Umi Farida Blog

Selamat datang di blog ku

Kamis, 06 November 2014

Cerpen First Kiss

Untuk setiap gadis mereka pasti menginginkan First Kiss mereka menjadi spesial. Mungkin di taman atau di pantai bersamaan saat sunset dengan orang yang mereka cintai. Aline mendesah frustasi saat mengingat cerita sahabat-sahabatnya yang menginap di rumahnya tadi malam. Sahabatnya -Monicha- mengatakan kalau Bisma Karisma sang idola kampus menciumnya di taman kemarin pagi dan mengajak Monicha untuk berkencan di akhir pekan ini. Tentu saja Monicha menerima ajakan Bisma. Maksudku, Dia sudah menyukai Bisma sejak 2 tahun yang lalu tepatnya saat Bisma menolongnya ketika dia di ganggu oleh preman. Aline tidak cemburu. Well, dia memang tidak cemburu tapi 'sedikit' kesal karena teman-temannya sudah menemukan cintanya masing-masing, sedangkan dia? Sepertinya Aline benar-benar harus sabar saat mendengar cerita sahabat-sahabatnya.
          Kadang dia sering bertanya-tanya kapan dia akan mendapatkan pacar dan First Kiss-nya. When will her First Kiss be? She know.. Shoking, right?
Aline adalah gadis yang cantik dengan wajah yang babyface dan kaki yang bagus.
Banyak Cowok yang menyatakan cinta kepadanya tapi dia selalu menolak, dengan cara mengatakan kepada mereka -cowok yang menyatakan cintanya- kalau mereka bukan tipenya.
          Yup! Karena itu lah dia belum mempunyai kekasih atau belum pernah merasakan yang namanya 'ciuman'. Aline juga masih ingat betul cerita Angel saat petama kali Rafael mengambil ciuman pertamanya. Itu terjadi saat Anniversary mereka yang ke-2 bulan. Saat itu mereka menghabiskan malam mereka di taman dan memakan 1 batang coklat berdua. Mereka saling menyuapi dan hingga potongan coklat terakhir mereka makan secara besama-sama dan saat itulah Angel merasakan bagaimana rasanya berciuman.

Aline kembali mendesa saat mengingat perkataan Risma kepadanya, Risma memberitahu apa yang telah dilakukan Rizkym untuknya. Rizkym meminta Risma untuk menikah dengannya dan menciumnya saat malam tahun baru dengan hiasan kembang api yang bertaburan di langit.

Aline berjalan menuju ke perpustakaan kampus. Dia ingin menenangkan pikirannya dari hari yang membuatnya streSs. Saat dia sedang melihat-lihat isi perpustakaan, Dari sudut matanya tak sengaja melihat Cowok imut yang sedang duduk di lantai pojokan perpustakaan dengan setengah badannya yang bersandar di tembok.

"Febian?" Ia mencolek bahu cowok yang di panggil Febian itu dan membuat cowok itu mendongak mencari tahu siapa yang sedang mengganggunya.

"hmm.." Sahut Febian menatap Aline malas.

"Sedang apa kau di sini" Tanya Aline seraya mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Febian. Dia duduk tepat di samping kiri Febian.

"Tidur" Jawab Febian asal seraya memejamkan matanya.

"Dasar pemalas!!" Kata Aline mencibir.
          Hening, tak ada jawaban dari Febian. Aline menoleh ke arah Febian yang sedang memejamkan matanya. Memiringkan tubuhnya ke kanan menghadap Febian lalu mengguncang bahu Febian, bermaksud membangunkan sahabatnya itu.

"Febian bangun! Aku ingin bercerita dan kau harus mendengarkannya!" Aline mengguncang bahu Febian pelan.

"Hmm.. Baiklah aku tidak peduli kau mau mendengar atau tidak yang pasti aku ingin bercerita." Akhirnya Aline menyerah untuk membangunkan sahabatnya yang pemalas itu. Sekarang yang harus dilakukannya adalah mengeluarkan semua yang mengganggu pikirannya. Karena hanya dengan bercerita tentang masalahnya itu bisa membuatnya tenang, setidaknya beban pikirannya berkurang.
Aline kembali menoleh ke samping, berharap Febian mau membuka matanya dan mendengarkan ceritanya, tapi sepertinya harapan itu tidak akan terkabul karena Febian sama sekali tidak menandakan akan membuka matanya.

"Baiklah sepertinya kau tidak akan mendengarkan ceritaku. Tapi kalau aku tidak bercerita sekarang, pikiran 'bodoh' yang ada di otakku ini lama-lama bisa membuatku stress," Kata Aline seraya melirik Febian yang masih memejamkan matanya. Dia tau sahabatnya itu tidak sepenuhnya tertidur dan masih mendengar perkataan nya.

"Masalah ku kali ini tidak serumit masalahku biasanya, malah menurutku masalah ini adalah masalah paling bodoh. Tapi entah kenapa masalah ini terus memenuhi pikiranku." Aline mulai bercerita tentang masalah 'bodoh'nya itu. "masalahku kali ini adalah ciuman. Pantaskah itu disebut masalah? Hanya karena ciuman otak ku hampir stress memikirkan nya. Ini semua karena Leny, Angel, Monicha, dan Shinta." Aline mulai menyalahkan keempat sahabatnya itu.
            Kalau saja mereka tidak mengambil tema 'First Kiss' dalam acara bercerita saat menginap di rumahnya tadi malam, mungkin dia tidak akan memikirkan masalah ini. Setidaknya itulah yang ada di dalam pemikiran Aline sekarang. Karena tadi malam semua sahabatnya itu bercerita sedangkan dia tidak, karena dari kelima gadis yang berkumpul di kamarnya tadi malam, hanya dia yang tidak bercerita.

"Aku juga ingin merasakan ciuman pertama seperti mereka, tapi aku belum menemukan pria yang benar-benar mencintai dan mengerti aku. Aku iri melihat Monicha yang di cium lalu di ajak kencan oleh Bisma, pria yang di cintainya. Ini tidak adil! Aku tahu aku ini pemilih tapi kenapa harus seperti ini!!" Aline mulai sedikit emosi ketika bercerita tapi, ia tetap mencoba untuk tidak berteriak, karena mengingat tempat dia sekarang. Sedangkan Febian ia tetap menutup matanya dan menampakkan wajah tenangnya.

"Ugh! Risma dan Angel sudah mendapatkan ciuman pertamanya, Kenapa aku tidak? Oh ayolah, di mana my prince charming ya-"
Kata-kata Aline langsung terpotong ketika sebuah benda lembab mendarat tepat di bibir pink nya.

Febian langsung mengecup bibir tipis Aline, membuat iris mata coklat milik Aline membulat menyadari kini Febian, Sahabat kecilnya, sedang menciumnya. Febian terus mencium Aline lama hingga membuatnya kekurangan udara. Pemilik iris mata coklat itu mendorong dada Febian, bermaksud menghentikan ciuman Febian.

Aline menatap Febian dengan wajah yang memerah dan nafas yang terenggah-enggah.

"Permainan mu cukup baik untuk pemula seperti mu," Febian menyeringai mendapati perubahan warna pipi Aline.

Aline tersentak dan marah setelah mendengar perkataan Febian yang membuatnya sadar atas apa yang terjadi beberapa menit yang lalu.

"YAK!! SHIT! KAU TELAH MENCURI CIUMAN PERTAMAKU!!" Teriak Aline kesal, membuat seluruh orang yang berada di perpustakaan itu menoleh kepada mereka berdua.
Tapi sepertinya mereka tidak menyadari kalau sekarang mereka berdua sedang menjadi tontonan oleh seluruh orang yang ada di perpustakaan ini.

Hingga salah satu dari 'penonton' menghampiri mereka dengan wajah menyeramkan milik nya dan itu membuat Mereka berdua sadar bahwa sekarang mereka seperti artis yang sedang di tatap oleh penonton. Tapi, sekarang wajah mereka -lebih tepatnya wajah Aline yang menunjukkan kepanikan saat mendapati wajah menyeramkan milik sang penjaga perpustakaan. Sedangkan wajah Febian terlihat tenang tak ada sedikit pun kepanikan yang tersirat di wajahnya.

Sang penjaga perpustakaan tersebut berhenti tepat di depan mereka berdua lalu menatap mereka tajam, membuat Aline mengidikkan bahunya.

"KALIAN BERDUA, IKUT AKU!! SEKARANG!!"


***

"Huff~ Ini semua gara-gara ulah mu! Dasar Cowok Mesum!!" Pekik Aline kesal sambil menyapu lantai lapangan basket out door dengan kasar.

Ya, di sini lah mereka sekarang. Di hukum membersihkan lapangan basket out dor karena telah membuat kegaduhan di perpustakaan.

"Kenapa kau menyalah kan aku? Ini semua gara-gara teriakan mu tadi!" Kata Febian santai.

Aline berhenti menyapu lalu menatap Febian kesal "Apa maksudmu, hah? Aku teriak seperti itu juga karena ulah mu tahu!" Balas Aline tak terima kalau itu semua gara-gara teriakan nya.
Febian menyeringai "Memang apa yang aku lakukan padamu?" Tanya Febian tenang

Pipi Aline langsung memerah, pertanyaan Febian membuatnya mengingat tentang kejadian beberapa jam yang lalu.

"Itu.. Em.. Sudah lah, lebih baik kita selesaikan tugas ini segera" Kilah Aline bermaksud mengalihkan pembicaraannya.

"Jangan mencoba mengalihkan pembicaraan, nona." Febian yang memang sudah meninggalkan sapunya, berjalan menghampiri Aline yang sedang menyapu.

"Aku sedang tidak mengalihkan pembicaraan, Mr. Febian yang terhormat." Aline berkata dengan sedikit cibiran yang terkandung di dalam perkataannya.

"Oh ya? Lalu kenapa tidak menjawab pertanyaan ku?" Tanya Febian seraya tersenyum jahil.

"itu tidak penting!"

"Benarkah?"

"Iya," Jawab Aline sedikit ragu, Ia ingin melupakan kejadian tadi tapi, entah kenapa kejadian itu qterus terngiang di otaknya.
Aline menatap Febian -yang sedang berjalan kearahnya- kesal. Dia terus meruntuk dalam hati mengingat kejadian memalukan di perpustakaan tadi.

Bruk..

Aline menoleh kearah sumber suara dan mendapati Febian yang sedang jatuh tersungkur diatas karung dengan sampah daun yang berserakan di sekitar karu-. Tunggu! Karung? Sampah?

Mata Aline berkedut menatap nanar karung dan sampah yang sudah berserakan itu. Lalu pandangan beralih kepada sang penabrak karung -Febian- di tatapnya Pria itu dengan tatapan mematikan.

"hehe peace Aline. Aku tidak sengaja." Febian tertawa garing seraya mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Pria tampan itu bangkit lalu menepuk bagian baju dan celana yang terkena debu.

"Sungguh Aline, Aku benar-benar tidak sengaja" Febian memberikan tatapan memohon kepada Aline. Tapi, sepertinya itu tidak mempan untuk sahabat nya itu.

"AWAS KAU FEBIAN!! AKU TIDAK AKAN MENGAMPUNIMU!!"

Aline mengejar Febian yang sudah lari terlebih dulu. Huff.. Hari ini dia sudah cukup sabar menghadapi kejadian yang menguji kesabarannya. Pertama, dia harus bersabar karena memikirkan cerita sahabatnya tentang ciuman pertama tadi malam. Kedua, Ciuman pertamanya yang diambil oleh Febian dan membuatnya di hukum. Ciuman pertama yang dia kira akan di rasakan bersama orang yang mencintainya dan di tempat romantis malah terjadi berkebalikan dengan keinginannya. Ciuman pertamanya di curi oleh sahabat kecilnya dengan cara yang tidak romantis pula. Dan yang ke tiga, sampah yang telah ia kumpulkan selama 2 jam lebih langsung berhamburan keluar begitu saja karena ulah Febian dan sekarang dia tidak bisa bersabar lagi.

Bruk..

Aline memejamkan matanya saat tubuhnya menabrak sesuatu. Debaran-debaran kencang terasa di dada Aline, perlahan ia pun membuka matanya dan mendapati wajah rupawan yang begitu dekat dengan wajahnya, bahkan batang hidung mereka saling bersentuhan.
Sontak wajah Aline memerah saat menyadari siapa yang di tabraknya.

"Febian... Maaf! aku tidak sengaja,"

Aline mencoba bangkit dari tubuh Febian tapi sepertinya kedua tangan kekar Febian menahannya dan melingkarkan tangannya di pinggang Aline.

"Tidak semudah itu, nona." Febian menyeringai.

Aline meruntuki kebodohannya karena terus melamun saat mengejar Febian tadi. Seharusnya dia berhenti saat Febian sudah menyuruhnya berhenti, tapi karena keasikan melamun dia tidak terlalu menanggapi perkataan Febian, dan alhasil dia menabrak tubuh Febian.
Febian memedekatkan wajahnya ke wajah Aline, memperkecil jarak mereka. Sedangkan Aline hanya bisa menutup mata, pasrah dengan apa yang akan terjadi. Karena sekarang pinggangnya sudah di peluk erat oleh Febian jadi kalaupun dia mau kabur atau memberontak itu percuma karena dia hanya akan membuang-buang tenaga saja.
Ketika hidung mereka sudah saling bersentuhan, Aline memekik dalam hati
“kumohon jangan ‘lagi’ “

Sumber : http://estirahmadhanii.blogspot.com/2013/03/cerpen-first-kiss.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar