Umi Farida Blog

Selamat datang di blog ku

Sabtu, 15 November 2014

Cerpen : Diary Usang Penuh Kenangan

 Matahari senja mengantarkan aku dan keluargaku ke rumah yang baru. Setelah aku turun dari mobil, aku menyapu pandanganku ke semua penjuru halaman rumah dan bangunan rumah. Halaman yang luas terasa nyaman dan sejuk karena banyak pohon-pohon yang tumbuh disana. Bangunan rumah yang cukup minimalis. meski kata orangtuaku rumah tersebut sudah cukup lama tidak dihuni tapi tidak terlihat seperti "rumah hantu". Aku merasa betah tinggal disini. Aku segera bergegas mengepak barang-barang di mobil menuju kamar tidurku. Aku bereskan dan rapikan barang-barangku.
"Ma, kardus-kardusnya ditaruh mana?" tanyaku.
"Taruh gudang, sayang. Di ruangan belakang. Taukan?" balas mama.
"Iya, tau kok ma." sahutku.
Segera aku bergegas menuju gudang di belakang. Aku letakkan kardus-kardus itu. Saat aku beranjak pergi, sebuah buku usang jatuh menimpa kakiku. Aku pungut buku tersebut. Kulihat sampul depan buku tersebut, "Diary Usang Penuh Kenangan". Dalam hati aku heran, ini buku punya siapa ya? Aku ambil buku tersebut dan ingin aku baca di kamar.
Aku merasa heran dengan buku tersebut. Terlebih lagi judul bukunya. Kenapa harus diary usang sih? Padahal sampulnya bagus, ga usang. Antara penasaran dan takut. Penasaran dengan isi buku tersebut dan takut kalau isinya malah tentang cerita horor. Tapi aku beranikan diriku untuk membuka tiap lembar buku tersebut dan membacanya.

Diary Usang Penuh Kenangan

Yogyakarta, 12 April 2004
Pasti pada heran deh, kok judulnya "Diary Usang" sih? Aku namakan diary usang karena suatu saat diary itu akan menjadi usang namun cerita dalam diary tersebut akan menjadi kenangan dalam hidupku. Entah itu kenangan indah maupun kenangan pahit. Selama aku hidup di dunia ini, inilah pertama kalinya aku mempunyai sebuah diary hadiah dari seseorang yang pernah mengisi hari-hariku selama ini. Aku senang menerimanya dan aku akan menuliskan semua tentang "dia". dan akan aku jaga diary ini untuknya.
Aira. itulah namaku. Sudah sebulan ini aku dirawat di rumah sakit karena penyakit yang aku derita ini. Seharusnya aku masuk sekolah tapi orangtuaku tidak mengijinkan aku bersekolah dulu sebelum aku pulih. Badan aku memang lemah, tidak kuat capek karena penyakit yang aku derita ini. Dan karena aku dirawat disini aku tidak bisa bertemu dengan sahabat-sahabatku dan juga "dia". Seseorang yang berhasil meluluhkan hatiku. Aku menyembunyikan penyakitku dari sahabat-sahabatku dan dia karena tak ingin melihat mereka semua menangis karena aku. Jika melihat mereka menangis membuatku merasa bersalah. Aku tahu seberapa kuat tubuhku dan sampai kapan aku masih bisa bertahan. Namun aku juga terlalu takut jika ajal datang menjemputku dan membuatku meninggalkan kedua orangtuaku. Pernah aku berpikir sebaiknya ajalku segera datang karena aku sudah tidak kuat menahan rasa sakit di tubuh ini. Mungkin dengan kematian aku bisa terhindar dari rasa sakit yang berkepanjangan. Tapi setiap aku berpikiran seperti itu aku jadi teringat kedua orangtuaku yang pasti akan sedih karena kepergianku. Dan aku juga tidak bisa menyampaikan perasaanku padanya.
Aku akan bercerita tentang DIA. Bagiku DIA adalah sesosok orang yang sangat menyebalkan tapi juga sosok yang misterius. Selama ini aku hanya bisa mengagumi dirinya karena semua hal yang ada dalam dirinya. Dia termasuk orang yang sulit untuk didekati jadi akupun hanya bisa memandanginya dari jauh. Aku selalu merasa senang saat melihatnya tersenyum. Terkadang terbesit dalam hatiku, "Apakah aku bisa ada disisinya?". Namun segera ku tepis pikiran itu karena aku hanya gadis culun yang tak mungkin mendapatkan seorang pangeran tampan.
Hari berganti hari, aku kini menjadi pengagum rahasianya. Setiap hari aku sempatkan melukis dia yang sedang melakukan kegiatan apapun. Tidur, makan, tertawa, bermain basket, dll. Aku sangat suka melukis dia saat dia tersenyum dan aku juga suka melukis punggung dia saat hendak berjalan. Ingin sekali aku sampaikan padanya bahwa aku jatuh cinta padanya. Namun aku sadar keinginanku terlalu berlebihan.
Jika ada yang menemukan diary ini bolehkan aku merepotkanmu. Bisakah kamu sampaikan kata-kata terakhirku pada DIA.
"Wahai sang pujaan hati, selama ini aku hanya bisa mengagumimu tanpa bisa mendekatimu. Namun jauh di dalam hatiku, aku sangat mencintaimu. Aku tak mengaharapkan balasan atas cintamu. Aku hanya ingin kau tahu bahwa ada seseorang yang sangat mencintaimu. Sampai kapanpun hingga ajal menjemputku. Selamat tinggal. Aku mencintaimu, Reinaldi Buchori."

Aku tutup diary tersebut dengan perasaan campur aduk. Sungguh kisah yang menyentuh. Namun, aku terkaget dengan nama pria yang Aira cintai. Reinaldi Buchori. Bukankah itu nama Kak Rei? Kak Rei, dia adalah kekasihku. Umur kita terpaut 3 tahun. Aku berumur 23 tahun, sedangkan dia berumur 26 tahun. Kita tak sengaja bertemu saat di cafe. Dia bekerja sebagai seorang guru musik. Dan aku bekerja sebagai penyanyi di cafe tersebut. Dan ternyata bos di cafeku adalah sahabat dari Kak Rei. Yah, memang awalnya aku yang mendekatinya. Aku jatuh cinta padanya namun sikap dia kepadaku kurang begitu bersahabat. Sepertinya dia terpaksa menerimaku sebagai kekasihnya. Saat itu aku tak tahu apa alasannya. Terkadang hatiku sedih dengan perlakuan dia yang tidak mempedulikanku. Tapi bukankah dia telah menolakku tapi aku tetap saja memaksa mendekatinya. Disini akulah yang salah. Hingga akhirnya aku tahu kebenarannya. Bahwa Kak rei mungkin bersikap seperti itu padaku karena Aira. Ya, dia mencintai Aira. Haruskah aku sampaikan pesan ini? Setelah dia tahu kebenarannya lalu bagaimana denganku? Aisshh Dania kau bodoh sekali. Kamu yang menemukannya dan harusnya kamu juga menyampaikan pesan tersebut. batin Dania dalam hati yang sedang berperang dengan perasaannya sendiri yang tanpa terasa air matanya juga ikut menetes.
"Apakah setelah aku menyampaikan pesan ini, Kak Rei masih tidak bisa menerimaku?" tanya Dania pada dirinya sendiri.
"Ahh lebih baik aku sampaikan dulu pesannya. Dia masih acuh padaku terserah, itu urusan belakangan."
Aku lalu mengetik sebuah pesan untuk Kak Rei.
"Kak Rei, besok sabtu apa kakak libur? Ada barang yang mau aku berikan. Barang dari teman lama kakak. Kita bertemu di cafe seperti biasa. Selain itu ada yang mau aku sampaikan pada kakak." send
Lalu tidak lama ada balasan dari Kak Rei.
"Sabtu, iya kakak libur. Barang apa? Baiklah kita bertemu besok sabtu."

Setelah menerima balasan sms tersebut Dania menangis menahan sakit hatinya. Yah dia harus melepaskan cintanya. Jika dia mencintai seseorang namun orang itu tidak bahagia bersamanya bukankah lebih baik dilepaskan saja agar orang tersebut menemukan kebahagiaannya sendiri.

Hari yang ditunggupun tiba. Aku telah berada di cafe. Karena hari ini aku juga bekerja. Dan aku melihat sosok yang sangat aku cintai. Aku lalu menghampirinya yang telah duduk di kursi cafe tersebut.
"Kak Rei. Mau pesan minum dulu?" tawarku basa basi.
"Nanti saja. Nanti biar kakak pesan sendiri. Lalu apa yang mau kamu katakan pada kakak?" tanyanya tidak sabar.
"Sebelum aku berikan barang titipan teman lamamu itu ada hal yang ingin aku tanyakan. Apakah sampai saat ini kakak masih belum bisa mencintaiku?"
"Mengapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Kak rei agak kaget.
"Yah, dari awal hanya aku yang mengejar kakak. Selalu aku yang mengharapkan kakak. Kakak juga menerimaku karena terpaksa. Sikap kakak juga begitu acuh padaku, jadi aku bertanya apa sampai sekarang kakak belum bisa mencintaiku? Kakak selalu menyangkal setiap aku bertanya seperti itu. Apakah kakak mencintai seseorang yang selama ini aku tidak tahu sehingga kakak masih enggan untuk membalas cintaku? Jika memang alasan itu mungkin setelah ini aku akan melepaskan kakak. Aku akan berhenti mengejar kakak." jelasku sambil menahan tangis.
"Bukan seperti itu. Maaf kalau selama ini sikap kakak mengecewakanmu. Hanya saja kakak..." ujar Kak Rei namun tiba-tiba perkataannya tidak dilanjutkan karena dia juga bingung bagaimana menjelaskannya.
"Ahh sudahlah, Kak Rei tidak usah merasa bersalah. Oia ini barang titipannya. Kakak bisa membacanya. Aku harus kerja dulu. Kakak masih mau disini atau langsung pulang?" tanyaku sambil menyerahkan barang tersebut.
"Kakak akan tunggu disini dulu saja. Lagian hari ini juga libur. Terima kasih sudah mau repot-repot memberikan barang ini." kata Kak Rei.

Aku lalu menuju tempat dimana aku berada di panggung kecil. Dan Kak Rei sedang membaca diary tersebut. Aku bisa melihat ekspresi wajah Kak Rei yang membaca diary tersebut. Ada perasaan bahagia tapi juga sedih. Yah, mungkin ini memang saatnya aku melepaskannya.
"Selamat malam hadirin sekalian, sebelum saya menyanyikan sebuah lagu, saya ingin menyampaikan bebarapa kalimat pengantar. Aku mencintai seseorang dan aku selalu mengejarnya. Bukan salah dia yang tidak membalas perasaanku. Karena dari awal akulah yang mencintainya. Yah, cinta tidak bisa dipaksakan. Aku tidak akan memaksakan perasaan dia padaku karena aku sudah menyadari itu. Biarkan aku mencintaimu dengan caraku sendiri meskipun kamu tidak membalas perasaanku. Sampai kapanpun aku akan tetap mencintaimu. Dan sebuah lagu aku persembahkan untuknya. Lagu dari Ungu - Sampai Kapanpun."

Semakin ku menyayangimu
Semakin kau menyakitiku
Semakin ku mencintaimu
Semakin kau menghancurkanku

Entah sampai kapan
Kau akan menyadarinya
Bahwa hanya diriku
Yang pantas ‘tuk memiliki diriku
Yang rela korbankan semuanya untukmu

Sampai kapanpun kau ‘kan ku cintai
Walau kau tak pernah membalas cintaku padamu
Walau apapun kau ‘kan ku sayangi
Setulus hatiku seumur hidupku ku mencintaimu

Takkan pernah bisa
Ku melupakanmu walau sekejap saja
Takkan pernah mampu
Menggantikanmu dalam seluruh hidupku

Sampai kapanpun kau ‘kan ku cintai
Walau kau tak pernah membalas cintaku padamu
Walau apapun kau ‘kan ku sayangi
Setulus hatiku seumur hidupku

Sampai kapanpun kau ‘kan ku cintai
Walau kau tak pernah membalas cintaku padamu
Walau apapun kau ‘kan ku sayangi
Setulus hatiku seumur hidupku
Setulus hatiku seumur hidupku ku mencintaimu

<UNGU – Sampai Kapanpun>



Setelah selesai menyanyikan lagu tersebut aku membungkuk ke arah penonton sebagai ucapan terima kasih. Aku melihat Kak Rei berjalan ke arahku dan langsung memelukku dihadapan penonton. Lalu dia membisikkan sesuatu, "Maaf. Karena aku, kamu menjadi menderita. Dulu kamu yang mengejarku tapi kali ini biarkan aku yang mengejarmu. Bantu aku agar aku bisa merasakan perasaan tulus cintamu. Dan mulai dari sekarang tidak aku biarkan kamu pergi dari hidupku. Akan aku tawan kamu selamanya." ujarnya sambil memelukku di sela dia menangis.

Aku yang mendengarnya merasa bahagia. Dalam hatiku aku merasa bahagia karena cintaku terbalas. Terima kasih Kak Rei. Sampai kapanpun aku akan tetap mencintaimu. Aira, aku minta maaf karena telah merebut cintamu. Tapi bolehkah kali ini aku yang membuat dia bahagia? Aku tidak mau melihat dia bersedih lagi, ujarku dalam hati.
Terdengar riuh tepuk tangan penonton yang melihat adegan tersebut. Aku pun berusaha melepaskan pelukan Kak Rei. Aku malu tidak berani memandang wajah Kak Rei.

"AKU MENCINTAIMU DANIA"

Sumber : http://bintangon7.blogspot.com/2011/11/cerpen-diary-usang-penuh-kenangan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar