tanpa menghiraukan Katherine memanggil namanya.
ketika dia melihat putra dengan luka bakar di sekujur tubuhnya dan wajahnya ditutupi perban, hidungnya dipasang selang oksigen dan dadanya di pasang alat pendetak jantung, membuat erza mendekati putra sambil bercucuran air mata dan mengguncang tubuh putra yang terdiam kaku.
“putra… please bangun! Lo jangan tinggalin gue disini sendiri! Lo selalu bilang sama gue di saat gue takut, kalo lo akan selalu ada buat gue, akan selalu lindungin gue, dan akan selalu menjaga gue. tapi kenapa lo malah kayak gini?! Lo janji putra! Please bangun! Di saat gue mulai member kesempatan buat lo, kenapa lo malah pengen ninggalin gue?! plese putra, Gue sayang sama lo! gue suka sama lo! bangun buat gue, buat orang yang sayang sama lo disini.” kata erza histeris.

kemudian masuklah Katherine beserta restu, rico dan arny. Mereka melihat erza histeris di samping putra sambil berusaha membangunkannya. Tapi, putra hanya terdiam kaku. Dalam kebisuan dan membiarkan erza nelangsa.

“tiiitttttt.” suara monitor detak jantung putra kini berjalan lurus, tidak berdetak lagi.
mendengar itu, Katherine mendekati erza dan berbisik “dia sudah pergi za. Ikhlasin dia.” kata Katherine menangis.
mendengar itu, erza menatap monitor detak jantung itu dan tak percaya apa yang dilihatnya dan dia alami.
seseorang yang memberi dia banyak warna dihidupnya, mengajarkan tentang banyak hal lewat caranya yang aneh, dan membuatnya merasakan cinta, pergi untuk selamanya.

merasa tak bisa menahan lebih sakit lagi, erza pingsan di pangkuan Katherine.

“Entah, mengapa, hatiku terus gelisah
entah apa yang terjadi
Air mata, ku jatuh tak tertahan
melihatmu terdiam

ternyata kau pergi
ntuk selamanya
tinggalkan diriku
Dan cintaku..

reff : apa kau melihat, dan mendengar
tangis kehilangan dariku
baru saja ku ingin kau tau
perasaanku padamu

mungkin, tuhan, tak ijinkan sekarang
kau dan aku bahagia.”

(bunga citra lestari – saat kau pergi)


Part 11

"Di saat aku yakin dengan perasaanku, kenapa kau malah pergi meninggalkanku?"



Tak lama kemudian, erza mencium bau minyak angin di menusuk hidungnya membuat dia terbangun di pangkuan Katherine.
“erza sayang. syukurlah kamu sadar.” Kata mamanya putra dengan wajah lelah dan mata sembab.
“putra udah pergi tante. Dia gak akan balik lagi kesini. erza kehilangan dia.” katanya sambil menangis.
“dia gak pergi sayang.” Kata mama putra  sontak membuat erza terduduk.
“maksud tante? erza liat sendiri tante dia pergi di hadapan erza! Tanpa pamit!.” Kata erza dengan suara bergetar.
“dia gak pergi za. Pada saat kamu pingsan, jari-jari tangannya bergerak dan membuat kami langsung manggil dokter.” Kata mamanya putra.
“tante serius?! putra dimana sekarang? Tante gak bohong kan?.” kata erza langsung berdiri dengan langkah oleng.
“biarin dia istirahat za. Lo harus istirahat.” Kata Katherine menengahi.
“enggak kath, gue mau ketemu putra sekali aja. please, ijinin gue.” kata erza memohon.
Katherine memandang mama putra meminta persetujuan, ketika melihat mama putra mengangguk, Katherine menghela napas “biar gue antar elo.” Kata Katherine tersenyum.
“makasih kath.” Kata erza.

ketika sampai diruangan putra, erza melihat cowok yang sukses membuat pertahanannya runtuh, tertidur pulas dan wajah tertutup perban. Dia bisa melihat, betapa kecelakaan itu menghilangkan kesempurnaan fisiknya. Tapi bukan karna fisiknya dia menyukai putra, tapi karna dia tau bahwa putra itu baik padanya, tulus, tanpa memandang apa yang dia punya. Dan itulah yang membuat erza bisa menerima kondisi putra sekarang.
“putra, please, jangan tinggalin gue. gue akan temanin lo ampe sembuh, seperti lo temanin gue. gue sayang sama lo putra.” Kata erza sambil mengecup pipi putra yang tertutup perban dan akhirnya keluar dari ruangan.

Selama 3 minggu putra berada di rumah sakit, selama itu juga Erza setia menunggu putra untuk sadar, dia selalu membawakan buku cerita kemudian menceritakannya kepada putra, mengajak putra bicara walau dia tau bakal dianggap orang gila karna ngajak orang tidur ngobrol. Dan curhat tentang kekesalannya tentang rico karna sukses membuat hidupnya menjadi nelangsa.

“temen lo itu, si kak rico nyebelin banget! Masa gue lagi enak-enaknya ngobrol ma arny, eh dia main nyelonong aja duduk di samping arny dan ngegombal! Sumpah deh, pengen muntah gue dengarnya! Lo kan tau gue paling anti denger cowok gombal dan digombalin! Bikin badan gatal-gatal! Dan lo tau apa akibatnya? Gue seperti di dunia lain ngeliat mereka pacaran dan pelan tapi pasti, gue dianggap patung liberty! nelangsa gue!.” kata erza melempar tasnya kesofa dan  marah-marah duduk disamping putra yang tertidur sambil memanyunkan bibirnya.
erza  yang melihat putra terdiam, dia memegang tangan putra yang dialiri oleh jarum infuse dan tersenyum sedih sambil mengelus tangan itu.
“lo kapan sadarnya put? gue benci ngakuin ini, tapi gue kangen marah sama elo, kangen nyumpahin lo dan manggil lo sengak. Please sadar putra. Gue terima keadaan lo apa adanya kok. Beneran deh. Gue suka sama lo bukan karna fisik, tapi karna sifat lo. kalo gue suka ma fisik lo, gue gak akan ajak lo yang diem kayak patung gini ngobrol.” Kata erza panjang lebar.

tanpa erza sadari, mamanya putra dari balik pintu melihat apa yang dilakukan erza dan tersenyum sedih  “maafkan tante sayang. tante harus membawa putra pergi, tapi tante janji, dia akan kembali lagi padamu. Ini hanya perpisahan sementara.” Kata mama putra sedih lalu menghapus airmatanya yang menetes. Setelah siap, dia masuk dalam ruangan.
“hai sayang. udah lama nungguin putra?.” Kata mama putra tersenyum.
erza kaget melihat mama putra datang, tersenyum “Enggak kok tante. tante, putra kapan sadarnya sih? Lama bener.” Kata erza yang membuat mama putra tertawa dan mengacak-acak rambutnya.
“kamu berdoa aja semoga dia cepat sembuh dan keluar dari sini.” Kata mamanya putra yang tanpa sengaja melihat jari manis erza ada sebuah cincin berwarna biru malam, titipan nenek putra untuk erza.
“rupanya sudah dikasih putra cincin itu untuk erza. Semoga keputusan dia tepat.” Kata mama putra dalam hati
“iya tante.” kata erza sambil mengelus tangannya putra.

tepat pada saat erza mengelus tangan putra, jemari putra bergerak dan membuat gadis itu tambah kaget, putra membuka matanya dan menatap erza.
“erza? Lo ngapain disini?.” Tanya putra sambil mengelus rambut erza dengan tatapan rindu.
“TANTE! PUTRA SUDAH SADAR TANTE!.” teriak erza kegirangan tanpa mempedulikan pertanyaan putra dan memeluk mama putra yang duduk sofa.
melihat erza kegirangan, putra cuma tersenyum dan asyik mengobrol dengan mereka yang sekarang ada disampingnya  dan sesekali mengelus rambut erza ketika cewek itu cerita semua hal yang dia tak tau selama dia tidur dan tersenyum, erza yang melihat senyum putra timbul perasaan takut dalam hatinya, tapi dia berusaha menutupinya dengan tertawa. Putra yang menyadari sorot ketakutan erza,  dia mengambil cermin dan kaget melihat wajahnya sekarang penuh dengan luka bakar yang megerikan dan ketika dia mencoba tersenyum, luka bakar itu tetarik dan membuat seringai yang dijamin buat orang pada kabur. Shock, dia melempar cermin itu ke lantai hingga hancur berkeping-keping dan membuat erza dan mama putra kaget.
“sayang, kamu kenapa?.” Tanya mama putra sambil merangkul putra yang terdiam dan menatap erza dengan tatapan kosong.
“erza.. lo pulang. Gue gak mau lo ada disini.”  Kata putra dingin.
tapi put..” kata erza membantah.
“PULANG! Gue gak mau lo ada disini! Gue gak mau lo liat wajah gue!.” bentak putra.
kaget mendengar putra membentak dirinya, membuat erza terdiam lalu menundukkan wajahnya “oke, gue akan pulang dan gak akan kesini lagi sampe lo tau gimana gue selama 3 minggu disini, nemanin elo! Gue terima keadaan lo apa adanya!.” Kata erza marah sambil mengambil tasnya dan keluar dari ruangan putra sambil membanting pintu dengan keras.

mama putra terdiam melihat pertengkaran putra dan erza, lalu mengelus rambut anak itu dengan penuh kasih “mama tau perasaan kamu sayang, tapi gak sepantasnya kamu marahin erza, dia menemani kamu disini selama 3 minggu, dia ajak kamu ngobrol ketika mama gak ada, bahkan dia sampai ketiduran disamping kamu karna gak ada yang temanin kamu. “ kata mama putra.
“putra gak ingin dikasihani oleh dia ma, putra bisa liat kalo dia sebenarnya ketakutan di samping putra. Cuma dia nutupin itu. Putra gak sanggup berada disamping dia dengan wajah seperti ini.” Kata putra sedih.
“mama tau sayang,  sebenarnya papah dan mama punya rencana pengen bawa kamu ke jerman untuk mengoperasi wajah kamu dan kamu tinggal disana sampai kuliah. Bagaimana? Ini terserah kamu sayang.” kata mama putra.
putra terdiam lama mendengar tawaran mamanya, dia menghela napas berat lalu menatap mamanya “oke ma. Putra setuju dengan keputusan mama. Kapan putra bisa pulang kerumah?.” Kata putra.
mamanya kaget mendengar keputusan mendadak anaknya, dia bertanya “kamu yakin dengan keputusan kamu sayang? pikirkan dulu. Kamu meninggalkan erza sayang, calon tunangan kamu.”
“justru itu ma putra harus pergi, putra gak sanggup bila dia selalu menatap putra dengan tatapan kasihan begitu juga dengan orang lain. ini jalan terbaik ma.” Kata putra.
mamanya terdiam menatap putra lama, mencari keraguan di matanya, tapi tak berhasil, dia menghela napas “oke. Mama akan mengurus kepindahan kamu dan besok atau lusa kamu akan pulang kerumah dan kita akan beres-beres. Mama pulang dulu ya.” kata mama putra mengecup kening anaknya.
“hati-hati ma.” Kata putra tersenyum melihat mamanya menutup pintu kamarnya.

Sepeninggal mamanya, dia mengambil foto erza yang sedang tersenyum hasil jepret diam-diam. Lalu tersenyum sedih “sorry za, gue harus ninggalin elo. Gue gak mau dikasihanin sama lo, merasa lemah dimata lo. dan gue gak bisa lindungi elo dengan fisik gue kayak gini. gue gak sanggup. Semoga lo terima keputusan gue za.”  Kata putra sambil memeluk foto itu dan tertidur.

                                   
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Sepanjang perjalanan menuju pulang kerumah, erza marah-marah sambil memukul setir mobil dan beberapa kali nyaris nabrak mobil orang saking kacaunya. Merasa tak bisa mengendalikan diri, dia berhenti di pinggir jalan dan menangis sepuasnya.
“lo kejam put! gue nunggu lo selama 3 minggu, siang malam lo gue temanin, gue ceritain, gue candaain! Tapi apa balasan lo?! lo ngusir gue! gue sayang sama lo putra! Gue gak peduli dengan wajah rusak lo! kalo gue peduli dengan wajah lo, gue gak akan lakuin semua itu! Shit!.” Kata erza sambil mengepal tangannya lalu memukul stir mobil sebagai pelampiasan emosinya.

setelah tenang, dia menjalankan mobilnya dengan bercucuran air mata, dan ketika  tiba dirumah, dia langsung masuk kamar tanpa mempedulikan mpok surti menatap dia dengan bingung.

pagi harinya….
erza bangun dengan mata sembab, dia terduduk di sisi ranjang sambil memikirkan apa yang dia lakukan hari ini, lalu dia bangkit dari duduknya dan mengambil handuk dan mandi.
setelah selesai mandi dan berganti pakaian, dia keluar dari kamarnya dan berhenti di kamar yang dulu ditempati putra, sekilas dia teringat apa yang dulu dia lakukan dengan penghuni kamar itu, merasa dadanya semakin sesak, dia langsung menuruni tangga dan sarapan kemudian pergi ke sekolah.

setelah sampai di sekolah, dia melihat Katherine dengan restu bergandengan tangan dan arny dengan rico saling bercanda dan mengejek, entah kenapa, dia ingin seperti mereka, tertawa bersama pasangannya, dan berjalan berdampingan dengan seseorang yang dia cintai. Merasa itu hanya mimpi baginya, dia berlari masuk kelas sebelum tambah galau.

Selama 9 jam disekolah,  baru kali ini erza merasa nelangsa tidak ada seseorang yang membuatnya berteriak penuh emosi, yang kedap-kedip nakal kearahnya, dan omongan narsisnya membuat dia mencibir sepanjang hari.
“gue baru kali ini merasa kangen sama dia, biasanya mah gue berdoa tiap hari buat dia kecelakaan kek, mati ditengah jalan kek, atau gimana gitu. kok jadi bertolak belakang gini sih?.” Kata erza dalam hati.
dia menuruni tangga dengan wajah lesu, tanpa menyadari ada seseorang di depan tangga dengan tatapan sinis.
“hai za.” Kata ferdi sukses membuat erza mendongkakkan wajahnya dan kaget mengetahui siapa yang memanggilnya.
“mau ngapain kak?!.” Kata erza parno sambil siap-siap lari.
“pulang bareng gue yah. Gue gak ngapa-ngapain lo kok.” Kata ferdi dengan senyum palsu.
“enggak! gue jera ikut sama lo! minggir!.” Teriak erza sambil mendorong ferdi kasar.
“waw. Kasar banget lo jadi cewek. bikin gue bergairah nih.” kata ferdi nakal sambil menangkap tangan erza dan menariknya kasar menuju parkiran mobil yang sudah sepi dan hanya tinggal beberapa mobil disitu.
“lepasin gue! lepas! Gue gak sudi!.” Kata erza meronta di samping ferdi dan membuat tangannya semakin dicekal ferdi hingga mati rasa.
“lo teriak gak akan ada pangeran lo disini za. Jadi percuma aja lo teriak. Simpan teriakan lo untuk di apartemen gue aja sayang.” kata ferdi santai.

semakin ketakutan mendengar perkataan ferdi, dia menendang kaki kiri ferdi dengan keras dan menggigit tangannya hingga ferdi teriak kesakitan.
“ARRGGHH! Erza! Balik lo!.” kata ferdi berteriak kemudian mengejar erza yang berlari ketakutan.
ketika melihat Katherine sedang ngobrol dengan restu, dia langsung berlari menuju Katherine dan bersembunyi di belakang yang membuat keduanya kaget “lo kenapa za? Kayak ketakutan gitu.” tanya restu heran.
erza hanya menangis di belakang Katherine, yang membuat cewek itu teringat dengan cerita putra beberapa waktu lalu, lalu dia menatap sinis ferdi yang berjalan didepannya “lo mau apain pacar sepupu gue hah?! Mau lo apa sih?! Putra emang gak bisa lindungin dia lagi, tapi gue yang akan lindungin erza! Ingat itu!.” Kata Katherine marah sambil mengacungkan telunjuknya tepat di wajah ferdi lalu tersenyum sinis.
“lo berani nantang gue?!.” kata ferdi.
“tentu saja gue berani! Elo itu gak ada apa-apanya dibandingkan putra! Lo cowok bajingan! Lo ngelakuin itu atas dasar nafsu kan?! Makan tuh nafsu!.” Kata Katherine marah dan menarik erza menjauh dari ferdi yang menatap sinis ke arah mereka.
restu bingung dengan apa yang terjadi, mengikuti mereka yang berjalan menuju mobil erza,  tiba-tiba hpnya berbunyi sms “restu, gue pengen lo, rico, dan Katherine ke rumah sakit sekarang. Please jangan ajak erza. Gue mohon. Putra.”
restu kaget melihat sms itu, lalu menatap Katherine yang sedang membujuk erza yang ketakutan “lo gak apa-apa kan kak? Putra udah cerita semuanya soal elo sama gue, termasuk soal ferdi. tenang kak.” Kata Katherine sambil memeluk erza.
“Katherine, gue kangen sama sepupu lo.” kata erza terisak.
“panggil gue kathy aja kak. Gue tau kok, kakak pulang aja yah sekarang. Udah sore nih. atau mau gue temanin?.” Kata Katherine tersenyum.
“gue bisa pulang sendiri. Thanks Kathy udah mau nolong gue. hati-hati ya.” kata erza tersenyum lalu berjalan menuju mobilnya dan melaju meninggalkan sekolah.

setelah melihat erza pergi, Katherine menatap restu “ada apa sayang?.” kata Katherine melihat restu menatap hpnya.
restu menyodorkan hpnya dan membuat gadis itu membelalakkan matanya “dia sudah sadar?! Yasudah, kita kerumah sakit sekarang. Kamu sudah telpon rico kan?.” Tanya Katherine.
“sudah gue sms. Ayoo.” Kata restu menarik Katherine ke mobilnya dan melaju menuju rumah sakit.

setelah tiba di rumah sakit….
mereka langsung menuju ruang tempat putra dirawat dan kaget melihat putra duduk di sisi ranjang dengan tatapan muram.
“kak! Akhirnya lo sadar juga, gue kangen sama lo kak.” Kata Katherine memeluk putra tanpa rasa takut yang sudah dia anggap sebagai kakaknya sendiri dengan erat.
“gue juga kangen sama lo dek.” Kata putra sambil mengelus kepala Katherine yang dia anggap sebagai adiknya sendiri.
ketika mereka saling berbicara, datanglah rico dengan napas tersengal-sengal. “sorry gue telat. Putra! Lo sudah sadar bro?! gue kira lo kenapa-napa jadi disuruh kemari.” Kata rico sambil menepuk pundak putra.
putra menatap dalam mereka, lalu menghembuskan napasnya dengan berat. “ sorry guys, gue kayaknya harus pergi, gue titip erza buat jagain dia. dia cewek yang baik kok dek.” Kata putra sambil mengelus rambut Katherine yang shock mendengar omongannya.
“lo mau pergi kemana put?! lo baru saja sadar dan sekarang mau ninggalin kami! Bagaimana dengan erza?! Lo gak mikir bagaimana perasaannya kalo dia tau lo tinggalin begitu saja setelah lo buat dia suka sama lo?!.” kata rico meradang.
“gue mau operasi di luar negeri, mungkin sekalian kuliah disana. gue mikirin perasaan dia ric! Justru itu gue pergi! Gue gak mau dia menatap gue penuh kasihan, penuh ketakutan! Gue bisa tau itu dari sorot matanya ric! Gue terlalu mengenal dia sampai gue merasa sakit sendiri!.” Kata putra.
“kak,, gue gak setuju!.” Kata Katherine tiba-tiba.
“boleh gue tau alasannya?.” Kata putra tenang.
“gue setuju dengan kak rico! Lo ninggalin dia disaat dia mulai sayang sama lo! mulai membutuhkan lo! tadi aja dia diteror ferdi sampai dia berlari dan nangis di belakang gue! dan lo tau dia bilang apa pada saat itu? “gue kangen sama sepupu lo.” dia ngomong sambil nangis kak! Dia butuh lo sebagai pelindungnya! Please, pikirin itu kak!.” Kata Kathy dengan suara bergetar.
“lo tau gue kan kathy, keputusan gue udah bulat. Gue akan pergi. Gue mohon jangan ada yang bilang soal ini pada erza. Gue gak sanggup dia datang kesini dan maksa gue untuk tinggal. Karna gue gak bisa liat dia nangis.” Kata putra.
“lo akan bikin dia nangis put, cepat atau lambat dia akan tau.” kata restu.
“gue tau. tapi setidaknya dia nangis pada saat gue gak liat. please dek, terima keputusan gue. gue gak mungkin lindungin dia dengan fisik begini.” kata putra sambil membujuk Katherine.
“apa yang harus gue lakuin kak kalo dia tau soal ini? Kami gak mungkin sembunyiin ini selamanya.” Kata Katherine sekarang menangis.
putra menghapus air mata gadis itu “ lo di samping dia dan jelasin kenapa gue pergi. Gue yakin kalian bisa saling mendukung. Please. Terima keputusan gue.” kata putra pelan lalu matanya beralih menatap rico dan restu bergantian
“kita udah sahabatan lama kan? Please, jaga erza buat gue. bila ferdi ganggu dia lagi, bunuh aja kalo kalian mau.” Kata putra.
“gue terima keputusan lo put dengan berat hati. Kapan lo pergi?.” Kata rico.
“minggu ini gue akan pergi. Gue baru aja resign dari sekolah dan nyokap sekarang siapin dokumen buat gue. mungkin besok gue bakal keluar dari rumah sakit dan istirahat dirumah. Jangan bilang sama erza soal ini.” Kata putra memohon.
“kami bisa apa untuk menghalangi rencana lo? bahkan pacar gue aja gak mampu bujukin lo. kami akan jaga erza kok. Tenang saja.” kata restu menepuk pundak putra.
“makasih restu. Jagain sepupu gue yah. Awas lo nyakitin dia. gue bakal datang dan bunuh lo hari itu juga.” Kata putra tertawa.
mendengar itu, Katherine memukul tangan putra dan tertawa bersama.

sekitar dua jam mereka di ruangan putra, akhirnya jam besuk sudah habis. Lalu Katherine memeluk putra “ gue sayang sama lo kak. Please, take care yah.” kata Katherine dengan suara serak.
“always sister, please protect her for me. Cause she’s my princess.” Kata putra membalas pelukan Katherine.
“kayaknya gue bakal kesepian nih.” kata restu lalu memeluk putra.
“gue juga. Gak ada yang bisa gue jahilin lagi.” kata rico tersenyum dan memeluk putra.
“entar gue juga balik kok. Tenang aja.” kata putra.
“kalo lo pulang dari sini bawa cewek, gue bunuh lo!.” ancam rico.
“gak akan deh. Hanya erza di hati gue. saking berharganya, gue gak tega buat dia nangis.” Kata putra sambil mengantar mereka ke depan pintu.
Katherine menatap putra dalam, berusaha mencari sesuatu di matanya yang hijau terang itu, merasa tak berhasil, dia menghela napas berat.
“semoga keputusan lo gak bikin erza bunuh diri kak. Karna gue mulai suka sama erza dan dukung lo untuk terus dengan dia.” kata Katherine dalam hati.
setelah mereka pergi, putra rebahan dan hujan mulai turun dengan deras, membuat dia semakin nelangsa karna teringat dengan kebiasaan erza akan hujan lalu mencoba untuk tidur.


selama seminggu erza tak menjenguk putra, membuat dia kangen dengan cowok itu, setelah bangun tidur, dia langsung duduk di balkon dan melihat kolam renang, dan kenangan lain tentang putra hadir dan sukses membuat dia galau.
“setiap sudut rumah gue penuh dengan kenangan putra. Oh boy, I miss you so much.” Kata erza dalam hati.
lalu dia merenung dan tiba-tiba teringat pembicaraan kakak kelas yang kebetulan sekelas dengan putra pada saat dia ke kantin sekolah kemarin.

*flashback*
“eh,,, katanya putra udah keluar dari sekolah yah?.” Kata indah, cewek yang sudah jadi rahasia umum satu sekolahan naksir dengan putra dan sekelas.
“kata siapa?.” Kata indira kasak-kusuk tanpa mempedulikan erza tegang mendengar pembicaraan mereka dan berhenti makan untuk menguping dengan jelas.
“anak-anak pada liat kemarin nyokap dia ke sekolah dan langsung menuju kantor kepsek! Tuh anak kenapa sih jadi pindah? Kan kasihan gue gak ada pemandangan menarik lagi.” kata fayra cekikikan.
“hahahaha dasar lo! eh, Gue baru tau kalo Katherine ternyata saudaraan dengan putra! Gue kira mereka pacaran. Padahal mereka cocok lo.” kata ufi.
“Syuuttt! Ada erza.” Kata indira menyenggol ufi ketika melihat erza berjalan melewati mereka dengan tatapan menunduk.
“za, emang beneran putra pindah sekolah?.” Kata indah memanggil erza.
“enggak tau kak.” Kata erza sambil menatap indah.
“masa lo gak tau sih? Kan dia pacar lo?.” kata ufi dengan wajah seperti interogasi penjahat kelas kakap.
“beneran kak. Erza gak tau apa-apa. Pacaran aja enggak.” jelas erza lalu langsung lari sebelum ditanya lagi dan membuat mereka berkerut kening.
“Dia kenapa sih?.” Kata fayra.
“enggak tau. mending kita makan aja. udah lapar gue.” kata ufi cuek sambil mencomot siomay terakhir indira yang pasrah “hijrah” ke piring ufi.
*flashback off*

“Emang beneran lo pindah putra? gue harap itu hanya berita bohong.” Kata erza dalam hati.
merasa gak menemukan jawabannya, dia menutup pintu balkonnya dan pergi mandi.

Setelah selesai mandi, dia keluar kamar dengan memakai celana jins dan baju kaos putih tanpa lengan dan sepatu kets dengan rambut terurai lalu bersiap-siap menuju rumah sakit.

sesampai di rumah sakit……..
erza terdiam di depan pintu ruangan putra, entah hendak masuk atau enggak. lalu dia menguatkan hatinya dan masuk ke dalam ruangan putra dan kaget dengan apa dilihatnya.

ruangan putra kosong melompong.

kaget melihat itu, dia langsung menutup pintu dan berjalan menuju ruang resepsionis “ suster, pasien bernama putra Eduardo di ruangan 324 kemana yah? Kok dia enggak ada?.” Kata erza.
“dia sudah keluar sekitar 4 hari yang lalu mbak.” Kata suster tenang.
“keluar?.” Kata erza shock.
“iya mbak. Ada apa mbak?.” Kata suster mulai panic melihat muka erza pucat pasi.
“enggak apa-apa sus. Makasih ya.” kata erza tersenyum.

erza langsung berlari menuju parkiran mobil dan melaju menuju rumah putra dengan pikiran kacau dan ingin minta kejelasan kenapa putra gak bilang soal  itu padanya.

ketika sampai di rumah putra, erza langsung mengetuk pintu rumah putra dan membel berkali-kali sambil memanggil putra sambil berharap cowok itu ada dalam rumah dan membukakan pintu.

tapi, harapan hanya tinggal harapan.

“Ada apa non erza??.” Tanya mpok ijah di depan pintu.
“putra mana mpok?.” Tanya erza.
mpok ijah teringat pesan putra untuk tidak mengatakan apa-apa kepada erza tentang kepergiannya, tapi melihat erza datang dengan perasaan kacau, mpok ijah menjadi kasihan dan berkata dengan hati-hati “dia pergi non.” Kata mpok ijah dengan wajah menunduk.
bagai tesambar petir, erza terdiam sebentar, lalu menatap mpok ijah dalam, mencari kejujuran “pergi kemana mpok? Kemana?.” Kata erza dengan suara bergetar.
“ ke jerman non. Dia pindah kesana dengan ibu. Mas putra mau operasi sekalian belajar disana.” Kata mpok ijah yang sukses membuat pertahanan erza runtuh untuk kesekian kalinya.
“Dia sudah lama pergi mpok?.” Kata erza berusaha untuk tetap tegar.
“baru aja non. Non mau kemana?.” Teriak mpok ijah ketika melihat erza berlari menuju mobilnya dan meninggalkan rumah putra.

Sepanjang perjalanan, erza hanya bisa menangis dan berharap sekali lagi, agar bisa menyusul putra, menghalangi rencana gila itu. Dan dengan kecepatan penuh, erza menuju bandara.

once again, it’s only hope, you can’t catch him anymore.

akhirnya tibalah erza di bandara setelah berkutat di perjalanan sekitar 2 jams. Lalu dia memarkir mobilnya dan memakai bedak untuk menutupi bengkak di matanya dan keluar dari mobil lalu berlari menuju bandara.
Setelah tiba dibandara, dia berkeliling mencari putra dan sesekali menatap awas sambil berharap ketika melihat orang yang tingkahnya seperti putra. kemudian kecewa ketika orang itu bukan putra.  Tak kenal putus asa erza mencari putra. Sampai tibalah, dimana dia harus berhenti berharap, dan hanya bisa menunggu.

perpisahan itu menyakitkan, tapi harus terjadi dalam setiap kehidupan manusia. Sebagai siklus kehidupan dan sebagai pembelajaran bahwa setiap orang yang kita kenal, akan terasa berharga apabila sudah pergi meninggalkan kita.
*galau again*

“kepada penerbangan pesawat dengan kode boeing 245 dengan tujuan Jakarta-jerman, harap segera menuju ruang penerbangan karna dalam hitungan 5 detik lagi pesawat akan terbang meninggalkan bandara.” Kata suara announcer membuyarkan pencarian erza.
kaget dengan pengumuman itu, dia langsung berlari menuju tempat pengumuman *gue gak tau namanya apa* *gak pernah naik pesawat*
“mbak.. penerbangan tujuan Jakarta-jerman apakah sudah berangkat?.” Kata erza hati-hati.
“baru saja berangkat mbak. Mbak kenapa?.” Kata mbak itu kaget melihat erza menunduk dan meneteskan air matanya.
“Enggak apa-apa mbak. Makasih atas informasinya.” Dan dia berlari menuju parkiran mobil tanpa mempedulikan tatapan orang yang heran melihat dia bercucuran air mata dan langsung menjalankan mobil dengan kecepatan penuh.

sepanjang perjalanan menuju rumahnya, erza hanya bisa menangis dan menangis karna ditinggal sekali lagi oleh seseorang yang sudah seenaknya masuk dalam hatinya, kemudian pergi tanpa pamit disaat dia mulai memberikan kesempatan untuk mencintainya.

Sesampai dirumah, erza keluar dari mobil dan melihat mpok surti, orang yang menemaninya ketika dia kesepian membukakan pintu rumah untuknya. Sambil tersenyum sendu, dia masuk dalam kamar tanpa mempedulikan mpok surti yang memandangnya dengan tatapan sedih.

lalu dia masuk ke kamarnya tanpa menoleh ke kamar putra, dan melihat sebuah kotak di atas meja riasnya dan sebuah surat di sampingya. Penasaran, dia membaca surat itu.

“hai za.. gimana kabar lo? mungkin kalo lo baca surat ini, gue udah gak ada lagi disini.
sorry banget gue marahin lo waktu itu. Gue kaget liat wajah gue sendiri. Bayangin aja wajah ganteng gue selama 18 taun berubah menjadi mengerikan begini! *narsis kumat*   dan gue bisa liat dari sorot mata lo za, lo takut dengan wajah gue.  itu yang buat gue merasa untuk pertama kalinya, gue gak berarti di hidup lo. di saat itu gue nerima keputusan nyokap untuk pergi operasi ke jerman dan tinggal disana sementara waktu.


ingatlah za, ini hanya perpisahan sementara. Kalo lo sanggup nunggu gue, kita akan ketemu lagi pada tanggal ini di 5 tahun kedepan di taman yang pernah gue janjiin itu pada saat elo ulang tahun.  Tapi bila lo gak sangup nunggu gue selama itu, lo boleh pergi dari kehidupan gue za. Dan gue akan terima keputusan lo. apapun itu. Dan lo boleh buang cincin yang pernah gue kasih ke elo. Karna itu cincin sebagai pengikat antara lo dan gue.

za… gue punya kalung buat lo, sorry kalo gue gak ada di samping lo untuk mengenakan kalung itu. Kenakan itu bila lo mau, gue akan selalu ada di samping lo za. Di hati lo. dan gue juga makai kok.
za…. Sorry banget gue gak bisa menjadi pelindung buat lo, tapi ada sahabat gue dan Katherine yang jagain elo, sebagai pengganti gue. dan gue minta maaf karna gak bilang rencana ini pada lo, karna gue gak sanggup liat lo nangis ketika mendengar alasan gue. gue pergi za… dan gue pasti akan kembali, untuk lo.

it’s time to say goodbye, be careful honey, you’ll always in my heart, forever.
I love you for  today, tomorrow, and forever.

you’re my princess and no one can change in you in my heart.

salam sayang selalu untuk cewek yang sukses buat gue gila dan maaf karna udah buat lo nangis untuk kesekian kalinya

putra.

erza membaca surat itu dengan tangan bergetar dan air mata terus menetes hingga membasahi kertas itu. Dengan tangan bergetar, dia membuka kotak itu dan melihat kaset dan kalung berbandul separo hati. Dia mengenakan kalung itu dengan terisak dan keluar dari kamar mendatangi mpok surti yang asyik di dapur.

“mpok… tadi putra ada kesini?.” Kata erza terisak.
“astaga non erza kenapa nangis?! Tenang non.” Kata mpok surti kaget dan langsung memeluk erza yang menangis dipelukannya.
“kapan dia kesini mpok?.” Kata erza di pelukan mpok surti.
“pada saat non keluar, mas putra datang dan nanya non pergi kemana, mpok jawab aja mau ke rumah sakit jenguk mas putra. Dia Cuma tersenyum sedih dan bilang untuk jaga non baik-baik selama dia enggak ada dan dia minta bila harinya hujan, mpok harus maksa non erza masuk rumah supaya gak sakit dan temanin non erza tidur apabila lampu mati dan mulai bunyi petir. Mpok Cuma ngangguk aja karna bingung. Terus dia masuk ke kamar non erza dan lama sekali baru dia keluar dengan mata sembab. Dia minta ijin untuk pergi non. Dan titip maaf sama non karna udah pergi tanpa ijin.” Kata mpok surti panjang lebar yang membuat hati erza semakin sakit.

erza langsung menatap mpok surti dalam “makasih mpok. Erza boleh minta bikinin coklat panas gak?.” Kata erza
“tentu saja. Non harus istirahat. Mata non bengkak tuh.” Kata mpok surti yang khawatir dengan erza.
erza hanya mengangguk dan berlari masuk dalam kamarnya dan mengunci pintu.

lalu dia melihat kaset yang belum sempat dia putar, dia menguatkan hatinya untuk kejutan berikutnya dan memasukkannya dalam tape.

“erza.. gue minta maaf kalo bikin lo nangis. Tapi percaya za. Gue sayang sama lo, lo akan selalu ada di hati gue. jujur, gue gak sejago lo dalam main piano, tapi demi lo, gue rela ngeluarin seluruh kemampuan gue untuk lo za. Dengarin suara gue yah. khusus buat lo.” Kata putra di rekaman kaset itu yang sukses membuat gadis itu menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

kemudian suara denting piano mengalun merdu, diiringi suara putra yang sukses membuat siapapun yang di posisi erza saat ini, akan merasa betapa sakitnya.

“If I should stay,
I would only be in your way.
So I'll go, but I know
I'll think of you every step of the way.

And I will always love you.
I will always love you.
You, my darling you. Hmm.

Bittersweet memories
that is all I'm taking with me.
So, goodbye. Please, don't cry.
We both know I'm not what you, you need.

And I will always love you.
I will always love you.

I hope life treats you kind
And I hope you have all you've dreamed of.
And I wish to you, joy and happiness.
But above all this, I wish you love.

And I will always love you.
I will always love you.
I will always love you.
I will always love you.
I will always love you.
I, I will always love you.

You, darling, I love you.
Ooh, I'll always, I'll always love you.”

(whitney Houston – I will always love you)

Erza mengulang-ulang lagu sambil meneteskan air matanya. Lelah, dia menekan tombol stop dan menuju piano yang berada di kamarnya. Dia duduk sambil memainkan sebuah lagu sesuai dengan perasaannya saat ini dengan air mata membasahi jemarinya yang menari di tuts piano.

“lo jahat putra! Kenapa lo harus pergi disaat gue mulai sayang sama lo?! di saat gue merasakan indahnya cinta?! seharusnya lo pergi pada saat gue gak suka sama lo! saat gue masih benci sama lo! agar gue gak merasakan sakit ini! Lo puas kan sekarang?! Sakitin aja gue terus putra!.” Teriak erza sambil menekan kasar tuts piano itu.

lalu dia beranjak dari tempat duduknya, dan keluar kamarnya dan memasuki kamar yang dulu ditempati putra. frustasi, dia menatap cincin pemberian putra, dia mencoba ingin melepasnya, tapi tak sanggup. Akhirnya dia terduduk di sisi ranjang putra dan jatuh tertidur karna lelah sambil meneteskan air matanya.

di tempat lain…
putra menatap jendela pesawat dengan tatapan sedih sambil memegang kalung yang separo hatinya yang sama seperti punya erza. Lalu dia berbisik lirih “maaf gue gak bisa membuat lo bahagia untuk saat ini za. tapi yakinlah. Gue akan kembali untuk lo.” lalu mencoba tidur di pesawat yang memakan waktu 8 jam.

                                    ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


tak ada yang bisa menyembuhkan luka di hati, kecuali waktu.

Sudah setahun putra pergi meninggalkan erza, membuat gadis itu mulai bisa menerima keadaan dan menunggu cowok itu untuk menepati janjinya.
hari ini adalah hari terakhir erza sebagai siswi SMA Budi Harapan, setelah selesai melewati UAN seminggu yang lalu dan dia diterima di universitas yang dia hendaki lewat jalur undangan. Sadar malam ini adalah malam prom night, membuat dia pasrah karna harus dikejar oleh hampir seluruh cowok mulai dari kakak kelas hingga adek kelas, dari wajahnya cakep kayak brad pitt, hingga wajahnya ancur tapi sok ganteng yang mengajaknya dansa bersama seperti tahun lalu, mereka menjadi begitu karna tau bahwa putra sudah tak ada lagi di samping erza, cowok yang membuat mereka pada mundur teratur dan sadar diri bahwa erza terlalu sempurna untuk mereka miliki.

“hai za, lo prom night sama siapa?.” Kata adit, cowok yang naksir dengan erza mulai dari kelas 1 dan dibilang playboy cap tulang ikan asin.
“hai dit. Emang kenapa?.” Kata erza yang sedang ngobrol dengan arny dan dinda mengernyit bingung didekatin oleh adit pada jam istirahat.
“lo mau gak prom night bareng gue?.” kata adit langsung mengeluarkan senyum andalan kalo mau goda cewek, tapi sayangnya, enggak mempan untuk erza.
“wah sayangnya dit, gue udah bareng yang lain. sorry yah.” Kata erza tersenyum lalu pergi meninggalkan adit.
arny dan dinda yang tau bagaimana kacaunya erza ditinggal putra, saling menatap heran lalu bertanya dengan hati-hati “lo prom night dengan siapa za?.” kata arny.
“entar lo juga tau. gue duluan yah. Sampai jumpa malam entar.” Kata erza tersenyum lalu pergi meninggalkan mereka.

sepanjang perjalanan menuju rumahnya, erza menelpon seseorang “hai kak reno, lo jadi kan temanin gue malam ini?.” Tanya erza begitu telponnya tersambung *ingat dengan cerita past time of the story gak? Jadi ceritanya reno sepupuan dengan erza*
“jadi dong za. ini gue mau nyampe dirumah lo. gak sabaran banget.” Kata reno tertawa di telpon.
“bukannya gitu, gue takutnya lo batalin janji seenak dengkul kayak taun kemaren! Habislah gue diteror!.” Sungut erza ketika mengingat prom night tahun lalu yang sukses dikejar oleh para cowok yang tau dia datang sendiri.
“kemaren kan gue sibuk mendadak. Lo dimana? Gue udah nyampe nih.” kata reno tertawa
“gue lagi diimuka komplek. Bye.” Kata erza memutus telponnya.

lalu erza melihat mobil reno terparkir dimuka garasi. Tersenyum, dia masuk dalam rumah dan mendatangi reno yang asyik ngobrol dengan mpok surti, pembantu favorit reno.
“hai kak reno, lama gak nunggu?.” Kata erza tersenyum.
reno tersenyum melihat erza yang mulai bisa tersenyum semenjak kejadian taun kemarin, ketika malam-malam erza nekad datang ke Jakarta dan menangis dipelukannya, lalu mengigau memanggil nama seorang cowok sambil menangis dan keesokan harinya ijin pulang ke bandung tanpa menceritakan apa-apa.
“hai adekku sayang. lo lulus dimana aja?.” kata reno sambil mengacak rambut erza, yang membuat gadis itu tertegun, karna teringat seseorang yang selalu melakukan hal ini padanya. Dan membuat dia sedih.
“gue lulus di UNPAD, UI sama UGM. Tapi milih di UI aja deh. Biar dekat sama kakak.” Kata erza tersenyum.
reno yang yakin melihat sorot kesedihan di mata erza yang berbinar, berusaha melupakannya “asekk.. akhirnya adek gue yang paling cantik ini masuk UI juga. Udah lo mandi terus bersiap-siap. By the way, gue tidur dimana nih? di sofa?.” Kata reno jahil.
“lo tidur disitu tuh.” Kata erza menunjuk kamar yang dulu ditempati putra, yang sekarang menjadi seperti sediakala, kosong, tak berpenghuni.
“oke deh.” Kata reno lalu menuju kamar yang dimaksud sambil nenteng tas berisi baju-baju diiringi oleh erza yang berjalan dibelakangnya.

selama satu jam lebih erza berdandan untuk prom night, akhirnya dia keluar juga dengan memakai gaun malam tanpa lengan warna hijau toska, dengan kalung pemberian putra yang melingkar di lehernya dan cincin menghiasi di jari manis erza ; rambutnya yang panjang dia geraikan dan high heels dengan tali melilit di kakinya warna putih.
reno yang memakai tuxedo warna hitam, dengan rambut dibikin spike sukses dibuat pangling oleh kecantikan erza malam ini. Sambil bersiul dia menggandeng tangan erza “ gue lupa punya sepupu secantik lo za. kayaknya gue punya tugas berat nih kalo kita satu kuliah, yaitu menjaga lo dari inceran cowok playboy. Ahhahaha.” Kata reno tersenyum menatap erza.
Erza hanya tersenyum mendengar candaan sepupunya, “gue juga lupa punya sepupu seganteng lo. kayaknya bentar lagi gue bakal dikejar ma temen-temen gueuntuk comblangin lo dengan mereka.” Kata erza.
“coba lo ada dan lihat gue, entah apa koment lo tentang ini. Gue kangen sama lo putra.” Kata erza dalam hati.
reno tertawa dan mereka keluar dari rumah menuju sekolah erza.

Sepanjang perjalanan, mereka saling cerita dan tertawa, reno ingin sekali menanyakan apa hubungan dengan cowok yang sukses membuat erza mendatanginya malam-malam setahun yang lalu dan menyebut namanya dalam mimpi. Merasa tak sanggup melihat mendung di wajah erza, dia menyimpannya dalam hati.

Sesampai di sekolah….
reno turun dari mobil lebih dahulu dan membukakan pintu mobil untuk erza. Lalu mereka berjalan berdampingan tanpa mempedulikan tatapan tanya oleh teman-teman erza.
“liat tuh cowok disamping erza itu siapa? Pacarnya yah? Bukannya dia sama kak putra?.” Tanya seorang cewek lain.
“Enggak tau. gila tuh cowok ganteng banget! Kayaknya selera cowok erza blasteran semua deh! Tapi wajar aja sih, dia kan cantik. Kak putra aja bisa dia dapatkan, gimana dengan cowok lainnya?.” Kata yang lain.
“gila erza cantik banget! Seharusnya gue yang disamping dia itu!.” Kata adit melirik erza dari ujung kepala ampe ujung kaki dengan tatapan kagum dan iri ketika melihat cowok disamping erza.
“mimpi bener!.” Kata teman adit yang lain dan tertawa.

erza yang ditengah pesta, melihat arny memakai gaun berwarna merah bata dengan rambut dia gulung di atas dan disampingnya adalah kak rico, dan melirik dinda yang memakai gaun berwarna hijau sedang asyik ngobrol dengan pacarnya ,Nathan. Lalu dia menarik reno untuk menghampiri mereka.
“haiii..” kata erza yang sukses membuat mereka pangling.
“astaga za! lo cantik banget! Pangling gue! eh cowok di samping lo siapa za?.” tanya dinda
rico yang melihat cowok di samping erza, mengernyutkan keningnya “ini cowok siapanya erza? Pacarnya? Gue harap bukan.” Harap rico dalam hati.
“dia sepupu gue. namanya kak reno. Kenalin kak. Ini arny dengan pacarnya, kak rico dan ini dinda dengan pacarnya, Nathan. Mereka sahabat gue.” kata erza tersenyum.
Reno menyalami tangan mereka sambil tersenyum dan tatapannya terhenti ketika melihat rico, lalu dia tersenyum ramah yang dibalas dengan jabatan tangan erat dari rico.
ketika asyik ngobrol, tiba-tiba terdengar suara santi, si pembawa acara “nah semuanya, karna ini malam prom night buat kalian, gue pengen siapa yang kena lampu sorot ini maju ke depan dan nyanyi untuk kita semua! Bagaimana?.” Kata santi disambut oleh antusias oleh mereka sambil berharap semoga tak kena lampu sorot.

akhirnya, lampu sorot menyinari erza yang asyik ngobrol dengan reno yang membuat semua mata tertuju padanya dengan pandangan kagum akan kecantikan erza dan tatapan pengen kenalan dari para cewek yang lirik reno. Lalu erza maju ke depan dan tersenyum “gue harus ngapain nih san? Diem jadi patung?.” Canda erza.
“boleh juga tuh. Lo kan jago nyanyi, lo nyanyi deh untuk kami semua sambil main ini.” Kata santi sambil menyentuh piano.
“boleh juga tuh.” Kata erza duduk di depan piano, kemudian menutup matanya dan membiarkan tangannya menari di tuts piano, lalu terdengarlah suara merdu erza, yang merupakan isi hatinya.
“ini lagu buat lo putra. Biar lo gak dengar. Tapi cukup buat gue untuk ngeluarin uneg-uneg dihati.” Kata erza.

“Selama aku mencari
Selama aku menanti
bayang-bayangmu di batas senja
matahari membakar rinduku
ku melayang, terbang tinggi.
 
bersama mega-mega, menembus dinding waktu
ku terbaring dan pejamkan mata
dalam hati ku panggil namamu
Semoga saja kau dengar dan merasakan

reff :getaran di hatiku yang lama haus akan belaianmu
Seperti saat dulu
Saat pertama kau dekap dan kau kecup bibir ini
Dan kau bisikkan kata-kata
aku cinta kepadamu

peluhku berjatuhan
menikati sentuhan
perasaan yang teramat dalam.
Dan tlah kau bawa, segala yang ku punya
Segala yang kupunya..

(Agnes Monica – Rindu)

semua yang ada diruangan bisa merasakan arti lirik lagu yang dinyanyikan erza apalagi yang tau dengan pasti, untuk siapa lagu itu sebenarnya erza nyanyikan.

Setelah selesai, mereka bertepuk tangan riuh sambil meneriakkan minta dinyanyikan lagi, mendengar itu, pembawa acara menghampiri erza “itu lagu buat siapa za? lo menghayati banget za! nyanyi sekali lagi yah?.” Pinta pembawa acara.
“hahahaha…buat yang ngerasa aja sih. Beneran minta dinyanyiin lagi?.” kata erza.
“iya za! ayoo nyanyii lagi!.” teriak seorang temannya disusul oleh yang lain.

erza tersenyum sambil memikirkan lagu yang akan dia nyanyikan, tersenyum, dia mulai menekan tuts piano dan mulai bernyanyi sekali lagi, untuk seseorang yang pergi meninggalkannya tanpa pamit,

”terkurung sunyi dalam lirih suara angin
Sekilas terbayang wajah rupawan diujung senja
teringat akan cinta yang pernah kau beri
namun lalu kita terpisah direnggut oleh jarak
hatiku tak berdaya oleh apa yang terjadi
Sanggupkah aku bertahan disini.

semenjak itu, tak pernah kau beri kabar
tak pula kau beri aku sesuatu kepastian
hatiku tak berdaya oleh apa yang terjadi
Sanggupkah aku bertahan disini

reff : dimanakah kau ada
rinduku takkan pernah sirna
kekasih ingat aku disini
tertusuk oleh perih
mencari tak pernah kudapat
namun ku kan selalu merindu

letih tertambat, menggeliat diresahku
hadirmu bagaikan sebuah keajaiban yang tak mungkin
hatiku tak berdaya… oleh apa yang terjadi
Sanggupkah aku bertahan disini.

(Ratu – Dimanakah Kau Ada)


setelah selesai menyanyikan lagu itu, entah kenapa erza merasa sesak di hati, Cuma dia menahannya dan tersenyum ketika semuanya memberikan tepuk tangan sekali lagi kepada erza.
lalu dia menuruni panggung dan langsung menghampiri reno yang asyik berbicara dengan rico “suara lo bagus za. beneran gak bohong gue.” puji rico tulus.
“makasih kak. Eh kak reno, pulang yuk.” Kata erza sambil colek tangan reno.
“gue mau ke toilet dulu. Lo duluan aja ke mobil za. ntar gue susulin. Duluan ya.” kata reno tersenyum.
“duluan juga arn, dinda, kak rico.” Kata erza sambil menggandeng tangan reno.
“nyesek gue dengar erza nyanyi, ketahuan banget dia kehilangan kak putra.” Kata dinda sambil menatap kepergian erza yang dibalas oleh anggukan yang lain.

ketika tiba di parkiran…
erza berdiri di depan mobil reno, tidak menyadari kedatangan seseorang dari belakang yang meneror hidupnya selama setahun disekolah.
“ckckkckc.. lo cantik banget za malam ini, gue suka sama bentuk badan lo.” kata ferdi mabuk dan dengan kurang ajarnya merangkul pinggang erza.
erza yang kaget dengan kedatangan ferdi tiba-tiba dari belakang dan merangkul pinggangnya, sontak melepas tangan ferdi dan berjalan mundur ke belakang dengan wajah ketakutan.
“lo kenapa takut za? ayolah, lo mau teriak? Gak ada orang yang bisa dengar teriakan lo za! apalagi pangeran lo! udah mampus!.” Kata ferdi sambil berjalan mendekati erza dan tersenyum licik ketika gadis itu tak bisa kemana-mana lagi karna terkurung oleh dirinya dan dibelakangnya ada tembok angkuh menjulang tinggi.
“maksud lo apaan dia udah mampus?! Ngomong jangan asal deh!.” Kata erza dengan suara bergetar antara ketakutan dan hendak nangis.
“gue tau kok dia kecelakaan mobil kan? Lo mau tau dia kenapa kayak gitu? karna gue nyuruh orang nabrak mobil dia dan bakar mobil cowok lo!.” kata ferdi sambil mendekatkan pinggang erza di hadapannya dan mulai mencium lehernya penuh nafsu sehingga gadis itu meronta ingin melepaskan diri.
“Emmph.. lepasin gue! l apa?! Jadi lo yang ngelakuin ini semua?! Dasar cowok setan!.” Kata erza sambil mendorong tubuh ferdi menjauh dari hadapannya tapi gagal karna kedua tangannya dipegang oleh tangan kiri ferdi.

tiba-tiba…..
seseorang menarik ferdi dari belakang dan langsung menghajarnya membabi buta dan membuat ferdi jatuh tersungkur ke tanah. “lo  apain dia hah?! Gak ada yang boleh nyentuh dia!.” kata reno sambil menendang ferdi lalu menarik erza ke pelukannya.

“oh… ternyata lo player juga ya za! ditinggal putra, gaet yang lain! entar besok-besok kalo lo ditinggal dia, lo gaet siapa lagi za?! gue ngantri deh za buat elo.” teriak ferdi kemudian tertawa sinis.

mendengar itu, erza hanya bisa menangis di rangkulan reno yang sebenarnya bingung dengan apa yang terjadi, tapi dia berusaha berpikir jernih dan mengantarkan cewek itu ke dalam mobil.

Sepanjang perjalanan, erza hanya diam dan sesekali sesegukan, tak tahan mendengar itu, reno menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan menatap erza.
“lo sampai kapan nyembunyiin hal ini ke gue za? emang gue bukan orang yang lo percaya jadi lo gak mau cerita sama gue? lo udah gue anggap adek sendiri za.” kata reno menatap erza.
Erza balik menatap reno dan menghela napas “Sorry kak, kenapa sih kak, dia harus pergi disaat kita mulai suka dengan dia? memberikan kesempatan untuknya?.” Kata erza dengan wajah menunduk.
“Dia siapa za? apakah dia yang lo maksud adalah orang yang sukses buat lo nekad malam-malam nyamperin gue kejakarta setahun yang lalu dan lo pergi keesokan harinya tanpa bilang apa-apa sama gue?.” tanya reno.
Erza hanya menganggukkan wajahnya, tanda dia membenari apa kata reno.
“Apakah dia yang lo panggil tiap lo tidur? Putra?.” Tanya reno.
melihat erza menganggukkan wajahnya, reno menghela napas “bisa lo ceritain sama gue siapa putra itu sampai lo kayak gini dan ninggalin lo?.” tanya reno
erza lalu menceritakan semuanya kepada reno, tentang perjodohannya, tentang sifat putra dan terakhir, tentang apa yang dikatakan oleh ferdi yang mengaku telah mencelakakan putra hingga membuat cowok itu pergi dari kehidupannya.
reno mendengarkan dengan penuh sabar, dan sesekali menghapus airmata erza yang mengalir, lalu menatap erza dalam “Za, kalo lo suka sama seseorang, sebenarnya lo harus nyiapin diri lo untuk ditinggal oleh dia suatu saat nanti. Dan apabila lo ditinggal dia, Tuhan memberikan dua pilihan untuk lo, lo pergi dan mencari cinta yang baru, atau tetap menunggu dia seperti yang dia inginkan. Lo pilih yang mana za?.” tanya reno.
Sebenarnya gue pengen lupain dia kak ren. Cuma gue gak bisa. Terlalu banyak kenangan dirumah gue tentang dia. itu bikin gue gak sanggup.” Kata erza terisak.
“lo bukannya gak bisa lupain dia, Cuma lo gak sanggup lakuin itu, kalo lo mau lupain seseorang, jangan pernah setengah-setengah, lo buang semua pemberian dia, coba gue tebak, kalung dan cincin yang lo pakai sekarang itu pemberian dia kan?.” Tebak reno.
erza menganggukkan kepalanya “jadi gue harus gimana?.” Tanya erza.
“kalo lo pilih nungguin dia, lo harus bersabar za dan selalu yakin kalo dia akan kembali untuk lo, seperti janjinya, tapi kalo lo gak sanggup, lupain dia dan buang semua yang pernah dia kasih buat lo. lo milih yang mana za?.” tanya reno.
“gue …. Gak tau.. mungkin gue mencoba untuk nungguin dia. makasih ya kak. Senang gue bisa curhat sama lo.” kata erza tersenyum.
“Sama-sama za. lo kalo ada masalah curhat saja sama gue. jangan kayak dulu lagi yah, nongol di depan kost gue sambil nangis, dikira orang gue baru aja nyakitin lo.” kata reno sambil menjalankan mobilnya.
Erza tertawa mendengar perkataan reno sambil berharap dalam hati, semoga penantiannya tak sia-sia. Dan dia bisa bertemu dengan putra lagi

apakah mungkin?

di tempat lain…..
“APA TANTE? kak putra.. enggak mungkin tante!” kata Katherine shock sambil membelalakkan matanya dan berharap dia salah dengar.
 mama putra menghela napas melihat Katherine masih shock  “kamu jangan cerita soal ini sama erza. Jangan buat dia tambah sakit lagi.” kata mamanya putra.
Katherine hanya tersenyum sambil berharap semoga itu tidak akan terjadi, karna dia tak bisa membayangkan bagaimana reaksi erza mengetahui hal menyakitkan ini.

Part 12


Part 13
 "Aku tak tau permainan apalagi yang dibuat Waktu untukku."

 

“elo?.” Kata erza sambil menunjuk gadis itu dengan ekspresi ingin ngilang dari muka bumi saking nyeseknya.
“iya… kenapa za?.” kata  selvi dengan wajah tak berdosa dan merangkul pundak  putra dengan mesra dan ekspresi puas.
“Sayang, aku pulang dulu yah. besok jemput aku yah.  I love you honey.” Kata selvi mengecup bibir putra dan berjalan meninggalkan erza yang hancur untuk kesekian kalinya dan putra yang bingung melihat gadis di depannya bercucuran air mata yang membuatnya, entah kenapa, menjadi miris hati.
“kenapa gue merasa gak pengen gadis ini nangis yah? gue ngerasa gak tega liat dia. tapi gue gak tau siapa dia. apa dia pernah berarti di hidup gue?.” tanya putra dalam hati.
“ lo kejam putra.” Kata erza dengan suara pelan dan menatap putra dengan sisa kekuatannya.
“gue kejam? Lo siapa? Gue gak kenal sama lo.” kata putra yang sukses bikin erza meneteskan air matanya, cepat-cepat dia menghapusnya dan menatap putra tajam.
“lo lupa sama gue putra?! Lo lupa?! Jahat bener lo yah! lo udah ninggalin gue tanpa pamit, dan sekarang lo malah lupain gue!! mau lo apaan hah?! Sampai kapan lo nyakitin gue putra?! Sampai lo liat gue terbujur kaku dan masuk dalam liang lahat?! Baru lo puas gitu?! Jawab gue! jawab!.” Kata erza histeris dan mendorong tubuh putra lalu memukul dada putra sambil bercucuran air mata.
 bingung, dia memegang kedua tangan erza yang ada di dadanya dan mendorong gadis itu ke dinding dan mata mereka beradu setajam silet. *maksud lo?*
“asal lo inget yah, gue merasa gak ninggalin siapa-siapa disini! Kita baru aja ketemu dan lo udah bilang gue nyakitin hati lo?! sejak kapan nyonya?! Gue aja gak tau nama lo siapa dan lo siapa gue! puas?!.” Kata putra telak dan entah kenapa, dia merasa sakit hati ketika mengucapkan itu dan melihat erza meneteskan air matanya lagi.
“ni cewek siapa sih? Kenapa gue merasa sakit dan gue semakin gak sanggup liat dia nangis?.” Tanya putra bingung dalam hati.
dan tanpa sengaja, dia melihat kalung yang sama seperti dirinya di leher erza, membuat dia merasa mengingat sesuatu, tapi sebelum dia ingat, kepalanya mendadak sakit hebat.
“argghh..” kata putra melepas cekalan tangannya di tangan erza lalu memegang kepalanya dan terduduk di lantai sambil meringis kesakitan.
bingung dengan apa yang terjadi dengan putra, dia hendak mendekati putra dan menolongnya, tapi hatinya terlanjur sakit mendengar perkataan putra, dia akhirnya berlari meninggalkan taman belakang meninggalkan putra yang kesakitan.

ketika dia berlari menuju garasi,  tanpa sengaja dia menabrak Katherine baru turun dari mobilnya dan dia yang  langsung menumpahkan semua air matanya pada Katherine. “ kenapa dia lupain gue Kathy? Gue salah apa?.” Kata erza menangis di pelukan Katherine.
Katherine merasa nelangsa melihat erza, dia tak tega mengatakan hal sebenarnya kepada erza, tapi gadis itu harus tau. akhirnya dia menghela napas dan menceritakan semuanya kepada erza.
shock, sudah pasti. Apalagi ketika dia mengetahui siapa yang menjadi pacarnya putra sekarang.  Kalau dia bisa meminta, mungkin dia akan minta mati hari itu juga agar dia tak sakit. “APA?!  Cobaan apa lagi buat gue Kathy? Gue nunggu dia selama 4 tahun, tapi balasannya apa?! Dia melupakan gue! dia lupa sama gue kath! Sedangkan gue selalu mengingat dia sepanjang waktu!.” Kata erza histeris.
“gue tau. tapi gue gak bisa ngapa-ngapain za. tante jenni pernah maksa putra untuk mengingat semua kenangan yang dia lupain, tapi dia malah memegang kepalanya dan kesakitan. Dari situ gue dan tante jenni gak bisa memaksa dia lagi untuk mengingat semuanya. lo gak sendiri, gue akan cari cara supaya dia ingat sama lo lagi. percaya za.” kata Katherine sambil mengelus pundak cewek yang ancur untuk sekian kalinya karna ulah sepupunya.
Erza terlanjur sakit hati dengan sikap putra ditambah dia tau siapa pacar putra sekarang, membuat dia menolak tawaran Kathy “ gue terlanjur sakit hati dengan dia Kath, gue gak yakin bisa buka hati sekali lagi untuk dia. ternyata keputusan gue untuk nunggu dia salah, dia lupain gue, dia anggap gue orang lain. fine. Gue akan pergi dari hidup dia.” kata erza sambil melepas kalung yang melingkar di lehernya dan cincin yang pernah dikasih putra padanya.
“bilangin sama sepupu lo, ini kalung dan cincin gue balikin. Gue gak pantes make ini.” Dan meletakkannya di tangan Katherine.
“lo gak boleh putus asa gini za. gue yakin, walaupun dia gak inget sama lo, tapi hatinya inget sama lo za. lo berusaha aja supaya dia inget lagi sama lo, gue juga bantu lo kok. lo kira gue sama nyokap dan bokap putra diem aja za ngeliat dia kayak gitu? enggak! kami selalu bahas soal lo di depan dia supaya dia ingat sama lo. lo pake ya za. supaya dia inget sama lo. please za, gue mohon.” kata Katherine sambil meletakkan kalung dan cincin itu di tangan erza.
“gue gak sanggup Kathy. Sakit hati gue saat dia bilang dia lupa siapa gue dan gue gak dianggap ma dia.!” kata erza nelangsa.
“gue tau, gue juga sakit saat dia bilang dia lupa sama lo, sama kak rico, sama pacar gue. tapi gue bisa apa?. Please kak.. pake kalung sama cincin ini. Gue mohon.” Kata Katherine.
merasa tak bisa berbuat apa-apa, dia memakai kalung itu juga cincin yang sekarang melingkar di jari manisnya. Lalu dia mencoba tersenyum, meski hatinya menangis pilu.
“nah gitu dong za. lo pantes make cincin itu daripada selvi! gue muak dengan selvi itu za! udah nabrak kaka sepupu gue ampe amnesia, macarin lagi! tingkahnya sok tapi norak mampus! kalo dia makanan za, udah gue telen idup-idup!.” Kata Katherine yang sukses membuat erza tertawa pelan.
“hahahaha… dasar lo Kathy. Gue pulang dulu yah. thanks udah nyemangatin gue.” kata erza sambil masuk dalam mobilnya dan pergi meninggalkan Katherine.
“semoga lo bisa bersama dengan putra za. gue akan lakuin segala cara supaya putra inget sama lo. lo pantes buat sepupu gue za.” kata Katherine dalam hati.

pada saat Katherine hendak masuk dalam rumah, muncullah putra  dan menghampiri Katherine.“itu siapa rine?.” Tanya putra.
“maksud lo?.” kata Katherine pura-pura gak ngeh.
“yang lo ajak ngobrol tadi. eh, tadi pas gue pacaran sama selvi,  ada cewek masuk dalam rumah dan dia nangis sambil bilang gue udah pergi tanpa pamit, dan datang nyakitin hati dia! maksudnya apaan coba?! Heran deh!.” Kata putra frustasi sambil mengacak rambutnya.

Katherine jadi pusing sendiri melihat 2 pasangan kayak mereka ini, yang satu nangis gejer yang satu lupa sama dirinya sendiri, sambil garuk-garuk kepala, dia menjelaskan ke putra “ itu erza, cewek yang pernah gue ceritain sama lo kak. Dia cewek yang dijodohin sama lo.” Jelas Katherine.
“gue dijodohin sama dia? maksudnya?.” Tanya putra makin bingung, makin frustasi Katherine.
*bakalan berbusa nih mulut gue jelasinnya.” Keluh Katherine dalam hati.
“elo dijodohin sama tante jenni dengan dia kak putra sayang. lo tuh cinta banget sama dia sebelum lo ditabrak selvi! dia tunangan lo!.” teriak Katherine.
“gue dijodohin sama siapa tuh namanya, si erza kan? Gak mungkin! Gue gak pernah pacaran apalagi ditunangin sama dia! selvi yang akan jadi tunangan gue!.” balas putra teriak.
“Elo ngomong gitu karna lo lupa siapa dia! coba kalo lo gak lupa sama dia, lo gak akan sampai hati ngomong kayak gitu di depan gue, didepan erza!lo Jangankan ngomong kayak gitu, lo liat dia nangis aja hati lo langsung miris kayak genteng bocor! Coba gue nanya sama lo, kalo lo gak kenal sama dia, kenapa gue pengen pinjem kalung yang dileher lo, lo nolak mentah-mentah?!.” Tantang Katherine buat putra mati kutu.
“iya juga yah, jangankan Katherine, selvi aja mau minta kalung gue gak rela. Kenapa yah?.” tanya putra dalam hati.
puas melihat putra mati kutu, Katherine nyengir “kenapa lo kak diem? gak bisa jawab kan?! Lo inget-inget deh siapa erza itu di hidup lo. baru lo ngomong kayak gitu ke gue.” kata Katherine sambil pergi meninggalkan putra yang diam di tempat.
merasa kelupaan sesuatu, Katherine berbalik “ eh kak, lo besok kuliah dimana? Kan kata tante jenni lo diterima di universitas sini.” Kata Katherine.
“eum…. Gue kuliah di tempat sama kayak lo. jurusan aja yang beda. Gue kan ambil kedokteran.” Kata putra sukses buat Katherine melongo.
“satu tempat kuliah nih anak sama erza. Bagus deh. Eh tapi si selvi songong itu kuliah dimana?.” Tanya Katherine dalam hati.
“UI maksud lo? kalo si cewek lo, selvi  dimana? .” Kata Katherine dengan wajah tak ikhlas ketika nyebut nama selvi.
“lo nyebut cewek gue kayak gak ikhlas gitu deh, gitu-gitu kan dia jadi ipar lo rine. e Dia satu kuliah sama gue, tapi beda fakultas.” Jelas putra yang buat Katherine manyun.
“huh! Sudah ambil tunangan orang, satu tempat lagi sama gue dan erza! Untung beda fakultas! Coba kalo bareng?! Langsung gue gantung tuh anak!.” Gerutu Katherine dalam hati.
“ogah bener gue iparan sama dia! bikin nyesek! .” Kata Katherine cuek lalu masuk dalam rumah.

merasa ditinggal, putra  menyusul Katherine di belakang dan langsung menutup pintu.

sementara itu..
PRANG!!!!  Bunyi pigura yang sudah berapa kali diganti, sukses pecah berkeping-keping dilempar erza di dinding kamar. Lalu gadis itu mengambil foto mereka berdua pada waktu selesai drama putri tidur di lantai dan menangis pilu sambil duduk di lantai dan air matanya menetes dan membasahi foto yang dia pegang.
“lo kejam putra! Sumpah kejam banget dari yang gue pikir! Gue gak rela lo pacaran ma selvi! gak akan pernah rela! Sia-sia gue nungguin lo putra selama ini kalo lo malah anggap gue orang lain ok, lo lupain gue, jangan harap gue bakal ingat sama lo! jadi kita impas!.” tekad erza lalu merobek foto terakhir yang dia punya dan dia lempar ke bak sampah.

setelah itu, dia berkaca di cermin dan memegang kalung yang melingkar di lehernya, seperti milik putra.” Ngapain gue pake nih kalung? Cuma bikin nyesek hati aja! toh dia lupa sama gue.” kata erza dalam hati.
 Dia ingin melepasnya, tapi entah kenapa hatinya mendadak tak rela dan ada sebersit rasa sakit ketika dia tetap keukeuh melepas kalung itu. Nyerah. Dia memasang kalung itu kembali dan mengambil handuk lalu masuk kamar mandi.
Selesai mandi, dia mendengar hujan turun dengan deras. Dia langsung teringat kebiasaan gilanya akan hujan dan mendadak kenangan putra hadir lagi dalam otaknya yang buat dia sakit. Lalu dia berdoa dalam hati agar perasaan sakit itu hilang dan mencoba tidur sambil memegang bandul kalung dengan erat.

di rumah putra beda lagi….
“wah hujan Kathy.” Kata putra di ruang tamu lalu membuka pintu taman yang membuat Katherine teriak.
“lo gila kak?! Udah tau hujan, ngapaian lo buka pintu taman?! Udah tutup kak!.” Gerutu Katherine lalu masuk dalam kamarnya meninggalkan putra yang mulai termenung lalu dia keluar dan berdiri di tengah taman sambil menutup matanya membiarkan air hujan membasahi wajahnya.
“entah kenapa, kok gue merasa dulu gue merasa punya kenangan dengan hujan. Dan gue merasa ada yang special dengan hujan. Tapi apa? Kenapa gue gak bisa inget?.” Tanya putra dalam hati.
lalu dia teringat erza, cewek yang mengaku tunangannya, yang menangis di hadapannya, dan kalung yang melingkar di lehernya, sama seperti dirinya. Dia merasa ada keterikatan dengan gadis itu, tapi dalam hubungan apa, dia tak bisa mengingat. “kenapa gue gak bisa liat dia nangis yah? apa dia memang special di hati gue? perasaan nih beda banget dengan perasaan gue sama selvi.” kata putra dalam hati.

ketika asyik melamun di tengah hujan, tiba-tiba lampu mati dan menjadi gelap gulita. Dan dia mendengar Katherine berteriak dari dalam rumah
“KAK PUTRA! Lo dimana?! Gue takut gelap nih.” teriak Katherine disusul bunyi tangisan.
mendengar itu, dia langsung menutup pintu taman dan mengambil senter lalu lari menuju kamar Katherine.
Sesampai dikamar Katherine, dia melihat gadis itu duduk dilantai sambil menelungkupkan wajahnya dengan kedua tangannya dan terisak. Lalu dia memeluk gadis itu dan menenangkannya “ tenang kath, bentar lagi bakal nyala kok.” kata putra sambil mengelus rambut Katherine. Seperti de javu, dia merasa pernah dalam situasi ini, tapi dengan siapa, dia gak tau.
“kayaknya gue pernah lakuin ini sebelumnya deh, dengan siapa yah?  sama selvi? jelas gak mungkin.” Kata putra dalam hati.
sesudah dia bilang begitu, lampu menyala lagi dan dia melihat Katherine menatapnya dengan mata sembab, “makasih dah temenin gue kak. Gue takut banget.” Kata Katherine sambil menatap putra dalam.
“sama-sama dek. Tidur yuk.” Kata putra sambil menuntun Katherine ke tempat tidur.
setelah melihat Katherine tertidur pulas, ingatannya seperti meraba ke masa lalu, tapi dia tak bisa mengingat itu. Putus asa dengan hal ini, dia keluar dari kamar Katherine lalu masuk ke kamarnya dan tidur.


pagi harinya…….
“pagi sayang.” suara putra sebagai pembuka pagi gadis yang baru saja mengangkat telponnya d cerah benderang.
“pagi juga sayang. aku kangen sayang, sama kamu.” Kata selvi sukses buat putra tertawa.
“apaan sih kamu sayang. eh nanti jemput aku yah? aku pengen kampus bareng kamu.” Kata selvi dengan suara manja.
“apa sih yang enggak buat kamu sayang? oke deh. Eh sayang sudah dulu yah. I love you.” Kata putra tersenyum.
“I love you too. Bye sayang.” kata selvi mematikan telponnya.

sambil memandang layar telponnya, gadis itu tersenyum menang karna bisa mendapatkan apa yang dulu dia mimpikan, walau harus buat cowok itu amnesia dan mendapatkan tatapan sinis dari Katherine. Tapi selama putra ada di sampingnya, cowok itu pasti akan membelanya dan membuat cewek sombong itu bertekuk lutut di hadapannya, pelan tapi pasti, setelah selesai kuliah ini, dia akan menyandang nama Pradipta di belakang namanya, semua orang akan memanggilnya Nyonya Pradipta dan dia bisa menegakkan kepalanya dengan angkuh dan menerima banyak pujian dan kata iri dari teman-teman yang dulu mencacinya. Merasa tak sabar mewujudkan khayalannya dia bergegas mandi sebelum calon suaminya, ngomel gak keruan.

Setelah selesai mandi, selvi dandan secantiknya dan langsung mendatangi putra yang sudah menunggu di luar rumah.

“hai sayang. maaf yah lama. Aku tadi mandi.” Kata selvi kketika masuk dalam mobil putra dan terpesona dengan penampilan pacarnya yang selalu sempurna dimatanya.
“gila cowok gue ganteng bener! Gak sia-sia gue upayain segala cara untuk pertahanin nih cowok!.” Kata selvi dalam hati.
“enggak apa-apa kok sayang. sudah siap kan?.” Kata putra tersenyum melihat selvi di sampingnya.
selvi menganggukkan kepalanya dan tersenyum ketika putra menjalani mobilnya dengan tangan kirinya menggenggam erat tangannya.

Sepanjang perjalanan menuju kampus, selvi dan putra saling merayu, saling bercanda dan sesekali selvi pura-pura merajuk yang langsung direspon putra dengan kecupan di pipi.

sesampai di kampus, putra memarkir mobilnya di samping mobil seseorang, yang entah kenapa, dia seperti pernah melihat mobil itu dengan seseorang yang dulu berarti di hidupnya, sambil melamun dia melirik ke mobil itu, mencari serpihan kenangan yang hilang oleh waktu, dan tanpa sadar telah mencueki selvi.
“sayang…..kamu kenapa? Ayo turun.” Kata selvi mencolek punggung putra
putra tersadar dengan colekan selvi, langsung membuka pintu mobilnya diiringi selvi dan gadis itu langsung meletakkan tangannya di pinggang putra.


erza yang mengobrol dengan kak reno sambil memegang buku-buku sebesar kamus, langsung melongo dan menjatuhkan buku-buku yang dipegangnya tanpa melepaskan tatapan matanya dari dua pasangan yang sukses bikin dia makan hati.

reno yang bingung dengan tingkah erza, langsung mengikuti tatapan mata erza dan menyadari kenapa gadis yang disampingnya itu langsung berubah menjadi mendung. Melihat itu, dia langsung merangkul pundak erza dan mendekatkan gadis itu di badannya yang membuat erza kaget hendak melepaskan diri, tapi ditahan reno “dia kan lupa sama lo za, ngapain lo sakit hati ma dia? bagaimana kalo kita pura-pura pacaran aja di depan dia?.” bisik reno kepada erza.

mendengar ide reno, erza langsung mengangguk dan meletakkan tangannya di pinggang reno dan berjalan di depan putra dan selvi tanpa menoleh kea rah mereka.
putra yang melihat erza lewat di depannya, entah kenapa hatinya ingin menarik tangan gadis itu yang melingkar di pinggang reno dan memarahinya, tapi karna dia merasa erza bukan siapa-siapa baginya, dia tak menghiraukan perasaan yang semakin sakit ketika melihat reno mencium puncak kepala erza.
“gila! Sumpah gila! Kenapa gue jadi pengen injek-injek tuh cowok yah?! eh.. tapi erza siapa gue? gue kan punya selvi. sabar put..sabar..” kata putra dalam hati.

“Sayang… kita kapan masuknya nih?.” tanya selvi sambil menarik pelan lengan kaos putra.
tersadar dari lamunan, dia langsung menarik selvi ke dalam kampusnya dan meninggalkan erza yang menatapnya dalam, dengan tatapan sakit. “gue rela banget put bisa disamping elo lagi, walau lo lupain semua tentang gue. asal lo udah disamping gue kayak dulu, itu udah cukup.” Kata erza dalam hati.

“udah dek…entar dia akan inget sama lo lagi dan akan ninggalin pacarnya itu. Percaya deh sama gue.” kata reno ketika melihat erza hendak meniitkkan air matanya, tapi buru-buru dihapusnya.
“iya kak. Erza masuk dulu ya. bye kak.” Kata erza berlari meninggalkan reno.

sesampai dia memasuki kelasnya, dia langsung meletakkan tasnya dan buku-buku super berat di samping kirinya dan mulai mengeluarkan catatannya karna dosen sudah masuk.

setengah penjelasan dosen dijalani erza,tiba-tiba masuklah sebuah cowok ke dalam kelasnya dan langsung menggeser kursi yang berisi buku-buku super berat dan tasnya dan menarik kursi kosong lalu duduk disamping erza mengetahui bahwa ada seseorang yang sangat dia rindukan, sedang duduk disampingnya dan menatap dalam dirinya.
“kenapa hati gue jadi adem duduk disamping dia yah? dan entah kenapa, pengen banget liat dia marah.. apa gue kerjain kali yah?.” kata putra dalam hati.

ketika erza hendak mengambil bukunya, dia melepas kacamatanya sambil tangannya berusaha menggapai sesuatu tanpa menoleh disamping, merasa memegang yang empuk-empuk dia menoleh dan kaget dengan siapa yang disampingnya dan semakin kaget melihat tangannya nangkring di atas paha putra dan menatap tajam putra yang mulai mesum.
“ELO?! Ngapain lo disini?! Tas gue mana?! Apa lo lirik-lirik?! Dasar cowok mesum, gak beres, omes!.” Kata erza kesal tanpa sengaja mengucapkan sebuah kata, yang membuat cowok itu terdiam.
“kayaknya gue pernah di panggil dengan sebutan itu deh, tapi dimana?.” Kata putra dalam hati.
“suka-suka gue dong mau duduk dimana! Kan gue bayar disini! Tuh tas lo disitu.” Kata putra sambil mengambil tas erza lalu meletakkannya dengan kasar dipangkuan erza yang membuat gadis itu kaget.
“lo itu yah, bener-bener deh!.” Kata erza sambil mengambil buku di tasnya sambil mencibir.
“huh! tuh cowok sudah amnesia. Masih aja nyebelin gue! bikin gondok! Tapi… gue seneng juga sih, bisa kayak dulu lagi… eh?!! Kok gue jadi gak beres gini?!.” Kata erza dalam hati.
“ambilin kamus gue.” perintah erza tanpa melirik putra yang asyik mencatat.
“ambil aja sendiri. Lo punya tangan dan kaki kan?.” Kata putra cuek tanpa melepas tatapannya dari papan tulis.
“lo tuh yah! ugh! Bener-bener deh!.” Kata erza sebal lalu berdiri dan berjalan melewati putra lalu mengambil bukunya sambil mencibir.
putra yang melihat itu, langsung cekikikan dan hatinya ingin mengerjai dan mengerjai erza lagi. dan ada perasaan rindu ketika dia melihat erza mencibir.

dosen yang melihat erza dan putra berantem dari tadi, kontan menegur “erza, putra! Kalian satu kelompok dalam tugas bedah mayat dan KKN di sebuah desa terpencil selama 2 minggu! Tak ada kata bantah-bantahan.” Kata dosen ketika melihat erza melongo saking kagetnya.

“APA?!.” Teriak erza sambil menatap putra ngeri.

Part 14
 tapi pak..” kata Erza berusaha membantah tapi langsung dipelototi dosennya.
“saya kan sudah bilang tidak ada kata bantah-bantahan Erza! Dan kamu harus tau, putra sekarang partner kamu mulai dari hari ini! Jadi kamu harus bantuin dia dalam tugas karna dia murid baru. Ngerti?.”

“ini dosen mau bikin gue galau apa?! Ngajak ribut nih.” gerutu Erza dalam hati.
sebelum erza hendak membantah lagi, Putra langsung menyerebot Erza yang membuat gadis itu melirik seperti ingin memakannya hidup-hidup. “makasih pak udah milihin saya partner tugas. Jadi saya bisa mengikuti pelajaran yang ketinggalan disini.” Dengan senyuman yang membuat dosen itu merasa puas diri, dan membuat Erza galau.
“tapi pak… dia kan  baru disini, masa langsung KKN?.” Kata Erza keukeuh gak rela dipasangin dengan Putra.
“kalian gak KKN sekarang, ujian semester kan tinggal 3 bulan lagi, setelah itu semester akhir,  baru kalian KKN sama yang lain di desa gunung kidul, Yogyakarta. Saya lupa KKN tidak 2 minggu, tapi 3 bulan Jelas? Dan gak ada bantah-bantahan atau nilai kamu jadi F dalam pelajaran saya.” kata pak dosen singkat, padat, jelas, juga ngancem.
mendengar kata nilai tugasnya berujung F, dia Cuma menghela napas dan tak menyadari tatapan Putra ke arahnya antara bingung dengan perasaannya yang senang bisa berdua dengan Erza dan bisa mengingat siapa dia dalam hidupnya, tapi merasa sedikit menyesal karna akan meninggalkan Selvi dan dia bingung bagaimana dia menjelaskannya kepada cewek yang dia sayangi saat ini. Merasa diperhatikan, Erza balas menatap Putra dalam
“kenapa disaat gue niat bener pengen jauh dari lo, gue malah didekatin lagi sama lo? bingung gue gimana caranya jauhin lo.” kata Erza dalam hati.
“Apa lo lirik-lirik?! Gara-gara lo nih semuanya, habislah gue sekelompok sama lo!.” kata Erza sambil melirik Putra sebal dan melipat kedua tangannya di dada yang entah kenapa, membuat Putra tertawa melihat tingkahnya.

“kenapa gue ngerasa puas banget kalo liat dia marah yah? gue kerjain lagi ah…. Itung-itung muasin hati gue yang daritadi pengen ngerjain dia.” kata Putra dalam hati.
Putra langsung merangkul pundak Erza dan berbisik di telinganya “emang gue gak boleh lirik lo? kan kita sekarang partner. Jadi kita harus bersama setiap saat. Dan lo harus bantu gue dalam tugas-tugas kuliah.”kata Putra dengan tatapan yang jujur, buat Erza kangen  untuk seperti dulu dengannya dan mati kutu.

“mati kutu dah kalo dia natap gue kayak gini.” Keluh Erza dalam hati.
“lo itu yah! udah amnesia, tetep aja ngeselin gue! seharusnya gue tenang karna lo lupa sama gue, jadi gue bebas dari kejahilan lo yang biasanya lo lakuin dirumah!.” Kata Erza ketus lalu mendorong tangan Putra kasar yang dipundaknya dan keluar dari kelas sambil membawa buku-bukunya yang berat.
Putra terdiam mendengar ucapan Erza, lalu dia mengejar Erza dan berjalan dibelakang gadis itu sambil berpikir
“dirumah? Emang gue sama dia sedekat apa sih jadi dia bilang gitu ma gue? gue sama Selvi tinggal satu apartemen waktu di jerman aja gak segitunya. Paling ayang-ayangan aja di tempat tidur.*author cemburu*  *lirik Erza ngasih kode* *Siap-siap ambil cangkul bareng Erza terus gali kuburan disertai batu nisan bertuliskan nama Selvi* dan perasaan ini beda banget bila gue sama Selvi.” kata Putra dalam hati.
“kita kemana Za?.” tanya Putra sambil mengekor Erza di belakang.
“lab.” Jawab Erza singkat, padat, jelas dan ketus.
“ngapain?.” Tanya Putra dengan wajah jahil di belakang.

“ini cowok! Udah tau di lab kerjaannya meneliti! Masa nanya lagi?! gue bedah juga lama-lama!.” Gerutu Erza dalam hati
Erza pura-pura tidak mendengar pertanyaan Putra, malah dia mempercepat laju jalannya yang membuat Putra tertinggal di belakang.
merasa ditinggal, dia berjalan cepat hingga mengimbangi cewek itu dan berdiri di sampingnya “kok pertanyaan gue gak dijawab? Kita ngapain di lab? Mau…?.” Kata Putra jahil dan langsung dipelototi Erza.
“lo itu yah! sumpah ngeselin gue banget hari ini!  Lo mau tau kita ngapain di laboratorium?! Bedah mulut lo supaya gak banyak nanya lagi sama gue! dasar cowok gila!.”kata Erza ketus lalu masuk dalam laboratorium meninggalkan Putra yang lagi-lagi terdiam di depan pintu.
“gila? Kok gue ngerasa pernah dipanggil dengan sebutan itu yah? aneh banget gue hari ini, maunya ngerjain dia mulu, padahal kemaren baru aja bikin dia nangis.” Kata Putra dalam hati.
merasa diam tak menemukan jawaban, dia masuk dalam laboratorium dan duduk di samping Erza yang sudah mengenakan jas lab.

“jas gue mana?.” Tanya Putra duduk disamping Erza sambil nyolek.
“ambil aja sendiri. Lo punya kaki sama tangan kan?.” Tanya Erza balik tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang dia baca.
merasa tak mendapat respon, Putra langsung mengambil buku yang dibaca Erza lalu membawanya ketika dia mengambil jas dan duduk kembali tanpa mempedulikan tatapan tajam Erza.
“balikin buku gue Putra! Lo itu apa-apaan sih?! Nyebelin banget jadi cowok!.” Kata Erza sambil berdiri di samping putra dan berkacak pinggang.
“gue mau pinjem. Kayaknya rame buku yang lo baca sampai gue dikacangin.” Kata Putra cuek sambil membaca buku Erza.
“ngapain gue peduli sama orang yang membuat semua penantian gue sia-sia?! Dan ngapain juga gue peduli sama cowok yang datang kesini ternyata bawa cewek lain terus dengan mudahnya bilang lupa sama gue?!.” kata Erza pelan tapi sukses membuat Putra terdiam dan menatap gadis yang dihadapannya dengan tatapan sulit diartikan.
“lo marah karna gue gak bisa inget apapun tentang lo?.” tanya Putra.
“menurut lo? gue marah dan sakit hati! Enak bener lo bilang “gue lupa sama lo, lo siapa gue?.” tanpa mikirin perasaan gue yang udah nunggu lo selama 4 tahun! Kalo begini akhirnya, mending gue tiap malam berdoa sama Tuhan agar lo gak usah pulang kalau perlu mati aja sekalian biar gue gak sakit kayak gini!.” Kata Erza sedikit berteriak dengan mata berkaca-kaca dan untungnya laboratorium Cuma mereka berdua, jadi tak ada yang mendengar pertengkaran mereka.
Putra langsung berdiri dan memeluk erza dalam dekapannya dan membiarkan gadis itu memukul dadanya dan menangis sampai baju kaosnya basah. “gue minta maaf kalo apa yang terjadi sekarang, udah nyakitin lo, udah hancurin harapan lo. tapi gue bener gak inget apa-apa za. gue lupa siapa lo, gue lupa temen-temen gue siapa, sahabat gue siapa, yang gue inget hanyalah gue punya keluarga dan gue sekarang punya pacar, yaitu Selvi. Itu aja.” kata Putra yang bikin Erza semakin nyesek mendengar kata terakhir itu.
“Erza….. beri gue kesempatan untuk inget sama lo lagi. untuk inget semua yang dulu kita lakuin.” tambah Putra yang buat Erza menatapnya.
“terus  biarin lo sakitin gue lagi? ancurin harapan gue sekali lagi? mending sekarang kita teman aja, selesai. Dan kenangan tentang dulu, lo gak usah repot-repot ngingetnya, karna gue akan lupain semuanya.” Kata Erza lalu melepas pelukannya dari Putra dan keluar menuju kamar mandi meninggalkan Putra.

tak lama kemudian, Erza masuk dalam lab dengan mata sembab dan membuat teman-temannya bertanya.  tapi Cuma dibalas Erza dengan senyuman tanpa menyadari bahwa putra melihat semua tingkahnya, dan melihat betapa pandainya Erza menutup hatinya agar orang lain tak tau apa yang terjadi padanya. “gue janji akan mencoba inget sama lo za, walau lo gak ijinin gue. gue gak peduli.” Tekad Putra dalam hati.
lalu Erza duduk di belakang Putra sambil bertopang dagu dan menatap punggung cowok yang disayanginya, sekaligus menghancurkannya dalam waktu yang sama, merasa sakit, dia langsung membuka buku dan membacanya.

kemudian dosen masuk dan memberikan pengarahan kepada mereka lalu menyuruh mereka untuk berada di kelompoknya dan mengambil mayat-mayat yang sudah tersedia untuk segera mereka bedah.
selama membedah, tak ada pembicaraan antara Erza dan Putra, mereka sibuk dengan perasaan masing-masing. Pada saat Erza selesai menulis laporannya sambil menggulung lengan jas, tanpa sengaja Putra berbalik ke arahnya sambil  memegang pisau yang baru dia sterilkan dan ujung pisau itu menyentuh pergelangan tangan Erza sehingga mengucurkan darah segar.
Putra kaget melihat tangan Erza berdarah, langsung mengambil tangan gadis itu tapi ditepisnya “biar gue obatin sendiri.” Kata Erza lalu pergi meninggalkan putra
“gue lukain tangan lo, biar gue obatin sayang.” kata Putra spontan yang membuat Erza kaget dengan panggilan putra, begitu juga sebaliknya.
“lo manggil gue apa?.” Kata Erza berharap salah dengar.
“sayang. memangnya kenapa? Salah? .” Kata Putra yang sekarang asyik mencari kotak P3K.
“gue bilang lo gak usah repot-repot obatin tangan gue! gue bisa sendiri!.” Kata erza sambil memegang pergelangan tangannya yang terluka dan menggigit bibirnya tanda kesakitan. Putra melihat itu langsung menarik pergelangan tangan erza yang satunya lalu mereka duduk dekat jendela yang didepannya ada dua ekor angsa putih sedang berenang ditengah danau menambahkan suasana romantic, ditambah lagi sekarang tinggal mereka berdua di laboratorium.
“sekali aja lo gak usah ngelawan apa kata gue za. gue lukain tangan lo dan gue juga harus obatin tangan lo.” kata Putra sambil mengambil dua buah kursi untuknya dan Erza lalu diletakkan berhadapan.
“lo duduk disitu.” Kata putra sambil sibuk mengeluarkan kain kasa, perban, kapas, dan obat merah dari kotak itu tanpa melihat Erza yang asyik menatapnya.
“gue berdiri aja.” kata erza yang sukses membuat putra berhenti mencari gunting untuk memotong perban dan mempelototi Erza.
“lo keras kepala bener yah jadi cewek!.” gerutu Putra yang sekarang asyik mengobati tangan erza kemudian mengambil perban untuk menutupnya.
“terus kenapa kalau gue keras kepala? Bakal ngerugiin hidup lo?.” kata Erza sinis sambil menatap danau dibalik jendela dengan tatapan kosong.
“kenapa jadi begini Put? gue kira setelah lo pulang, gue bisa bersama lo lagi kayak dulu. Tapi nyatanya, Gue diuji lagi. apa perasaan gue kurang cukup ngebuktiin kalo gue sayang sama lo?.” kata Erza dalam hati
Putra terdiam mendengar  jawaban itu dan menyibukkan dirinya mengobati luka Erza. Sambil mengobati luka Erza, sesekali dia menatap gadis itu yang asyik melihat keluar jendela dan entah kenapa dia merasa pernah dalam posisi seperti ini, dan ada perasaan yang tak bisa dijelaskan, tapi rasanya tenang dan ingin selalu bersama gadis itu,  selamanya.

“Aku tenang saat disampingmu, walau ku tak tau mengapa. Yang aku inginkan adalah, selamanya kita akan selalu seperti ini.  Dan aku berharap, semoga Sang Waktu berbaik hati padaku agar memberikan sedikit waktunya  untuk bisa menikmati saat-saat bersamamu, walau hanya sebentar saja.”

setelah tangan Erza selesai dibalut, Erza menatap Putra seolah mencari apakah masih adakah perasaan untuk dirinya, walau sedikit saja, sudah sangat bersyukur. “makasih Put.” kata Erza berjalan meninggalkan Putra yang terpaku menatapnya.
“Za…” panggil Putra yang membuat gadis itu menoleh dan kaget ketika Putra memeluknya.
“kenapa Put?.” tanya Erza bingung harus berbuat apa dengan tingkah Putra.
“please,,, lo jangan bersekongkol dengan Sang Waktu untuk mempersulit gue mengingat apa yang terjadi dengan kita za. gue mohon ijinin gue dekat sama lo lagi, agar gue bisa ingat sama lo.” kata Putra yang membuat Erza kaget mendengar ucapannya lalu melepas pelukannya.
“gue bukan cewek yang mudah ngasih kesempatan kedua Put. tuh cewek lo datang. Gue pergi dulu.” Kata Erza langsung mengambil tas dan keluar dari lab tanpa melirik Selvi yang berdiri di depan pintu sambil tersenyum pada Putra, ketika Selvi melihat Erza lewat di depannya ditambah Putra menatap kepergian gadis itu, dia bersumpah dalam hati, apapun yang terjadi, dia takkan membiarkan Putra jatuh ke pelukan Erza untuk kesekian kalinya.

“hai sayang. aku nyari kamu kemana-mana lo. kok sms aku gak dibalas sih?.” Kata Selvi tersenyum ketika Putra berjalan menghampirinya.
“aku tadi sibuk sayang. jadi gak sempat buka Handphone. Jalan yuk.” Kata Putra sambil merangkul selvi di pundak yang dibalas cewek itu dengan rangkulan di pinggang Putra.

Selama mereka berjalan menuju parkiran, baru kali ini Selvi bisa menegakkan kepalanya dan berjalan bagai burung Merak yang sedang memamerkan bulu-bulunya yang indah di hadapan burung-burung lain dan menatapnya penuh iri.  dia bisa membaca pikiran cewek-cewek di sekitar kampus menatapnya dengan penuh kagum karna bisa menggandeng cowok sekeren Putra. Putra yang sudah biasa dengan hal itu, cuek saja.

“akhirnya gue bisa mengejar apa yang gue inginkan dari dulu! Menjadi pusat perhatian! Bukan Cuma Erza aja yang bisa kayak gini, gue juga bisa!.” Kata Selvi dalam hati.
ketika sampai di parkiran, Putra melihat Erza asyik bercengkrama dengan Rico dan Restu. Karna dia tak mengingat siapa Restu dan Rico,  dia merasa asing dengan mereka berdua dan cemburu melihat gadis itu asyik tertawa dengan mereka berdua dan tangannya merangkul pundak mereka.  entah kenapa, kakinya ingin melangkah ke tempat mereka lalu menarik gadis itu menjauh kemudian memarahinya. Tapi dia tak bisa melakukan itu karna ada Selvi, cewek yang sangat dia jaga perasaannya berdiri di sampingnya . Jadi dia hanya bisa menatap dan berharap, semoga gadis itu melepas rangkulannya dari pundak mereka kemudian melihat ke arahnya agar cewek itu tau, bahwa dia tak suka.
“kenapa gue jadi gak rela gitu Erza dekat dengan cowok lain? dia kan bukan siapa-siapa gue? tapi katanya dan Katherine dia tunangan gue. arghhh.. gue pusing!.” Kata Putra dalam hati
“sayang… kok melamun? Ayo pulang. Kamu ngeliat apa sih?.” Kata selvi sambil menarik tangan Putra pelan sambil mengikuti arah pandangan Putra.
“enggak kok sayang.  ayok.” Kata Putra merangkul Selvi menuju mobilnya yang ternyata terparkir di samping mobil Erza.
Erza yang melihat Putra sedang membukakan mobil untuk Selvi hanya bisa mnghela napas ketika cowok itu juga menatap dirinya. Yang membuatnya kaget, dia melihat ada sedikit sorot mata kemarahan dari Putra, tapi sebelum dia tau maksudnya apa, Putra sudah masuk dalam mobil dan menjalankannya dengan kecepatan penuh, meninggalkan semua tanya di hati.
“kenapa Za?.” tanya Restu sambil mengikuti tatapan mata Erza. Dan tau apa yang dipikirkan gadis itu, Restu hanya bisa menepuk pelan pundak erza “Suatu saat nanti dia akan ingat sama lo za. eh, lo sekelompok dengan Putra untuk KKN yah? asyik tuh.” Kata Restu lagi yang membuat Katherine yang baru tiba langsung mendekati Erza dengan mata berbinar-binar.
“serius lo kak satu kelompok dengan kak Putra? Berapa bulan kak? asyikk!! Doa gue terkabul juga akhirnya.” Kata Katherine penuh syukur yang membuat mereka mendengar hal itu langsung melihat kearahnya.
“emang lo berdoa gimana kath?..” Tanya Rico yang sekarang merangkul Arny dengan penuh sayang *nyesek seketika*
Katherine senyam-senyum tak jelas mendengar pertanyaan Rico membuat yang lain pada penasaran “gue berdoa tiap malam semoga kak Putra bisa bareng kak Erza lagi terus putusin si mak lampir, Selvi. terserah deh mau cara apa, yang penting mereka dekat. Hahahha.” Kata Katherine tertawa diikuti yang lain.
“dasar lo kath. Gak boleh gitu. gue aja gak terlalu mengharap banyak dengan sekelompok ma Putra, takutnya sia-sia lagi harapan gue. jadi gue sekarang terserah aja *sambil lirik author dengan sinis karna dikasih peran nyiksa mulu.* mau jodoh sama dia, gue senang, kalau enggak, gue berharap akan menemukan yang lebih baik dari Putra.” Kata Erza dengan wajah pasrah.
“gue berdoa dari hati paling dalam, lo bersama dengan dia dek. Pulang yuk.” Kata Reno tiba-tiba datang dan mengelus kepala Erza dengan rasa sayang.
“ayook.. guys, duluan yah, bye.” Kata Erza tersenyum lalu jalan berdampingan dengan Reno menuju mobilnya, lalu mereka masuk dan Reno menyetir mobil Erza dengan kecepatan penuh meninggalkan kampus.

setelah mereka pergi, masing-masing membubarkan diri menuju mobil dengan pasangan masing-masing dan pergi meninggalkan kampus.

sementara itu….
Putra bingung bagaimana bilang kepada Selvi soal dia akan pergi ke desa terpencil, tidak sendiri, melainkan dengan Erza dan 5 orang lagi. disaat Putra asyik bermain dengan pikirannya, Selvi menyenderkan kepalanya di bahu Putra yang asyik menyetir mobil dan menatap cowok itu dengan tatapan sayang.

 “kamu kenapa sayang? ada masalah?.” Kata Selvi ketika melihat Putra hanya diam.
“eum…. Aku boleh ngomong sesuatu gak sayang?.” kata Putra pelan.
“apapun itu, aku siap mendengarkan sayang.” kata Selvi tersenyum.
“kamu kan tau aku masuk sudah semester 5, jadi semester depan aku akan KKN di desa Gunung Kidul, Yogyakarta selama 3 bulan.” Kata putra menatap Selvi “aku kesana gak sendiri, tapi dengan Erza dan beberapa yang lain.” lanjut Putra tapi sukses membuat Selvi duduk tegak dan menatap Putra dengan tatapan sulit diartikan. Perlahan tapi pasti, dia teringat pertemuan keduanya dengan Erza di laboratorium dan entah kenapa, dia merasa takut ketika dia hampir mendapatkan impian indahnya bersama Putra, semua itu akan musnah dalam sekejap dengan kedatangan Erza, yang lebih dulu mengisi hati Putra dan dia  merasa, tatapan Putra tak bisa lepas dari gadis itu, walau Putra berusaha menyembunyikan itu darinya.
“terus? Kamu mau tinggalkan aku?.” Kata Selvi yang membuat Putra menghela napas berat dan menghentikan mobilnya di depan pagar rumah Selvi.
“aku cuma pergi sementara sayang. nanti aku pulang. Janji.” Kata Putra memegang kedua pundak Selvi yang sekarang duduk berhadapan dengannya.
“aku gak mau.” Kata Selvi sukses membuat Putra kaget.
“kamu ngertiin aku sayang. kalau aku tidak ikut KKN,aku gak akan lulus!,” kata Putra setengah berteriak.
“tapi kenapa harus dengan Erza?.” Kata selvi sambil menatap Putra yang terdiam.
“karna aku sekelompok dengan dia. aku janji akan selalu menghubungimu. Tiap jam. Ok?.” kata Putra.

“tetap aja gue gak bisa liat apa yang lo lakuin sama Erza! Kenapa sih tuh cewek nongol lagi saat impian gue hampir tercapai?!.” Sungut Selvi dalam hati.
Selvi hanya diam mendengar perkataan Putra, sadar bahwa cewek yang dia sayangi tidak setuju dengan kepergiannya, Putra mencari akal agar Selvi setuju dengan kepergiannya, dia sendiri bingung kenapa sangat antusias ikut KKN, entah karna ada Erza atau apa, dia tak tau.
“aku lupa tentangmu, bukan berarti hatiku ikut melupakanmu, justru aku sekarang berusaha mencari serpihan kenangan indah tentang kita  melalui hatiku, bernegoisasi dengan waktu agar aku bisa mengingatmu lagi, dan menggunakan segala cara agar aku tau siapa dirimu.”


“sayang….” kata Putra yang sekarang mengelus kepala Selvi kemudian mencium keningnya.
“hmmm..” kata Selvi cuek tapi tetap menatap Putra.
“bagaimana? Please… kamu mau punya pacar tak lulus kuliah gara-gara gak ikut KKN? Apa kamu tak malu?.” Kata Putra yang tau bahwa Selvi haus pujian dari orang-orang sekitarnya dan menggunakan itu sebagai senjata ampuh agar dapat ijin dari Selvi.
Selvi dalam hati membenarkan kata Putra, dengan berat hati dia menganggukkan kepalanya “aku ijinin kok. tapi inget jangan macam-macam! Dan kamu harus hubungin aku terus! Ok?.” kata Selvi yang membuat Putra senang dan langsung memeluk Selvi erat.
“makasih sayang.” kata Putra dan sebuah ciuman penuh sayang mampir di pipi kiri dan kanan gadis itu dan langsung direspon gadis itu dengan senyuman lalu keluar dari mobil Putra dan masuk dalam rumah ketika mobil Putra menghilang dari pandangannya, tanpa ada yang tau, bahwa dalam hatinya dia berharap, semoga keputusannya tak salah.


Malam harinya…
hari sudah malam dan hujan turun dengan deras ketika Erza baru saja selesai mengerjakan tugasnya, dia melepas kacamatanya dan keluar dari rumah menuju pintu taman dan duduk di ayunan sambil menatap kolam renang dengan tatapan kosong.  dia bisa melihat banyak kenangan Putra disetiap sudut rumahnya, memaksanya untuk merubah keputusannya untuk melupakan cowok itu. Dan itu membuat dia teringat kejadian siang tadi dan keputusan dosennya untuk KKN bersama Putra yang berpotensi untuk mengulang semua yang kejadian yang sudah dia lupakan susah payah. Mengingat itu, Erza hanya menghela napas sambil merasakan tetesan air hujan membasahi wajahnya yang lagi-lagi memberikan sepenggal kenangan indah. Dan pada akhirnya, dia membiarkan tetesan air mata itu mengalir di pipinya agar langit dan bumi bisa merasakan kesakitan yang dia alami sekarang.

“setiap aku melihat di sekelilingku, aku merasa semua benda disini memaksaku untuk mengingatmu, meruntuhkan egoku untuk melupakanmu, itu membuatku sungguh tersiksa karna membiarkan pintu hatiku terbuka olehmu dan akhirnya meninggalkan luka menganga yang takkan bisa pulih kembali.”
Lelah menangisi hal yang dia yakini takkan pernah terwujud, dia masuk dalam rumah dan pergi ke kamarnya terus pergi tidur.

                                    ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
selama 3 bulan mereka bekerja sama sebagai partner, tak ada pembicaraan berarti antara Putra dan Erza, walau cowok itu berusaha mengajak Erza bicara, pura-pura bego ketika disuruh dosen menjawab pertanyaan agar bisa bertanya pada Erza yang kebetulan adalah gadis yang paling pintar di angkatannya, tetap saja sekuat apapun Putra berusaha, sekuat itu juga Erza menutup mulutnya rapat-rapat agar tak terpancing dengan usaha Putra yang menurutnya konyol.

Setelah selesai ujian semester seminggu yang lalu, akhirnya hasilnya sudah keluar, Erza yang baru keluar dari kelas buru-buru menuju papan pengumuman untuk melihat hasil ujiannya, ketika dia melihat nilai IPK 5,00, gadis itu tersenyum dan mendadak merengut  ketika nilainya di nomor dua dan yang membuatnya semakin manyun ketika melihat IPK Putra 5,50 bertengger manis di posisi yang dia impikan sejak dulu.
“hua! Posisi gue direbut sengak! Hahahaha..tapi gak papa deh, yang penting selama 3 bulan terakhir gue gak kepancing usaha konyol dia yang pura-pura bego supaya gue ladenin dia ngomong dan keterusan deh. Poor you boy.” Kata Erza dalam hati.


pada saat Erza asyik melihat papan nama dan mencari nama-nama temannya, tiba-tiba ada tangan bertengger di pundaknya dan sebuah hembusan napas lembut di telinganya membuat Erza geli dan ketika dia menoleh, dia melihat Putra berdiri di sampingnya dengan tangan kiri di pundaknya dan tangan kanannya asyik menyusuri papan nama. Kesal dengan tingkah Putra, dia berusaha melepas tangan Putra tapi bukannya lepas, malah mencengkram pundaknya hingga dia kesakitan dan akhirnya, usaha Putra membuat gadis itu bicara padanya, terwujud juga.
“sakit gila! Lo kira gue apaan hah?! Maen tiup telinga gue lagi!.” kata Erza ketus sambil berusaha menginjak kaki Putra, serangan andalannya.
melihat gadis itu marah-marah, entah kenapa membuat Putra cekikikan dan mengacak rambut gadis itu dengan lembut dan membuat Erza kaget dan terdiam.
“gue suka deh lihat lo marah-marah. Kayaknya asyik aja gitu. eh… lo mending temuin ibu Irene deh, lo dipanggil tuh. Tapi bareng gue.” kata Putra seolah tak memberikan kesempatan bagi Erza untuk membalas, dia menarik gadis itu menuju ruang dosen.

sesampai diruang dosen, mereka melihat Ibu Irene Pias Huda, dosen yang dikenal punya wajah manis apalagi kalo senyum tapi sadis kalo marah  itu sedang asyik bermake-up ria. Ketika melihat kehadiran Putra, mahasiswa kecengannya, Ibu Irene langsung menyimpan alat make-upnya dan tersenyum dan seketika merengut ketika melihat tangan Putra memegang tangan Erza.
“ada apa Putra?.” kata Ibu Irene bermanis –manis ria di depan Putra, dan langsung pasang wajah sadis ketika melirik Erza yang buru-buru menunduk. *horror ya za? emang sih wajah Ibu Irene itu horror* *ikutan nunduk*
“begini bu, kami kapan KKN? Siapa saja kelompok saya selain Erza?.” Kata Putra sambil tersenyum dan semakin memegang erat tangan Erza ketika merasa gelagat gadis itu ingin kabur.
“KKNnya kapan yah? seminggu lagi.  selama 3 bulan kamu di desa Kidul dan sebelum ke desa itu, kalian bisa jalan-jalan sebentar keliling jogja. Itung-itung refresing, dan ini nama kelompok yang kamu mau.” Kata Ibu Irene sambil memberikan daftar nama yang dimaksud Putra.

kelompok KKN FKUI 2011-2012
1. ERZA NOOR ASSIFA.
2. PUTRA EDUARDO PRADIPTA.
3. ARNY DEBORA.
4. RESTU SAHAB PRASETYA.
5. REVA MAHARANI SYAHREZA.
6. JESSICA.

Erza melongo maksimal ketika melihat daftar nama yang hampir membuatnya gila itu, berbeda dengan Erza, Putra merasa pernah melihat daftar yang dia pegang sekarang, ketika ada sekelabat banyangan masa lalunya hadir, mendadak kepalanya langsung berdenyut hebat dan buat dia kesakitan.
“arghh…” kata Putra pelan sambil memegang kepalanya dan cekalan di tangan Erza terlepas.
Ibu Irene mendadak panic dan langsung menyuruh Putra duduk “kamu kenapa Putra? Ada yang sakit?.” Kata Ibu Irene prihatin dan memberikan air minum ke Putra.
“Enggak apa-apa bu. Cuma agak sakit kepala saja. Permisi bu. Makasih atas catatanya.” Kata Putra sambil berdiri lalu menarik Erza keluar kantor.

“lo gak papa put?.” kata Erza khawatir dan lega karna tangannya sekarang tidak dicengkram Putra lagi dan mereka sekarang berada di sebuah danau yang tenang.
“gue gak papa. Eh, Lo bareng siapa ke kampus?.” Kata Putra sambil menatap Erza.
“gue bareng Reno. Kenapa?.” Kata Erza yang tak sadar bahwa ucapannya terakhir itu, memberikan sedikit perasaan cemburu pada Putra.
“Reno itu siapa lo?.” kata Putra dengan wajah menyelidik.
“emang penting buat lo tau? gue mau sama siapa, bukan urusan lo!.” Kata Erza ketus lalu berjalan meninggalkan Putra yang bingung dengan perasaannya.
“kenapa gue kayak cemburu ketika dia nyebut nama Reno? Dia kan bukan siapa-siapa gue. tapi kenapa gue merasa dia berarti di hidup gue? dan gue merasa, kenangan tadi, akan gue ingat kalo gue disamping dia.” kata Putra dalam hati


tiba..tiba……
Putra menarik siku Erza lalu menarik ke hadapan tubuhnya dan mencium kening gadis itu yang melotot dengan perlakuannya dan tak bisa berbuat apa-apa ketika Putra memeluknya hingga dia sesak napas.
“lepasin gue cowok mesum! Gue bukan cewek lo! kalo lo mau nyium cewek, cium pacar lo sana!!.” kata Erza sambil menginjak kaki Putra keras-keras sehingga Putra kesakitan.
“adduuuhh!!!mumpung cewek gue gak ada Za, boleh kan gue main-main sama lo?.” kata Putra dengan ekspresi jahil dan mesum yang membuat Erza mau tak mau teringat kejadian beberapa tahun yang silam, sebelum semuanya belum berubah, sebelum perasaan yang dia rasakan sekarang hadir dan memporak-randakan hidupnya.
“main sama banci kaleng sana! Lo bukan tipe gue! gue mau pulang!.” Kata Erza lalu mendorong Putra kasar dan bejalan meninggalkan Putra.
“gue ikutin lo sampai parkiran.” Kata Putra berjalan dibelakang Erza.
“gak perlu.” Kata Erza semakin mempercepat langkahnya.
“gue gak butuh ijin lo untuk melakukan apa yang gue mau.” Balas Putra.
“terserah lo deh.” Kata Erza ketus dan berjalan dengan diikuti Putra.

sesampai di parkiran kampus, Erza melihat Reno berdiri di samping mobilnya bersama Arny dan Rico juga yang lainnya, mereka kaget ketika melihat Putra berjalan di belakang Erza sambil cengar-cengir. Lalu mereka tersenyum dan Katherine yang merasa doanya terkabul, langsung berbisik ke Reva “Rev, kalo mereka balikan lagi terus mutusin si mak lampir, gue akan adain selamatan 7 hari 7 malam untuk rayain ini!.” Kata Katherine dengan  suara lumayan nyaring dan membuat yang lain semakin senyam- senyum gak jelas.
“pulang yuk.” Ajak Reno sambil merangkul Erza dan disambut gadis itu dengan senyuman yang tanpa mereka sadari, Putra mengepalkan tangannya.

“sumpah gerah bener yah gue liatnya! Tuh cowok siapa Erza sih?! Gue tabokin ampe bonyok! Eh..tunggu dulu! Kok gue jadi panas begini yah?.” kata Putra dalam hati.
 “Ayo sayang.” kata Erza ketika melihat kedipan mata dari Reno, tanda mereka acting pura-pura pacaran dihadapan Putra. Mereka yang melihat kejadian itu, hampir tertawa ngakak kalo gak ingat ada Putra di depan mereka yang sekarang panas-dingin.
“lo kira Cuma lo aja yang bisa manasin gue?! gue juga bisa! Panas dingin kan? Rasain lo sana!.” kata Erza dalam  hati.
“Kathy, lo pulang sama siapa?.” Kata Putra berusaha mengacuhkan Erza yang asyik bermanja ria dengan Reno, dan semakin panas ketika dia melihat dari sudut matanya  Reno mencium pipi Erza hingga wajah gadis itu merah lalu tertawa dan balas mencium pipi Reno.

“argghhh!!!!!!!! Sabar Put, lo gak bisa marah sama dia karna lo lupa siapa dia! kalo lo gak lupa siapa Erza, kalo lo gak lupa, Erza gak akan lakuin itu ke elo!.” Kata Putra dalam hati.
Katherine yang melihat reaksi Putra, senyum-senyum sendiri “gue sama Restu. Mak lampir kesayangan lo mana kak?.” Tanya Katherine dengan wajah sinis ketika menyebut julukan Selvi. “dia gak masuk. Yaudah gue pulang dulu. Buset dah lo Kathy, gitu-gitu dia cewek gue.” Kata Putra sambil menoleh ke Erza yang tak menghiraukannya dan asyik tertawa bareng Reno dan Rico lalu dia masuk dalam mobil dan melihat ke Erza sekali lagi, dan entah kenapa hatinya berharap agar gadis itu menoleh kepadanya dan tersenyum manis hanya untuknya. Merasa tak mungkin, dia melaju meninggalkan kampus.

setelah melihat Putra pergi, Erza menghela napas dan menatap Reno “gak apa-apa kak acting kayak gini?.” Tanya Erza dengan wajah sendu.
“justru hanya dengan cara ini agar dia ingat siapa lo Za. buktinya tadi gue liat tatapan matanya ngelirik lo mulu ketika lo cium pipi Reno, marah banget dia Za. good job dah.” Kata Restu.
“gue ngerasa aneh aja mesraan sama sepupu sendiri. Eh..kalian setelah ini mau nongkrong dimana?.” Tanya Erza sambil menatap mereka bergantian.
“ke mall yuk! Itung-itung sebelum kita KKN,  betul gak?.” Kata Reva, si Ratu Mall menatap Arny dan Katherine yang cengar-cengir.
Erza tertawa melihat anggukan mereka lalu masuk dalam mobil masing-masing menuju mall terdekat.


setelah keliling mall hampir 4 jam, akhirnya mereka pulang kerumah masing-masing sekitar jam 8 malam. Erza yang saking lelahnya akhirnya ketiduran di mobil dengan posisi kepala di pundak Reno yang menyetir mobilnya.
Setelah tiba dirumah, Reno mengelus kepala Erza lalu menepuk pipi gadis itu dengan lembut “Za, bangun za… kita udah dirumah nih.” kata Reno lalu mengguncang tubuh Erza pelan hingga gadis itu terbangun.
“Eh kak. Makasih udah bangunin. Capek banget soalnya.” Kata Erza keluar dari mobil dan langsung dipegang oleh Reno masuk dalam rumah karna mulai oleng jalannya.

Sesampai di kamar, Reno menuntun gadis itu masuk dalam kamar dan menidurkannya di tempat tidur lalu mencium kening gadis itu yang sudah dia anggap sebagai adiknya yang paling dia sayangi. Setelah melihat Erza tidur pulas, Reno menutup pintu kamar gadis itu dengan pelan.

                             ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
selama seminggu mereka kuliah dan menyiapkan ini itu untuk kepergian mereka esok ke Yogyakarta, akhirnya tibalah hari itu, hari dimana bagi Putra untuk membuka kenangan lama yang tersembunyi rapi menunggu untuk ditemukan, dan entah kenapa dia ingin semakin dekat dengan Erza, karna dia merasa, gadis itu mempunyai magnet tersendiri untuk membuat dia ingat tentang kenangan yang hilang dari otaknya.

“Za, ini tiketnya.” Kata Putra datang ke kelas langsung nyodorin tiket PP ke Erza yang asyik makan coklat sambil baca buku setebal kamus.
“tiket apaan?.” Kata Erza gak ngeh dan asyik membaca buku tanpa melirik Putra.
gemas, akhirnya Putra mengambil buku yang dibaca Erza yang membuat gadis itu mendongkak dan dia melihat ada sisa coklat di pinggir bibir tipisnya, lalu Putra menyentuh pinggir bibir Erza dengan jarinya untuk mengambil sisa coklat itu kemudian membuangnya. Tanpa menyadari bahwa tingkahnya itu membuat Erza teringat dengan kenangan sewaktu mereka masih satu rumah, tanpa pengganggu seperti sekarang ini.
“tadi di samping bibir lo ada coklat. Tuh tiket gue ambilin dari Ibu Irene, malam ini kita berangkat. Rumah lo dimana? Biar gue jemput.” Kata Putra sambil membolak-balikkan halaman buku yang dia ambil dari Erza.
“malam ini?! Bukannya lo tau rum..” kata Erza terhenti ketika dia menyadari bahwa di depannya sekarang adalah Putra yang lupa tentang apapun tentangnya, bahkan alamat rumah Erza sendiri pun dia lupa. Dan itu membuat Erza sedih.
“kayaknya semua kenangan tentang gue beneran tak ada satupun tersisa, sampai alamat rumah gue aja dia gak inget! Tragis bener hidup gue.” kata Erza dalam hati.
“tau apa?.” Kata Putra yang ngeh mendengar perkataan Erza.
“gak apa-apa. Ini alamat rumah gue.” kata Erza sambil menulis alamat rumahnya dan memberikannya ke Putra.
“ok deh. Di tiket jam 8 malam berangkatnya yah? lo sama siapa ke kampus? Sama Reno lagi?.” kata Putra sambil menekankan suaranya pada saat menyebut nama Reno.
“gue ke kampus selalu dengan Reno. Kenapa?.” Kata Erza bingung sambil berusaha mengambil buku di tangan Putra, tapi gagal.

“maksud hati pengen ajak pulang bareng, gak taunya sama Reno! Tunggu dulu, lo udah punya Selvi! ngapain ajak cewek lain pulang?! Sadar Putra!!!.” Kata Putra dalam hati.
“balikin buku gue dong. Gue belum kelar baca.” Kata Erza nyerah dengan usahanya merebut bukunya yang selalu gagal.
“nyerah?.” Kata Putra sambil memainkan buku itu dengan senyum penuh kemenangan di hadapan Erza yang merengut.
bukan Erza namanya kalo mengaku kalah, apalagi dengan Putra. Sebelum mendapatkan ide, tiba-tiba…
Putra menarik belakang kepala Erza dan mencium puncak kepala gadis itu lama sekali lalu menyerahkan buku itu kepadanya sambil nyengir “ini buku lo Za.” dan mencium pipi gadis itu sambil tertawa meninggalkan Erza yang menatap kepergiannya sambil mengelus pipi yang dicium Putra dengan wajah merona.

selama praktik di laboratorium, Erza Cuma menjawab apa  yang ditanyakan Putra dengan singkat dan itu membuat Putra yang hatinya entah kenapa selalu ingin mengganggu Erza merasa bingung sendiri dengan apa yang dia rasa sekarang.

“ kenapa gue jadi gila begini? kayaknya gue selalu ingin dan ingin ganggu dia. heummm… kayaknya gue harus ayang-ayangan nih dengan Selvi. *plak* .” kata Putra dalam hati.
setali tiga uang dengan Putra, Erza juga bingung dengan apa yang dia rasakan sekarang setiap dekat dengan Putra, dia merasa senang dengan perlakuan Putra yang seperti dulu lagi, tapi itu juga membuatnya galau karna setiap dia dekat dengan Putra, merasakan apa yang dia rasakan dulu sebelum semuanya berubah, di saat itu juga dia harus disadarkan bahwa Putraa sekarang bukan Putra yang dulu lagi, melainkan Putra yang sudah menjadi pacar cewek yang hampir mencelakai hidupnya dan Putra yang mencoba mencari kenangan tentang mereka melalui dirinya.
“kau mendekatiku untuk mencari kenangan kita yang disembunyikan oleh masa, tanpa kau menyadari, bahwa tingkahmu membuatku sakit dan membuatku kembali berharap, be your mine.”
Ketika mereka bermain dengan pikiran masing-masing, tiba-tiba Ibu Irene, dosen mereka merasa tak beres dengan tingkah mereka yang sama-sama bertopang dagu dengan wajah menatap papan tulis, tapi pikiran kemana-mana. Membuat Ibu Irene meradang karna merasa pelajarannya tak diperhatikan dan akhirnya..

PLETAK!!! Sebuah penghapus papan tulis hasil lemparan maut Ibu Irene, si dosen galak melayang sukses di tengah meja dan jatuh berdebum tepat dihadapan mereka sehingga membuat Putra dan Erza sama-sama kaget dan mengelus dada masing-masing.

“astaga! Syukur gue gak ada riwayat penyakit jantung! coba Kalo ada, tinggal almarhum gue! bakal gue gentayangin tuh guru kalo ampe kejadian!.” kata Putra dalam hati.
“kalian berdua! Apa yang kalian pikirkan sehingga tak memperhatikan pelajaran saya?! Merasa sudah pintar?!.” Omel Ibu Irene panjang lebar di depan kelas yang sumpah membuat mereka malu.
Putra Cuma garuk-garuk kepala mendengar omelan Ibu Irene, dan dia melirik Erza yang juga memandangnya dengan tatapan tanya dan seolah menyuruhnya untuk memberi penjelasan kepada dosennya, Putra Cuma menghela napas seolah mengerti “Maaf bu, kami gak akan ngulangin lagi. tadi saya lagi ada sedikit masalah. Dan saya gak janjian kok bu ngelamun bareng dengan Erza.” Kata Putra dengan wajah memelas yang dijamin kalo liat pada kasihan terus lemparin uang receh  deh ke Putra *lo kira pengemis re?.*
“baik Putra ibu terima alasanmu tapi awas kalo kalian tidak memperhatikan pelajaran saya lagi!.” kata Ibu Irene yang rupanya menjadi “korban” kesekian kalinya oleh tatapan Putra dan melanjutkan pelajarannya.
Putra Cuma nyengir mendengar jawaban Ibu Irene dan menatap Erza dengan tatapan “apa sih yang gak bisa dari seorang Putra?.” dan Erza yang ngerti maksud dari tatapan itu Cuma mencibir dan membuang muka tanpa menyadari ada desir perasaan halus dihati Putra dan sekelabat kenangan tentang mereka sempat singgah di memorinya, tapi sebelum Putra menyadari hal itu, kenangan itu hilang lagi, tak berbekas.

“aku mohon, singgahlah lebih lama lagi di otakku, agar ku bisa mengetahui siapa dia di hidupku , dan siapa aku di dunia ini.”
Setelah hampir seharian mereka di Kampus dan mengurus KKN mereka, akhirnya kelar juga semua urusan mereka sekitar jam 4 sore. Erza yang pusing karna keliling kampus seharian terduduk di tanah  sebuah taman yang dihuni oleh sepasang angsa sedang bermesraan ditengah danau dan kicauan burung-burung di antara pohon-pohon seolah menambah suasana tenang dan damai di taman saat itu.

Tatapan mata Erza focus kea rah kedua angsa itu tanpa menyadari bahwa sosok yang membuat hidupnya warna-warni sejak dia masuk SMA asyik memandanginya di balik pohon. Tak ada yang mengetahui apa yang mereka rasakan, kecuali diri mereka masing-masing dan Tuhan.

“ku pikir ku tak pernah pantas untuk bahagia, sejak kau pergi dari ketidaktahuanku. Kini kau kembali.” Dering HP di tas Erza sukses membuyarkan lamunan gadis itu. Dia buru-buru mencari dalam tas dan tersenyum ketika tau siapa yang nelpon “iya kak, ada apa? Udah nunggu? Ok deh ntar Erza susul. Bye kak Reno sayang. hahah.” Tawa Erza di balik telpon dan dia langsung membuat HP itu kembali dalam tas dan meninggalkan taman tanpa menyadari ada sebuah tatapan yang juga beranjak meninggalkan taman mengikuti kemana dia pergi, kenangan terindahnya yang  diambil paksa oleh Sang Waktu dan tak meninggalkan sedikitpun kenangan terindah gadis itu, untuknya.


Sesampai di parkiran, Erza menghampiri Reno dan kaget ketika tau-tau cowok itu memeluknya dan mengelus rambutnya “kamu kemana aja sayang? kakak nyariin kamu loh.” kata Reno sambil tersenyum ngasih kode ke Erza.
Erza tau arti senyuman Reno, Cuma nyengir “heheh..maaf ya sayang. tadi Erza ada urusan. Entar kakak antarin Erza ke bandara yah? kan hari ini Erza ke jogja, Iya kan Putra?.” Kata Erza melepas pelukannya dan menggenggam tangan Reno ketika melihat Putra berjalan dengan Selvi. dan berusaha menghilangkan rasa sakitnya ketika melihat Selvi memeluk pinggang Putra dan menatapnya penuh posesif, seolah Putra adalah miliknya dan tak ada yang boleh memilikinya selain dirinya.


Putra bingung dengan pertanyaan Erza yang mendadak ditambah dia berusaha jalan dengan Selvi di depan Erza agar dia menghilangkan sedikit perasaan sakitnya ketika melihat Erza berpelukan, walau dia tak tau kenapa.
“iya Za. lo bareng siapa entar ke bandara? Bareng yang lain atau sendiri aja? bagaimana kalo bareng…” kata Putra yang membuat Selvi kaget dan mengetahui maksud pertanyaan Putra, langsung menyela omongan Putra yang belom kelar  “memangnya kenapa sayang kamu nanya gitu? nanti aku akan antar kamu ke bandara. Kamu jam berapa berangkat?.” Kata Selvi.
“gue bareng Reno. Gue duluan yah. sampai ketemu di bandara.” Kata Erza tenang lalu menarik Reno menuju mobilnya dan pergi meninggalkan Putra yang bingung dengan apa yang dia rasakan, perasan kecewa. Tapi dia berusaha menutupinya.
“aku jam 8 malam udah check in. kamu beneran mau antar aku? Enggak apa-apa nih?.” kata Putra sambil mengelus rambut Selvi, berusaha menekan dalam perasaan sakitnya yang entah datang darimana.
“enggak dong. Apa sih yang enggak buat kamu sayang? pulang yuk.” Kata Selvi sambil mencium pipi kiri Putra kemudian menuju mobil cowok itu dengan perasaan takut yang dia sembunyikan dan Putra berjalan dibelakangnya dengan perasaan dia tak ingin Selvi mengantarnya, tapi dia tak menemukan alasannya kenapa dia tak ingin. Pasrah, akhirnya Putra masuk dalam mobil dan menjalankan mobil itu dengan kecepatan sedang meninggalkan kampusnya.


Sesampai dirumah, Erza langsung masuk kamar dan meninggalkan Reno yang berjalan dibelakangnya sambil bersiul, sesekali Erza keluar masuk kamar kayak gosokan arang untuk mengambil apa yang dia perlukan untuk disana kelak. Merasa kasihan dengan sepupunya yang kelimpungan, akhirnya Reno membantu Erza menyiapkan barang-barang.
“dek, Udah bawa vitamin belum?.” Teriak Reno di lantai bawah.
“belum kak. Tolong yah kak.” Kata Erza balas teriak di lantai atas.
Reno pun membuati apa yang dibutuhkan Erza, seperti P3K, minyak angin, obat tidur, obat maag, dan sebagainya lalu dia masuk ke kamar Erza dan kaget melihat akhirnya Erza selesai mengepak 2 buah koper besar dalam waktu singkat dan sekarang gadis itu terduduk kelelahan di lantai.
“cepat banget lo ngepak dek! Ckkckckc. Kagum gue. ini perlengkapan terakhir. Gue taroh dimana?.” Kata Reno berdiri di depan pintu kamar Erza yang bernuansa biru malam, warna kesukaan gadis itu.
“taroh disini aja kak. Hoohoohoh… kan beberapa hari sebelumnya sudah Erza buat semuanya. Jadi tinggal naroh yang sisanya aja kak. Makasih yah.” kata Erza tulus lalu memasukkan barang yang dimaksud di tas terakhir.

sambil berkeliling, Reno melihat buku kenangan waktu Erza masih SMA dan dia membukanya dan kaget ternyata ada foto waktu Erza ikut pentas Putri tidur dan semakin kaget bahwa pasangan gadis itu dalam drama adalah si Putra.
“lo bisa main teater dek?.” Pancing Reno.
“waktu SMA kelas 2 kak pernah maen teater untuk perpisahan anggota OSIS. Kenapa?.” Tanya Erza gak ngeh dengan maksud pertanyaan Reno dan asyik mengurut kakinya.
“enggak. gue Cuma nanya aja. lo jadi apa dek di teater itu?.” Tanya Reno.
“sebagai Putri tidur kak.” Kata Erza lalu dia terdiam ketika memorinya berjalan waktu dia masih SMA,  waktu dia benci setengah mati dengan Putra, tanpa sadar dia meneteskan air mata karna teringat kenangan indah itu. Yang dia tak tau apakah akan terulang lagi atau hanya sebagai penghias indah di masa remajanya.


Reno yang sadar akan hal itu, langsung menghampiri Erza dan duduk disampingnya lalu merangkul gadis itu dipundaknya “gue tau lo masih tak bisa nerima keadaan ini Za. tapi lo harus bisa nerima za semua ini. Lo berdoa aja, semoga setiap luka yang dia torehkan di hati lo, air mata yang lo teteskan, dan sakit yang lo rasa, semuanya akan berakhir indah untuk hidup lo Za. lo dikasih Tuhan kesempatan untuk dekat dengan dia dengan cara ini, gunakan sebaik-baiknya yah. tapi jangan kebablasan. Entar lo rugi.” Pesan Reno dan Erza hanya mengangguk sambil sesegukan.
“iya kak. Semoga semua ini akan ada ujungnya. Erza mandi dulu yah kak. Udah kakak keluar sana.” Kata Erza melepas rangkulannya dan pura-pura mendorong Reno yang tertawa dengan tingkahnya.
“iya adek. Mandi dan dandan yang cantik yah. biar Putra terpesona sama adek gue yang paling cantik ini terus mutusin pacarnya deh.” Kata Reno sambil mencium kening Erza dan keluar dari kamar terus menutup pintu.


“hanya satu harapku, semoga apa yang aku rasakan selama ini, takkan berakhir menyakitkan untukku.”



Setelah selesai mandi, Erza keluar dari kamar dengan memakai tas ransel yag berisi barang-barang yang paling berharga dalam hidupnya, sebuah novel di tangannya, dan dia memakai celana jins warna biru malam dengan pakaian kaos bertangan panjang dan sepatu kets, dan rambut terurai serta sebuah jepit rambut kupu-kupu malam pemberian Putra dulu yang entah kenapa dia sangat ingin memakainya.
“kakak,,, udah siap?.” Kata Erza sambil mendorong koper pertamanya ke bawah lalu naik lagi ke atas untuk mengambil kedua kopernya.
“udah dek. Wah…. Cantik banget lo dek. Sini kakak bantuin.” Kata Reno langsung membantu Erza membawa  koper yang satunya keluar rumah dan meletakkannya di bagasi mobilnya diikuti Erza yang membawa koper yang satunya. Setelah selesai mereka masuk dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah menuju bandara dengan ngebut.

sepanjang perjalanan, Erza dan Reno saling curhat dan tertawa mendengar cerita kekonyolan masing-masing. Dan akhirnya setelah 4 jam perjalanan menuju  bandara, akhirnya mereka tiba juga di Bandara Soekarno-Hatta. Setelah mobil terparkir rapi, Erza pun langsung turun dan membuka bagasi mobil Reno untuk mengeluarkan kopernya dibantu oleh Reno. Lalu mereka menutup pintu bersama-sama dan Reno membantu Erza mendorong koper. Sedangkan Erza sibuk menelpon Arny dan Eva, teman satu grupnya.
“ny, lo dimana?.” Tanya Erza sambil celingak-celinguk mencari mereka berdua.
“gue di depan dunkin donuts. Lo dimana?.” Tanya Arny ikut celingak-celinguk.
“itu mereka kan?.” Kata Reno sambil menunjuk Arny sedang berkacak pinggang di depan dunkin donuts bersama Eva yang ikut lirik sana-sini dengan Jessica dan Restu yang malah asyik betelponan.
melihat mereka, Erza dan Reno langsung berjalan mendekati mereka, mereka yang melihat itu langsung tersenyum ketika Erza duduk di samping Reva dan Arny duduk di apit Reno, Restu dan Jessica
“udah lama lo disini Ny?.” Tanya Erza sambil mencari handphonenya karna berbunyi.
“baru aja. lo kenapa diem natap HP Za?.” tanya Arny heran ketika melihat Erza terdiam menatap HPnya yan berbunyi ditangannya.

“selama 4 tahun lo ninggalin gue, sekali pulang ternyata amnesia,  baru hari ini lo nelpon gue Put.” kata Erza dalam hati.
“halo.. ada Put?.” kata Erza mengangkat telpon dari Putra.
“lo dimana? Udah nyampe di bandara? .” kata Putra.
“gue sekarang di tempat lo berdiri sekarang.” Kata Erza sambil menatap Putra dan ketika cowok itu menoleh, mereka saling bertatapan dan Erza mendadak galau ketika melihat siapa yang menggandeng lengan cowok itu dengan mesra.

Putra langsung mendatangi Erza dkk dengan Selvi sambil menarik koper. Ketika Putra sudah tiba, dia melihat jepit rambut yang ada di kepala Erza, entah kenapa dia merasa pernah menyentuh jepit itu dan ada sebuah perasaan yang memaksanya untuk mengingat, tapi dia tak bisa mengingat itu.

“Sudah lama lo nyampe?.” Tanya Putra lalu berdiri di seberang Erza yang duduk di apit Eva dan Reno.

“kenapa gue jadi pengen duduk di samping tuh cewek dan pengen depak si Reno jauh-jauh yah? beneran udah gila kayaknya gue.” kata Putra dalam hati.
“baru aja. udah lengkap kan semuanya? Masuk yuk.” Kata Erza beranjak berdiri sambil menaruh novelnya dalam tas dan menarik kedua kopernya keluar dari Dunkin menuju Pintu Penerbangan.
“ayok.” Kata Restu sambil menutup telponnya lalu memandang Putra dengan ekspresi bingung bagaimana menyapa sahabatnya yang sudah lupa dengan dirinya.

“gimana gue ngomong ama si kunyuk satu ini yah? ada si Selvi lagi! bener-bener deh nih anak.” Kata Restu dalam hati.

sesampai di Pintu Penerbangan, Reno menatap Erza lalu mencium kening gadis itu dan memeluknya sambil berbisik “take care yah dek. Kalo udah nyampe Jogja, sms gue aja. biar gue gak panic disini dan kalo ortu lo nelpon gue bisa ngasih tau. ok?.” kata Reno lalu mengelus kepala Erza yang tersenyum.
“ok deh kakak sayang. Erza masuk dulu yah. take care too honey.” Kata Erza lalu mencium pipi Reno tanpa menyadari Putra melihat itu semuanya dan entah kenapa, ada perasaan panas dalam hatinya yang tak bisa dia jelaskan.

“sayang. aku berangkat dulu yah. entar aku sms kok kalo sudah nyampe. I love you.” Kata Putra sambil mencium kening Selvi *balas dendam Put?*
“ok deh sayang. sms aku yah. I love you too honey.” Kata Selvi sambil tersenyum dan mencium pipi Putra lalu tersenyum sinis ketika melihat Erza yang terdiam menatapnya dengan tatapan sakit hati.

setelah selesai berpamitan, mereka masuk ke dalam Pintu penerbangan kemudian check –in pesawat dan menunggu sekitar 20  di ruang tunggu  sebelum akhirnya terdengar bunyi pemberitahuan untuk segera menaiki pesawat.

“lo nomor berapa Za?.” tanya Putra ketika berjalan menuju pesawat yang dituju.
“13 B kalo lo?.” kata Erza sambil memegang tiket.
“13 C. lo disamping gue.” kata Putra sambil menarik Erza ketika sudah tiba di depan Pramugari yang berdiri di pintu masuk Pesawat.

Setelah duduk manis di kursi Pesawat, Erza hendak memasang sabuk pengaman tapi malah keduluan Putra memasangkan sabuk pengaman di pinggangnya. dia tersenyum kepada Putra lalu membuka tas yang dia letakkan dekat kakinya dan mengambil novel serta kacamatanya dan membacanya.

akhirnya, Pesawat lepas landas meninggalkan Jakarta, Erza merasa mengantuk akhirnya tertidur di pesawat dengan posisi kepala nyender di  jendela sehingga beberapa kali hendak terbentur. Putra yang melihat gadis itu tertidur, merasa kasihan, dia melepas kacamata Erza dan meletakkan kepala gadis itu di Pundaknya. Entah kenapa dia merasa merindukan sosok gadis yang sedang tertidur di Pundaknya dan dia menyibakkan poni yang menghalangi mata Erza. Merasa mengantuk, akhirnya Putra ikutan tertidur dengan kepalanya menindihi kepala Erza.





“let me in your side, forever. don’t ask why, cause I don’t know.”

Akhirnya pesawat pun mendarat mulus di Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta sekitar jam 20.40 malam. Putra yang terbangun pada waktu pesawat mau mendarat, langsung mengucek-ngucek matanya dan dia melihat Erza masih tertidur pulas di pundaknya dengan tangan kanannya yang menggenggam tangan Putra. Hembusan napasnya terasa sangat tenang di bahu Putra, membuat dia tak tega membangunkannya dan muncul  sebuah ide gila muncul di otaknya,

menggendong gadis itu turun dari pesawat.

“buset dah! Gile bener gue gendong nih cewek turun dari pesawat hanya karna ga tega bangunin dia. apa kata dunia?!.” Kata Putra dalam hati.
“Za… bangun Za. kita nyampe yogya tuh.” Kata Putra membangunkan Erza perlahan dengan menggoyangkan tubuhnya.


Erza menggeliat pelan dan membuka matanya tepat ketika Putra menatapnya. Dia kaget karna jarak dirinya dan Putra dekat ditambah tangan kanannya mengepal tangan Putra, seolah mencari kehangatan.
“Sudah nyampe yah? thanks yah dah bangunin.” Kata Erza lalu duduk tegak dan melepas genggamanannya dan celingak-celinguk dengan wajah panic.
mengetahui apa yang dicari Erza, dia memasang kacamata gadis itu ketika mereka sekali lagi berhadapan dan meletakkan novelnya di kedua paha gadis itu.
“lo nyari itu kan? Tadi gue lepasin karna lo tidur. Mana yang lain? kita turun yuk” Kata Putra lalu menarik Erza yang sibuk memasang ransel di pundaknya dan mereka beriringan keluar dari pesawat.

akhirnya,  mereka merasakan dinginnya udara Yogya di malam hari, mereka berjalan diikuti oleh Restu dkk yang berjalan di belakang mereka.
“Putra! Kita tidur dimana nih? siapa yang jemput?.” Teriak Restu lalu merangkul Pundak Putra dan berjalan disampingnya, seperti yang mereka lakukan ketika Putra tidak amnesia.
“gue udah mesan hotel kok. gue mesan 3 kamar tuh.  Yang jemput? Ada kok.” Kata Putra sambil mencoba mengingat-ingat.
“lo tau jalan hotelnya?.” Tanya Restu dengan polosnya.
“kalo gue gak tau jalannya  ngapain  gue mesan! Buset dah!  eh.. ambil koper yuk.” Kata Putra ketika mereka memasuki bandara dan melihat koper-koper mereka lagi berkeliling kayak fashion show menunggu untuk dibawa pulang *maksud lo?.*



setelah mencoba mencocokkan nomor koper di tiket masing-masing, akhirnya mereka keluar sambil menarik koper masing-masing. Putra pun menghidupkan hpnya yang mati dan menelpon seseorang.
“mas.. udah nyampe nih. mas dimana? Eum.. sekitar 6 orang mas. Muat aja kan? Sip deh.” Kata Putra di telpon lalu mematikan telponnya dan melirik Erza yang menatapnya penuh tanda tanya.
“gue nelpon teman nyokap disini. namanya Mas Novan, dia yang bantuin gue mesan hotel dan dia yang jemput kita. Lo mau nanya kenapa gue jadi ngurus kayak ginian? Gue disuruh sama Ibu dosen kita tercinta itu, si Ibu Irene. Seharusnya kan lo yang disuruh. Bukan gue.” kata Putra seolah tau apa yang dipikiran Erza.*sengaja tuh Put ibu Irene nyuruh lo, kan dia naksir sama lo* *bocorin rahasia* *digebang pake papan tulis*
“jadi Tante Jenni tau kalo kita rombongan ke Jogja?.” Tanya Erza.
“yup. Gue bilang aja ama siapa gue pergi. Gak tau kenapa nyokap gue kayak senang gitu pas gue bilang lo juga ikut. Eh. Tunggu dulu, kok lo tau nama nyokap gue?.” kata Putra dengan wajah menyelidik.
“Ada deh. Mana teman nyokap lo?.” kata Erza dan melihat seorang pria umur 50 tahunan berjalan kea rah mereka.
“itu orangnya Put?.” kata Arny yang sedari diem karna masih bingung dia berada dimana dan merasa asing sendiri.
“yup. Bentar gue mau nyamperin dulu.” Kata Putra sambil menarik Restu.  mereka mendatangi pria itu lalu berbicara sebentar lalu menoleh ke arah mereka yang asyik mengobrol.



“hei para nyonya,,,, ayookkk. Ngerumpi aja kerjaannya.” Kata Putra sambil memanggil mereka yang masih mengobrol dengan tatapan focus ke Erza yang asyik memainkan ponselnya sambil tersenyum.  Sadar diperhatikan, Erza menatap Putra sambil memasukkan ponselnya dengan senyum penuh ejek.
“itulah hobi wanita Put, ngerumpi kayak segerombolan tawon.” Kata Arny tertawa disusul yang lain berjalan menuju mobil yang dimaksud meninggalkan Erza yang kesulitan menarik kedua kopernya yang beratnya naudzubillah.

“Aduh!! Nih koper kok ribet bener yah diseret?! gue gelinding kayak bola juga lama-lama!.” Sungut Erza sambil berusaha menarik koper satunya yang “ngambek”.

“tuh cewek kenapa yah? gue jahilin ah. Biar tambah berasap kayak kereta api deh otaknya. Ohohoho.” Kata Putra dalam hati.
“lo ngapain disini Za? kok gak ikutan masuk? Gak suka sama pilihan gue nyariin mobil?.” tanya Putra berdiri disamping Erza pasang wajah lugu.
Erza yang sudah pusing dengan kopernya, mendengar ucapan Putra ditambah dia  mengantuk berat, membuat gadis itu langsung emosi “lo gak liat apa gue disini lagi ngapain?! Koper gue gak bisa ditarik sengak!! Ngapain lo pamer senyum ke gue?! lo senyum ampe robek tuh bibir gak bakalan ngaruh buat koper gue!.” kata Erza sewot melihat Putra cengengesan.
“ish! Nih cowok yah! bukannya bantuin gue, malah nuduh seolah-olah gue gak suka ama pilihan dia! gue gorok juga lama-lama!.” Sungut Erza dalam hati.

*nelen golok*


“gue kan nanya baik-baik non, kenapa lo malah bentak gue?.” kata Putra dengan wajah seolah tersakiti dengan ucapan Erza.
Erza mencibir melihat wajah Putra lalu memalingkan wajahnya sambil berusaha mendorong kopernya. Putus asa, dia mencoba mengangkat tapi tangannya malah sakit karna berat.
Putra yang melihat itu, langsung mengangkat koper Erza menuju mobil tanpa seijin yang punya dan membuat gadis itu melongo lalu berjalan di belakang Putra.
“kuat bener tuh cowok angkat koper gue! isinya kan batu semua *plak* . cocok jadi tukang angkut koper nih orang. Ohohoho.” Kata Erza dalam hati.

selesai memasukkan kedua koper Erza di bagasi belakang, Putra menutup pintu bagasi itu dan menatap Erza yang asyik smsan di sampingnya. Entah kenapa, dia merasa tak suka dengan tingkah gadis itu dan akhirnya dia mengambil ponsel Erza lalu memasukkannya dalam kantong celana jinsnya.


“balikin hp gue!.” kata Erza kaget ketika hpnya mendadak raib dari tangannya.
“entar gue balikin.” Kata Putra sambil  masuk dalam mobil dan duduk di kursi depan diikuti Erza yang duduk di belakang sambil menengadahkan tangannya.
“lo siapa jadi ambil hp gue seenak dengkul?! Balikin!.” Kata Erza teriak dengan penuh emosi di kursi penumpang dan membuat mereka kaget.


Putra terdiam mendengar ucapan Erza, dalam hati dia membenarkan apa kata Erza, dia sendiri bingung kenapa dia selalu dan selalu ingin mengerjai Erza, dan dia tak tau apa alasannya.


“Sabar Za. kasian mas Novan jadi gak konsen lo teriak-teriak. Entar juga di kembaliin kok. Put, balikin hp dia napa?.” Kata Restu duduk di samping Erza  menyabarkan gadis itu yang napasnya naik-turun saking emosinya dan punggungnya dielus Arny.
“entar gue balikin. Itupun kalo inget.” Kata Putra cuek sambil asyik smsan dengan Selvi tanpa mempedulikan Erza yang melipat tangannya di dada dan membuang muka ketika Putra menoleh kearahnya.



Sepanjang perjalanan, Mas Novan menjadi tour guide dadakan oleh mereka. Dia menceritakan sejarah Jogjakarta, bagaimana keadaan Jogjakarta sewaktu Gunung Merapi Meletus dan berjanji akan membawa mereka keliling Yogya esok hari dan langsung disambut riang oleh Erza yang sedari tadi diam membisu karna masih dongkol hpnya di ambil Putra.
“beneran mas mau ajak kami keliling jogja?? Ke candi Borobudur kan?.” Kata Erza antusias, disambut yang lan.
“Asyik tuh! Sekalian ke Gunung Merapi aja mas. Bisa kan? Bisa aja deh mas. Kami Cuma 3 hari aja di jogja. Ayolah.” Kata Arny yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya dan dibalas anggukan penuh semangat dari Reva dan Jessica.
“yup. Di Yogya ada berapa banyak mall mas?? Kan bisa tuh entar belok dikittttt ke mal. Ohohoho.” Kata Reva yang langsung dijitak Jessica.
“mall aja yang ada di otak lo! Lo kira di Jakarta mall kurang  banyak apa jadi di jogja lo ngebet ngejar mall? Bener-bener deh.” Kata Jessica sambil  geleng-geleng.
“kan beda Jess mall di Jakarta sama jogja.” Kata Reva sengit
“apa bedanya Va?.” tanya Erza penasaran.
“beda dong! Beda pengunjung cowoknya. Kalo di Jakarta kan udah biasa cowok-cowoknya ganteng, kalo di jogja siapa tau beda gantengnya. Hohohohoho.” Kata Eva cekikikan.

Mas Novan hanya tertawa melihat mereka ribut di belakang sambil sesekali melirik Putra yang  selalu menatap kaca spion dan focus pada Erza yang mencibir mendengar omongan Eva.

“pacar mas yah?.” kata Mas Novan yang membuat Putra kaget.
“yang mana mas?.” Kata Putra pura-pura gak ngeh.
“yang selalu mas liat itu. Siapa namanya? Oh, Erza kan? Yang selalu mas ceritakan itu? Cewek yang mas bilang adalah cewek istimewa.  Cantik kok mas. Banget malah. Lebih cantik dari di foto yang mas pamerin itu.” nyerocos Mas Novan yang tidak tau kondisi keadaan Putra sekarang tak ingat apa-apa.
“Sejak kapan gue curhat soal Erza dengan mas Novan? Emang gue punya foto Erza? Kapan gue motonya?.” Kata Putra dalam hati.

tanpa mempedulikan penumpang disebelahnya  bingung, mas Novan terus nyerocos kayak kereta api lewat dan bertanya semua hal yang berhubungan dengan Erza yang sukses membuat Putra pusing gimana menjawabnya.


setelah 2 jam di perjalanan, akhirnya Mereka tiba di Pusat kota jogja. Jalan Marlboro.  dan bisa dibayangkan saudari-saudari sekalian, kiri kanan jalan bertebaran angkringan dan para musisi jalanan serta trototar jalan berubah menjadi pasar Marlboro. Erza yang setengah mengantuk, ketika melihat delman nganggur di pinggir jalan, sontak berteriak.
“Delman! Yuhuuu!!!.” Kata Erza dengan wajah sumringah yang membuat Putra menoleh ke arahnya.
“lo kenapa za? kesambet penunggu delman jadi teriak gak jelas gitu?.” kata Eva kaget mendengar teriakan Erza. Ketika melihat banyak penjual dari makanan hingga pakaian bertebaran  di sepanjang jalan menuju hotel, membuat otak shopping Reva langsung tombol On.
“hotelnya masih jauh Put? kok gak nyampe-nyampe yah?.” kata Eva gelisah karna separuh kakinya kepengen loncat ke luar untuk shopping *Dasar ratu mall*
“bentar lagi kok. setelah masuk gang itu, hotelnya bakal keliatan. lo berdua kenapa sih? Duduk kayak gelisah gitu.  pengen pipis?.” Kata Putra bingung melihat Erza dan Reva sama-sama gelisah dan menatap objek inceran.
“si Eva mau shopping Put. kalo si Erza mah, lagi kesambet penunggu delman. Dia pengen naik delman katanya.” Kata Arny sambil cekikikan melihat kedua temannya seperti orang desa baru liat Monas. udik.

mengetahui keinginan Erza, Putra tersenyum dan mengambil kamera di dalam tasnya lalu menyuruh mas Novan berhenti ketika mereka sudah masuk gang “berhenti disini aja mas. Lo mau ikut Za?.” kata Putra sambil manggil Erza.
Erza yang masih sebal karna hpnya di ambil Putra, pura-pura budek dan matanya berbinar-binar ketika melihat orang asyik pacaran naik delman.
“gue pengen naik delman. Uhuhuhuhuh… ayo siapa saja, ajak gue naek delman.” Kata Erza dalam hati.
Restu geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka, terutama Erza “eh.. Putra manggil tuh” kata Restu sambil colek Erza. “terus? Gue harus noleh gitu? balikin hp gue. baru gue noleh.” Kata Erza dengan mata tak lepas dari delman yang baru saja melewati mobil yang dia tumpangi.

menyadari Erza masih marah padanya,  dia mengeluarkan hp gadis itu dari kantongnya “nih. hp lo gue balikin.” Kata Putra nyodorin hp yang dia sita ke Erza.
melihat itu, Erza langsung noleh ke Putra dan tersenyum “gitu dong! Balikin hp gue. eh tadi kenapa manggil?.” Kata Erza ketika melihat Putra turun sambil mengalungkan kamera SLR di lehernya.
“mau ngajak naik delman. Ikut?.” Kata Putra tersenyum di luar mobil.
mendengar ajakan Putra, Erza langsung menyuruh Restu yang duduk di sisi pintu mobil itu turun lebih dulu karna dia ingin keluar “ gue ikut!!!.” Kata Erza sambil membawa tas ranselnya.
Putra tersenyum ketika melihat Erza nyengir lalu dia mengetok jendela mobil yang langsung dibuka oleh mas Novan “entar kami ke hotel naik delman aja. tolong barang-barangnya yah mas. “ kata Putra lalu dijawab anggukan oleh mas Novan dan menjalankan mobil meninggalkan mereka.



“Sekarang kita kemana?.” Kata Putra sambil melirik Erza, dan entah kenapa,  dia mengarahkan kamera SLR itu ke wajah Erza dan memotretnya ketika gadis itu tersenyum dan tak sadar dia di foto karna focus menatap delman yang hilir mudik.
“ke Marlboro yuk. Tadi gue liat ada musisi jalanan gitu sambil main gendang. Asyik kayaknya. Ayokk!.” Kata Erza menarik tangan Putra menuju depan  gang.


Sesampai di tempat yang dituju, sejauh mata memandang hanya hamparan pasar Marlboro yang tiada ujungnya serta banyaknya manusia tumpah ruah kesini. Apalagi mereka datang malam minggu, semakin penuhlah Marlboro.

sepanjang perjalanan, mereka saling mengobrol seolah tidak ada kecanggungan antara mereka, kembali seperti dulu.
ketika melihat angkringan, Erza menarik tangan kiri Putra “mampir kesitu yuk. Kayaknya enak deh.” Kata Erza sambil menunjuk tempat yang dimaksud
“ayo.” Kata Putra mengiyakan ajakan Erza dan spontan mengacak rambut panjang Erza yang tergerai shingga membuat mereka sama-sama kaget dengan respon berbeda.

“kenapa gue jadi gini sih? Sama Selvi aja gue gak pernah kayak gini. Tapi sama Erza, gue ngerasa gak ada beban gitu. no spaces between us.” Kata Putra dalam hati.
“dia ngacak rambut gue!  biasa, tapi itu yang gue rindukan dari dia. the most thing I missed it from him.” Kata Erza dalam hati

mereka saling bertatapan dan suasana pun menjadi kikuk. Menyadari hal itu, Putra langsung menggandeng tangan Erza menuju angkringan yang dimaksud.

sesampai di angkringan, banyak orang-orang seumuran mereka duduk dan tertawa dengan cerita masing-masing. Erza yang kehausan langsung duduk di meja kosong dengan Putra yang duduk di hadapannya. Mereka saling bertatapan seolah mengulang masa lalu.
“lo mau mesan apa? Biar gue yang bilang.” Kata Erza memutuskan kontak mata dengan pura-pura menatap buku menu *emang ada re?*
“susu coklat kayaknya enak deh. Gue mesan itu aja. “ kata Putra lalu menatap Erza yang menunduk melihat buku menu dan mengangkat dagu Erza hingga gadis itu mendongkak.
“just looked at me. Cause I talked to you.” Kata Putra tersenyum.

“so?.” Kata Erza berusaha menutupi perasaannya yang campur aduk.
“jangan lakukan apapun kalo gue ngomong. Gue gak suka. Udah lo mau pesan apa? Katanya haus?.” Kata Putra kembali ke topic pembicaraan.
sadar, Erza langsung berdiri dan memesan minuman lalu kembali lagi dengan membawa dua buah gelas ukuran sedang berisi susu coklat hangat.

“nih punya lo.” kata Erza sambil duduk dan meletakkan gelas itu di depan Putra.
“gak lo buatin racun kan?.” Kata Putra dengan wajah  pura-pura menyelidik sambil melirik Erza yang asyik menikmati minumannya.
“enggak kok. palingan gue buatin racun komodo biar lo cepat mati terus gak ganggu hidup gue lagi!.” kata Erza sambil minum perlahan-lahan dan membuat pipinya memerah karna hangat.

Putra Cuma tersenyum mendengar jawaban Erza dan meminumnya. “kok gue ngerasa pernah minum susu seenak ini yah? beneran deh! Kapan yah?.” kata Putra dalam hati.

Erza asyik dengan minumannya tanpa mempedulikan Putra yang asyik bermain dengan perasaannya sendiri sambil melirik Erza. Setelah minuman mereka sama-sama habis, Erza melihat musisi jalanan di pinggir jalan Marlboro yang berwajah ganteng sambil memainkan alat music gendang. Dia langsung melirik Putra yang juga melihat aksi pengamen Itu “kita kesana yuk? Gue pengen liat.” kata Erza
“boleh juga. Kayaknya seru tuh.” Kata Putra sambil berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantu Erza berdiri.
“gue bayar dulu yah.” kata Erza berjalan menuju kasir tapi tangannya ditarik Putra “biar gue aja. gak enak cewek bayarin cowok. “ kata Putra sambil tersenyum dan berjalan menuju kasir yang membuat sebagian pengunjung wanita yang sedari melihat Putra pada melting.
“aje gile!! Ganteng bener tuh cowok! Klepek-klepek dah!.” Kata seorang cewek kepada temannya.
“iya. Tapi gue lebih klepek-klepek lagi ama cewek yang disampingnya itu!! Cakep sumpeh dah!.” Kata pengunjung cowok diikuti anggukan yang lain.

Erza Cuma tersenyum dan berjalan di belakang Putra yang berdiri di depan kasir. Setelah selesai, dia membiarkan tangannya di tarik Putra untuk membantunya menyebrang jalan dan tidak melepas gandengannya ketika sudah tiba di depan pasar Marlboro tempat pengamen jalanan itu mengais rejeki dengan suaranya yang khas *jadi kangen suasana jogja* *galau*


“suaranya bagus yah Put.” kata Erza dengan tatapan lurus ke pengamen jalanan yang sesekali melirik ke arahnya sambil melempar senyum.
“yup. Tapi gak usah nyanyi sambil lirik lo juga kali.” Kata Putra spontan yang membuat Erza langsung menoleh ke arahnya.
“maksud lo? kan Cuma lirik doang apa salahnya coba?.” Kata Erza bingung dan melepas pegangan tangannya.


entah kenapa, di hati Putra ada rasa kecewa ketika Erza melepas rangkulan tangannya dan tak habis pikir kenapa dia bisa mengucapkan kata-kata itu di depan Erza.

sambil menikmati penampilan si Pengamen, Erza menguap dan sesekali kepalanya hampir jatuh menahan kantuk di bahu Putra. Melihat itu, Putra langsung sigap memegang kepala Erza yang jatuh untuk kesekian kalinya dengan kedua tangannya. “ngantuk Za? pulang yuk. Entar sakit.” Kata Putra sambil memapah Erza yang mulai oleng jalannya.
“ho’oh. Naek delman yah? kan elo sudah janji.” Kata Erza menagih janjinya dengan mata mengantuk.

mendengar ucapan Erza, dia tersenyum sambil menjawil hidung mancung Erza dan mendekati seorang delman dan saling tawar menawar. Ketika sudah sepakat, mereka naik delman menuju hotel yang dimaksud.

Erza senang bukan kepalang bisa naik delman, maklum dia baru pertama kali ke Jogjakarta dan ingin sekali naik delman dan mengelilingi Jogja. Sambil berusaha menahan kantuk yang semakin akut, dia berusaha memelekkan matanya untuk menikmati angin berhembus lembut di wajahnya dan kendaraan yang lalu-lalang di depan mereka.
Putra yang melihat ekspresi senang Erza, entah kenapa hatinya juga ikut senang dan entah kenapa, dia bertekad dalam hatinya agar bisa selalu membuat gadis itu selalu tersenyum, dan dia bisa melihat senyumnya itu.


“aku akan selalu membuatmu tersenyum, karna disaat kau tersenyum. Sesungguhnya seisi alam pun juga ikut tersenyum dan menikmati senyum cantikmu itu.”


Sesampai di hotel, Erza yang hampir tertidur lagi, langsung melek dan turun dari delman diikuti Putra. Lalu ketika Erza hendak mengeluarkan dompetnya untuk membayar, tiba-tiba keduluan Putra “udah gue aja yang bayar. Simpen dompet lo. entar dicopet.” Kata Putra sambil mengeluarkan uang 100ribuan kepada tukang delman, ketika mau dikasih uang kembalian, Putra menolak “Enggak usah pak. Buat bapak aja sisanya.” Kata Putra sambil tersenyum dan merangkul pundak Erza yang ikutan tersenyum lalu mereka masuk dalam hotel.


Sambil berjalan, mereka saling tertawa dan berhenti tepat di meja resepsionis “kamar lo dimana?.” Kata Putra.
“bentar gue telpon Arny dulu.” Kata Erza sambil mengeluarkan ponselnya dari tas ranselnya dan menekan nomor Arny.
“lo kamar nomor berapa Ny? Gue tidur bareng lo yah.” kata Erza ketika telpon tersambung.
“no 312. Ok deh. Tapi sekarang kami lagi gak ada di hotel.” Kata Arny yang membuat Erza kaget.
“hah??? terus kalian kemana?.” Tanya Erza.
“mau keliling jogja. Habis tadi kami dibujuk mas Novan habis-habisan untuk keliling jogja. Hahhaha.. kunci hotel gue titipin di resepsionis. Lo masuk aja. udah dulu yah. bye.” Kata Arny langsung memutuskan telponnya sebelum Erza menjawab.
“huaaa!! Gue pengen ikut.” Kata Erza dengan wajah sedih sambil menatap ponselnya.
“Emang mereka kemana?.” Tanya Putra.
“keliling katanya. Huhuhu… “ kata Erza dengan tatapan melas ke Putra.
Putra merasa kasihan dengan gadis itu, tapi dia tau Erza sudah tak kuat lagi keliling Jogja. “terus lo maunya gimana? Gue sih ok-ok aja nemanin lo keliling jogja ampe pagi kalo perlu. Tapi lo sanggup gak? Kan katanya esok mau ke Borobudur.” Kata Putra mengingatkan.
 Erza dalam hati membenarkan apa kata Putra, ditambah dia sangat capek dan tak sanggup kemana-mana lagi. “yaudah gue tidur aja. besok-besok kan bisa.” Kata Erza tersenyum.
Putra ikut tersenyum mendengar keputusan Erza, lalu dia mengacak rambut gadis itu “nah gitu dong! Gue masuk kamar dulu yah. bye sweety.” Kata Putra spontan mencium kening Erza sehingga membuat gadis itu tertegun menatap kepergian Putra yang asyik memutar kunci kamar hotel dan menghilang di balik pintu.

Erza mengelus-elus  keningnya yang dicium Putra, lalu dia tersenyum manis dan berjalan menuju kamarnya untuk mandi yang ternyata berseberangan dengan Putra dan masuk ke dalam tanpa mengunci pintu.


selesai mandi, dia langsung berpakaian dan akhirnya jatuh tertidur di tempat tidur tanpa menyadari Putra masuk tanpa permisi apalagi ijin ke kamar mereka dan melihat Erza tertidur pulas.

entah kenapa, Putra tersenyum melihat Erza tertidur, dan dia duduk di samping Erza dan mengelus pipi dan rambut panjang gadis itu. “kenapa gue jadi pengen nyamperin dia yah? wajah tidurnya manis. Kalo beneran dia tunangan gue, gue gak akan pernah nyesal sama sekali. Dan perasaan ini…. Gak pernah gue rasain , bahkan dengan selvi sekalipun. Apa gue udah gila?.” Tanya Putra dalam hati.

serasa cukup lama duduk di samping Erza, dia mulai berdiri dan entah kenapa hatinya ingin sesuatu yang lebih, dia  menghampiri Erza yang tidu dan mengecup kening gadis itu lama lalu mencium pipinya. ”good night sweety.” Bisik Putra pelan di telinga Erza lalu tersenyum ketika Erza mulai menggeliat pelan karna merasa geli dengan bisikannya dan dia langsung keluar kamar dan menutup pintu pelan agar Erza tak terbangun.

pada saat Putra pergi, Erza perlahan-lahan membuka matanya dan dia merasa ada yang membisiki telinganya. Karna mengantuk, dia tak mempermasalahkan itu dan tidur kembali.


New days, New hope, and New memories started from here, Jogjakarta.

Sekitar jam 6 pagi, Erza bangun dari tidurnya dan kaget karna Arny tidur pulas menghadap dirinya. Lalu dia duduk di sisi tempat tidur sambil mengucek-ucek matanya dan melihat tumpukan belanja tersusun amburadul  di sudut kamar.

“buset dah si kunyuk! Kemaren pada diajak kelayapan kemana pada belanja sebanyak gini?.” Kata Erza dalam hati.
dia ingin membangunkan Arny, melihat gadis itu tidur pulas kayak orang mati, membuat Erza tak tega dan akhirnya berjalan menuju meja rias untuk menyisir rambutnya yang panjang dan mengikat ke atas lalu pergi keluar kamar untuk jalan-jalan.

pada saat keluar, dia melihat Putra juga ikutan keluar dan dia melihat Putra menatap tanpa berkedip ketika melihat dirinya keluar kamar hanya memakai celana hot pants bewarna biru malam dan baju pendek mengikuti leluk tubuhnya yang semampai tanpa lengan bewarna merah.
“mampus dah! Salah pake baju gue kayaknya!.” Kata Erza dalam hati..

“apaan lo liat-liat?!.” kata Erza dengan wajah emosi melihat Putra tersenyum jahil kemudian bersiul nyaring.
“cuit!!!!! Baru bangun pagi udah dapat pemandangan gue! cewek,,, kenalan dong. Nama lo siapa?.” Kata Putra jahil sambil berjalan mendekati Erza lalu mencolek pipi gadis itu.
“apa lo colak-colek?! Mau kenalan? Boleh kok. Kenalin.. nama gue Selvi Aurellia, dan maaf gue udah punya cowok, namanya Putra Eduardo Pradipta!.” Kata Erza ketus dan sedikit sakit dihati ketika dia menyebut nama Selvi.

Entah kenapa, Putra jadi aneh sendiri mendengar nama Selvi disebut dan tak ingin gadis itu menyebut nama Selvi dihadapannya, untuk saat ini.

“wohohohoho… apaan sih lo Za? udah jangan ungkit nama cewek gue, entar dia keselek makan disana gara-gara lo sebutin.” Kata Putra sambil mengelus rambut Erza kemudian mengacaknya. *biarin aja si kuntil sesat itu keselek! Biar cepat mati!* *tos bareng Katherine*


“apaan sih lo acak-acak rambut gue?! eh…. Emang hari ini rencana mau jalan kemana?.” Tanya Erza sambil melepas ikatan dirambutnya lalu ketika dia hendak mengikat kembali, malah diambil Putra.
“gue suka liat rambut lo tergerai Za. kemaren mereka nyewa travel untuk seharian buat ke candi Borobudur, terus keliling aja sisanya. Gue nanya kenapa gak minta anterin ama mas Novan, mereka bilang gak enak. Yaudah deh.” Kata Putra lalu mengasih kembali ikatan yang dia ambil dari tangan Erza.
“emang jam berapa berangkatnya? Lo gak pernah ngerasain gimana gerahnya punya rambut panjang sih! Panas tau!.” kata Erza menggerutu lalu mengikat rambutnya ke atas tanpa mempedulikan tatapan tajam Putra.
“Entar gue malah digundul kalo punya rambut panjang kayak lo. jam 8 pagi. Lo udah mandi?.” Kata Putra.
“belom. Emang kenapa? Kan bagus lo digundul, biar gak cakep lagi!.” kata Erza ketus pada ucapan terakhir yang membuat Putra tertawa.
“entar lo ga naksir lagi sama gue. kan rugi. Eum… entar kita sarapan bareng yah di café. Mereka biar aja nyusul. Gue punya vouchernya tuh di kamar. Ok?.” kata Putra sambil mencubit pipi Erza yang merona pink itu gemas.
“gue?! naksir sama lo?! huakakakaka! PEDE! Iya..iya.. gue mandi dulu deh. Bye jelek.” Kata Erza lalu menginjak kaki kiri Putra dengan gemas dan langsung masuk kamar sebelum di “siksa” Putra lebih dalam lagi.


“Arny…Arny… bangun dong. Lo tidur apa mati sih?! Lo belum ninggalin harta warisan ke gue!.” kata Erza duduk di tepi ranjang  menenteng handuk  sambil menggerakkan tubuh Arny yang masih terbalut selimut.
“gue ngantuk Za. tadi baru tidur jam 2 pagi gara-gara si Putra tuh ngajak main kartu dari jam 12 ampe jam 2 pagi! Lo kalo mau makan, makan aja di café. Voucher lo sama Putra. Entar kita berangkat ke Borobudur jam 8 pagi. Kalo lo mau harta warisan gue, entar gue kirimin bon utang aja yah. terus lo lunasin semua utang gue. ” Kata Arny dengan suara mengantuk dan menarik selimut untuk menutupi wajahnya.
“huuuu!!!.. yaudah deh. Gue mandi dulu yah. gue mau kak Rico aja deh yang lo warisin. Haha.” Kata Erza tertawa lalu buru-buru masuk kamar mandi  ketika sebuah bantal terbang  di lempar Arny.
“kampret lo!.” gerutu Arny dalam tidur.

Selesai mandi, dia membuka kopernya dan bingung hendak memakai baju apa, setelah duduk di depan koper mencari ide, akhirnya dia memakai celana pendek bewarna merah dan baju longgar lengan panjang bewarna hijau serta rambut yang dia ikat ke atas dan memakai sepatu kets bewarna abu-abu Lalu dia keluar sambil menenteng tas ransel yang berisi novel kalau dia bosan di perjalanan, kamera digital dan kacamata bacanya. Setelah selesai, dia keluar dari kamarnya.

“Za. ini voucher lo. wah kita sehati yah ternyata.” kata Putra yang juga memakai baju santai bewarna abu-abu dan celana jins selutu serta kamera SLR tergantung di leher dan sepatu kets warna hitam sedang duduk di kursi dekat taman ketika melihat Erza keluar dari kamar lalu berdiri dan menyodorkan voucher makan.
“kayaknya gue salah pake baju deh.” Keluh Erza sambil menatap voucher makannya yang lebih mirip tiket masuk ke neraka bareng Putra daripada voucher sarapan pagi.*maksud lo?*
“terus lo mau bilang pengen ganti baju gitu? hoohoho… gak bisa begitu. Kita udah serasi.” Kata Putra seolah tau apa yang dipikiran Erza lalu menarik gadis itu masuk dalam kafe yang berada disamping hotel.

sesampai di kafe, mereka duduk berhadapan.  sambil menunggu pesanan masing-masing, Erza membuka tas ranselnya dan mengeluarkan sebuah novel dan kacamata lalu membacanya. Sedangkan Putra, asyik memotret orang yang lalu-lalang di sekitar café dan yang keluar masuk hotel lalu terhenti pada saat kameranya mengarah ke Erza yang asyik membaca buku, entah kenapa hatinya tergelitik untuk memotret gadis itu lebih banyak lagi, tanpa Erza sadari, Putra pun akhirnya memfoto Erza yang asyik membaca buku. pada saat gadis itu menoleh kea rah jendela dan tersenyum manis, senyum yang membuat desir perasaan halus di hati Putra saat melihatnya dan langsung memfoto lagi sampai akhirnya Erza menoleh ke arahnya.
“lo ngapain foto-foto gue?! hapus!.” Kata Erza dengan mata melotot.
“emang gue mau ngapusin? Ogah bener. Mahal tau foto lo itu!.” Kata Putra cuek.
“foto gue mau lo apain hah?!.” Kata Erza cemas
“mau gue jual sama fans-fans lo di kampus terus sisanya gue pajang di madding. Kan lumayan tuh uangnya buat ongkos gue pacaran” Kata Putra nyengir kuda.
“kalo ampe kejadian, jangan harap lo selamat dari gue!.” ancam Erza lalu terdiam ketika pelayan mengantar pesanan mereka dan mulai memakannya.

Putra yang melihat Erza makan, ikut makan dan pada suapan  terakhir, Erza meletakkan telur mata sapi di piring Putra.
“gue gak suka makan telur.” Kata Erza ketika Putra menatapnya.
“so?.” Kata Putra
“makan gih. Gue eneg liatnya.” Kata Erza lalu membuka novelnya kembali tanpa menyadari Putra memotong telur itu menjadi kecil-kecil dan menyuapi ke Erza.
“makan.” Kata Putra.
“gue eneg kak.” Kata Erza sambil menutup mulutnya dengan tangan dan menggelengkan kepalanya.
“lo harus makan. Mubazir tau!.” kata Putra ngotot dan semakin memajukan sendoknya sehingga berentuhan dengan tangan Erza yang menutup mulutnya.
“justru gue tau itu mubazir makanya gue kasih ke elo!.”kata Erza tak kalah ngotot.
“kalo lo gak mau…gue akan..” kata Putra terdiam sambil memikirkan ancaman apa yang pas untuk Erza.
“akan apa? ancam aja kalo inget!.” Kata Erza ketus.

ketika Putra asyik berpikir, datanglah segerombolan pengacau dari negeri antah berantah masuk dalam café lalu menghampiri mereka “kalian udah pada makan yah? wah lagi ada acara suap-suapan yah? pagi-pagi jangan bikin galau orang dong Put!.” cerocos Restu ketika melihat tangan Putra yang sedang dalam posisi hendak menyuapi Erza.
“apaan sih lo Res. Udah makan sono lo pada. Voucher udah gue kasih kan?.” Kata Putra lalu meletakkan sendok yang terulur ke Erza di piringnya.
“yup. Kami makan dulu yah.” kata Arny lalu mengumpulkan voucher makanan mereka ke meja pemesanan lalu duduk menggabungkan diri dengan Putra.

alhasil, meja yang awalnya sunyi senyap kayak kuburan mendadak ramai karna mereka. Putra yang lupa dengan ancamannya dengan Erza, memakan telur yang hendak dia kasih ke Erza itu. Sedangkan Erza, mengelus dada penuh syukur melihat Putra lupa dengan ancamannya.


asyik mengobrol, tiba-tiba hp Restu berbunyi, dia langsung mengangkat telponnya dan berbicara sebentar, lalu memutus telponnya “ tuh supirnya udah datang. Lo makan kayak balapan ama siput aja deh, lama! Lo gue tinggal aja yah?.” kata Restu meliat Arny yang piringnya masih penuh dengan nasi goreng, padahal porsinya sedikit.
“jangan dong! Iya nih. gue udah kelar.” Kata Arny merengut sambil berhenti makan.

setelah selesai semuanya, mereka keluar dari café menuju mobil Avanza bewarna hitam yang mereka sewa.


Sepanjang perjalanan, Erza duduk dekat jendela dengan Putra dan Arny. Sedangkan Restu duduk di kursi depan dan Jessica duduk dikursi paling belakang dengan Reva.

“pemandangannya bagus yah Put.” kata Erza ketika melewati daerah persawahan *ane lupa nama desanya, tapi desanya bagus banget* *promosi*
“yup. Lo mau berhenti?.” Tanya Putra.
“gak usah. Berhenti mulu kapan nyampenya?.” Kata Erza lalu mengeluarkan  novel beserta kacamatanya lalu dia membaca.

Sedangkan Putra, merasa ngantuk berat karna lamanya perjalanan menuju Candi Borobudur, ditambah dia kurang tidur, akhirnya kepalanya terkulai lemas jatuh di Pundak kiri Erza dan tertidur.
Erza kaget melihat kepala Putra di pundaknya, dia mencoba mendorong kepala Putra ke arah Arny, Entah sengaja atau gak, kepala Putra balik lagi ke Pundak Erza. Putus asa, akhirnya dia biarkan saja dan melanjutkan membaca.



Akhirnya selama 1 jam perjalanan *kalo gak salah lo yah* akhirnya mereka memasuki komplek Candi Borobudur. Dan ketika mobil terparkir, Erza memasukkan novelnya dalam tas dan mengguncang pelan tubuh Putra.
“Put, bangun. Udah nyampe tuh.” Bisik Erza sambil mencubit pinggang Putra karna gemas tak bangun-bangun.
“kalo gak bangun, gue cubit pake tang pinggang lo. biar bolong!.” Ancam Erza ketika melihat Putra nyengir ketika dicubit Erza.


perlahan Putra membuka matanya dan melihat Erza dari dekat, membuat dia merasa penasaran dengan perasaan yang dia alami sekarang, senang dan ingin selalu menggoda gadis itu.
“gue mau bangun kok. asal lo cium gue.” kata Putra sambil menunjuk pipinya dan menyentuh bibir tipis Erza yang terkatup rapat.
kaget, dia langsung menoyor kepala Putra “apaan sih lo genit bener ngomongnya?! Minta cium sama pacar lo sana!.” Kata Erza ketus lalu membuka Pintu mobil tapi tangannya ditahan Putra.

tanpa perlawanan, Putra mencium pipi kiri Erza dan keningnya dengan lembut.
“entah kenapa, gue ngerasa pengen selalu nyium lo Za. emang dulu gue kayak gitu yah?.” bisik Putra dan untungnya semua penghuni mobil pada keluar, jadi tak ada yang mendengar bisikan Putra.
“mana gue tau! emang gue siapa lo? nyokap lo?! udah lepas. Gue mau keluar. Udah diteriakkin tuh.” Kata Erza melepas pegangan Putra di tangannya dan keluar dari mobil diiringi Putra berjalan dibelakangnya.


“Arny…beli topi yuk. Panas” keluh Erza menghampiri Arny sambil menunjuk sebuah tempat menjual topi-topi lucu.
“ayok. Gue juga kepanasan neh.” Kata Arny lalu berjalan menuju tempat itu diikuti Jessica dan Eva.
“alamakk….tuh para cewek pada kemana lagi Put?.” keluh Restu ketika melihat anak asuhnya pada ngilang semua.
“beli topi kayaknya. Kita samperin atau nunggu disitu?.” Kata Putra sambil menunjuk loket tiket.
“nunggu mereka nyamperin deh. Ikutin mereka yang ada bakal tepar duluan.” Kata Restu sambil berjalan menuju loket tiket dan Putra mengikuti sambil memfoto objek-objek yang menurut dia menarik.


setelah 20 menit menunggu, akhirnya nongol juga Erza dkk yang asyik ketiwi-ketiwi dengan topi barunya. Putra pertama kali liat itu, langsung mengarahkan kameranya “smile.” Kata Putra tersenyum.
melihat Putra tersenyum, Erza pun tersenyum manis dan membuat kedua lesung pipinya nongol dan sempat membuat Putra tertegun.
“kenapa gue pernah ngeliat senyum manis kayak gini sebelumnya yah? beneran, ini senyum termanis yang pernah gue liat dari dia.” kata Putra dalam hati.
Selesai difoto, mereka pun beriringan beli tiket berjalan menuju Candi Borobudur.

baru beberapa meter berjalan, mereka dihentikan oleh seseorang yang menyuruhnya untuk memasang sejenis sarung motif batik untuk menjaga kesopanan.

mereka langsung  memasang sarung itu dan mengikatnya di pinggang kanan, Putra melihat Erza kesusahan mengikat, menghampiri gadis itu “sini biar gue iketin.” Kata Putra mengambil tali yang tergantung di pinggang Erza dan mengikatnya agar sarungnya tak jatuh.
jarak mereka begitu dekat membuat Erza salting sendiri “thanks.” Kata Erza sambil tersenyum lalu berjalan dengan tangan digandeng Putra.

mereka yang melihat hal itu, tersenyum dan berjalan agak menjauh karna tak ingin mengganggu keromantisan mereka.



Jogja, sebuah kota tua yang memberikan sebuah  cerita indah untukku, bersamamu.
aku harap, cerita  ini menjadi cerita  awal untuk selalu bersamamu, selamanya.



asyik-asyiknya berjalan, tiba-tiba Putra melihat penyewaan sepeda dari ontel hingga tandem *tau tandem gak? Tandem itu sepeda yang 2 orang bisa nginjek gitu.* dia langsung noleh ke Erza yang asyik menatap kea rah lain “ capek Za?.” kata Putra.
“Enggak kok. kenapa?.” Tanya Erza bingung lalu menoleh ke Putra.
“nyewa sepeda yuk.” Kata Putra sambil menunjuk sepeda yang menarik hatinya,
mata Erza langsung berbinar-binar melihat sepeda yang dimaksud “ naek sepeda tandem? Gue mau Putra! Tapi sama siapa? Kan itu sepeda buat dua orang nginjeknya?.” Tanya Erza
“bareng gue lah. Ayo.” Kata Putra lalu menarik Erza ke penyewaan sepeda.



dengan wajah berseri-seri, Erza menginjak sepeda warna biru malam, pilihan Putra bagian belakang dan Putra menginjak bagian depan. Lalu berjalan menghampiri yang lain.
“hello…… udah pada capek? Bentar lagi nyampe kok di candi.” Kata Erza sambil nunjuk Candi Borobudur yang semakin dekat.
“capek sih enggak. Cuma panas!! Lo berdua dapat dimana tuh sepeda?.” Kata Restu bingung meliat mereka nongol bawa sepeda.
“nyewa bro. eh Res, fotoin kami berdua dong. Itung-itung koleksi.” kata Putra sambil menyodorkan kameranya ke Restu.
“ayo senyum Za, kenapa jadi natap gue? smile.” Kata Restu dan KLIK. Sebuah kenangan tersimpan rapi dalam bentuk foto.

“thanks ya Restu. Ayo kalian gue foto.” Kata Putra ketika Restu menyodorkan kameranya dan memfoto yang lain.
“sip. Gue jalan dulu yah. bye. Ayo Za.” kata Putra sambil menginjak sepeda dengan Erza di belakangnya.

“gue harap banget, mereka bakal kayak dulu lagi Ny. Gak tega gue liat Erza dikit-dikit galau karna Putra bareng Selvi.” kata Restu diangguki oleh yang lain.
“iya kak. Liat mereka bareng gitu rasanya adem aja hati kak. Moga disini, Putra inget sama Erza kak.” Harap Arny.
“Amien.” Kata Eva dan Jessica bersamaan.


sesampai di depan Candi Borobudur, Erza dan Putra memarkir sepedanya di bawah rindang pohon sambil menunggu yang lain, ketika Restu dkk menghampiri mereka, Erza langsung menaiki anak tangga yang tingginya naudzubillah dengan Putra di sampingnya.

“kalo lo capek bilang aja Za. jangan dipaksa.” Kata Putra agak cemas melihat wajah Erza agak kelelahan.
“Enggak kok. gue mau naik sampai ke puncak. Ini baru tingkat 5  kan?.” Kata Erza penuh semangat ’45 mengelilingi tingkat 5 sebelum naik tingkat selanjutnya.

Putra tak menyia-nyiakan kesempatan untuk memfoto seluruh pemandangan sekitar candi Borobudur dari atas, ketika melihat Erza berbicara dengan Arny sambil tersenyum, dia ikutan tersenyum dan memfotonya.

ketika lihat segerombol cewek kulit hitam manis melirik Putra dengan umur kira-kira masih anak SMA, dia menghampiri mereka yang berdiri tak jauh dari tempat Erza berada.
“dek, bisa minta tolong fotoin kami? Klik disini yah.” kata Putra sambil menyodorkan kameranya kepada salah seorang cewek yang sekarang jumpalitan karna tak menyangka didekatin Putra.
“bbi..saa kok ka.” Kata gadis itu terbata-bata saking gugupnya.

Putra tersenyum manis sehingga mereka yang melihat pada terpesona dan dia berjalan mendekati Erza yang asyik bercengkrama dengan Arny dan Restu.
“foto bareng yuk. Kata Putra sambil merangkul kedua tangannya di pundak Erza dan Arny lalu menarik tubuh mereka ke tubuhnya*jadi cerita difoto ini Erza istri pertama dan Selvi  eh… si Arny istri kedua* *ditabok massa* lalu tersenyum ketika sang juru foto berkata “1, 2, 3.. cheers.” Dan KLIK. Tersimpan satu memori dalam bentuk selembar kertas, mempunyai jutaan kenangan.

“thanks ya dek.” Kata Putra mengambil kameranya dan tersenyum yang membuat dikasih senyuman getar-getir dari ujung kepala ampe ujung kaki.
“Sa.saa.. ma..ssa..maa kak.” Kata gadis itu gagap mendadak karna senyuman Putra dan buru-buru menarik temannya yang sedari tadi menunggunya untuk kabur sekarang juga.



Erza terduduk di salah satu stupa sambil memandang ke puncak Borobudur dengan ekspresi stress “masih jauh nih ceritanya? Capek….” Keluh Erza sambil memijit-mijit kedua kakinya.
“masih sanggup jalan sampai ke atas?.” Kata Putra berdiri di samping Erza dan dia melihat dengan jelas bahwa banyak keringat mengucur di wajahnya. Spontan Putra mengambil saputangan yang selalu ada dikantong celana paling belakang itu dan melapnya di wajah Erza yang berpeluh.
Erza kaget dengan perlakuan Putra, dia menoleh “ gak sanggup Put. capek, panas banget, pusing lagi.. tapi masih pengen nyampe puncak.” Kata Erza lalu menatap ke puncak candi yang masih jauh sangat.
“yaudah kita pulang aja.” kata Putra dan jongkok di depan Erza yang membuat gadis itu kaget.
“lo ngapain jongkok di depan gue?! mau loncat kodok ampe ke atas? Gak ada kata pulang! Gue mau ke atas.” Kata Erza ngotot.
“lo jangan keras kepala deh, udah naik ke tubuh gue.” perintah Putra buat Erza menggeleng kuat-kuat.
“malu-maluin.” Kata Erza pelan dan Putra menoleh ke arahnya..
“Erza……” panggil Putra dengan suara lembut tapi sarat penuh ancaman dibalik itu.
Erza menyadari bentuk suara itu, hanya bisa menghela napas dan dengan berat hati dia mendekatkan depan tubuhnya di Punggung Putra dan melingkarkan kedua tangannya di leher Putra lalu dia merasa tubuhnya terangkat ketika Putra berdiri sambil memegang kedua lututnya.


yaks,,, Putra menggendong Erza tanpa mempedulikan tatapan heroik dari para cewek-cewek yang ada di sekitar candi dan tatapan maklum dari teman-temannya yang tau Putra bagaimana kalo sudah berhadapan dengan Erza, co cweeeettt…
“nih anak amnesia tetep aja perhatian ama Erza. Ckkckc.” Kata Restu geleng-geleng.
Arny Cuma ketawa dan berhenti ketika mereka sudah sampai di halaman Candi dan Putra jongkok kembali untuk menurunkan Erza yang wajahnya memerah malu.
“badan lo berat Za. patah punggung gue! entar pijitin yah. yang enak. Terus dikasih plus-plus gitu. biar sedap!!!” kata Putra sambil berdiri dan tersenyum mesum.
“gue injek aja yah. ampuh lo Put ilengin pegel. Setiap injekan kaki gue bikin tulang-tulang punggung lo pada bunyi semua terus lepas deh dari engselnya masing-masing! Dasar OMES!.” Kata Erza gemes dengan Putra.
“hahahaha. Pulang yuk. Udah,,,, entar mampir lagi. Cuma kita berdua.” Kata Putra merangkul pundak Erza lalu menariknya ketika melihat gadis itu memandang candi Borobudur dengan tatapan merana.

“kita berdua?! Bukan lo sama Selvi? seharusnya lo ngomong gitu sama Selvi. bukan ama gue!.” kata Erza berusaha melepas rangkulannya.

“kenapa gue malah yakin bener bakalan balik ke Jogja bareng Erza? Dan ..kenapa gue gak suka tuh cewek nyebut nama Selvi? dia kan ayang gue. eh…ngomong-ngomong tentang ayang, gue lupa balas sms dia! alamak….” Kata Putra dalam hati.
“jangan sebut nama Selvi ketika lo ama gue.” bisik Putra ditelinganya ketika mereka hampir tiba di parkiran mobil setelah disuruh muter jalan kea rah kanan melewati pasar khusus souvenir dan bikin nyasar *ngakak sendiri kalo inget kejadian ini*

“Dia kan cewek lo! wajar dong sebagai cewek yang gak ingin disebut ngerebut pacar orang gue ingetin lo. biar lo sadar lo punya pac…” kata Erza menatap Putra dan terputus ketika bibirnya tiba-tiba disentuh oleh jari telunjuk  cowok yang didepannya cengar-cengir sambil menatap tajam “gue gak suka dan jangan bahas nama dia lagi. dan lo bukan ngerebut gue Za, gue yang berusaha ngerebut hati lo, maksa diri gue untuk berusaha inget kejadian dulu lewat dekatin lo, walau lo menolak. Kalo lo mau tanya kenapa, gue gak tau.” Kata Putra dan mencium pipi Erza dan berjalan meninggalkan gadis itu dibelakangnya yang terdiam.


Sepanjang perjalanan menuju tempat selanjutnya, Erza tepar di kursi penumpang dan tertidur dengan telinga disumpal headset dan kepalanya nyender ke pinggir. Putra yang duduk disamping Erza langsung menarik kepala gadis itu agar nyender di pundaknya.

“kita kemana nih mas?.” Kata supir bertanya dengan Restu yang asyik memberikan kabar terbaru lewat sms dengan Katherine.
“kalian mau kemana?.” Kata Restu balik nanya dan noleh ke belakang.
“ada mall gak? Gue mau ke mall!.” Kata Eva yang langsung dapat jitakan dari Arny.
“tunggu 3bulan lagi, lo akan injek mall di Jakarta. Ke kaliurang yah? ke desa yang kena letusan gunung merapi itu.” Kata Arny
“bisa mati gue kalo ga ke mall Ny.” Gerutu Eva, dibalas cuek oleh Arny
“ok deh. Lo setuju Put?.” tanya Restu ketika melihat Putra asyik memandang Erza yang keenakan tidur di pundak Putra *gigit gagang pintu*
“apa kalian mau deh. Gue ngikut aja. asal bisa sama dia.” kata Putra sambil mengelus rambut Erza.

Restu tersenyum lalu berbalik ke depan dengan harapan di hati, semoga perjalanan mereka kali ini membuat Putra inget siapa Erza.



Jauhnya perjalanan membuat tak membuat mereka bosan, malah asyik berbicara dengan supir yang ternyata sama tau banyak dengan mas novan tentang sejarah jogja. Dan mereka diajarin ngitung hari baik perkawinan.
“gini loh mas-mas dan mbak-mbak sekalian cara ngitungnya. Kan siapa tau setelah pulang dari sini pada mau nikah semua. Terutama mas yang itu.” Kata si sopir sambil lirik ke spion tengah dan melihat Putra asyik mengelus tangan Erza yang menggenggam tangan kanannya.

yang dilirik Cuma senyum-senyum “amin aja deh mas nikah sama yang disamping ini.” Kata Putra spontan.
“kenapa gue malah ngarep kawin dengan Erza? Ckckckc.” Kata Putra dalam hati.
si supir mendengar jawaban Putra, ikut mengaminkan “amin deh mas.” Kata si supir lalu parkirkan mobilnya di sebuah desa daerah kaliurang, yang berapa KM lagi akan tiba di desa mbah maridjan. *tapi kalo mau ke desa mbah maridjan harus nyewa ojek, soalnya gak bisa parkir mobil* *sekilas info*


“Akhirnya nyampe juga. Put, bangunin Erza yah.” kata Arny ngacir keluar mobil dengan yang lain untuk member kesempatan Putra berduaan dengan Erza.

“Za…bangun..udah sampe tuh.” Kata Putra menggerakkan pelan tubuhnya Erza.
Erza gak bangun-bangun karna saking lelahnya. Putra yang entah kenapa melirik bibirnya Erza yang tipis dan bewarna kemerahan, membuat dia ingin menciumnya.

“Astajim!!! Bukan muhrim..bukan muhrim.” Kata putra dalam hati *sok alim lo put! biasanya nyosor!* *jitak Putra* “hem…” desah Erza pelan dan dia membuka matanya perlahan lalu melihat di sekelilingnya dan kaget ketika melihat di samping, Putra sudah dalam posisi mendekat ke wajahnya siap nyium. *katanya bukan muhrim: --“ *

“ngapain lo dekat-dekat gue?!.” kata Erza galak dan tak berdaya ketika Putra mencium pipinya.
“selamat bangun sweety. Turun yuk.” Kata Putra lalu menarik Erza keluar lewat pintu mobil sebelah kiri.


sepanjang perjalanan, Erza menggigil kedinginan dan tatapan matanya tertubruk pada suatu benda, berbentuk bunga indah dan membuat Erza mendekati si penjual.
Putra bingung kea rah Erza pergi, mengikutinya dari belakang.

“ini bunga apa bu? Kok gak ada wanginya? Tapi cantik.” Kata Erza sambil mengambil sekuntum bunga dan terpesona melihat keindahan bunga yang ada ditangannya.
“itu bunga edelwis mbak. Bunga gunung.” Kata si penjual.
“bunga edelwis? Bunga apa itu bu?.” Tanya Erza heran karna dia baru kali ini mendengar nama itu.
“bunga keabadian mbak. Dia gak akan mati walau dipetik. Dan tumbuh di atas gunung. Kata orang sih artinya kekuatan dalam diri, dan keberanian. Serta keabadian cinta.” Kata si penjual panjang lebar.

“bunga edelwis? Bagus artinya. Keabadian cinta. Gue berharap Putra ngasih ini ke gue. astaga! Ngapain gue jadi ngarepin dia? gak mungkin Za. dia lupa sama lo, ngapain lo ngarep dia kasih bunga? Palingan ntar dia beli buat Selvi.” kata Erza dalam hati.

“bu, berapa harganya satu bunga ini?.” Tanya Putra sambil memegang sekuntum bungan Edelwis disaat Erza melamun.
“30 ribu mas.” Jawab si penjual.
Putra mengeluarkan uang 30 ribuan di dompetnya dan memberikannya ke penjual. Lalu dia memandang Erza yang masih asyik mengagumi bunga yang ada di tangannya.
“kenapa gue jadi pengen ngasih bunga ini buat Erza? Jujur, gue suka ma senyumnya. Dan gue gak ingin kehilangan senyum itu.” Kata Putra dalam hati.

KLIK!bunyi jepret foto menyadarkan Erza dari dunia khayalnya dan kaget ketika Putra baru saja memfoto dirinya lagi.
“lo ngefans sama gue?.” tanya Erza sinis karna difoto mulu dan mengasih bunga yang dia pegang kepada penjualnya.
“gue ngefans sama senyum lo Za.” jawab Putra jujur yang membuat wajah Erza memerah.
“apaan sih lo. udah ah kita pulang. Gue kedinginan.” Kata Erza sambil berjalan melipat tangannya karna kedinginan meninggalkan Putra.

ketika berjalan menuju mobil, mereka melihat banyaknya warung wedang jahe berseliweran. Putra melihat Erza semakin menggigil, menarik gadis itu masuk ke salah satu warung dan memesan 2 buah minuman hangat untuk dirinya dan Erza.

“Za…” kata Putra ketika melihat Erza asyik meminum pesanan dan membuat pipinya pucat berubah menjadi merona pink.
“hem.. apaan Put?.” kata Erza menatap Putra dan kaget melihat bunga yang sangat dia inginkan, ada di tangan Putra yang terulur padanya.
“buat lo. gue gak tau kenapa liat lo senyum, bikin gue pengen beliin. Woy! Lo kenapa diem?.” kata Putra melihat Erza menatap bunga yang ada ditangannya.
“lo gak salah ngasih Put? gue Erza Put, bukan pacar lo, si Selvi. salah ngasih lo.” tolak Erza sambil mendorongg bunga di hadapannya dengan perasaan campur aduk.
“gue gak salah orang Za. please Za, terima pemberian gue. ok?.” kata Putra dengan wajah setengah memaksa.

Erza menghabiskan minuman terakhir di gelasnya lalu menerima pemberian Putra dengan setengah senang, ragu, dan takut. “iya gue terima. Thanks.” Kata Erza tersenyum menutupi perasaannya.
Putra tersenyum menerima pemberiannya diterima, seandainya si pemilik warung tidak melirik mereka terus menerus, sudah dia cium sana-sini sampai pingsan cewek di depannya ini.
“thanks Za.” kata Putra menghabiskan minuman yang ada di depannya lalu berdiri untuk membayarkan pesanannya dengan Erza.

“lo bayarin gue mulu, gak tepar tuh dompet?.” Kata Erza berjalan menuju parkiran sambil memegang bunga pemberian Putra.
“enggak dong. Gue kan bank berjalan. Hahaha.” Kata Putra sambil merangkul pundak Erza agar berjalan lebih dekat dengannya dan masuk dalam mobil bersama yang lain yang sedari tadi menunggu mereka berdua.

“lo berdua pada kemana aja? lama bener.” Tanya Arny sepanjang perjalanan menuju hotel.
Erza yang setengah tertidur *lagi* karna ngantuk, menatap Arny sayu. “keliling aja sih. Lo sendiri kemana?.” Tanya Erza.
“nangkring di mesjid. Hahaha…” kata Arny tertawa.
“ngapain kalian pada nangkring dimesjid? Pada tobat semua?.” Tanya Putra yang duduk disebelah Erza yang sekarang tertidur sambil memegang bunga yang dikasih Putra.

“tobat apaan?! Ngantuk broo!!! Jadilah kami tidur di mesjid kayak pengungsi dari mana gitu.” jawab Restu di kursi depan setengah menguap.
“hahaha..ada-ada aja lo. kayak gak ada tempat lain untuk tidur aja selain mesjid. Malu-maluin!.” Kata Putra sambil menoyor kepala Restu yang cengengesan.


perjalanan panjang dari jam 8 pagi akhirnya kelar juga jam 7 malam ketika mobil memasuki parkiran hotel.

mereka pun keluar dari mobil bergantian dan masuk dalam hotel. Sedangkan  Restu dengan Putra membayar sewa mobil hasil patungan bersama.

sesampai di kamar hotel, Erza meletakkan tasnya di lantai dan rebahan di kasur sedangkan Arny langsung ngacir masuk kamar mandi.

“ouch…. Sakit..” rintih Erza  sambil memegang perutnya yang tiba-tiba melilit ketika Arny selesai mandi dan berpakaian.
“lo kenapa Za?.” tanya Arny cemas sambil mendekati Erza yang semakin mengigit bibirnya dan menatap Arny yang sudah berpakaian hendak jalan lagi dengan mereka.
“perut gue…sakit.. lo mau kemana Ny?.” Tanya Erza lalu dia kesakitan lagi.
“gue mau jalan ma yang lain, nyari makan. gue mau bilang ama yang lain kalo gue ga ikut.” Kata Arny lalu mengambil ponselnya, yang langsung ditahan Erza.
“gak..usah.. Ny.. entar mereka cemas. Gue..ga..papa… ouch..” kata Erza semakin kesakitan.
“gak apa-apa gimana lo kesakitan gitu!.” jawab Arny.
“please. Gue gak papa. Udah lo keluar sana. Mereka nungguin tuh. Kalo mereka nanya gue kenapa gak ikut, bilanng aja gue ketiduran. Ok?.” kata Erza lemah dan semakin memegang perutnya
“beneran?.” Tanya Arny was-was melihats sahabatnya kesakitan tapi keukeuh mengusir dia.
Erza pun mencoba berdiri sambil memegang perutnya lalu mendorong Arny ke depan pintu dengan terbungkuk-bungkuk menahan sakit yang sangat menyiksa. “gue gak apa-apa.” Kata Erza lalu membukakan Arny pintu dan menutupnya kembali lalu berjalan menuju kasur.

“Ya Allah.. perut gue..sakit..” kata Erza sambil berguling dikasur menahan sakit.

“Erza mana Ny?.” Tanya Putra ketika melihat Arny datang sendiri ke café, tempat janjian mereka.
Arny menundukkan wajahnya “sorry Za. gue gak bisa.” Katanya pelan pada dirinya sendiri.
“dia sakit perut kak. Melilit katanya. Dia bilang gak usah kasih tau yang lain dan malah ngusir Arny keluar untuk ikut supaya janji kalian gak batal gara-gara dia.” jawab Arny yang buat Putra entah kenapa, menjadi sangat cemas.
“Restu…” panggil Putra.
“lo mau gue beliin apa Put buat makan? Erza gue beliin juga gak?.” Kata Restu seolah mengerti maksud Putra.
“enggak usah. Gue mesan aja entar. Sorry yah gue gak bisa ikut lagi malam ini. Gak papa kan?.” Kata Putra penuh ekspresi maaf.
“enggak apa-apa kok kak. Santai aja lagi. yaudah kami berangkat dulu yah. kamar kayaknya gak dikunci Erza kak. Jadi masuk aja.” kata Arny tersenyum lalu keluar dari hotel bersama yang lain dan Putra langsung ke kamar Erza.

tok..tok..tokk… bunyi pintu kamar diketuk ketika Erza masih berguling ria dan wajahnya sudah bercucuran keringat dingin.
“ya Allah, perut gue.. kayak mau ngelahirin aja! sakitt…” kata Erza dalam hati.
merasa pintu tak dibuka, Putra langsung masuk ke dalam kamar dan entah kenapa dia miris sendiri melihat Erza meringkuk di kasur.

“Za….” kata Putra duduk di atas kasur dan mengelus rambut Erza.
Erza kaget melihat Putra nongol kayak jin, dia kira yang masuk tadi Arny. Jadi dia cuek aja “lo kenapa disini? gak ikut?.” Kata Erza lemah dan Putra bisa melihat dimata Erza ada setetes Kristal menggantung dimata  gadis itu.
“gimana gue bisa ikut kalo lo kesakitan gitu?.” kata Putra sambil mengelus rambut Erza dan entah kenapa dia ingin sekali sakit yang dirasakan gadis itu, biar dia saja yang merasakan.
“gue gak apa-apa. Lo keluar Put.  ouch…” kata Erza semakin kesakitan dan akhirnya, dia meneteskan air matanya.

Putra panic melihat gadis itu kesakitan, tapi bingung harus ngapain “lo udah makan?.” tanya Putra.
“belom. Gue gak bisa makan perut sakit kayak gini.” Keluh Erza
“gue pesanin dulu. Dan jangan membantah.” Kata Putra ketika Erza hendak membantah perkataannya dan menelpon cafee disamping hotel untuk mengantarkan makanan di kamarnya.


40 menit menunggu, akhirnya pesanan Putra yaitu nasi goreng datang juga, Putra langsung keluar dari kamar dan membayar pesanan itu dan membawanya di hadapan Erza.
kemudian dia mendudukkan gadis itu di kasur dan menyuapinya “ makan Za.” kata Putra pada suapan pertama.
“lo gak makan?.” tanya Erza sambil menggeleng.
“kita kan bisa sepiring berdua. Ayo makan Za. jangan sampe gue suapin pake mulut gue nih.” ancam Putra dengan kedipan nakalnya.

mendengar perkataan Putra, dia langsung membuka mulutnya enggan dan mengunyah pelan ketika makanan yang disuapi Putra mampir kemulutnya.

akhirnya, setelah bergantian dari menyuapi Erza terus menyuapi diri sendiri, habis juga makanan itu dan Putra langsung memberikan segelas air putih untuk Erza “nih minum.  Gimana perut lo? udah mendingan?.” Tanya Putra sambil memegang gelas yang sedang diminum Erza, takut tumpah.
Erza mengangguk lalu tersenyum, walau sebenernya dia masih sakit. Cuma dia tak ingin Putra tau. “iya .. makasih Put.” kata Erza.
“beneran?.” Kata Putra entah kenapa dia tak yakin dengan jawaban Erza.
“iya…. Eh.. mereka kemana yah? kok lama?.” Kata Erza
“tadi Restu cerita ma gue kalo habis makan mau ke alun-alun. Kenapa? Lo mau ikut?.” Kata Putra ketika melihat wajah Erza sedih.
“pengen banget. Coba aja gue gak sakit perut. Pasti gue ikut. Kita nyusul yuk! Gue udah sehat! Udah kuat! Ayoooo..” kata Erza hendak turun dari kasur. Tapi buru-buru ditahan Putra.
“woooohoho.. enggak boleh! Lo baru sakit ampe mau nangis sekarang mau jalan lagi? gak akan gue ijinin! Besok juga bisa sayang. gue temenin deh. Ok?.” kata Putra sambil menjawil hidung Erza.
“yahh..Put… besok nanggung.” Kata Erza.
“gue bilang besok..yah besok.. gue ambilin obat dulu. Lo naroh dimana?.” Kata Putra sambil berjalan menuju koper Erza.
“iya..yang itu..eiitts jangan lo buka!.” Teriak Erza tapi terlambat ketika Putra melihat isi kopernya..
BH ukuran 34b bewarna-warni, bikini, baju tidur super tipis bewarna hitam dan biru malam dan beberapa celana hot pants super pendek terpampang di koper yang sengaja Putra buka dan Buat Erza melempar bantal saking malunya.
“jangan sentuh barang gue! lo itu yah! huh!.” gerutu Erza ketika Putra berjalan kearahnya sambil membawa obat anti sakit perut.
“terlanjur liat Za. rejeki dong gue hari ini.” Kata Putra tertawa.
“apaan sih lo! udah gue tidur dulu yah.” kata Erza menarik selimut siap tidur dan keningnya dicium Putra.
“have a nice dream. Lullaby.” Kata Putra lalu duduk di kursi samping Erza sambil menunggu yang lain datang.




di Pagi hari yang cerah, masih dengan suasana Jogja yang kental dengan adat jawanya, Erza  kaget melihat disampingnya yang seharusnya Arny malah berubah menjadi sosok cowok yang membuat hati dan kepalanya cenyat cenyut kayak kue bakpau. *enak tuh*ngiler*
           
“Astaga!! Siapa yang nyuruh lo tidur disini?! bangun! Bangun! gue hitung sampai 3, kalo lo gak bangun, gue tendang! 1,,,2,,,” teriak Erza sambil menghitung dan menarik kasar selimut yang menutupi tubuh mereka.
“Apaan sih lo Za? emang gue gak boleh tidur disini? gue kan udah temanin lo semalaman?.”
“Lo kan tidur sama kak Restu disini, ngapain tidur ma gue?! terus Arny lo usir kemana?! Lo itu yah! gak bisa liat kesempatan gue sendiri, nyerobos aja!.”
“Arny tidur bertiga dengan Jessi dan Eva. eittss,,,siapa suruh lo ngejauhin gue?.” Kata Putra menarik Erza yang menjauh  dan mencium kedua pipinya hingga memunculkan semburat merah seperti warna matahari yang terbit.
“Morning kiss my lullaby. Can I say I love you?.”

“Lo ngomong I love you ma gue? gombal! Lo kangen sama Selvi kan jadi ngomong gitu ma gue? udah telpon pacar lo sana! Bilang I love you sama dia, jangan sama gue!.”
“Za… berapa kali gue bilang sama lo jangan pernah nyebut nama Selvi disaat gue sama lo? please Za. gue pengen inget semua hal tentang lo. kalo lo mau tanya kenapa, gue gak tau Za. lo gak kasihan sama gue Za?.” sambil pasang wajah memelas yang buat Erza muak melihatnya.


“Lo gak usah pasang wajah melas untuk rayu gue deh Put. berapa kali juga gue bilang sama lo kalo gue gak akan ngasih kesempatan buat lo untuk menyakiti gue lagi? lo dekatin gue, lo sama aja bikin gue nyesek Put. kenapa? Karna lo bukan milik gue .” Dengan wajah menunduk dan beringsut menjauhi Putra.

Putra mengangkat wajah Erza agar menatap dirinya dengan tangan kanannya dengan lembut lalu duduk mendekat di sampingnya “ Gue minta maaf kalo keadaan gue sekarang bikin lo sakit. Please, biar gue dekatin lo lagi. dan bila gue ingat semua tentang hal yang gue lupakan, gue akan kembali pada lo, dan kita akan mengulang cerita yang pernah terlupakan. Ok? udah mandi sana! Bau.” Kata Putra lalu mengacak rambut Erza lalu berjalan keluar.

“Gue gak yakin kita bisa kembali Put, seperti yang lo inginkan, Karna gue bukan tipe cewek yang mudah kasih kesempatan yang sama untuk kedua kalinya.”
“gue akan buktikan kalo lo salah,” Balas Putra dan pintu tertutup sempurna. Seperti pintu hati Erza yang tertutup untuk Putra.


Erza menghela napas dan memikirkan semua yang sudah terjadi dan pada akhirnya dia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.



Selesai mandi dan berpakaian, dia melihat Arny membuka pintu dengan tampang kusut seperti baru ditonjok orang. Dengan langkah gontai Arny langsung rebahan di kasur dan member isyarat stop ketika melihat Erza hendak bertanya “jangan nanya. Gue pusing.”
“lo sakit Ny? Wajah lo pucat begitu.” Kata Erza sambil menempelkan tangannya di kening Arny.
“gue gak sakit. Kurang tidur malah! Lo tau gue tidur jam berapa? Jam 4 subuh! Lo mau nanya kan gue lagi ngapain aja jam segitu?! Ngegosip sama 2 mak ronggeng di kamar sebelah gara-gara si calon suami lo itu ngusir gue! udah gue mau tidur, dan lo jangan ganggu! Ok beibeh?.” Dan langsung terdengar dengkuran halus keluar dari mulut mungil Arny.

“yah…padahal kan gue pengen ajak mereka ke pasar Beringharjo. Stok baju gue menipis. Huh!.” gerutu Erza dan akhirnya keluar dari kamar memutuskan untuk pergi sendiri.


Erza sukses menarik perhatian para kaum adam dengan pakaian baju lengan pendek bewarna biru malam dan celana pendek serta sepatu kets dan tas ransel yang setia setiap saat berada di punggungnya dengan rambut dia kuncir ke atas dan wajahnya yang agak-agak arab semakin membuatnya  menjadi pusat perhatian.


“Za…woyy Za! lo mau kemana? Gue ikuttttt!!.” Teriak Jessi keluar dari kafe ketika melihat Erza lewat.
“mau ke Pasar. Beneran mau ikut? Ayok deh!.” Kata Erza nyengir.

“Eits,,, gue ikut dong Za, Jes. Nganggur nih.” kata Restu ikutan keluar disusul Putra.
Erza melihat Putra  mendadak ilfeel sendiri “gak deh kak. Kalo kaka ikut bukannya bantuin tapi malah bikin tambah rempong! Kenapa? Karna pasti bakal bilang “Za, udah kelar belum? Apaan sih yang diliat? Cuma baju gak usah repot milih.”  Betul kan?.” tebakan Erza bikin Restu ketawa.
“hahaa.. lo tau aja deh. Ya deh gue gak ikut. Kayaknya gak seru. Mending kita main PS aja Put. gue bawa tuh.” Kata Restu sambil menarik Putra yang menatap Erza tapi dicuekin yang ditatap dan meninggalkan mereka berdua yang mengelus dada penuh syukur.


“untung..untung. yuk Za cabut.” Kata Jessi dan menarik Erza keluar hotel.

“Eva mana Jes? Kok lo sendiri aja? tumben gak ikut tuh anak.” Kata Erza ketika berjalan lurus menuju pasar dan menolak semua permintaan paman becak yang berseliweran menawari untuk mengantar mereka.
“tidur. Lo tau kami malam tadi tidur jam berapa pas lo gak ikut makan itu? Jam 4 subuh Za! gue, Arny ama Eva asyik ngerumpi kalian sampai lupa ama jam. Hohoho.” Kata Jessi tertawa.
“lo omongin apa soal gue? wah… pantesan gue keselek terus makan, ternyata ada yang omongin. Serasa jadi artis deh. Hahha.”
“salah omong gue. hahaha…  asyik bahas lo ama Putra aja. so sweet bener dah! Bikin kami kangen ama pacar masing-masing. Gue heran ama lo Za, lo pacaran gak sih dengan Putra?.” Kata Jessi yang gak tau apa-apa dengan masalah Erza.


Erza terdiam mendengar pertanyaan Jessi, sampai di depan pasar Beringharjo yang sesak, dia menoleh ke arah Jessi yang menunggu jawabannya “ gue gak tau Jes. Sama seperti lo gak tau status hubungan kami. Masuk yuk.” Kata Erza lalu menarik Jessi masuk dalam pasar.


Setengah hari mereka di Pasar, banyak tentengan sana-sini yang mereka dapatkan. Pada saat Erza sebuah toko yang menjual celana pendek cowok-cowok motif kain perca. Dia ingin membelikannya untuk kak Reno. Jadi masuklah Erza dengan Jessi ke toko itu.


Asyik pilah-pilih, entah kenapa dia ingat dengan Putra. Hatinya ingin membelikan satu untuk Putra, tapi gengsi apalagi dia baru saja berantem.
“ngapain gue beliin dia? Entar yang ada dia mikir gak-gak lagi! ogah! Bikin uang habis aja!.” kata Erza dalam hati.
setelah selesai membayar, dia keluar dari toko dengan Jessi. Entah kenapa, baru beberapa langkah,  dia masuk lagi karna selalu kepikiran Putra. Pada akhirnya…..

dia membelikan 2 pasang celana pendek yang paling dia suka sejak masuk dalam toko itu untuk Putra.

“lo beli buat siapa lagi Za? kan buat ka Reno udah?.” Kata Jessi bingung melihat Erza membayar di kasir.
“buat Putra. Dan lo jangan banyak koment!.” Kata Erza ketika melihat Jessi senyam-senyum.
“ciee….yang beliin celana buat calonnya.” Kata Jessi membuat Erza tersipu.

setelah selesai, mereka keluar dari pasar dan langsung naik becca menuju hotel setelah berdebat sengit dan sedikit rayuan bikin mabuk dari Erza untuk paman becak yang merasa ketiban durian sekarung melihat dua gadis cantik di depannya.


Sepanjang perjalanan kembali ke hotel, mereka melihat bule hilir mudik di sekitar Marioboro dan saling membandingkan yang mana yang paling cakep antara Putra yang produk campuran dengan yang Produk murni. Tapi tetap aja di hati Erza, Putra paling cakep diantara yang lain. *ngikik*

Sesampai di hotel, Erza langsung turun dari becak disusul Jessi sambil membawa barang-barang belanjaan dan membayar becak itu plus senyuman yang membuat paman becak merasa melayang.

“Za… gue ke kamar dulu yah.  gue baru inget kalo pas lo belanja tadi, Reva sms gue kalo mereka lagi jalan keliling gitu. kunci mereka titipkan di resepsionis.” Kata Jessi ketika mereka memasuki hotel lalu berdiri didepan resepsionis untuk mengambil kunci.
“Serius lo? semuanya ikut? Bagus deh.” Kata Erza penuh syukur karna dia takkan ketemu Putra.
“kayaknya semuanya ikut deh. Yaudah gue masuk dulu yah. bye.” Kata Jessi lalu berjalan menuju kamarnya yang berlainan arah dengan Erza.

Erza berjalan menuju kamarnya sambil bersinandung, tak menyadari bahwa ada yang mengikutinya sejak dia masuk hotel hingga berada di depan kamarnya.

“kemana aja seharian Za?.” kata Putra berdiri di belakang Erza pada saat gadis itu hendak membuka pintu dan terdiam ketika mendengar suaranya.

“yeah…it’s time to battle again. With a annoyed boy like him.” Gerutu Erza dalam hati.

“terserah gue mau kemana. Ngapain lo peduliin gue? don’t waste your time to care about me.”
“gue Cuma nanya Za. kenapa lo sinis banget jawabnya? Lihat gue.” kata Putra memutar tubuh Erza agar menatapnya.
“lo itu bukan nanya, tapi ngurus!.”
“Sampai kapan lo marah-marah ma gue? lo gak suka gue tidur bareng lo? gue ngerasa, kayaknya kita sering tidur bareng Za. tapi gue gak ingat kapan. Betul gak?.” Kata Putra yang buat Erza kaget karna tak nyangka Putra bisa ingat hal itu.
“iya kali. Gue males ingetnya. Pergi lo sana.” Usir Erza sambil mendorong Putra agar menjauh.

“kayaknya lo harus dengar sesuatu deh.” Kata Putra sambil memegang kedua tangan Erza dengan tangan kirinya dan tangan kanannya masuk dalam kantong celananya dan mengeluarkan ponsel terbarunya yang memutar sebuah lagu yang cukup buat Erza merasa tersindir.

“ Aku tak suka selalu saja
Kau sebut-sebut namanya saat kita bicara
Aku tak ingin, tak ingin mendengarnya
Kau bawa-bawa namanya saat berdua denganku.”


Erza langsung menekan tombol stop di ponsel Putra dan menatap tajam “ngapain lo puterin lagu itu di depan gue? nyindir? Atau lo pengen kita duet nyanyi lagu itu? Sorry yah, gue gak minat.”
“gue gak nyindir Za, gue Cuma ungkepin apa yang gue rasa lewat lagu Za, gue ngerasa ngomong langsung dengan lo juga percuma.”
“terus maksudnya lo nyuruh gue dengerin gitu apa?.”
“please Za, berapa kali gue mohon jangan pernah lo sebut nama Selvi saat gue ma lo?.” kata Putra sambil memegang tangan Erza, tapi dihempas gadis itu.
“dan berapa kali gue bilang sama lo jangan pernah dekatin gue lagi?! lo itu udah punya cewek! Dan gue gak mau disebut perebut cowok orang karna lo! lo egois Putra! Lo mikir gak kalo lo dekatin gue, lo sama aja bikin gue sakit?!.” Kata Erza tajam sambil menusuk dada Putra dengan jari tangannya.
“apa lo juga mikir kalo gue juga tersiksa dengan semua ini Za?! gue selalu pengen dekat lo, tapi gue gak tau kenapa! Seandainya gue tau, gue akan jelasin semuanya ke lo Za! sekarang lo inginnya apa dari gue Za supaya lo gak ngerasa sakit lagi?! gue akan turutin apa mau lo, termasuk mutusin Selvi!.”
“terus kita bakal bersama gitu?! jangan ngimpi! lo mau tau kenapa gue jauhin lo?! karna, lo hancurin harapan gue! di saat gue menanti lo, lo malah pulang terus berciuman dengan cewek lain di hadapan gue! gue masih inget lo bilang kalo gue bukan siapa-siapa lo! sekarang, lo dengan sengaknya dekatin gue seolah-olah lo gak punya pacar! maksud lo apa?! Mau nyakitin gue lagi?! mau hancurin gue lagi?!.” kata Erza panjang lebar penuh emosi dan air mata menetes di pipinya.

Putra terdiam mendengar kata Erza, dia menyentuh pipi gadis itu bermaksud menghapus air mata yang turun deras di pipi Erza, tapi ditepisnya “ gue terima keadaan lo sekarang Put, tapi gue gak pernah terima lo dengan cewek lain! karna apa? Karna itu sebagai bukti telak kalo gue gak berarti di hidup lo, Cuma cewek sekedar lewat di hati lo dan mudah dilupakan. Itu yang bikin gue patah hati Putra. mending lo pergi deh sekarang! Gue gak mau liat lo! gue muak!.” kata Erza langsung masuk dalam kamar sambil membawa barang belanjaannya dan mengunci pintunya tanpa mempedulikan Putra berusaha menggedor pintu supaya dia keluar dan bicara.

“Za! gue belom selesai ngomong sama lo!.” teriak Putra sambil gedor pintu.
“tapi bagi gue sudah selesai! lo gak akan bisa minta kita kayak dulu lagi Put. gue gak sanggup. Gue sudah terlanjur sakit sama lo. mungkin, ini yang terbaik buat lindungin hati gue.” kata Erza terisak di balik pintu sambil memeluk lututnya ketika Putra pada akhirnya menyerah dan meninggalkan Erza.


Lelah menangisi hatinya, dia pergi ke kamar mandi untuk membasahi wajahnya agar tak seperti orang menangis. Lalu dia melihat barang belanjaannya dan tertegun melihat barang yang dia belikan untuk Putra. ingin dibuang, sayang, dikasih sama yang lain, dia gak rela. Akhirnya dia melipatnya di koper dan  datanglah Arny membawa banyak belanjaan kayak baru saja membeli semua pakaian yang dijual di toko.
“lo beli apa bongkar isi toko Ny? Gue aja gak segitunya deh perasaan.” Kata Erza ketika melihat Arny mengeluarkan isi plastiknya dan memasukkan dalam tas terpisah.
“ini persediaan kalo gue kehabisan baju Za. siapa tau kenapa-napa.” Kata Arny dengan mimic serius memasukkan belanjaannya sesuai abjad yang bikin Erza puyeng dan memutuskan untuk mandi.



Tak terasa hari sudah malam. Saat matahari kembali ke peraduannya dan perannya untuk menemani setiap aktifitas manusia di muka bumi digantikan oleh Bulan, Sang dewi malam. Erza yang selesai mandi, ritual wajibnya. melihat Arny sedang rebahan sambil smsan sesekali cekikikan kayak orang gila.
“gak jalan Ny?.” Tanya Erza sambil membuka kopernya untuk mengambil pakaiannya.
“gak ah. Males. Kita pesan makanan aja deh.  Atau kita serbu kamar mereka aja!.” kata Arny riang seolah baru saja memberikan ide paling jenius sedunia.
“mending pesan makanan aja daripada nongol di kamar orang!.”
“ah… Gue lebih asyik milih opsi kedua. Ayooo…” kata Arny menarik Erza keluar kamar menuju kamar Putra.


“ngapain kita disini?! lepasin tangan gue Ny! Gue gak mau!.” Desis Erza di depan kamar Putra sambil berusaha melepaskan tangannya yang dipegang Arny yang mengetok pintu.
“udah ah, jangan banyak cincong lo Za.”

“wah kebetulan banget kalian nongol. Kami baru aja kekurangan orang main kartu.” Kata Putra membuka pintu dan menatap Erza yang membuang muka.

“sip kak. Ayo Za gak usah sok nolak gitu deh!.” Kata Arny gemas melihat sahabatna keukeh gak mau masuk lalu menghampiri Restu yang asyik main PS.

Erza dan Putra Cuma berdiri di depan pintu yang sengaja ditutup Arny agar lebih privacy. Erza melipat kedua tangannya di dada dan menatap kea rah lain, sedangkan Putra diam menunggu Erza bicara .

“gue mau ke kamar. Gak enak badan.” Kata Erza setelah lelah diam kayak patung di depan orang yang sudah membuatnya hancur. Ketika dia hendak masuk kamar, mendadak tangannya di pegang Putra.

“lo ikut gue. sekali aja.” kata Putra memaksa Erza untuk masuk ke kamarnya dan berkumpul dengan yang lain.

sepanjang main kartu, Erza yang duduk di samping Putra, lebih banyak diam dan kalah dalam main kartu, sengaja dia lakukan itu agar cepat-cepat masuk kamar karna tubuh dan hatinya sudah lelah.

“gue baru ingat! Tadi gue ditelpon kalo besok kita KKN. Biar bareng sama Universitas lain yang juga KKN.” Kata Putra sambil menatap Erza yang masih membuang muka darinya.
“serius lo kak?! Emang Univ lain itu dari fakultas kedokteran juga?.” Tanya Arny sambil mencoreng wajah Erza dengan bedak karna kalah untuk kesekian kalinya.
“yup. Dari psikologi. Jadi kita bisa sharing gitu. eh udah pada makan belom neh?.” Kata Putra sambil mengambil tisu untuk menghapus bedak yang diwajah Erza, tapi ditolak gadis itu mentah-mentah.

Restu yang daritadi melihat Erza menolak perhatian Putra, member kode untuk Arny agar segera keluar dari kamar “Eh Ny, temenin gue makan dong. Gue lapar.” Kata Restu sambil kedipkan matanya dan Arny langsung connect.
“oke deh. Kami duluan yah.” kata Arny langsung keluar dari kamar diikuti Restu.


“mereka berantem lagi kak?.” Tanya Arny ketika keluar bareng Restu menuju kafe.
“yup. Tadi Putra curhat gitu ma gue. dia pengen ingat soal Erza. Tapi tetap aja gak bisa. Dia dekatin Erza, tuh anak malah ngejauh gitu.” jelas Restu.
“Erza terlanjur sakit hati dengan kak Putra kali.”
“gue tau. tapi kan ini bukan keinginan Putra juga untuk gak ingat semuanya Ny. Siapa sih yang mau lupa sama seseorang yang sudah dia sayang?.”
“gue tau. tapi Erza itu sensitive kak. Dia pernah cerita sama gue, dia kadang sakit sendiri dengan perasaannya. Disaat dia berharap, ternyata kak Putra datang bawa Selvi. siapa yang gak nyesek kak digituin gitu? dia malah pernah bilang, mending dia berdoa kak Putra mati aja sekalian daripada hidup tapi bikin dia galau.”
“kok kita jadi bahas mereka sih? Mending kita berdoa aja moga Putra inget dengan Erza dan Erza ngasih kesempatan lagi untuk Putra.” kata Restu sambil merangkul pacar sahabatnya masuk kafe.



Erza melihat sahabatnya keluar tanpa ijin, langsung berdiri ingin keluar, tapi tangannya dipegang Putra “gue minta maaf Za atas apa yang udah gue lakuin buat lo.”
“sebuah kata maaf gak akan bisa hapus sakit hati gue dari lo Put. gue bukan orang yang mudah memberi maaf ama orang yang bikin hidup gue berantakan, mengambil semua yang gue punya, kemudian ngilang tanpa ijin dan kembali dengan memberikan luka baru yang  lebih sakit dari gue rasain!.”
“lo maunya apa Za dari gue? apapun akan gue lakuin.  kecuali lo nyuruh gue pergi dari hidup lo! karna gue gak akan sanggup lakuin itu.”
“pertama, jangan dekatin gue lagi! dan..” kata-katanya terputus ketika tubuhnya berada di pelukan Putra yang membuatnya tak bisa bernapas, namun inilah dia rindukan selama ini. Pelukan yang membuatnya tenang, juga membuatnya menangis karna menyadari bahwa pelukan yang dia rasakan sekarang sudah pernah dibagi untuk gadis lain yang mungkin tanpa dia ketahui, mendapatkan lebih dari yang dia rasakan. Dan itu membuatnya terluka.

Sedangkan Putra merasa pernah dalam keadaan seperti ini. Keadaan dimana dia menenangkan seseorang yang sangat dia sayangi dan membuatnya aman. Dan seseorang itu bukan Selvi, karna seseorang itu sangat berarti dalam hidupnya.


“ijinin gue, untuk ingat segalanya tentang kita. Dan gue gak akan nyakitin lo dan  meninggalkan lo lagi.” kata Putra sambil mencium puncak kepala Erza yang sekarang terisak di dadanya.
“terakhir lo bilang begitu, lo pergi ninggalin gue dan nyakitin gue kemudian melupakan gue seolah-olah gue tak berarti di hidup lo.”
“anggap aja itu terakhir hal bodoh yang gue lakuin ke lo Za. please. Beri gue kesempatan untuk ingat apa yang gue lakuin ke lo sebelum seperti ini.”

Erza mendadak bimbang, bimbang karna di satu sisi dia masih sangat mencintai Putra, tapi di sisi lain tak ingin disakiti karna masalah yang sama.
“apa yang harus gue pilih? Gue sayang sama lo Put, tapi gue gak ingin disakitin.” Batin Erza dalam hati.
“you can keep my words Erza. Lo sudah makan?.” kata Putra sambil melepas pelukannya dan menghapus air mata yang masih menetes di pipi Erza.

Erza menggelengkan kepalanya dan membiarkan Putra mengelus pipinya hingga menyentuh bibir tipisnya lalu membiarkan dirinya ditarik Putra menuju kafe supaya makan.

sesampai di kafe, mereka bertemu Restu dan yang lain asyik menikmati makannya tanpa menyadari mereka datang dan menghampirinya.

“Eh Putra, Erza.. bareng yuk. Sorry makan duluan.” Kata Restu tersenyum ketika melihat sahabatnya menggenggam tangan Erza erat.
“gak papa. Makan aja. gue Cuma temanin Erza makan kok. ntar dia sakit lagi kayak kemarin.” Kata Putra duduk di samping Erza lalu menyodorkan buku menu.


“gue makan ini aja.” kata Erza sambil menunjuk menu roti bakar dan langsung dipelototi Putra.
“lo harus makan nasi Za. ntar lo sakit lagi kayak kemaren.” Bujuk Putra sambil mengelus rambut gadis yang entah kenapa membuatnya gila itu.
“gue lagi malas makan nasi Put. yang penting gue makan kan?.” kata Erza ngotot lalu memesan menu itu tanpa mempedulikan pelototan Putra.

Asyik mengobrol, tiba-tiba ponsel Erza berbunyi. Mendengar itu, dia langsung mengambil ponselnya dari saku celananya dan tersenyum ketika mengetahui siapa yang menelpon lalu berdiri menjauh dari Putra yang merasa panas sendiri ketika melihat Erza sambil tertawa dan tersipu-sipu malu.

“pasti di telpon Reno. Iya kan?.” bisik Putra pelan namun sinis dan terdengar oleh yang lain
“lo cemburu kak? Kan wajar Erza punya pacar setelah dia menanti seseorang tak pernah datang selama 4 tahun.” Sindir Arny supaya Putra bisa ingat sedikit tentang mereka.
“emang dia menanti siapa Arn?.” Tanya Putra ternyata merasa tersindir bahwa yang dimaksud itu adalah dirinya, namun tak bisa dibuktikan.


sebelum Arny menjawab, Erza datang dengan wajah sumringah dan duduk di samping Putra sambil tersenyum ketika pesanannya datang.
“gue makan dulu yah. ada yang mau?.” Tawar Erza sambil memakan rotinya dan disambut gelengan oleh yang lain.
“lo mau Put? kenapa diem? sakit gigi?.” Tanya Erza seolah tak terjadi apa-apa dan menawarkan rotinya.
“enggak. gue gak doyan makan roti, gue doyan makan ati!.” Kata Putra ketus.
“kenapa gue marah dia telponan ama yang lain?  bingung deh gue.” kata Putra dalam hati.

Erza merasa tersindir, namun dia cuek aja “yaudah. Lo pesan hati goreng deh sana. Kan lo doyan makan hati.” Kata Erza dan membuat yang lain hampir tertawa namun tak jadi melihat wajah Putra masam semasam buah asam *eh*


selesai makan, mereka membayar pesanannya dan berjalan meninggalkan kafe sambil tertawa. Putra dan Restu berjalan di belakang mereka  yang asyik  bercanda sambil menatap tajam cowok-cowok yang menatap Erza karna terpesona dengan senyumnya yang selalu mengembang.
“kenapa lo bikin gue gila Za? kenapa gue jadi bertekad tak ingin nyakitin lo lagi? perasaan ini lebih dengan gue rasain sama Selvi.” batin Putra dalam hati.

merasa gerah melihat para cowok semakin menatap Erza tanpa kedip, dia berjalan di samping Erza dan merangkul pundak gadis itu dengan tatapan puas karna para cowok memandangnya iri dan berpikir seolah-olah dia pacarnya.

“lo apa-apaan sih rangkul gue?! gue gak suka!.” kata Erza sambil melepaskan rangkulannya, namun akhirnya pasrah saja ketika tangan Putra semakin kuat tak ingin dilepas.

sesampai di depan kamar,  dia mendengar hp Putra berbunyi, sekilas dia tau siapa yang menelpon Putra dan membuatnya galau sendiri.
“Seharusnya gue sadar bahwa dia sudah ada yang punya.” Batin Erza dalam hati.
Putra mendengar ponselnya berbunyi, langsung mengangkatnya dengan enggan karna entah kenapa dia tak ingin Erza tau siapa yang menelponnya.


“halo sayang. kamu lagi ngapain? I miss you.” Kata Selvi dengan suara yang dimanjakan dan membuat Putra entah kenapa ingin mematikan ponselnya.
“aku baru saja selesai makan sayang. kalo kamu?.” Kata Putra dengan terpaksa melepas rangkulannya di pundak Erza dan membiarkan gadis itu masuk ke kamar menyusul Arny tanpa salam perpisahan, dan pintu pun akhirnya dibanting Erza saking gemasnya.


“aku lagi mikirin kamu. Siapa sih sayang yang banting pintu? Gak sopan banget deh.” Kata Selvi merasa terganggu dengan suara bantingan pintu dari Erza.
“aku yang banting pintu sayang. soalnya pintunya susah ditutup , jadi terpaksa ku banting. Maaf yah kalo kamu terganggu.” Dusta Putra agar tak terjadi kecurigaan.
“oh maaf sayang. aku kira orang lain. sayang… sudah dulu yah. jangan macam-macam. Dan jangan dekatin Erza yah.” Kata Selvi pelan ketika mengucap nama Erza, namun terdengar oleh Putra.
“kamu kenapa jadi mengungkit nama dia? kan dia sekelompok dengan aku. wajar dong aku dekat dengan dia untuk masalah tugas.” Kata Putra jengah mendengar nama Erza disebut.
“tapi kan dia itu dibilang suka merebut pacar orang sayang karna kecantikannya. Aku takut kamu tinggalin aku dan mengejar dia seperti teman-temanku yang lain. mereka diputusin cowoknya karna lebih milih Erza yang jelas-jelas tak mungkin sayang dengan mereka.” Kata Selvi mengeluarkan jurus liciknya untuk menjatuhkan lawan.

“aku takkan ninggalin kamu sayang. ah,,,,,kamu jangan percaya dengan omongan mereka yang iri dengannya. Udah dulu yah sayang. aku ngantuk.  love you. bye.” Kata Putra sambil memberikan ciuman jarak jauh kepada Selvi.
“tuh kan kamu belain dia. yasudah deh. Love you too sayang.” kata Selvi sambil memutus telponnya dan menatap foto mereka yang dia jadikan wallpaper di hpnya.

“gue gak akan pernah rela lo balikan dengan Erza Put. gue sayang sama lo dan akan lakuin apapun agar lo selamanya jadi milik gue.” tekad Selvi sambil mengepalkan tangannya.

Putra menatap ponselnya lalu memandang pintu yang dia tau ada seseorang yang membuatnya gila, membuat perasaan sayang ke Selvi selama 4 tahun semakin berubah biasa saja, dan membuatnya memohon agar diberikan kesempatan untuk mengingat kenangan mereka lagi.

Restu melihat Putra terdiam di depan pintu, langsung menepuk pundak sahabatnya  agar masuk ke dalam kamar dan tidur.


                                    ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Pagi hari yang cerah, hari terakhir mereka liburan sebelum melanjutkan tugas sebenarnya, KKN. Dan tanpa ada yang tau pasti, apa yang terjadi disana.


jam di dinding menunjukkan jam 7 pagi, awal waktu untuk memulai segala aktifitas manusia. Erza membereskan koper terakhirnya sebelum meletakkan keluar dan membantu Arny yang kerepotan sendiri dengan barang bawaan yang dia bawa.
“makanya gue bilang juga apa, lo itu kebanyakan beli baju Ny.” Kata Erza sambil menekan-nekan isi koper agar muat diisi beberapa baju yang lain.
“kan jaga-jaga Za. siapa tau gue kekurangan stok baju.” Bela Arny.
“bilang aja lo ntar mau jualan baju di desa ntar. Kerja sampingan jadi dokter. Hahaha. Eh.. gimana kabar Dinda yah? gue kangen.” Kata Erza sambil menutup koper Arny dan mendorongnya keluar.
“makasih Za udah bantuin gue. dia katanya kuliah di Bandung waktu terakhir gue contact. Ntar kalo kita udah balik, ke Bandung yuk?.”
“ketemu Dinda? Ok banget deh Arn! Gue kangen sama dia. kita keluar yuk. Sekalian bawa koper keluar.” kata Erza sambil mengunyah roti sebagai sarapan paginya dan keluar sambil mengunci pintu lalu menarik dua buah kopernya menuju meja resepsionis *numpang naroh*


ketika mereka di depan meja Resepsionis untuk memberikan kunci kamar mereka, Erza melihat yang lain ternyata menunggu mereka sambil nyender di mobil mas Novan yang ternyata akan mengantarnya ke desa yang dimaksud.
“sudah siap mbak Erza? Sini saya bantu bawa kopernya.” Kata Mas Novan dengan logat jawanya membantu Erza mengangkat kopernya dan koper Arny untuk di letakkan di bagasi mobil.


Putra melihat Erza datang, tersenyum ketika Erza berjalan mendekatinya “pagi Za. udah sarapan kan lo?.” tanya Putra lalu duduk di samping Erza dan menutup pintu begitu juga yang lain dan mas Novan pun menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
“yap. Lo juga kan?.” tanya Erza basa-basi lalu mengeluarkan novel serta kacamata lalu membacanya di sepanjang perjalanan.
“Sudah dong.” Kata Putra sambil mengacak rambut Erza yang terurai lalu mengeluarkan kamera digitalnya dan memfoto setiap jalan yang mereka lintasi.

Perjalanan yang melelahkan akhirnya tiba juga mereka di desa tempat mereka KKN.  Mereka berhenti di depan kantor kepala desa. Erza yang asyik membaca novelnya bergegas memasukkannya dalam tas ranselnya dan turun bersama yang lain untuk mengambil dua kopernya.


“sini gue bawain koper lo.” tawar Putra yang ternyata Cuma membawa satu koper, satu tas ransel super gede di pundaknya.
“gak usah. Gue bisa sendiri.” Tolak Erza halus namun tak diindahkan Putra.
“cewek gak boleh bawa barang berat. Lo tau itu kan?.” kata Putra lalu membawakan koper Erza dengan menentengnya seolah-olah itu ringan.

“permisi mas Putra, saya pulang dulu. Nanti kalau sudah KKN atau kalian gak betah lagi, tinggal telpon mas saja. Tapi bakal susah sih. Soalnya disini daerah kekurangan sinyal ponsel.” Kata mas Novan permisi mau balik ke Jogja.
“iya mas. Makasih atas bantuannya. Pasti kami telpon kok mas. Hati-hati di jalan mas.” Kata Putra lalu tersenyum ketika mas Novan masuk dalam mobilnya dan melaju tenang meninggalkan mereka di belakang.


sepeninggal mas Novan, muncullah kepala desanya yang sedari tadi menunggu mereka datang. “selamat datang. Kalian semuanya. Saya sudah lama menunggu kalian datang. Perkenalkan, nama saya Danar Susilo, biasa dipanggil Pak Danar.” *ngikik* Kata pak kepala desa ramah sambil mengulurkan tangannya kea rah mereka semua.

“terima kasih Pak Danar, nama saya Putra, dan yang disamping saya ini Erza, terus ini Arny, Restu, Jessica dan Reva.” Kata Putra memperkenalkan mereka satu-persatu dan menyalami kepala desa, ketika tiba giliran Erza, pak Kepala desa agak lama memegang tangan Erza karna terpesona oleh kecantikannya dan membuat Putra berdehem agak keras.

“Ehm…..ehm….. pak, apa benar kami bakal bareng KKN dengan kampus lain?.” kata Putra sambil melirik tajam tangan kepala desa yang memegang tangan Erza.
“ Udah tua masih aja ganjen ama cewek gue! loh… cewek gue kan Selvi, Bukan Erza. Ah bodo amat dah.” Kata Putra dalam hati.
merasa disindir, pak kepala desa melepas genggaman tangannya dan menatap Putra “iya. Kalian bakal gabung dengan kampus UGM fakultas psikologi. Kebetulan mereka mau KKN juga. Nah itu mereka datang.” Kata pak kepala desa sambil menunjuk rombongan yang dibelakang mereka.

Erza yang melihat rombongan itu, sontak terkejut ketika melihat sahabatnya waktu SMP, Nanda ada diantara mereka. Dia melambaikan tangannya berharap Nanda melihatnya dan tersenyum ketika Nanda membalas lambaiannya dan langsung menghampirinya.

“lo Erza kan? teman sebangku gue waktu SMP? tambah cantik aja sahabat gue yang satu ini.” Kata Nanda sambil memeluk Erza erat.
“yup! Gue kira lo lupa sama gue Nanda! Gila! Lo tambah tinggi aja! Serasa kecil gue disamping lo!.” kata Erza sambil menatap sahabatnya yang juga sempat jadi cinta monyetnya waktu SMP sebelum jadi sahabat dan menjadi pujaan para cewek karna badannya yang tinggi, kulit sawo matang, hidung mancung dan wajahnya yang agak kebule-bulean serta pintar casciscus bahasa inggris.

Putra melihat Erza berpelukan dengan cowok lain di depannya, entah kenapa merasa panas sendiri dan semakin dongkol ketika Nanda menghampirinya, ngajak kenalan.

“gue Nanda, sahabat Erza waktu SMP. Lo pacarnya Erza yah? sorry, gue gak  tau kalo sahabat cupu gue punya pacar sekarang.” Kata Nanda sambil mengulurkan tangannya dan menatap Erza yang manyun.
“gue Putra.”

“asal ngomong lo Nan, Dia bukan pacar gue! what? Gue cupu lo bilang?!  Gue gaul kali! Lo tuh yang culun mampus waktu SMP!.” Ejek Erza sambil tertawa.
“wah… lo ngejek gue Za? udah lo ngaku aja deh, kayak gue gak ngerestuin gitu lo pacaran ma cowok.” Kata Nanda sambil mencubit tangan Erza.

asyik-asyiknya bercanda, datanglah seseorang yang sedari tadi melihat mereka dengan tatapan kaget ketika seseorang seharusnya lenyap dimuka bumi, hadir di samping gadis yang dia incar sejak SMA.

Ferdinand.

“Nan. Lo dipanggil tuh.” Kata Ferdinand berdiri di samping Nanda dan membuat Erza hampir kena serangan jantung melihatnya dan refleks menggenggam tangan Putra yang berdiri disampingnya.

Nanda tak menyadari perubahan wajah Erza, malah tersenyum “eh Fer. Kenalin ini sahabat gue waktu SMP, Erza dan ini pacarnya, Putra.” kata Nanda.


Ferdi tersenyum menang ketika melihat perubahan wajah Erza. Dan dia pura-pura tak kenal pada mereka berdua “Ferdinand.” Katanya sambil mengulurkan tangannya kea rah Erza yang ketakutan dan Putra yang waspada karna menyadari bahwa Erza ketakutan, walau dia tak tau kenapa.
“gue Putra, gue balik dulu yah Nand. Ayo sayang.” kata Putra langsung menarik Erza dan menghampiri mereka yang asyik ngobrol dengan Kepala Desa.


“kok lo pucat Za? sakit?.” Tanya Arny bingung ketika melihat sahabatnya pucat seperti melihat hantu disiang bolong.
Erza Cuma diam dan sesekali melirik Nanda yang asyik dengan Ferdinand sambil tertawa. Ferdinand yang melihat Erza memperhatikan dirinya, Cuma tersenyum sinis.
“kenapa dia ada disini?! mampus gue! gue harus gimana?!.” Batin Erza dalam hati.


“nanti selama 3 bulan kalian akan tidur di rumah kosong gitu. sekitar 6 kamar lah. Cuma agak kumuh. Maklum gak pernah dihuni. Gak apa-apa kan?.” kata Pak kepala Desa membuyarkan lamunan Erza.
“gak papa pak, kan ini termasuk pengabdian kami juga terhadap desa bapak, boleh kami melihat tempatnya?.” Kata Restu sopan.
“ayo silahkan.” Kata Pak kepala Desa dengan senang hati menunjukkan jalannya menuju rumah baru mereka.

selama perjalanan, Erza lebih banyak diam dan beberapa kali hampir jatuh kalau tidak dipegang Putra.
“lo kenapa Za? ada masalah?.” Tanya Putra ketika menolong Erza yang hampir kesandung batu cukup gede kesekian kalinya.
“gue gak papa kok.”

“ini Puskemas kami. Maaf kalau agak kecil. Dan ini mushala.” Jelas pak Kepala Desa.

“Aaa!!!!!.” Jerit Erza panic dan langsung memeluk Putra yang disampingnya ketika melihat rombongan ayam entah punya siapa bejalan ke arahnya dengan angkuh. *asah golok* *kejar ayam biar dibikin sate*
“astaga! Gue kira kenapa! Ternyata Ayam! Dasar lo bikin jantungan!.” Rutuk Eva sambil mengelus dadanya.


selama satu jam berjalan kaki, jauh dari perkampungan penduduk, akhirnya tiba juga mereka di rumah besar namun terlihat angker karna dikelilingi hutan dan jauh dari pemukiman dan di belakangnya mereka bisa melihat sungai kecil mengalir jernih dan kicauan burung menambah suasana tenang di siang hari, bikin merinding di malam hari.

“ini tempatnya yang saya maksud, semoga kalian betah dan apa yang kalian dapatkan di desa kami, menunjang hasil kuliah mas dan mbak sekalian.” Kata Pak kepala Desa.
“Sama-sama pak. Mohon kerjasamanya.” Kata Putra sopan lalu membiarkan pak Kepala Desa berjalan meninggalkan mereka dan menatap Erza yang pucat.
“lo sakit Za? atau lapar?.” Tanya Putra cemas.
Erza hanya menggelengkan kepalanya lalu masuk ke rumah itu bareng yang lain untuk  bersih-bersih.

“aku lupa bahwa kau masih ada, menggentayangi setiap langkahku yang berubah menjadi penuh kegelisahan.”


Setengah hari berberes-beres rumah, terdengar Adzan Maghrib berkumandang merdu, memanggil kaum-NYA untuk bersyukur apa yang mereka dapatkan hari ini, baik rezeki atau musibah.  Mereka langsung mengambil air wudhu dan shalat bareng dengan Restu menjadi imamnya


“Gue mandi dulu ya Arn. Itu gue udah masak nasi sama sayur, lo tinggal goreng ikan aja. ngomong-ngomong, kak Restu ma Putra kemana?.” Tanya Erza setelah selesai masak dan shalat.
“lagi di depan tuh, mancing ikan. Panggil deh.” Jawab Arny yang masih sibuk membersihkan rumah oleh debu yang lebih mirip abu gunung Merapi.
“entar aja.” kata Erza lalu masuk ke kamar mandi.


“waw! Ini enak bener! Siapa yang masak nih?.” Kata Putra masuk ke dalam rumah dan melihat makanan ala desa tapi mengundang cacing perut  “konser”.
“Erza yang bikin. Tuh dia keluar.” kata Jessi ketika melihat Erza keluar dari kamarnya setelah selesai mandi sambil dan duduk di meja makan bersama yang lain.
“uhm… masakan lo enak Za! udah lo selesai KKN, nikah aja sana! Hahahhaa.” Ledek Arny di setiap suapnya.
“iya..nikah ama lo yah.” kata Erza mengedipkan matanya dan mereka tertawa.


Selesai makan dan membereskan meja makan, Erza yang sumpek di dalam rumah karna teman-temannya sudah tidur, membuka pintu rumah dan duduk di depan pintu sambil menikmati semilir angin malam menghembuskan wajahnya dengan ditemani secangkir teh hangat entah apa rasanya bikinan dia sendiri. Sambil menghirup uap hangat dari teh dan telinganya dimanjakan oleh suara-suara hewan malam yang tak pernah dia dengar di Ibukota. Tiba-tiba semuanya buyar karna..

“Astaga! Putra! lo mau gue mati muda apa?! Jangan kagetin gue!.” teriak Erza sambil memukul Putra yang duduk disampingnya sambil tertawa.
“masa gue colek punggung lo aja reaksinya heboh gitu? gimana kalo gue colek yang lain yah? jadi pengen colek deh.” Sambil mencolek pinggang Erza yang membuatnya seperti kena setrum berkekuatan super.

 “ lo kira gue sabun colek apa jadi main colak-colek seenak jidat?! dasar OMES!.” Dengan hati dongkol dia masuk ke kamar dan membanting pintu meninggalkan teh yang belum dia sentuh sama sekali.

Putra tertawa ngakak melihat Erza marah dan entah kenapa hatinya seperti senang karna bisa menggoda gadis itu.


“Putra gila! Gak beres! Sinting! Gue kira amnesia bakal bikin dia tobat, gak taunya malah tambah sableng!.” Gerutu Erza lalu menarik selimutnya dan tidur.


Erza yang sudah makan pagi bersama yang lain dan membereskannya, langsung masuk kamar untuk berganti pakaian dokternya. Lalu ketika hendak keluar rumah, dia mendengar Putra memanggil.


“bareng gue Za! tutup pintunya. Lo gak usah malu-malu gitu deh” Kata Putra yang ternyata baru selesai mandi sambil mendekati Erza yang menutup wajahnya karna melihatnya mengenakan handuk yang dia lilit di bawah perutnya sehingga dia bertelanjang dada.
“lo gak pake baju, gue tinggal!.” Ancam Erza terus menutup matanya dengan kedua tangannya dan wajahnya memerah ketika Putra mencium keningnya sebelum melesat masuk kamar.
“besok-besok gue gak mau jadi orang terakhir keluar rumah! Males bener bareng Putra ntar! Bisa heboh satu kampung!.” Gerutu Erza dalam hati.


ternyata,  mitos cowok lebih cepat berganti pakaian dari cewek benar 1000%. Putra pun keluar dengan stetoskop bergantung di lehernya dan dia mengenakan jas dokternya serta tangan kirinya dimasukkan ke saku jasnya dan tangan kanannya memeluk pinggang Erza yang masih menutup mata dengan kedua tangannya.
“bareng yuk.” Kata Putra tersenyum yang dijamin membuat pasien pada sembuh seketika.
Erza mengangguk salting karna terpesona dengan senyuman mantan tunangannya dan menutup pintu rumah lalu jalan bareng.


sepanjang perjalanan menuju Puskesmas karna hari ini mereka jaga, sedangkan yang lain pada sosialisasi ke rumah-rumah bareng anak psikologi, Erza dan Putra menarik perhatian banyak warga mulai dari anak kecil, sampai nenek-nenek semuanya pada melting melihat Putra yang tersenyum  sambil menyapa mereka dan para bapak-bapak melupakan istri mereka sejenak ketika Erza tersenyum kearah mereka dan sesekali memberikan permen yang sengaja dia siapkan dalam tasnya untuk anak-anak yang dia temui.


“ini permennya sayang.” kata Erza sambil tersenyum  pada sekelompok anak kecil yang kegirangan dikasih permen yang membuat bapak-bapak hingga kakek-kakek merasa muda kembali *apa hubungannya re*


“astaga! Mahasiswi tahun ini cantik-cantik yah, rela deh aku sakit setiap hari! Agar bisa dirawat sama dokter cantik itu.” Kata salah satu kakek yang sudah bau tanah.
“Aku juga pak. Melihat dokter cantik itu, seperti merasakan jatuh cinta pada pertama.” Timpal seorang bapak yang agaknya melupakan istri di rumah dan anak-anaknya.


“astaga! Itu dokter ganteng bener yah! nanti kita sakit bareng yuk? Biar bisa dekat sama dokter ganteng itu.” Timpal seorang cewek lugu pada temannya ketika melihat Putra tersenyum padanya.
yang lain Cuma mengangguk tanpa bisa berkata apa-apa lagi.
“eh, yang disamping dia itu pacarnya yah? gila! Putih bener badannya! Cantik lagi! wajahnya kayak pemain kuch-kuch hota hai gitu.” timpal temannya yang langsung disambut jitakan.


setengah hari mereka di Puskesmas meladeni Ibu-ibu ingin imunisasi anaknya sampai periksa kehamilan dan membuat Putra pusing karna permintaan ibu-ibu yang mulai dari minta elus perutnya yang buncit lah, minta  cium pipi lah *untung gak minta cium bibir yah put* dijitak mama* dan tingkah aneh lainnya.
“wah pak dokter, elusin perut ibu dong. Biar anak saya nanti gantengnya kayak bapak.” Pinta seorang ibu-ibu yang buat Erza hendak tertawa disebelahnya yang tidak dibatasi sekat, kecuali ruang pemeriksaan yang Cuma ditutup dengan tirai bentuk melingkar.

“udah berapa perut yang gue elus hari ini yah? nasib..nasib… “ keluh Putra dalam hati.
Putra pun mengelus perut ibu hamil itu dan tersenyum manis sambil melirik Erza yang asyik memberikan saran sambil mencubit pipi anak kecil yang digendong ibu-ibu itu. “nanti jangan minum es lagi. entar dek Rista sakit tenggorokan lagi. Jaga kesehatan yah sayang.” kata Erza sambil mengelus rambut anak kecil yang bernama Rista dan tersenyum lalu mengantarkan mereka sampai ke depan Pintu dan mencubit pipi Rista yang tembam.

Sesudah pasien ibu dan anak itu keluar, masuklah pasien lain.
“bu dokter, lagi single kan? ibu mau gak jadi istri kedua saya? Saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama melihat ibu. Saya merasa bahwa ibu jodoh saya.” Goda seorang bapak-bapak ketika selesai diperiksa Erza yang asyik memberikan saran dan buat Putra hampir tertawa ngakak karna mendengar Erza dilamar bapak-bapak yang mungkin umurnya 50 tahun keatas.

“buset dah ini bapak! Gak ingat apa istri anak dirumah jadi ngajak gue nikah? Istri kedua lagi! ogah bener!.” Gerutu Erza dalam hati.

Erza Cuma tersenyum “maaf bapak, sebenarnya saya sudah tunangan dan setelah KKN ini mau menikah dengan tunangan saya.” Dusta Erza dan memutar cincin pemberian Putra sebelum amnesia yang setia di jari manisnya. Putra melihat itu, merasa seperti teringat sesuatu, tapi apa itu, tak bisa dijelaskan. Kabur seperti ditutup asap tebal.
“sorry yah pak, daripada gue jadi istri muda lo, bikin makan ati atau dikira gue rebut suami orang terus ortu gue pada jantungan di Singapura dengar anaknya nikah ama pria yang seumuran mereka, mending nolak.” Bela Erza dalam hati.
Bapak itu merasa malu sendiri karna ditolak halus. “maaf kalo bu dokter kalo bapak terlalu lancang. Permisi bu. Makasih atas periksanya. Love you bu.”  lalu ngacir keluar dari puskesmas tanpa sadar umur *hajar aja put!*


“seharusnya lo terima aja lamaran tuh bapak-bapak. Hahaha. Kan enak Za. lo nikah duluan.” Tawa Putra buat Erza manyun.
“Shut up!.”

setengah hari di Puskesmas, datanglah Restu dan yang lainnya sambil membawa plastik berisi pecel yang mereka beli di jalan. Mereka pun duduk di teras luar sambil menikmati semilir angin menerpa lembut wajah dan pemandangan yang tak habis diceritakan.


“gue sebel Za! tadi kan gue kayak ke rumah tempat merawat orang-orang yang agak gak beres mentalnya gitu sama anak Psikologi, ada bapak-bapak godain gue dan minta gue dijadiin istri keberapa gitu! astaga! udah konslet tuh otaknya! Gak beres!.” Gerutu Arny sebagai pembuka topic pembicaraan.
“gue juga Arn! Pinggang gue malah dicolak-colek ama mereka! Kalo aja gue gak ingat tuh mental mereka rada-rada gak beres, gue hajar satu-satu!.” Gerutu Eva dan Jessi.
“gue malah digoda perawat disana! Kalau cakep gue syukur banget, ini ibu-ibu semua! Nasib…..nasib….. jadi orang ganteng.” Kata Restu narsis.
“huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu… PEDE!.” Kata Arny sambil melempar botol minuman.
yang lain Cuma tertawa sampai datanglah Nanda dan Ferdinand yang buat Erza hampir tersedak dan langsung minum dengan tangan gemetaran. Putra yang melihat reaksi Erza, bingung memenuhi pikirannya.

“kayaknya gue pernah liat si Ferdi deh sebelum ini,  Tapi dimana? Erza kenapa tiap lihat dia langsung takut gitu? arghh!!! Kenapa gue gak bisa inget?!.” Kata Putra dalam hati.
“Za, lo masih sibuk di Puskesmas?.” Tanya Nanda.
“enggak tau deh. Kenapa?.”
“ntar kita ke rumah sakit jiwa, tapi di Pondok Za. bareng gue. gimana? Itung-itung nambahin laporan.” Kata Nanda.
“jam berapa Nan? Sore kayaknya kelar deh. Kita berdua atau bareng nih?.” tanya Erza sambil menoleh Putra yang menatap tajam Ferdi yang sedari tadi meliriknya dengan tatapan mengintai musuh.

“berdua aja deh. Kan lama gue gak ngobrol banyak sama lo. ntar gue anter pulang,” kata Nanda tanpa melirik reaksi Putra pengen nyakar mendengar omongan Nanda.
“ok deh. Jemput gue yah.” kata Erza nyengir.


tanpa mereka sadari, sedari tadi Ferdi memandang Erza dengan tatapan ingin memiliki gadis itu, sebagai puncak dari petualangan cintanya semenjak dia tak bisa mendapatkan Erza. Entah sudah berapa gadis yang jadi korban napsunya sesaat. Dan dia ingin Erza yang terakhir.
“gue harus dapatin lo! gimanapun caranya!.” Tekad Ferdi dalam hati.


“Entar gue samperin jam 4 sore yah. Put, gue pinjem cewek lo bentar yah? gak papa kan? lo mau ikut juga boleh.” Kata Nanda sopan kepada Putra karna dia segan sejak pertama kali melihat Putra.
“Daripada gue pulang wajah bonyok sana-sini ditabok pacar sahabat gue, mending ijin dulu.” Kata Nanda dalam hati.


Putra menganggukkan kepalanya.  “selesai tugas, langsung pulang! Jangan lama-lama!.” Bisik Putra di telinga Erza.
“bawel! Gue mau nginep sama Nanda.” Kata Erza sambil melirik nakal Nanda yang kedipkan mata dan buat Putra mulai keluar asapnya saking gemesnya.
“awas aja ampe beneran! Gak akan gue bukain pintu!.”
“emang gue peduli? Gue bisa tidur di tempat lain!.” balas Erza sengit


“wah…lo lupa sama kita-kita Fer?.” Tanya Restu pura-pura sok akrab dengan Ferdi, untuk menyelesaikan konfilik-bisik-panas telinga dengan Arny bikin rusuh disampingnya.
“tentu saja gue inget! Lo Restu kan? cewek lo mana? Si Katherine?.” Tanya Ferdi kaget karna tak menyangka dia akan diingat.
“Di Depok, gue sama dia beda fakultas.”

Oh gitu,  Eh, kami cabut dulu yah, bye.” Kata Ferdi sambil keluar dari Puskesmas diikuti Nanda yang sedari tadi geleng-geleng melihat Erza berantem dengan Putra, mulai dari cubit-cubitan pinggang, hingga saling injak kaki.
“Sial! Gue kira mereka gak ingat lagi sama gue! tunggu dulu…. gue merasa aneh dengan Putra, kok wajah dia kayak gak ingat sama gue yah? apa jangan-jangan.. heum.. menarik juga kalo dugaan gue bener.” Kata Ferdi dalam hati.


“betul kan Arn! Dia Ferdi!.” bisik Restu di telinga Arny ketika yang lain asyik makan kembali, seolah kedatangan mereka biasa saja.
“iya kak! Pantesan Erza kemaren noleh kea rah temannya gitu dengan wajah ketakutan, gue rada-rada lupa wajah dia masalahnya kak. makanya gue minta lo yang nanyain.

“lo bener Ar. Tapi gue yakin, selama Putra disamping Erza. Tuh anak gak papa. Lo kan bisa liat gimana Putra segitu overnya bila Erza dekat ma cowok? Yah..meskipun dia amnesia, tapi tetap aja hati dan pikirannya untuk Erza. Bukan Selvi.” bisik Restu yakin.
“iya ka, Gue harap begitu.”


“lo itu kenapa sih?! heran gue!.” kata Erza sewot sambil menyeruput minumannya dengan emosi diubun-ubun karna lengannya dicubit Putra.
“lo beneran bakal tidur bareng Nanda di pondok?! Gak akan gue ijinin!.”
“lo siapa gue jadi main gak ngijinin segala?! Terserah gue dong!.”

“ERZA!.” Bentak Putra sambil berdiri yang buat Arny sedang asyik kasak-kusuk dengan Restu mendadak terdiam.
“apa?! Marah? Silahkan!.” Tantang Erza ikutan berdiri dan berkacak pinggang.

Arny langsung menenangkan pasangan aneh ini dengan mengipas-ngipasi keduanya dengan kipas colongan dari tangan Eva. “gue tau harinya panas, tapi bukan berarti kalian ikut panas kan? ada apaan sih?.”

Erza pun menceritakannya ke Arny, yang lain mendengarkan hanya geleng-geleng kepala. “lo percaya sama omongan Erza Put? ngawur gitu dipercaya!.”  Kata Restu lalu meledaklah tertawa mereka.

Putra mendengar itu, hanya bisa garuk-garuk kepala salah tingkah dan menatap Erza yang ikutan tertawa. Merasa kalah, akhirnya Putra tertawa juga.
“gue balas lo Za.” kata Putra dalam hati.


“eh….. kami pulang dulu yah. gak papa kan?.” kata Restu sambil bangkit dari duduknya diikutin yang lain.
“gak papa kok. hati-hati yah. thanks udah bawain makanan.” Kata Erza tersenyum.
“sip Za. duluan Put. Erza.” Kata yang lain lalu keluar dari Puskesmas dan berjalan menuju rumah.


sepeninggal mereka, Erza langsung masuk ke dalam dan beres-beres peralatan diikuti Putra di belakang yang ikut-ikutan sibuk, lebih tepatnya memberantakkin semua alat yang dibereskan Erza. Dan membuat gadis itu naik pitam.

“Putra! lo gak ada kerjaan banget sih! Beresin lagi!.” teriak Erza sambil menunjuk seprai yang sudah diunyek-unyek sedemikian rupa oleh Putra.

Putra malah rebahan di kasur dengan tatapan sayu sambil memegang tangan Erza “bu dokter, saya sakit bu. sakit hati. Rasanya kayak nyut-nyutan gitu. obatnya apa yah bu?.”


“racun tikus! Pasti langsung sembuh!.” Kata Erza ketus.
“yah….. kok ibu dokter gitu sih? Ayo….. periksa saya bu.” kata Putra sambil menunjuk dadanya.
Erza berdiri di sampingnya dan meletakkan stetoskopnya seolah-olah Putra beneran sakit. Dia merasakan detak jantung Putra berdegup kencang, seperti bunyi drum berdentum-dentum ditelinganya.  Dia merasa wajahnya memanas ketika tangan Putra menyentuh wajahnya, menggenggam tangannya yang nangkring di dadanya dan seolah terhipnotis oleh Putra yang terus menatapnya sambil bangkit dari tidurnya lalu mendekatkan wajah kearahnya sambil memegang belakang lehernya supaya lebih mendekat, hingga mereka beradu hidung, beradu napas, dan……


Kring! Kring! “Erza…..Erza…. ayo!.” Teriak Nanda sambil terus membunyikan sepeda di luar sukses besar menggagalkan rencana Putra.  Erza yang tersadar bahwa ini salah, langsung mendorong Putra menjauh dan keluar dari ruangan itu untuk mengetahui siapa yang datang.

“kenapa gue jadi gini?! Sadar Za! dia udah punya cewek!.” kata Erza dalam hati.

“Apaan Nan? Lo nyolong sepeda siapa tuh?.” Tanya Erza ketika melihat sahabatnya dengan pede mengayuh ontel sambil terus membunyikan bel.
“ayo! Lo jadi ikut gak? enak aja nyolong! Gue pinjem ama pak kepala desa! Kalo jalan kaki lama Za, lumayan jauh.”
“yaudah deh, gue ambil tas dulu yah.” kata Erza lalu melesat masuk ke dalam.


“Put, gue berangkat dulu yah.” kata Erza canggung ketika Putra ada di belakangnya.
“iya. Hati-hati.” kata Putra juga ikutan canggung sambil melirik Nanda sinis yang sukses berat menghancurkan adegan romantisnya.
“coba si Nanda gak nongol, udah deh gue kissing ama Erza! Huh! eh….. kok jadi kacau gini yah?.”

Nanda yang merasa tatapan sinis Putra untuknya, merasa tak enak hati. “Put, gue bawa Erza yah? gak gue apa-apain kok. entar gue anter ke rumah dengan sehat wal afiat.” Jelas Nanda.
“horor bener tatapan Putra yah. kalah deh ama pelototan ayah gue!.” kata Nanda dalam hati.
Erza pun duduk dengan posisi menyamping karna dia memakai rok selutut bewarna hitam dan melingkarkan tangan kanannya di pinggang Nanda.

sepeda pun jalan mulai meninggalkan Puskesmas, entah kenapa Putra merasa tak rela tangan Erza melingkar di pinggang cowok lain, meskipun sahabat gadis itu sendiri.
“gila kayaknya gue! liat Erza gitu aja gue sewot setengah mati, giliran Selvi dekat sama cowok wajah preman pasar semua, gue cuek aja!,” batinnya.
sambil memandang kepergian Erza yang semakin mengecil dan mengecil hingga akhirnya hilang dari pandangan, hilang jugalah perasaan yang menyelimutinya selama ini setiap dia dekat ma Erza. Akhirnya Putra memutuskan pulang kerumah sambil berusaha mengingat kejadian yang sebelumnya hilang dari otaknya. Yang dia yakini berisi kenangan yang jauh lebih indah dia rasakan sekarang dengan Erza. *putra galau*


                                                ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Erza diam sepanjang perjalanan, Nanda ngomong pun tak digubrisnya. Dia sibuk dengan perasaannya sendiri, sibuk merutuki kenapa dia mau-maunya dicium Putra. dan itu membuat sebagian kenangan indah yang seharusnya dia buang dari dulu, muncul lagi.

Nanda yang tak suka penumpangnya diem, mendadak mengerem sepedanya sehingga Erza refleks memegang erat pinggangnya. itu dia lakukan berkali-kali sampai kepalanya ditoyor Erza keras dan hampir buat mereka nyemplung ke sawah kalo saja Nanda tak lihai.

“sompret lo Za! lo mau kita pulang bau lumpur sawah?.” Omel Nanda.
“habis lo juga ngerem mendadak berkali-kali! gue kaget tau!.”
“siapa juga nyuruh lo ngelamun? Gue kan ajak lo kesini bukan ntuk melamun bareng Za! tapi supaya gue ada teman ngobrol!.”
“sorry Nan. Gue lagi mumet masalahnya.” Kata Erza dengan suara minta maaf yang buat Nanda tak tega untuk memarahi sahabatnya.


“Emang lo ada masalah apaan?.” Tanya Nanda.
“kalo misalnya lo punya pacar, terus lo disuruh nunggu ma pacar lo dan dia akan balik untuk temuin lo. terus di saat lo nunggu dia dengan sabar, ternyata dia balik dengan bawa cowok lain dan dia lupa sama lo! lo bakal apain?.” Pancing Erza.

“gue bunuh satu-satu! Aduh! Gue bercanda Za!.” keluh Nanda ketika pinggangnya dicubit Erza hingga nyut-nyutan.
“gue serius Nanda!.”
“iya….. gue tau. gimana yah? gue akan dekatin dia meski dia lupa sama gue, akan pamerin barang-barang yang pernah gue kasih dan gue ajak ke tempat yang sering kami samperin. Soal pacarnya marah apa enggak, urusan nanti. Emang apa hubungannya sama masalah lo Za?.” tanya Nanda.

Erza diam, bimbang antara ingin menceritakan masalahnya ke Nanda, sahabat yang paling dia percaya,atau dia simpan karna takut Nanda keceplosan membocorkan rahasianya kalo dipaksa Ferdi.

“tuh kan lo ngelamun lagi. gini aja Za. gue gak maksa lo cerita. Karna gue tau lo dari SMP. Tapi kalo lo gak bisa mendam, lo cerita sama gue semuanya. Jangan disimpen. Entar gila.” Kata Nanda.
“iya Nan. Thanks yah.” kata Erza tersenyum karna dia tak harus menceritakannya untuk saat ini.

“yup. Eh Za. lo masih inget sama Dion gak? cowok yang selalu nembak lo dari kelas satu ampe kelas tiga itu? Saking bosannya, lo minta gue untuk jadi pacar boongan biar Dion tak nembak lo lagi.” Kata Nanda mengorek ingatan Erza.


Erza kelihatan berpikir, lalu dia manggut-manggut “gue inget! Yang badannya gendut, terus pake kacamata itu kan? emang ada apa?.”
“iya! Gue kan kemarin ke Bandung untuk reunian SMP, gue ketemu dia dan kami nostalgia gitu. terus dia nanya soal lo. karna gue gak contact sama lo lagi, gue jawab gak tau.”

“oh….. by the way, masih lama gak nih?.” tanya Erza.

“itu Pondoknya. Lo turun deh Za.” pinta Nanda dan Erza langsung turun sambil menunggu Nanda memarkir sepedanya.

sesampai di Pondok Budi Asih, Pondok khusus merawat orang-orang gangguan mental. Mereka disambut ramah oleh Ibu Odah, sebagai ketua Pondok ini dan mempersilahkan mereka masuk sambil memeriksa pasien yang ada.


 mereka memasuki kamar satu-persatu, Nanda memeriksa kejiwaan mereka dengan mengajak ngobrol sambil direkam lewat tape recorder yang dia sembunyikan, sedangkan Erza memeriksa kebersihan ruangan sambil ngajak ngobrol Bu Odah.


Semua kamar mereka periksa, hingga satu kamar terakhir mereka datangi. “Mas Nanda, Mbak Erza. Ini pasien terakhir kami. Dia paling muda disini. umurnya 11 tahun.” Jelas Ibu Odah.

“makasih Bu.” kata Nanda lalu duluan diikuti Erza.

ketika mereka masuk sebuah kamar berukuran 4x3 meter, dilengkapi jendela besar dan pandangan ke taman, mereka melihat gadis dengan badannya kurus, rambut awut-awutan dan duduk di pojok kamar sambil mengulum jempol tangannya dan kadang nyengir sendiri sambil melototi Erza, yang dianggap asing baginya.

Erza takut dengan tatapan gadis itu, Cuma tak dinampakkannya. Sedangkan Nanda yang sudah mahir berurusan, langsung duduk di lantai bersama gadis itu. Lalu mereka mengobrol. Entah apa yang diobrolkan. Tak terdengar jelas.


“Ibu, nama dia siapa?.” Tanya Erza kepada Ibu Odah ketika gadis itu berkali-kali meliriknya.
“dia Rina. Dia disini karna tekanan mental yang sangat parah. Dia dulu saksi pembunuhan sadis ibunya saat umur 10 tahun oleh ayahnya sendiri dan dia disiksa ayahnya yang pemabuk sampai diperkosa.” Jelas Ibu Odah pelan membuat Erza memekik ngeri.
“Astaga! terus ayahnya sekarang gimana? Dia kenapa jadi sampai disini?.”
“dia disini karna tetangga membawanya. Ayahnya dipenjara, Maaf ya Mbak Erza kalo dia menatap mbak mulu, dia tak bisa akrab dengan orang asing, Ibu salut sama teman mbak itu, gigih bener dekatin Rina. Awalnya Rina ngamuk, teman Mbak dilemparin ini-itu, tapi dia tetap aja cuek dan dekatin Rina sampai akhirnya gadis itu luluh.” Jelas Ibu Odah panjang lebar.

“Nanda memang begitu bu. orang gila di depan sekolah aja dia ajak ngobrol. Sampai dikejar-kejar malah karna diangap anaknya yang ilang.” Kata Erza ketika mengingat Nanda sering mengajak orang gila yang sering duduk di trotoar ngobrol setiap pulang sekolah.


Erza merasa terenyuh melihat gadis itu, dia mendekati Nanda yang asyik mengobrol seolah-olah Rina itu gadis normal. Lalu dia mengulurkan tangannya dan tersenyum. “hai sayang. nama kamu siapa?.” Kata Erza memberanikan diri mengenalkan dirinya.
Rina terlihat bingung lalu menatap Nanda dengan matanya yang cekung namun indah. Nanda tersenyum manis. “tuh kak Erza yang kakak ceritain. Kenalan dulu.” Kata Nanda.

perlahan, Rina membalas uluran tangan Erza dan tersenyum sehingga giginya yang gingsul menambah manis senyumnya. “A….Aku….. Rina Kak… E…Erza….”

merasa diberi harapan, Erza berusaha tak mensia-siakannya. Mereka saling ngobrol sehingga Rina yang terlihat menyeramkan, kini terlihat bahwa sebenarnya dia periang. Cuma karna tak ada yang bisa mengajaknya ngobrol, membuatnya selalu teringat traumanya. Dan harus ada usaha keras untuk bisa merobohkan tembok besar yang mengurung diri gadis itu, tembok yang dia bangun sendiri, dari trauma, kebencian dan kesakitan yang tak bisa dia ucapkan.

diam-diam, Erza kagum dengan Nanda yang gigih mendapatkan apa yang dia inginkan, meskipun itu dianggap gila. Dia cuek saja. Itulah mengapa dulu dia sempat menyukainya sebelum akhirnya dia lebih memilih persahabatan.

asyik ngobrol, kadang diselingi canda, akhirnya mereka memutuskan pulang karna hari sudah mulai senja. Erza yang sebenarnya tak ingin berpisah dengan Rani, Cuma bisa menatap Nanda sedih. “gue janji besok lo akan selalu gue ajak kesini. Untuk ketemu Rani.” Kata Nanda.

Erza Cuma nyengir bahagia lalu memeluk Rani walau badannya bau karna jarang mandi, dia tak peduli. “besok kakak kesini lagi kok Ran. Kamu pengen kakak bawain apa?.” Tanya Erza ramah.

seumur hidupnya, tak ada yang ramah kepada Rani, tidak orang tuanya. Apalagi ayahnya. Justru dia mendapatkan kasih sayang orang tua dari Ibu Odah. Dan kini dia dapatkan bagaimana kasih sayang antara adek dan kakak dari orang yang baru dia kenal.

“R…..Rani mau boneka. Dan R…..Rani mau dandan cantik. Sama kakak.” Kata Rani polos dan bikin hati Erza serasa ngilu karna seumur dia, yang seharusnya bergaul dengn teman sebayanya. Bukan berada disini, di tempat yang justru membuatnya semakin ditutupi oleh trauma.

Air mata serasa ingin turun dari pipi Erza saat itu juga, namun ditahannya. “iya sayang. kakak akan bawain barang-barang biar kamu cantik. Kakak pulang dulu yah.” kata Erza lalu mengecup kening Rani dengan sayang dan keluar dari ruangan bersama Ibu Odah dan Nanda.

mereka berjalan hingga keluar pondok, lalu Nanda mengambil sepedanya sedangkan Erza ngobrol dengan Ibu Odah.
“makasih Bu. besok saya akan kesini lagi dengan Nanda. Permisi bu. salam buat Rani.” Kata Erza diboncengan Nanda lalu melambaikan tangannya ke Ibu Odah yang semakin lama, semakin menghilang.


Sepanjang perjalanan, mereka sibuk membahas tentang kejiwaan Rani. Karna Nanda tau lebih banyak, Erza lebih memilih jadi pendengar saja.


“lo kok tau pondok itu Nan? Sejak kapan lo dekatin Rani?.”
“lo kayak gak tau gue aja Za. gue waktu disuruh KKN kesini, kampus gak ada nyuruh nginap, gue udah nginap duluan sambil mempelajari sifat masyarakatnya, sekaligus mencari Panti atau Pondok yang khusus untuk orang kelainan mental. Terus gue ketemu dengan Ibu Odah dan gue dikenalin dengan Rani. Wah…. Tuh anak gila Za! gue datang malah dilempar sandal lah, bantal, guling dsb. Terus gue diteriakkin kata-kata kasar gitu.” cerita Nanda.
“terus gimana lo bisa naklukin Rani? Kok sama gue gak sesadis yang lo ceritain yah?.” tanya Erza bingung.
“batu besar kalo ditetesin air secara terus-menerus, pasti hancur kan? begitu juga dengan gue dekatin Rani. Gue dekatin dia, ajak dia ngobrol, perlahan, dia mulai terbuka dan menceritakan pengalaman pahitnya tanpa beban, tapi bikin miris hati gue. karna  gue kemaren cerita kalo hari ini,  gue mau ajak sahabat gue waktu SMP. Dan dia tanya siapa, gue ceritain aja tentang apa yang gue inget tentang lo.”

Erza hanya mangut-mangut mendengar penjelasan Nanda sambil menikmati semilir angin malam menerpa wajahnya.

“thanks ya Nan udah anterin gue pulang. Besok kita kesitu lagi yah? hati-hati Nan.” Pesan Erza ketika sampai di depan pintu rumah.
“sip. Tentu saja. Janji adalah hutang Za. lo jangan bikin dia kecewa. Karna hatinya sensitive banget kalo sudah menyangkut janji. Gue cabut yah. bye Put. Bye Za.” kata Nanda ketika melihat Putra menatapnya tajam kea rah Erza, seperti seorang ayah marah karna anak gadisnya pulang malam.

Putra mengatur napas, lalu tersenyum. “kemana aja lo Za? ada cerita gak?.” tanya Putra ketika Erza hendak masuk rumah.


Erza langsung duduk di samping Putra sambil menceritakan pengalamannya bertemu Rani, gadis yang menurutnya sangat istimewa. Dan Erza sangat memuji Nanda, yang bikin Putra panas.
“Wah!! Pokoknya Nanda the best dah Put! sahabat gue paling cakep, paling baik, dan paling apa aja boleh! Besok gue mau ke tempat Rani lagi bareng Nanda. Asyik!.”

“ngapain sih Erza muji tuh Nanda?pake acara senang lagi! Bener-bener deh!,” Gerutunya dalam hati.

“yaudah. Asal lo seneng, gue juga ikut seneng Za. udah mandi sana! Bau!.” Kata Putra sambil mengacak rambut panjang Erza.
“oke deh. Yang lain mana Put?.” tanya Erza berdiri didepan pintu.
“lagi nyamperin undangan aqiqah dari tetangga.”
“kenapa lo gak ikut?.”
“kalo gue ikut, yang bukain lo pintu siapa? Lagipula lo cewek Za, gak mungkin sendiri di tempat yang asing. Mending gue tinggal aja. udah mandi sana! Bikinin gue makanan yah, lapar.”
“iya bawel.”

Erza pun masuk ke dalam rumah untuk mandi sambil memikirkan apa yang dia buat untuk makan malamnya.
“kalo gak salah, ada mie goreng deh di dapur. Gue bikinin itu aja deh. Simple.” Gumamnya sambil  berpakaian lalu keluar dari kamar untuk memasakkan mie untuknya dan Putra.


selesai, akhirnya Erza meletakkannya dalam satu mangkok gede dan membawanya ke meja makan. lalu dia meletakkan peralatan makan di meja dan memanggil Putra yang masih duduk di teras menulis laporan.

“Putra…..udah gue bikinin tuh. Ayo! Gue lapar.”
“panggil sayang dulu dong, baru gue mau masuk.” Sahut Putra genit di teras.

“ini cowok minta jitak kayaknya!.” Gerutu Erza dengan wajah merah dia menghampiri Putra ke luar.

“lo itu yah! udah gue bikinin juga! Gue lapar Put!.” gerutunya lalu tangannya menjitak punggung Putra.

“lapar yah?.” kata Putra dengan genitnya sambil mengedipkan matanya sebelah.

“ish! Apaan nih anak? Bikin gue gak karuan deh.”

“Kya!! Turunin gue! turunin!.” Teriak Erza ketika tubuhnya sekarang digendong Putra dan mau tak mau dia melingkarkan tangannya di leher karna takut jatuh dan menutup matanya karna malu.

ketika kakinya menginjak lantai, dia membuka matanya. Ternyata Putra menggendongnya sampai ke meja makan. dengan wajah tersipu-sipu, dia mengambil piring Putra untuk menuangkan mie, tapi ditahannya.

“udah. Daripada tugas lo tambah banyak karna nyuci piring, mending satu mangkok berdua deh.” Kata Putra lalu beralih duduk disamping Erza dan mulai menyuapkan mie goreng itu ke mulut Erza, namun ditolak.

“gue bisa makan sendiri.” Kata Erza dengan wajah merah dia mengambil sendok di sampingnya dan akhirnya pasrah mengikuti keinginan Putra.  makan mie semangkok berdua. *ngikik*

selesai makan, mereka membereskan meja dan membawanya ke dapur. Putra pun membantu Erza mencucikan piring sambil melamun.

“kayaknya gue pernah dalam kondisi ini. Tapi kapan?.” Kata Putra dalam hati.
selesai semuanya, datanglah Restu dan yang lain dengan wajah kecapekan dan langsung masuk ke kamar masing-masing sambil menguap dan mengucapkan selamat tidur pada Erza yang ikutan ngantuk.

“gue tidur dulu ya Put.” katanya sambil masuk kamar tanpa melirik Putra yang senyum-senyum jahil.

Erza bingung melihat kamarnya tiba-tiba berubah. Yang seharusnya ada dua buah koper di dekat lemari, berubah menjadi satu koper dan tas ransel. Dan banyaknya alat-alat berbau pria menyadarkannya pada satu hal, dia memasuki kamar Putra yang dia kira kamarnya.


“eits….mau kemana sayang?.” tanya Putra dengan ekspresi mesum melihat Erza melirik pintu , bermaksud ingin kabur. Namun tertutupi oleh tubuh Putra.

“gue mau tidur Put, gue capek, please…..”
“oke, Ada syaratnya.” Kata Putra masih nyengir.
“apaan?.”

Putra berjalan mendekati Erza, mengikuti jalan pikirannya dia mengelus rambut  Erza yang tergerai dan mencium puncak kepala gadis itu lalu mengecup kening dan kelopak mata Erza yang terpejam pasrah. Lalu dia mendekatkan wajahnya dan bisa merasakan hembusan napas memburu dari Erza dan bibir tipisnya bergetar. Lalu Putra menyentuh bibir itu dengan tangannya dan mengelusnya, kemudian mendekat…dan mendekat…..

TOK….TOK….TOK… bunyi pintu rumah diketuk sukses berat menggagalkan rencana Putra untuk mencium Erza. Erza yang mendengar itu, langsung membuka matanya dan mendorong Putra ke pinggir lalu keluar.
“ada apa bu?.” tanya Erza ramah ketika melihat ibu-ibu membawa rantang dan menyodorkannya ke Erza dengan tatapan terpaku penuh kagum melihat Putra berdiri di belakang gadis itu.

“ini tadi ibu adain aqiqah buat anak ibu. Terus ada kelebihan. Yaudah ibu mau ngasih ini ke kalian.” Katanya sambil matanya tak lepas dari Putra yang tersenyum.

“makasih yah bu. maaf tadi kami gak bisa mampir. Soalnya ada urusan. Besok akan kami kembalikan rantang ibu.” Jawab Putra.

“iya Mas. Ibu duluan yah. permisi.”

Erza pun menutup pintu dan membuka tutup rantang untuk melihat apa isinya. Ketika dia mencium bau karih kambing, perutnya mendadak mulas dan rantang itu langsung dia berikan ke Putra.
“lo bawa ke dapur yah. gue mau tidur.” Lalu Erza langsung masuk kamar karna tak tahan mencium bau kambing.

Putra ikutan ngantuk, meletakkan rantang itu di ruang tamu dan masuk ke dalam kamar untuk tidur. *perut berbunyi*ambil rantang dari meja tamu*makan sendiri*


♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪


Since I found you, I swear, I’ll never let you go with another man. Cause, you’re my soulmate.

Selama tiga Bulan mereka KKN, selama itu juga setiap sore Erza dan Nanda ke Pondok untuk menemani sorenya Rani yang setia menunggunya. Seperti sekarang ini, Rani jauh lebih cantik berkat polesan Erza, badannya mulai wangi dan dia ternyata anak yang cerdas.

“Kakak….. bagus gak?,” Sambil mendekati Erza yang asyik berdiskusi dengan Nanda dan memutar tubuhnya.

Erza menatap Rani, dia melihat bahwa gaun-gaun punya sepupunya seumuran Rani yang dikirimkan Reno pas di badan Rani yang mungil. “Bagus kok. Rani cantik banget yah.” Puji Erza sambil mencubit pipi Rani yang mulai tembam.

“Kakak….. jangan tinggalin Rani yah?,” katanya polos bikin Erza menatap Nanda, minta jawaban.

“Rani, kalo kak Erza gak bisa kesini lagi, soalnya dia akan balik ke Bandung, tapi kamu jangan sedih, kakak akan datang kesini kok, setiap sore, temanin Rani, gimana?.” Tanya Nanda sambil jongkok di hadapan Rani lalu tersenyum.

“Rani mau ikut kak Erza aja, soalnya kak Erza cantik, kayak boneka, Rani suka liatnya,”

Erza pun garuk-garuk kepala melihat Rani yang begitu manja padanya. Satu sisi dia ingin bawa gadis itu pulang kerumah, jadi adeknya karna dia suka sama anak kecil. Tapi di sisi yang lain, Rani masih punya Ayahnya, walaupun dipenjara.

“Kakak gak bisa sayang, soalnya…,” dan ucapan Erza pun terputus karna bingung mau ngomong apa lagi.
“Soalnya nanti Ibu Odah sedih kalo Rani ikut kak Erza, Kan Ibu Odah sayang sama Rani, Rani sayang gak sama Ibu Odah?.” Jelas Nanda.

Rani pun terdiam lalu menatap Erza lama, dia sangat menyukai kakak yang ada didepannya ini, karna hanya dialah yang mengerti dirinya saat ini, dan bersikap ramah dengannya, selain Nanda tentunya.


“Rani sayang sama Ibu Odah, yaudah deh, Rani gak jadi ikut Kak Erza, tapi kakak janji yah selalu mampir kesini nemuin Rani,” sambil mengulurkan dua jari kelingking kea rah Erza dan Nanda.
“Tentu saja sayang, kakak janji,” kata mereka berdua menautkan jari kelingkingnya dan memeluk Rani.


Hari pun mulai terlihat Senja, terdengar lantunan Ayat suci Al-quran mengalun merdu dari Mushala, seolah sebagai pembuka datangnya Adzan Maghrib yang tinggal beberapa menit lagi.

“Kita pulang atau shalat disini dulu Za?,” tanya Nanda ketika Erza asyik menguncir rambut Rani.

“Shalat disini yuk, baru pulang, gak papa kan?,”
“Gue juga maunya begitu Za, tapi kan ntar malam, gelap, sepi, gue sih gak papa Za, udah biasa, tapi masalahnya lo cewek, cantik lagi!, gue takutnya kalo kenapa-napa aja di jalan ntar dan gue gak bisa nolongin lo.”

Erza memainkan ujung rambut Rani, sejujurnya dia tak ingin pulang, dia masih ingin bersama Rani, adek barunya, tapi, dia membenarkan kata Nanda, daripada kejadian beneran, mending ngehindar.

“Yaudah deh, Rani, kakak pulang yah, besok kakak kesini lagi,” kata Erza sambil mencium kedua pipi Rani dan dibalas pelukan.

“Kakak Nanda pulang dulu yah, bye Rani,”

akhirnya, mereka pulang menyusuri hutan dengan sepeda ontel kesayangan pak Kepala Desa sambil sibuk komat-kamit dalam hati membaca Surah-Surah untuk menenangkan hati mereka.

“Sekali-Kali lo ajak Putra Za, kan asyik tuh,”
“Enggak deh, gue berfirasat kalo bawa dia bakal jadi petaka gitu,” kata Erza membayangkan gimana jadinya reaksi Ibu-Ibu kalo melihat Putra, dijamin kerusuhan massal.

“Cowok lo  terlalu ganteng sih untuk ukuran manusia, jadi pada histeris Ibu-Ibu yang liat, Sampe-sampe temen-temen KKN gue yang cewek liat Putra kayak liat apa gitu,” kata Nanda geleng-geleng ketika teringat reaksi teman-teman ceweknya, mirip pasien baru masuk Rumah Sakit Jiwa, Histeris.


Erza cuma tertawa mendengar keluhan panjang lebar Nanda tentang Putra yang selalu menatapnya kayak ingin menguliti hidup-hidup kalo dekat dengan dirinya.

Curahan Hati Seorang Nanda pun berhenti ketika tiba di depan rumah, dan dia bersyukur karna tak ada Putra duduk di depan pintu, dengan tatapan tajamnya yang bikin bulu kuduk Nanda pada tegak semua.

“Tumben pacar lo gak jadi penjaga pintu Za,”
“udah pensiun kali, gak dapat gaji, Cuma dapat gigitan nyamuk doang,” kata Erza pura-pura cuek, padahal penasaran.

“tuh kunyuk omes mana yah?,” batinnya.
“gue pamit dulu Za, bye,” kata Nanda lalu mengayuh sepedanya menembus malam.


Erza pun memegang gerendel pintu, ternyata tak dikunci, berarti ada orang didalam, dia masuk dalam rumah dan mengunci pintu, ketika lewat di depan kamar Putra, dia mendengar suara bentakan, pensaran, akhirnya dia menguping.
“Kamu ini kenapa sih Sel?! Kamu gak percaya sama aku?! aku benar-benar sibuk!,” bentak Putra ditelpon.
“Masa kamu saking sibuknya gak pernah balas sms aku lagi?! gak pernah telpon aku lagi?! atau Jangan-Jangan kamu sibuk godain Erza?!,” Selvi meradang di telpon.
“Astaga Selvi! jauh banget kamu mikirnya yah! aku benar-benar sibuk! Dan disini susah nyari sinyal HP Sel!,”
“oh,,, berantem ternyata,” batin Erza.
“Alasan! Bilang aja tebakan aku benar! Kamu sibuk godain Erza kan?!,”
“kamu bisa gak sih, GAK USAH BAWA NAMA DIA DISINI! dia gak ada urusannya dengan urusan kita Sel! Ingat itu!,” Putra semakin ngamuk ketika nama Erza selalu disangkut-pautkan dengan pertengkaran mereka.
“Bilang aja iya Put! kamu dekatin Erza kan sekarang?! Buktinya, kamu selalu bela dia tiap aku sebut namanya! Kamu duain aku?!,”


Putra mengacak kepalanya frustasi, tanpa menyadari dibalik pintu, Erza mendengar pembicaraan mereka. Ikutan tegang.
“Aku bela dia karna…” kata Putra terdiam, bingung mencari alasan.
“karna apa? Karna kamu sekarang lebih suka sama dia daripada sama aku, pacar kamu sendiri?!.” Selvi semakin ngamuk ditelpon.

“Kamu kenapa sih Sel?! Selalu menyalahkan Erza bila kita berantem?!.”
“Karna puncak masalahnya ada di Erza! Semenjak kamu ketemu dia, kita selalu berantem! Dan aku sudah pusing dengan semua ini! Aku ingin putus!.”

“OK! kita putus!.” KLIK. Telpon penuh emosi membara bikin panas telinga dan otak akhirnya kelar juga. Putra pun rebahan di tempat tidur sambil memandang langit-langit kamarnya.
“kalo dipikir-pikir iya juga sih, semenjak ketemu Erza, gue mulai bosan sama Selvi. dulu cinta banget. Ngomong-ngomong tentang Erza, tuh anak udah pulang belum yah?.”
Putra bangkit dari tempat tidur. Erza yang masih ngintip di depan pintu, mendengar bunyi tempat tidur berderik, dia buru-buru duduk diruang tamu sambil membaca buku, agar tak ketahuan nguping.


“Za, lo kapan pulang? Kok gue gak dengar? Sejak kapan lo bisa baca buku kebalik?.” Putra ngikik melihat Erza baca buku kebalik.

yang disindir, Cuma nyengir gak keruan dan memutar bukunya. “ gue baru aja nyampe, udah diketok gak ada yang dengar, yaudah gue masuk aja karna pintu tak dikunci”
oh… lo gak dengar gue telponan kan?.” dengan mimic gugup kalo Erza dengar dia putusan.

“enggak, gue kan baru aja nyampe, gue masuk kamar dulu yah, mau tidur.” Sambil masuk kamar dan menutup pintu dan bersandar dibelakang pintu.

“mereka putus! Gue harus senang apa sedih yah?,”
“ah, daripada mikirin mereka yang belum tentu mikirin gue, mending gue nulis laporan.” Katanya sambil mengambil buku laporan segede kamus dan keluar dari kamarnya.

“kok keluar lagi?, katanya mau tidur?.” Dengan mimic bingung karna melihat Erza keluar kamar sambil nenteng buku.
“gue belom nulis laporan,”
“yaudah Za, bareng kami aja nulis laporannya.” Arny sambil menawarkan duduk disampingnya, dan mereka mulai menulis laporan bersama, sesekali berdiskusi.


jam di dinding menunjukkan 22.30. Arny, peserta terakhir, menyerah menulis laporan, akhirnya dia menutup bukunya setelah menguap berkali-kali. “gue tidur dulu yah, ngantuk berat. Bye semuanya.” Sambil berjalan terhuyung-huyung menuju kamarnya.


“lo gak tidur Za? ini udah jam 11 lo.” Putra sambil melirik jam dinding ketika melihat gadis itu masih melek menulis laporan, padahal yang lain sudah tepar semua.
“gue masih banyak nih, lo kalo mau tidur, tidur aja, gak usah nungguin gue.” tanpa melepas tatapannya dari laporan.
“yaudah gue masuk kamar dulu yah, bye.” Sambil berdiri didekat Erza lalu mencium kepalanya dan masuk kamar.


yang dicium malah cengengesan malu, kemudian asyik melanjutkan tugasnya, sesekali mengelus kepalanya yang dicium Pura dan tersenyum malu.



“Tuh anak udah tidur belum yah?, kok gue gak dengar dia masuk kamar?, apa jangan-jangan ketiduran? Ini udah jam 12 malam.” sambil menatap langit-langit kamar dengan gelisah memikirkan Erza.
“ah, gue keluar aja deh, perasaan gak tenang nih,” akhirnya dia bangkit dari tempat tidurnya untuk memastikan.


“ketiduran disini dia ternyata!,” kata Putra ketika melihat Erza tertidur di kursi tamu tanpa melepas kacamatanya sambil meringkuk karna kedinginan, padahal sudah mengenakan swater.


kasihan, akhirnya dia membereskan hasil laporan Erza dan melepas kacamata yang bertengger lalu diletaknya di meja, dan dia menggendong gadis itu ke kamar.

dia keluar lagi untuk mengambil barang-barang Erza yang dia letakkan dimeja tamu, lalu diletakkannya dimeja rias gadis itu. Dan duduk disampingnya sambil mengelus rambut panjang Erza,  kebiasaan yang dia sukai.

“Za, gue pernah gak di posisi seperti ini? Posisi gue selalu gendong lo kalo ketiduran?, hati gue bilang iya, tapi kenapa gue gak bisa inget?, gue ingin inget semuanya Za,” sambil terus mengelus rambut dan pipinya yang memerah lalu menciumnya.


entah bisikan Setan atau Malaikat atau juga hatinya sendiri, akhirnya dia mendekatkan wajahnya ke wajah Erza sambil mengelus bibirnya yang tipis dan memerah , semakin dekat, semakin dia merasakan napas tenang dari Erza, kontras dengan napasnya yang menderu karna gugup, mereka beradu hidung, beradu napas, dan…

Perlahan, Erza menggerakkan tubuhnya kesamping, menjauhi Putra, membuat rencananya gagal untuk kesekian kalinya, dia tersenyum sambil mengecup kening Erza lalu keluar dan perlahan menutup pintu.

keesokan paginya…..

“Za, bangun Za! kita Sosialisasi Za hari ini!.” Arny sambil mengguncang tubuh Erza pelan, diikuti Jessi yang menggelitiki kakinya dan Eva yang mencubit-cubit tangannya.


“Aduh! Apa?! Sosialisasi yang bareng anak Psikologi itu?!.” Sambil terbangun karna panic dan kesakitan karna tubuhnya dicubit segala arah.
“yap! Kami udah siap nih, tinggal nunggu lo aja lagi! tadinya sih Putra pengen bangunin lo, tapi katanya gak tega.”
“astaga! kalian duluan aja deh, entar gue nyusul, ok? di Puskesmas kan ngumpulnya?.” Sambil duduk disisi ranjang dan pasang wajah menyesal.
“di Balai Desa dulu, baru kita keliling, yaudah deh, kami duluan yah, kunci pintunya Za.” Arny sambil memperingatkan karna dia tau kebiasaan buruk Erza, lupa mengunci pintu.

“ok deh! Yuk keluar!,” kata Erza sambil merangkul mereka dan sesekali mencubit Eva sebagai balasan.



“lo beneran Za nyusul? Gue tungguin gimana?,” Entah kenapa dia merasa cemas meninggalkan Erza sendiri.
“beneran Putra, gue gak papa sendiri, selesai mandi dan beres-beres gue nyusul kok,” Erza sambil tersenyum dan mendorong Putra keluar karna sudah ditinggal.


“Ayo Putra! buruan!,” teriak Restu didepan halaman.
“tuh lo sudah dipanggil mereka, buruan kesana gih.”
“gue berangkat yah, hati-hati Za, feeling gue gak tenang.”
“iya… lo negative mulu deh, udah sana, Bye semuanya.” Sambil melambaikan tangannya dan tersenyum melihat Putra yang melirik cemas kearahnya.

“kenapa firasat gue dia bakal diapa-apain yah? apa gue pernah ngerasain seperti ini sebelumnya?.”
Erza pun menutup pintu tanpa mengunci pintu rumah, karna dia merasa aman-aman saja.


tapi, firasat itu benar, prasangkamu salah. Karna dia ada, meneror hidupmu.


selesai mandi kilat, dia langsung masuk kamar untuk berpakaian tanpa mengunci kamarnya, karna baginya, siapa juga yang bakal masuk kekamarnya?


tanpa dia sadari, seseorang yang sudah mengintainya selama 3bulan, akhirnya tersenyum lebar karna bisa mendapatkan mangsanya setelah penjaganya yang membuat dia tak bisa menyentuh gadis itu, pergi.



Di tempat lain,

“Erza udah datang Arn?,” kata Putra cemas karna melihat Erza belum datang, padahal acara mau dimulai.
“gue belum liat tuh, mungkin masih dijalan, Eh itu Nanda, mending lo tanyain deh.” Arny sambil menunjuk Nanda yang baru datang.

panic, Putra pun mendekati Nanda yang asyik ngobrol “lo liat Erza Nan?,” katanya tanpa basa-basi.
Nanda kaget karna baru datang langsung ditodong pertanyaan. “gue gak liat dia, dia gak bareng lo?.” Nanda balik bertanya.
“kalau ada gue juga gak bakalan nyari dia Nan,”


dia keluar dari Balai Desa untuk melihat apakah ada Erza atau tidak, karna perasaannya sangat tidak tenang, seolah ada terjadi sesuatu, tapi dia tak tau apa.
“bisa gila gue kayak gini! Ayo Erza… datang Za! agar gue tenang!.”

merasa menunggu tak berarti, sedangkan perasaannya sibuk memaksa untuk segera mendatangi Erza kerumah, dia memutuskan masuk kembali keruangan dan melihat Jessica dikerubungi ibu-ibu.

“Jes, kalo ada yang nanya gue kemana, lo bilang aja gue nyusul Erza, gak tenang perasaan gue daritadi.” Sambil mencolek punggung Jessi.
“Ok deh kak,” kata Jessi mengacungkan jempol lalu berbalik menghadapi “serangan” ibu-ibu yang sekarang berganti pertanyaan dari bagaimana cara mengobati bayi menjadi apakah Putra udah nikah apa belum, maksudnya biar dijodohkan dengan anak gadis mereka masing-masing. *plak*


“Nanda! Gue pinjam sepeda lo yah!,” teriak Putra ketika melihat Nanda lewat didepannya sambil membawa kotak air minuman.
“Ok Put!.”

“tunggu gue Za!,” kata Putra berlari keluar menuju rumahnya dengan perasaan tak menentu.



di tempat Erza….
terdengar pintu kamarnya terbuka pelan, Erza yang asyik memakai baju tanpa lengan sambil membelakangi pintu tak mendengar karna telinganya disumpal headset.

“Mmphh…” teriak Erza panic karna mulutnya ditutup oleh seseorang dari belakang dan kemudian, dia didorong kasar ke ranjang hingga hpnya dan headsetnya terbanting dan ketika menoleh siapa yang berbuat ajar kepadanya, dia kaget ketika melihat orang itu, yang sudah menghancurkan hidupnya, hadir lagi.


Ferdinand.

“Hai Za, tambah cantik aja lo sekarang.” Sambil tersenyum sinis kemudian mendorong Erza lagi ke ranjang ketika gadis itu ingin kabur.

“ngapain lo disini?! keluar! atau gue teriak nih!.” dengan wajah panik dia berusaha berdiri lagi namun gagal karna kedua kakinya sekarang ditindih Ferdi.
“silahkan teriak cantik, gak bakalan ada yang dengar, hahaha.” Sambil tertawa puas dia duduk diperutnya hingga gadis itu sesak napas lalu menarik kasar kedua tangan gadis itu keatas ranjang dan mengikat erat hingga Erza kesakitan.


Erza berusaha berontak dengan menendang kedua kakinya yang bebas, namun sia-sia karna Ferdi masih betah berada diatas tubuhnya sambil mengelus wajahnya, kesal, akhirnya dia menarik lututnya kea rah belakang tubuhnya dan BUK! Lututnya mengenai punggung Ferdi.
“Argh! Sialan lo Za!,” kata Ferdi lalu tanpa ampun menarik rambut Erza keras hingga dia kesakitan, seakan-seakan seluruh rambutnya akan terlepas dari kepalanya.
“sakit kak! Sakit! Lepasin tangan lo!,” sambil berusaha menarik kakinya kea rah  punggung Ferdi berkali-kali dan wajahnya berusaha noleh kesamping untuk menggigit tangan Ferdi yang masih menyakiti rambutnya.


kesal karna dilawan, akhirnya dia turun dari tempat tidur dan mengambil dua tali untuk mengikat kaki Erza yang jenjang sesekali mengelusnya lembut sambil tersenyum melihat Erza tak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan menggigit bibirnya ketika elusan tangan Ferdi berada di lututnya, secara berulang-ulang.

“kak, please,, lepasin gue! jangan siksa gue!.” sambil memohon dan air mata menetes.
“gue gak akan nyiksa lo kok, asal lo gak melawan. Bisa?.” Sambil mengelus wajah Erza yang basah dengan air mata lalu gadis itu membuang muka.

“kayaknya jawaban lo enggak deh, ckckck,,, lo selain cantik, melawan juga yah, tertantang gue.” sambil tersenyum dia mengeluarkan pisau dari kantongnya dan membuat aliran darah seakan berhenti ketika ujung pisau itu menyelusuri lekuk wajahnya, lehernya , lekukan pinggangnya hingga terakhir kakinya yang terikat.

“Kak,,, please kak,,, lepasin, Jangan… jangan…” dengan wajah memelas dia berusaha menatap Ferdi yang masih berusaha meruntuhkan mentalnya, melemahkan pertahanannya.

merasa belum puas menyiksa Erza, dia meneruskan mengelus ujung pisau di tubuh Erza yang geliat-geliat menghindar, mengelus lembut pipinya, bibirnya. “lo cantik kayak gini Za, bikin gue gimana gitu.” sambil mengecup pipinya yang sudah basah dengan airmata lalu menjilatnya. *merinding disko*

 Jam di dinding menunjukkan 12.00 siang, entah sudah berapa jam dia menjadi “permainan” Ferdi yang semakin menikmati ketidak berdayaannya.

“kenapa diam Za? lo gak nikmatin permainan gue?,” tanya Ferdi dan dibalas dengan lengosan.

“Ya Allah, tolongi Hamba-Mu ini Ya Allah.”

di depan rumah…

Putra tiba didepan rumah dengan ngos-ngosan karna mengayuh sepeda hasil pinjam dari Nanda. Dan tiba-tiba….

“Aaaa!! Lepas! Lepas! Sakit!,” teriakan nyaring membuat Putra serasa nyawanya hendak copot ketika mendengar teriakan kesakitan dari cewek yang dia jaga dan membuatnya gila.

dia langsung lari masuk rumah tanpa mempedulikan sepeda Nanda yang tergeletak ditanah, pikirannya Cuma satu, Erza.

BRAK! Pintu ditendang dengan keras, dan dia melihat Erza dengan posisi terikat sedang berusaha mencari napas karna lehernya dicekik dan rambutnya ditarik oleh seseorang yang bernapsu menyiksanya.

Buk! Dengan sekali tarik, cowok itu tersungkur kebelakang dan dengan kalap dia menendang-nendang tubuh cowok itu.
“lo apain cewek gue?! lo apain dia?! SHIT!.” Kombinasi antara tamparan dan tendangan membuat tubuh lawannya lemah.

Ferdi berusaha melawan sekuat yang dia bisa, akhirnya dia berdiri dan saling adu jotos. Namun, entah Putra sudah kalap atau gimana, dia tak merasakan darah menetes di pelipis karna tonjokan Ferdi, wajahnya nyut-nyutan karna lebam, yang dia pikirkan Cuma satu, cowok ini harus mampus!

“Lo masih inget sama gue Put?!,” tanya Ferdi dan BUK!sebuah tonjokan melayang di wajah Putra yang buat Erza menjerit karna melihat darah bercucuran dari pelipis.

Sejenak, Putra terdiam, dan membuat Ferdi mendapatkan kesempatan dan BUK! Tendangan melayang diperut Putra hingga cowok itu terjatuh. *efek nonton film action*

“gue memang gak inget sama lo! tapi hati gue bilang, lo cowok setan yang pernah gue temuin!.” Tanpa babibu dia melayangkan pukulan bertubi-tubi di titik syaraf yang sukses bikin lawannya roboh.


“bagus deh lo gak inget sama gue!,”
“gue gak inget, bukan berarti lo nyakitin Erza kan?! dia cewek gue! sampai kapanpun tak ada yang boleh nyakitin dia! termasuk lo! SETAN!.” Dengan kalap Putra terus-menerus menekan Ferdi dengan tendangannya di titik-titik syaraf yang dia kuasai.

merasa akan kalah, Ferdi dengan sisa kekuatannya langsung lari keluar rumah dengan terhuyung-huyung menahan sakit disekujur tubuhnya.

melihat lawannya kabur sebelum mampus, dia hendak mengejar, namun teringat Erza, akhirnya dia melepas ikatan ditubuh gadis itu dan memeluknya dengan sisa kekuatannya supaya gadis itu tenang dan tetesan darah ada dipundak Erza.

“please, jangan tinggalin gue, gue takut,” Sambil memeluk erat, mencari ketenangan jiwanya yang seakan tergoncang karna ulah cowok itu.
“gue gak akan pernah ninggalin lo Za,” kata Putra membalas pelukannya dan mencium keningnya lembut.


“gue obatin luka lo yah,” kata Erza melepas pelukannya sambil menatap Putra yang babak belur dihajar Ferdi karna dirinya.
“Iya,” Kata Putra pelan sesekali meringis ketika Erza menyentuh lukanya.
“terakhir kali, gue bonyok gara-gara Ferdi, sekarang lo yang bonyok karna dia, apakah besok kita bonyok bareng karna dia?,”*ngomong ngawur*

secepat kilat Erza kedapur untuk mengambil obat-obatan dan sebaskom air panas untuk mengobati memar diwajah Putra, dengan telaten dia mengobati dan diselingi maaf kalo bikin cowok itu kesakitan.


Sedangkan Putra, asyik memandangi wajah Erza yang serius mengobatinya, tatapan mata gadis itu serasa membiusnya untuk tak melihat kearah lain, seolah-olah pusat perhatiannya tertuju padanya.
“ada untungnya juga sih gue bonyok dihajar, kan bisa liatin Erza dari dekat.”

tanpa dicegah, sekelebat memori yang selama ini dicari Putra, hadir tanpa permisi, memutar sepenggal kenangan demi kenangan diotaknya, dan membuatnya meringis kesakitan.
“Ada apa Put?, sakit?, sorry,” Erza dengan ekspresi maaf dan cemas ketika melihat Putra memegang kepalanya.

“Enggak kok, kepala gue rada nyut-nyutan gitu.” sambil memegang kepalanya yang semakin sakit, namun sekelebat memori tentangnya, hujan, dan gadis itu hadir samar di otaknya, membuatnya tersenyum.

“kayaknya, gue mulai bisa inget sama lo Za,

Part 15
Part 16
 

Sumber : http://lovestoriesandballons.blogspot.com/2013/03/jatuh-cinta-sama-lo-no-way-part-1-dasar.html

1 komentar: