Umi Farida Blog

Selamat datang di blog ku

Sabtu, 15 November 2014

Cerpen : Asam Manis Kisah Persahabatan

 Deskribsi tokoh

          Dyon Dewantari        : Dyon salah satu siswi berprestasi disekolahnya, dyon seorang gadis cantik, yang mempunyai warna kulit putih dan berambut lurus panjang bewarna hitam. Dyon gadis yang tegar, baik hati, penyabar dan tidak sombong. Dyon mempunyai 3 orang sahabat yaitu : Melan, Rini dan Citra.
            Sindy Dewantari       : Sindy seorang kakak yang sangat baik bagi dyon, sindy juga tidak kalah berprestasi dengan adiknya, dyon. Sindy seorang gadis yang manis, mempunyai warna kulit yang sama persis seperti adiknya dan berambut ikal bewarna cokelat. Ia baik, jujur dan penyabar. Tetapi, ia  gadis yang paling tidak bisa mengendalikan kemarahannya dan juga sedikit egois.
            Melan                         : Melan mempunyai gaya yang sama persis seperti sahabatnya, yaitu dyon. Melan seperti MIRROR. Tetapi, sifat melan cukup berbeda jauh dengan dyon. Sifatnya yang egois, yang lebih mementingkan dengan kepribadiannya itu yang membuat orang membencinya. Ditambah lagi dengan sifatnya yang tidak mau mengalah dan suka mengambil hak orang lain.
            Rini                             : Rini mempunyai karakter jiwa penyayang, ia tidak memandang siapapun yang ia kenal dari luar. Ia gadis yang cantik, mempunyai banyak seni dan berambut ikal bewarna hitam. Sifatnya yang baik hati, selalu mengalah dan adil itu yang membuat banyak para kaum lelaki menyukainya. 
            Citra                           : Citra sahabat yang baik dan setia, ia selalu senang membacakan banyak cerita dongeng untuk para sahabatnya. Citra sedikit bertubuh gemuk dan berambut bob bewarna cokelat. Tidak salah jika mereka selalu menghadapi banyak rintangan didalam sebuah persahabatan yang rasanya asam manis itu, seperti banyaknya rintangan didalam sebuah cerita dongeng untuk mempertahankan segalanya.
            Arzaky faessi             : Arzaky. Itulah namanya, ia biasa lebih dikenal dengan panggilan zaky. Zaky salah satu pria yang cukup populer disekolahnya, bukan hanya karena wajahnya yang manis, tetapi juga karena kebaikannya, tidak sombong dan setia.
            Raditya                       : Cowok culun yang berpenampilan katrok dengan kacamatanya yang bulat besar, ia lebih dikenal dengan panggilan cowok norak. Ia sama tingkatannya seperti sindy kakaknya dyon. Walaupun ia culun, ia mempunyai ciri khas yang beda. Suaranya yang merdu saat bernyanyi dan juga baik hati.
            Ray                             : Cowok paling keren, paling populer dan setingkatan dengan kakakku sindy disekolah ini. Bukan Cuma baik, manis, tapi juga misterius. 
          



















Asam  manis kisah persahabatan


Tuhan, banyak yang ingin aku ceritakan kepadamu tentang perasaanku. Aku seakan ingin menangis dihadapanmu, tetapi aku tegar untuk itu. Setiap saat aku selalu mengalah untuk sahabat ku, melan. Sejak aku mengenalnya hingga hari ini dan aku tak tahu sampai kapan aku harus terus tetap mengalah. Aku selalu saja bersabar disaat ia menjatuhkan nama baikku, aku selalu saja mencoba tersenyum akan memandang kesenangannya menghancurkan dunia indahku. Walaupun begitu aku tak pernah menjadikan itu sebuah masalah, tak pernah sedikitpun terlintas dalam benakku untuk membencinya, aku selalu akan menyayanginya, seperti aku menyayangi orang tuaku, kakakku serta ke2 sahabatku citra dan rini. Aku tak paham dengan hati kecilku yang tak pernah membencinya, padahal kebanyakan insan yang mengenalnya sangat benci karena sifatnya. Bahkan mereka banyak memusuhinya karena sifatnya yang selalu ingin menang sendiri. Apa yang ku punya, ia pun harus punya. Apa yang aku mau, ia pun mau dan apa yang aku suka, ia pun suka. Dari dulu hingga sekarang kami selalu bersama, kemana pun kami pergi, maka kami tetap bersama. Orang tuaku sudah kenal dekat dengan silsilah keluarganya, begitu juga dengan keluarga rini dan citra. Hingga ia yang seperti MIRROR selalu mempunyai gaya yang sama. Aku dan melan sering di sangka anak kembar dan sudah 8 tahun kami bersahabat hingga saat ini. Melalui banyak rintangan dan kisah asam manis persahabatan yang hampir akan memisahkan kami. Saat ini aku tengah duduk dibangku kelas 3 SMP, begitu juga dengan melan, citra dan rini. Namaku Dyon Dewantari, aku lebih dikenal dengan panggilan dyon. Itulah nama panggilan yang sehari-hari mereka sebut jika bertemu denganku. Aku mempunyai seorang kakak yang bernama Sindy Dewantari, saat ini kakakku tengah duduk dibangku kelas 2 SMA. Dewantari itu adalah nama gabungan dari papa dan mamaku (Dewa dan Tari). Aku, kakakku, dan ke3 sahabatku 1 sekolahan, walaupun tingkatan kami berbeda. Kakakku sangat benci pada melan, karena sifatnya yang buruk yang selalu ingin sama denganku. Seringkali kakakku memasang wajah amarah dengan sepasang bola matanya yang terus menatap tajam ke arah melan saat tengah berjalan denganku. kedekatanku dengan melan, citra dan rini sebagai sahabat sudah lebih dari seperti adik kandung sendiri, karena dari dulu hingga sekarang aku tidak pernah bertengkar dengan mereka walaupun, melan sering sekali mempermalukan aku didepan teman-temannya. Itulah kesempurnaan hidupku dengan kasih sayang seorang raja dan ratu didalam sebuah istana cinta mereka, yang tak pernah luntur akan perhatiaannya terhadapku dan kakakku.
Malam kini sudah larut, bintang-bintang dilangit kamarku lenyap sudah. Hanya aku yang kini tinggal sendiri dengan perasaan yang resah dan gundah didalam kamar dengan menyaksikan hujan diluar yang begitu lebat. Tiupan angin yang tajam, seakan menusuk kedalam tubuhku. Menyambar pikiranku dan menelan semua angan-angan kosongku. Ya Tuhan, disaat seperti ini aku sedang memikirkan seseorang yang kucintai dan yang pasti dia juga mencintaiku. Namanya Arzaky Faessi, biasanya ia lebih di kenal dekat dengan panggilan zaky. Aku senang mengenalnya, setahuku ia lelaki yang baik yang bisa menjagaku dan juga bisa menuntunku dengan benar dijalanmu. Ia tak jauh beda denganku, ia sama tingkatannya dengan kakakku sindy. Banyak yang menyukainya, tetapi anehnya ia malah memilih untuk menyukaiku. Terlintas aku terbayang saat awal dari pertemuan yang tak disengaja itu menjadi sebuah cinta. Awalnya memang biasa tapi lama-lama saat kami sering bertemu, itu menjadi sebuah hal yang luar biasa. Kesandung sama sebuah batu pada awalnya, kini menjadi kesandung dalam sebuah cinta. Itulah bayangan awal kami bertemu. Aku akan selalu tersenyum saat aku bertemu dengannya, dunia seakan berhenti disaat ia terus menatap bola mataku dengan senyumannya yang indah walau itu hanya sesaat menatap. Tak bisa aku pungkiri, bahwa sesungguhnya inilah rasaku. Tetapi, sesaat semua bayangan itu jauh pergi menghilang. Saat aku tersadar ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku, dan akupun bangkit dari atas tempat tidurku dan membuka pintu kamar. Dan dengan sangat terkejut aku melihat sahabatku melan menangis memelukku dengan tiba-tiba. Aku bertanya ada apa dengannya, mengapa ia menangis. Tetapi, tak ada jawaban darinya. Hanya dengan kondisi wajah yang pucat dan tubuh yang basah kuyub karena terkena hujan yang lebat diluar sana. Akupun ikut prihatin melihatnya, ku ambilkan sepasang baju ganti dan secangkir teh hangat dengan campuran susu vanilla kesukaannya. Dengan sedikit rasa penasaran akupun kembali bertanya padanya, seketika itu aku terkejut mendengar bahwa kak zaky lelaki yang kukenal sangat sayang denganku kini malah berpaling dengan sahabatku, melan. Aku seakan tak percaya bahwa air mataku tak dapat membendung, saat aku tahu bahwa air mata melan hanya karena keharuannya untuk zaky yang kini menjadi kekasihnya.
            Melan menghirup minuman hangatnya, lalu berkata dengan nada curiga. “yon, kenapa nangis?” Harusnya kamu seneng dong, kalo kak zaky itu jadi pacar aku.”
            Aku berpalingkan diriku dari wajahnya, aku tak ingin lebih merasa sakit saat melihat wajah bahagianya, tetapi dia itu sahabatku. Maka hanya 1 kalimat yang aku ucapkan. “aku gak nangis kok mel, aku Cuma terharu dengarnya kalo selama ini kak zaky sukanya sama kamu.”
            “yon, kamu gak bohongi aku kan? Apa yang kamu sembunyiin dari aku?” melan kembali bertanya
            Aku hanya sedikit menganggukkan kepalaku dan menghapus air mataku, yang aku tahu kak zaky menyukaiku tapi mengapa jadi begini? Apa aku harus jujur sama kamu mel? bahwa sebenarnya aku juga suka sama kak zaky kekasihnya kamu.
            “yon, kalo kali ini aku suka sama kak zaky. Berarti kamu juga harus suka sama dia ya, karena kita sahabat sejiwa.” Ujarnya memeluk pundakku
            “maksud kamu, aku jadi yang kedua?” tanyaku dengan mata yang mendelik keheranan
            “bukan yon, tapi kalo ada aku disamping kak zaky. Itu juga harus ada kamu dan aku mau jangan sampai kamu suka sama kak zaky, karna aku yakin kak zaky sukanya Cuma sama aku.”
            Sejenak aku terdiam membisu, menghembuskan nafas legaku setelah melan menjawab pertanyaanku tadi. Kini tak ada lagi harapan untukku yang selalu bermimpi akan bersamanya. Hatiku serasa perih seakan aku tak dapat lagi untuk berkata jika aku sanggup tanpa dia. Aku mencoba tersenyum walaupun dalam hati menangis dan terus berkata. “Tuhan, aku mencintainya, hanya dia yang aku mau. Tapi mengapa dia harus bersama dengan sahabatku? Tuhan jawablah aku, jika memang ini jalannya. Jangan jadikan ini kisah yang lebih sakit seperti mawar yang berduri. Dan aku ingin dia datang untuk katakan bahwa ini hanya sebuah kebohongan..”
             Maaf kali ini aku gak bisa jujur melan, kalau yang sebenarnya itu aku Cuma sukanya sama kak zaky. Dan maaf kalo hal ini kamu gak pernah tau, karena aku takut kehilangan kak zaky, dan sekarang semua itu sudah jelas. Aku kehilangan orang yang aku sayangi.

***

            Raja siang mengisi seisi ruangan dikamarku, sinarnya yang menerang membuat aku terbangun dari mimpi-mimpiku. Mataku yang tadinya masih tertutup rapat, kini sedikit terbuka dan menerawang keindahan pagi yang menyambutku. Dan kini aku baru menyadari bahwa jam masuk sekolah untuk hari senin lebih dipercepat untuk minggu ini, kulihat dibalik jendela ternyata ada melan, citra dan rini yang sudah dari tadi menunggu dan bergegas aku melihat ponselku. Dan ternyata benar, 4 panggilan tidak terjawab dari melan. Dengan wajah panik dan langkah yang kupercepat, aku hampir saja mencelakakan si bibi yang sedang menyiapkan sarapan pagi. Bergegas akupun membuka pintu rumahku untuk para sahabatku, dan menyuruh mereka duduk dikursi ruang tamu sambil menungguku. Mama dan papaku hanya tertawa geli melihat tingkahku yang kebingungan itu, karena tidak biasanya aku seperti itu. Wajahku murung, kufikir alasan yang tepat aku bangun terlambat itu karena kejadiaan tadi malam. Kini usai semua, dengan rambut yang terurai dan sepasang pita bewarna biru gelap akupun sudah siap untuk berangkat kesekolah dengan melan, citra dan rini. Dan tepat saja, gayaku yang tetap sama dengan melan. Mulai dari tataan rambut, pita, baju, sepatu hingga warna kulitku yang eksotis ini.
            “sorry ya akunya telat..” ujarku sambil berjalan kearah pintu depan
            “iih gak biasanya deh kamu bangun telat kayak gini yon! Lama banget tau, aku tuh capek nunggunya!” jawab melan kesal
            “aduh Cuma nunggu sebentar aja kok capek sih mel, kasiankan dyonnya kamu marahin kayak gitu. Yon, gapapa kok. Lagian kamu pasti punya alasan kenapa bisa bangun telat, yakan?” ucap rini menghelus lembut pundakku
            “biarin aja, peduli amat! Lagian apa coba alasannya kamu bangun telat??”
            “udahlah jangan pada ribut kayak gini, dyonkan udah minta maaf mel. Kamunya juga mel selalu gak mau ngalah.”
            “betul tuh apa yang dibilang ama rini mel, lagian dari pada berantam kayak gini mendingan aku ama rini, cabutt…………………………….!” teriak citra sepontan mengayuh sepedanya
            “eh tungguin! Aduh cepetan dong yon, kejar mereka ayo..!”
            “mel, kamu yang bawa ya sepedanya. Kepala aku pusing ni, takutnya entar jatuh lagi..”
            “iiih banyak banget alasan sih kamu yon, udahlah bawa aja. Lagian tinggal ngayuh sepeda doang juga!” kesal melan memaksaku
            “yaudah deh aku ngalah..”
            Ya! Roda sepedaku terus berputar, sepeda fixie bewarna pink itu berjalan dan terus berjalan dengan mulus hingga sampai ketempat tujuan, yaitu kesekolah. Sekolah itu satu-satunya tempat yang paling aku banggakan, tempat dimana bukan hanya aku belajar, tapi juga bermain dan mengeluarkan semua inspirasiku. Ditempat itulah aku selalu merasakan kenyamanan dan keindahan yang luar biasa saat matahari menerobos masuk kedalam angan-anganku dan menghapusnya dalam pikiranku. Sesampai ditempat parkiran. Aku diam membeku, perasaanku dunia seakan berhenti. Pandangan yang tadinya indah kini menjadi suram, gelap tanpa cahaya.
            “yon kamu kenapa?” ucap rini tampaknya panik
            “yon hidung kamu berdarah. Rin, kita bawa ke UKS aja yuk, kasian dyonnya mimisan gak berenti kayak gitu!”
            “ayo cit…!” jawab rini merangkulku yang kini lemah tiada daya
            “loh yon, yon kamu kenapa?” tanya melan
            “haduh udah deh mel kamu tuh telat, mendingan kamu minggir aja. Gak liat apa dyon lagi sakit? Mata kamu tu udah buta ya, udah tau dyon sakit pakek nanyak lagi!” jawab citra yang tiba-tiba menjadi emosi melihat tingkah melan yang sibuk dengan dunianya sendiri
            “kok jadi kamu yang emosi sih cit? yang sakit itukan dyon, bukan kamu! suka-suka aku dong mau nanyak atau gak!” ucap melan sepontan pergi meninggalkan kami yang kini menangis melihat keadaan dyon
            Semua panik melihat keadaanku saat itu, itulah mereka. Mereka yang panik, yang selalu ingin membantuku karena mereka dan mereka yang sangat menyayangiku. Aku terbaring ditempat tidur yang masih lembut dengan selimut tebal yang menghangatkan tubuhku. Dan waktu istirahatpun kini memanggil seluruh siswa/siswi disekolah. Mereka dan mereka yang tadinya panik melihat keadaanku kini menjadi lega setelah aku akhirnya sadar dari tidur singkatku itu, disaat mataku mulai terbuka dan menerawang kembali keindahan dunia, aku masih saja sanggup menanyakan kemana perginya sahabat yang seperti bukan sahabat, yaitu melan. “yon, disini ada kita. Ada aku dan ada citra.” Ujar rini dengan suara pelan
            “tapi 1 lagi kurang, gak lengkap rin, mana melan??”
            “melan lagi dikantin yon sama kak zaky..” jawab citra
            “yon, apanya yang masih sakit? Maaf ya kakak datangnya telat, soalnya tadi lagi ada ulangan yon..” sapa kak sindy dari pundak citra yang tegap besar
            “gapapa kok kak, lagian aku juga udah sehat nih!” jawabku
            “yaudah kamu mau kakak beliin apa? Kakak mau kekantin nih!” tanyanya menggeser sedikit posisinya lebih kedepan agar dapat lebih jelas melihat keadaan dyon.
            “ga deh kak, biar dyon pergi ama rini dan citra aja kekantin sekalian dyon mau ngajak melan keperpustakaan nyari buku cerita buat citra mau ngedongengin kita lagi!”
            “hah melan lagi? Kakak gak pernah habis fikir deh, kok mau ya kamu bersahabat sama orang kayak melan. Muak dengar namanya!” ujarnya keras, dan pergi meninggalkan kami
            “udah yon, yuk kita kekantin aja.” Ajak citra
            Akupun bangkit dari atas tempat tidur yang masih lembut itu dengan penuh semangat, dan berjalan menuju kantin. Sesampai dikantin awalnya aku ingin menyapa sahabatku itu dengan wajah gembira, tapi setelah aku melihat kesenangannya bersama yang lain, aku memilih untuk pergi jauh menenangkan diri agar lebih tegar. Tidak seharusnya aku menjadi cemburu buta seperti ini, dan tidak ada hak untuk aku menangis melihat melan yang telah bersama kakak kelasku zaky. “rin, kita keperpus deluan aja yuk.” Bisikku ditelinganya
            “yaudah, iya iya!” jawabnya “tapi gimana sama melan?” ia menoleh menatapku
            “udah gapapa lagian dianya lagi happy sama kak zaky…” jawabku yang sekali lagi melirik kearahnya dan pergi.
            Akupun mempercepat langkahku keperpustakaan bersama rini dan citra. Dua butir air bening mengalir dari sudut mataku. Mereka terheran melihatku menangis tersedu itu. saat mereka bertanya, tak ada jawaban dariku. Hanya dengan kepala mengangguk akupun mulai bertanya pada mereka. “kenapa ya setiap orang itu selalu berubah kalau dia udah kenal sama yang namanya cinta? Kenapa ya kalo orang yang kita sayang itu, gak bisa jadi milik kita, kita bakalan nangis dan cemburu ngeliat dia udah sama yang lain?” namun, tak ada jawaban. Mereka hanya dapat saling memandang dan kembali berjalan saat aku membalik arah tujuanku. Aku fikir jika lebih baik aku duduk dikelas dan membicarakan hal ini kepada rini dan citra, mereka terduduk dibangkunya, saling menatap dan kini menjawab dengan pasti pertanyaanku tadi.
            “yon, sekarang kamu jujur ya sama kita. Yon, dari dulu sampai sekarang gak pernah ada kebohongan diantara kita. Kamu suka sama kak zaky kan?” tanya rini sehalus mungkin
            “jika aku simpan perasaan ini tanpa memberitahu ke siapapun, maka hati aku akan jauh lebih sabar dan kuat. Biarkan hanya aku, Tuhan dan duniaku saja yang tahu…”
            “yon, kita ini sahabat kamu. Banyak kisah kasih yang udah kita tuang bersama-sama, perasaan itu gak bisa dibohongi yon, dari mata kamu dan dari air mata kamu kita tahu kalo kamu sukakan sama kak zaky?” ujar citra menyipitkan matanya dengan tajam
            “jangan ada kebohongan yon, please….!”
            Aku hanya tersenyum dan menganggukan kepalaku, rini dan citra ikut tersenyum dengan kejujuranku. Tapi kini petir seakan menyambar kemarahan melan yang menyaksikan jelas semua perkataanku pada citra dan rini. Secangkir minuman hangat yang dipegangnya jatuh pecah berpuing-puing. Lantai kelas yang tadinya bersih tak bernoda, kini malah ternoda. Dengan kesal ketua kelas yang sedang asyik membaca buku, kini bangkit memandang wajah melan. Tubuhnya yang besar dan berotot datang mendekati melan dengan tatapan tajam dan sebuah senyuman yang pahit. Ia menyambar melan, tapi melan sedikitpun tak memperdulikannya seakan dihadapannya tak ada orang. Karena itu melan menggeser posisinya dan tepat berhadapan denganku. Dengan mulut yang komat-kamit, ketua kelaspun menyerah dan kembali duduk dengan memukul meja, lalu membaca bukunya kembali. Dan semua ini menjadi sebuah air mata untuk melan, untukku dan rini juga dengan citra. Hujan kemarahan bahkan badai menghapiri kisah kasihku, menyaksikan semua kejujuranku yang kini menjadi asamnya kisah persahabatan. Kini  pertengkaranpun terjadi antara aku dan melan, pertengkaran yang sebelumnya belum pernah terjadi didalam sejarah kehidupanku.
            “tega ya kamu yon bohongi aku. kamu bilang kamu gak suka, tapi kenapa sekarang kamu jadi sukanya sama kak zaky? Kamu gak sadar kalo kak zaky tu punya aku?” tanya melan dengan nada tingkat kemarahan tinggi
            “mel itu tu gak seburuk yang kamu bayangin. Oke, iya aku suka! Tapi aku Cuma sekedar suka dan mengalah untuk nahan keegoisan aku yang sukanya sama kak zaky pacarnya kamu!” jawabku tukas
            “sekedar suka? Kalo Cuma kamu suka, kenapa kamu harus nangis, hah?” tanyanya kembali
            “mel, wajar aku nangis. Aku tu cewek, aku punya perasaan yang halus, yang mudah nangis kalo tersakiti. Oke, aku tau aku beda sama kamu. Aku bukan Cuma lemah difisik, tapi aku juga lemah dibagian hati aku mel…” tukasku
            “halah kamu tu sama yon, pengkhianat! Aku benci kamu, aku gak akan pernah lepasin kak zaky buat kamu. Dan mulai sekarang jauh-jauh dari aku…!” tatapan melan yang tajam berkeliling kesegala arah dan membuat ruang kelas menjadi hening
            “Cuma karena hal ini kamu tega ngancurin persahabatan kita? bertahun-tahun aku selalu sabar ngadapin sifat kamu, aku selalu ngalah mel. Tapi kamu selalu ngejatuhin aku, selalu marah sama aku. apa pernah, aku balas perbuatan kamu itu? gak kan! Kenapa kamu berubah mel? Apa kamu lupa sama ucapan kamu yang selalu bilang sahabat sejiwa?” kesabaranku mulai tidak terkendali, aku mencoba memelankan suaraku. Tapi, melan mengeraskan suaranya yang tepat dihadapanku dan aku tak tahan dengan semua ucapannya yang kasar itu
            “aku gak peduli dengan semua itu yon, yang aku tau dan aku rasakan sekarang aku hanya lagi jatuh cinta dan kamu orang yang coba ngancurin hubungan aku.”
            “udah, cukup! Mel, ingat kita itu sahabatan! Kenapa masalah munculnya diwaktu kita udah cukup lama bersahabat? Apa artinya bertengkar? Gak adakan mel! sadar dong, dyon itu sahabat paling baik buat kamu, buat aku dan buat citra!!”  
            “sekarang kamu pilih, kamu lebih milih kita apa kak zaky pacarnya kamu? Hah, jawab!” tanya citra berkeras
            Aku bisa merasakan, betapa marahnya melan, rini dan citra yang kini bertengkar untuk mempertahankan persahabatan kami. Ruang kelasku menjadi sunyi, semua suara yang tadinya seperti tempat pusat perbelanjaan kini menjadi pusat perhatiaan pertengkaran melan, rini dan citra. Tanpa berkata apapun, aku langsung meninggalkan mereka. Hatiku tersayat mendengar ucapan melan, dulu aku selalu bertahan diposisiku untuk tidak menangis didepan mereka. Tapi kini dan sekarang ini, aku tak bisa. Aku hanya menangis mencurahkan segala kepedihanku dengan menenangkan diriku didalam taman sekolah, tak lama kemudian rini dan citra berlari menyusulku.
            “yon, sabar ya. kita yakin kalau persahabatan kita pasti bisa kayak dulu lagi..!” rini berdiri didepanku sambil menangis
 “andai melan tau, kalau sekarang ini sayap-sayapku tlah patah karena ucapannya…” ucapku menangis tersedu dipundaknya

***

            Hari terasa sepi, sunyi, sengap tanpa kehadiran sahabatku melan. Matahari yang biasanya tersenyum menatap hariku, kini ikut sedih. Angin yang biasanya menusuk tajam merasuk kedalam tubuhku, kini menjadi lembut tak berseru riang. Setiap waktu aku selalu menyempatkan diri, pergi bersama citra dan rini untuk mengintip apa saja yang dilakukan dengan melan sahabatku itu. Terkadang aku sembari terkenang akan keindahan menjalani hari bersamanya. Banyak hal yang kami lalui, aku terkadang tak percaya pertengkaran ini bisa terjadi. Hingga kini posisiku malah tergantikan dengan seorang pangeran idamanku yang menjadi milik sahabatku melan, sesekali aku menjatuhkan air mataku disaat aku melihat canda tawanya.
“tak mudah untukku lupakan segalanya yang pernah kita lalui… mel aku sadar aku salah!” kataku yang mengintip dari balik semak belukar
            “yon, mana tawa dan senyum kamu yang dulu? Kita rindu sama semua itu, waktu akan beri kesempatan untuk kita bicara nanti, jangan takut yon. Melan tetap sahabat kita…” ujar citra seraya mengusir semut dipundaknya
            “tapi harus sampai kapan? Sampai kapan aku harus terus ngalah? Udah 1 minggu melan gak mau gabung lagi sama kita, itu tuh rasanya udah kayak 1 tahun cit..! Aku beruntung punya kalian semua, tapi aku kurang beruntung udah ngenyia-nyiain seorang sahabat yang aku sanyangi…” kataku memeluk pundak rini
            “yon, penyesalan itu selalu datangnya terlambat, tapi belum terlambat untuk ucapin kata maaf…! Ayo, kita samperin melan…!” semangat citra yang bangkit dari balik semak belukar yang lebat itu dan berjalan dengan hati-hati menuju arah melan dan kak zaky disudut sana
            “kalian yakin…?” tanyaku gugup
            “yakin yon.” jawab citra sebisa mungkin untuk meyakinkan aku
            Kakiku seakan terpaku, wajahku seakan malu. Dan ucapanku seakan berhenti, aku menarik nafas panjangku terlebih dahulu saat sudah didepan tatapan matanya.  “mel, ak…aku minta maaf ! aku sadar gak seharusnya aku…. aku” aku menangis terisak dipundaknya
            “iiih apaan sih!” jawabnya sombong, seraya menepuh-nepuh pundaknya yang najis jika aku menangis didekatnya
            “maaf? Yon, kamu gak ada salah..” ujar kak zaky disela-sela pembicaraanku
            “hah? Maksudnya?” tanya melan penuh rasa ingin tahu
            “mel, maafin aku ya. Udah saatnya aku jujur, aku gak bisa bohongi perasaan aku sendiri. Kalau aku sukanya sama sindy, kakaknya dyon. Bukan sama kamu atau bukan juga sama dyon, dan dari awal kita pacaran aku memang udah lebih dulu pacaran sama sindy, bukan sama kamu..!” jawab kak zaky yang beralih memegang kedua tanganku
            Semua sulit aku percaya, bahwa ternyata semua ini hanyalah suatu kebohongan. Aku hanya terdiam, melihat posisiku yang kini tepat berada didepan tatapannya.
“apa artinya aku selama ini kak?? Apa??” tanya melan dengan wajah yang merah padam
            Sepontan kak zaky melepas pegangan tangannya padaku, lalu mencipitkan matanya dan menatap tajam wajah melan. Kemudian menjawab pertanyaan melan dengan tukas. “kamu bukan sahabat yang baik, bukan wanita yang baik untuk aku. aku selalu belajar untuk mengerti kamu, mengisi kekosongan kamu. Seperti yang dyon lakukan, seharusnya kamu sadar kalau dari awal aku bukan mempermainkan kamu. Tapi aku hanya ingin kamu tau bagaiman kesakitan dyon yang selalu mengalah hanya untuk kamu!”
            Melan terdiam, taklama dari itu kak zaky kembali berkata.
            “Dyon gadis yang tegar, dia berbeda dengan yang lain. Maaf yon sebelumnya, tapi ini kemauan kakak kamu sindy! karena kakak kamu aku lakuin ini dan yang aku harap sekarang kamu harus bisa berubah jadi diri kamu sendiri melan! Ingat itu mel, diri kamu sendiri!”
            Kak zaky pergi meninggalkan keheningan yang kini terjadi diantara kami. Melan terdiam sejenak, begitu juga dengan aku dan ke2 sahabatku. Setelah pandangannya tlah jauh dari kak zaky, ia berteriak keras dihadapanku lalu melangkah pergi meninggalkan aku.  
            “tega kamu yon!”
            “mel, kamu masih nyalahin aku? udah terbukti kalau sebenarnya itu semua Cuma kebohongan, kak zaky itu bukan milik kamu, bukan milik aku tapi milik kakak aku. Lelaki itu bukan ada 1, tapi ada 1000 lelaki yang bisa buat kamu ceria lagi. Harusnya kamu sadar. Betapa beruntungnya selagi tiada aku, citra dan rini masih ikhlas untuk ada disamping kamu!” jawabku tukas
            Sesaat langkahnya berhenti, entah apa yang ia fikirkan. Ia membalik arahnya. Beralih menatapku dan berjalan mendekati kearahku sambil tersenyum. “aku beruntung punya kamu yon, maafin aku…” ucapnya berdiri didepanku
            Aku tersenyum padanya dan memeluknya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
            “gitu dong… Walaupun kisah kasih persahabatan kita kini menjadi asam manis rasanya, itu gak jadi masalah. Yang penting tetap bersama sahabat sejiwa…” teriak citra sambil memeluk kami semua
            “iiih sakit tau cit..! keluh rini melepas pelukannya dari citra. “uuuh gede amat sih badan kamu, hahahahaha becanda cit…!” ledeknya

***

            Dimalam yang indah ini, aku terbaring bersama ke3 sahabatku diatas rerumputan hijau yang cantik itu. membentang tikar bersama berbentuk bulat, bewarna coklat pekat. Mengingat kenangan lalu sambil bernyanyi menatap keindahan bintang-bintang malam, sebelum aku tertidur. Itulah satu kebiasaan yang kami lakukan, ditaman belakang rumahku. Dewi bulan seakan memberi isyaratnya padaku, berbisik indah ditelingaku dan membawaku kealam mimpi. Aku selalu berdoa dan tak berhenti untuk terus berharap sebuah keajaiban yang akan membuat kisah kasihku yang terus menjadi abadi dan manis rasanya. Seakan khayalananku menyambar, membuat aku terhanyut dimalam yang indah seperti diatas bulan. Mataku yang tadinya terang menatap keindahan malam, kini menjadi gelap tertutup rapat. Akupun tak sadar bahwa ternyata aku tertidur, hingga pagi yang membangunkan aku dengan sinarnya yang menerang. Suara nyanyian yang merdu membuat aku terbangkit dari tempat tidurku, dengan mengucek mataku beberapa kali. Akupun menatap cermin yang tepat berada didepanku. Sinar mentari yang terang menerobos masuk kesetiap sela-sela, menyilaukan arah pandanganku dan kulihat ada sepucuk surat dan 1 kotak musik yang terus beralun-alun, aku tersenyum dan mulai berfikir siapakah pengirim surat rahasia ini? dan 1 kotak music yang bewarna pink ini. “hmmmm…” tetapi tak perlu berfikir panjang, aku langsung membukanya. Kutarik secarik kertas yang berada di dalamnya.
            ‘SELAMAT PAGI DYON, TUANGKAN HARIMU DENGAN SEMANGAT DAN SENYUMAN YA, AKU DISINI BERDIRI HANYA UNTUKMU’
            Kalimat indah itu menelusuri bagian dalam hatiku, aku jadi deg-deg-gan menatap tulisan yang cukup rapi diselembar kertas bewarna pink itu. Dengan wajah gembira, aku mulai membereskan kamarku dan bersiap-siap untuk berangkat kesekolah bersama ke3 sahabatku. Taklama kemudian aku keluar dari kamarku dan mengambil sarapan pagiku yang tepat berada diatas meja makan, aku memulai sarapan pagiku dengan wajah senyam-senyum tak menentu. Papa, mama, kakak bahkan si bibi terheran melihatku.
            “hmmm, hmmm… kayaknya gak seru deh kalo senyum-senyum gak ngajak-ngajak!” sindir kakakku. Melirik sekilas kearahku
            “iiiih apaan sih, biasa aja kali kak.” Jawabku gugup
            Langkahku serasa tak karuan, aku menjadi salah tingkah saat tepat berada didepan teman-temanku. Mereka terheran dan bertanya ada apa denganku hari ini? wajahku yang tak jelas, sekali tersenyum, sekali-kali tertawa kecil dan berangan-angan yang tak menentu ditambah sesekali yang berkeringat dingin saat aku menjawab “gapa…gapapa kok.” Mereka hanya tersenyum mendengar jawabanku yang gugup, tak jadi masalah tetap saja sewaktu istirahat aku pergi bersama ke3 sahabatku keperpustakaan untuk membaca buku bersama. Dan hingga kini bel istirahat berseru riang, memanggil seluruh siswa/siswi disekolah. Aku dan ke3 sahabatku berjalan pelan menuju perpustakaan, dan sekarang tepat ada didepan mata. 1 novel yang aku cari-cari itu akhirnya sampai juga ditanganku, akupun tersenyum melihat  rini dan citra sahabatku yang dari tadinya asyik membaca buku pilihan mereka. Aku dan melanpun ikut menyusul, membaca 1 buku novel untuk berdua dan duduk bersebelahan, belum sampai setengah jalannya novel yang aku baca itu, aku memandang sesosok lelaki yang tak kukenal itu, berkacamata culun datang menghampiriku. Dari bawah ujung sepatu hingga ujung rambutnya ia tampak gugup dan bercucuran keringat dingin saat ia mengulurkan tangannya padaku. “ak…aku raditya, kamu dyon kan? ” ucapnya yang membawa sepucuk surat dan setangkai bunga mawar yang wanginya semerbak itu. Sejenak aku terdiam, aku berfikir dalam hatiku dan sedikit melirik kearah tangannya yang memegang sepucuk surat bewarna pink itu. “aduh, kok aku bego banget ya. Kenapa tadi pagi aku gak nanyak ke si bibi aja tentang surat itu, kan pastinya bibi tau siapa pengirimnya.”
            “yon! Kok bengong sih?” tanya melan mengejutkan aku
            Sepontan aku tersadar dan menjawab “ouu..ouh iya, iya aku dyon. Kenapa ya?”
            “em, aku…aku…aku…”
            “iiih norak amat sih kamu jadi cowok! Mana pakek kacamata culun gitu lagi.. iih ogah deh!” ceplos melan disela-sela ucapan radit
            Dengan cepat aku mencubit tangannya melan “syuuutt, gak boleh gitu mel. Kasiankan dianya jadi sedih kayak gitu..” 
            “gapapa kok yon” jawabnya. “oya, ini surat buat kamu.” ia mengulurkan tangannya memberi sepucuk surat dan mawar merah
            Aku tersenyum memandang wajahnya, walaupun dia culun. Tapi, bagiku dia jauh berbeda. Akupun mengulurkan tanganku, mengambil surat itu dan merasakan betapa harumnya setangkai bunga mawar yang dia beri. “makasih yaa, oya ini dari siapa?” tanyaku tajam
            Wajahnya mulai memerah saat aku mulai bertanya-tanya. Tanpa sedikit jawaban sepontan dia berlari meninggalkan perpustakaan. Aku dan ke3 sahabatku heran melihat tingkahnya yang salah itu, tapi yasudahlah yang penting nanti aku masih bisa bertanya pada si bibi siapa pengirim surat rahasia itu. Masih dengan wajahku yang tak menentu, aku masuk kedalam kelas untuk memulai pelajaran yang baru. Kali ini aku benar-benar mulai tak fokus, dengan apa yang sudah diterangkan oleh guru matematika ku. `Angan-angan yang tak menentu terus berdatangan menelusuri sel-sel dibagian otakku. Aku seakan berada didunia yang berbeda, seperti dialam mimpi yang cukup indah. Dengan wajah kesal dan ancang-ancang menyerang ibu rita mulai melangkah kearah tempat dudukku.
            “yon, yon! Ibu rita yon, sadar dong.” Peringat melan ditelingaku
            Tetapi masih saja aku menghiraukan semua suara yang jelas kudengar, aku masih terus senyam-senyum dan berangan-angan tak menentu. Dengan kasar ibu rita memanggilku “dyoooooooonnn ……!” teriaknya keras sehingga semua siswa menutup telinga mereka
            “haduh yon, kamu kenapa sih. Sadar dong, iiiih dyon. Gak lucu tau!” ujar citra yang duduk dibelakang bangkuku
             Melan mencubit tanganku, dan benar kali ini cubitannya sungguh dahsyat yang ku rasakan hingga akupun tersadar dari angan-angan yang sudah membuat aku malu hari ini.  “auughh…! Haduh sakit tau mel.” Keluhku padanya
            “dyon! Ada apa dengan kamu? Apa yang kamu fikirkan?” tanya bu rita menatap tajam wajahku yang kelihatannya bingung mau memberi alasan apa. 
            “aa, ough eng.. enggak ada kok buk. Maaf hari ini dyon kurang fokus.” Aku menundukkan kepalaku
            “kamu tau, tidak biasanya kamu seperti ini. Sekarang ibu minta kamu keluar dari ruangan ini! cepat..” bentak bu rita padaku
            “tunggu buk, kalo dyon yang dihukum. Rini sama citra juga mau kok buk ikut dihukum.” Potong rini disela-sela bu rita menyuruhku keluar dari ruang kelas
            “oke kalau itu mau kamu rini, silahkan ikut jejak sahabat kamu itu!” jawab bu rita kasar dan tak ingin melirik wajah sedihku
            Kini hanya aku, rini dan citra yang tepat berdiri diluar kelas. Dengan kaki 1 diangkat dan kedua tangan ditelinga, aku menjatuhkan air mataku saat ini. Terharu melihat ke2 sahabatku yang masih setia ingin menemaniku, walaupun melan tak ikut membelaku itu tak jadi masalah, karna memang semua ini kesalahanku. “yon, kok kamunya nangis? Kamu gak kuat berdiri lagi?” tanya rini yang sesekali melihat keadaan di sekitarnya
            “gapapa kok rin, makasih ya udah mau nemani aku.” jawabku tersenyum
            “haduh rin, yon. Aku gak tahan ni, bawaannya pingin makan terus.” Keluh citra
            “yah, kamunya sih cit emang makan mulu kerjaannya. Yaudah deh mumpung gak ada yang liat, mendingan kita duduk aja dulu.” Ujar rini
            “tapi entar kalo bu rita liat gimana? Lagian kita berdirinya juga baru 7 menit.”
            Dengan wajah sedikit cemberut rini dan citra duduk diatas kursi panjang tanpa memikirkan apa yang akan dilakukan bu rita jika melihat kami terduduk santai. “duh yon, tapi kita udah gak kuat.” Keluh citra
            Aku hanya tersenyum dan ikut duduk bersama mereka.  Citra mengulurkan sebatang cokelat besar ditanganku. “habiskan ya yon, cokelatnya enak loh.”
            “emmmmh oke, makasih ya cit.” kataku. Aku menggigit cokelatnya dan tersenyum memandang ke2 sahabatku yang sedang bercanda gurau.
            Disisi lain aku berfikir, betapa berartinya seorang sahabat dalam kehidupanku. Didalam sunyi dan sakit mereka masih mau menemani aku, tersenyum, tertawa, gembira dan menangis bersama. Dan semua itu kini sudah aku rasakan, aku ikut tersenyum menangis haru didalam hati saat aku melihat wajah gembiranya menemani sisi baikku. “eemmmp, ih pelan-pelan dong rin suapinnya..” keluh citra
            “hahahaha, apaan ya tu digiginya kamu cit itam-itam..” ledek rini
            “iiihh ini tuh coklat kali rin, ngeledek mulu kamunya!” jawab citra dengan wajah manyun
            Sepontan ibu rita datang menghampiri kami, awalnya seperti ancang-ancang ingin menyerang. Tetapi malah sebaliknya, bu rita tersenyum dan menyuruh kami kembali masuk kedalam kelas. Aku tersenyum gembira dan kini bel waktu pulang telah tiba, dengan sedikit sorakan “HORREEE, hari ini cepat pulang..!”. Sepulang sekolah aku dan ke3 sahabatku mampir terlebih dahulu ke toko kue, dengan gembira dan tertawa ria kami menikmati berbagai ragam kue, mulai dari kue kering hingga kue basah. Setelah serasa puas menikmati jajanan kue hari ini, kamipun bergegas pulang dengan mengayuh sepeda pixie bewarna pink itu bersama-sama.   
            Sesampai dirumah, akupun mengganti pakaian sekolahku. Aku berjalan menuju tempat tidurku dan merubuhkan tubuhku, kemudian kukumpulkan seluruh imajinasiku untuk terus berfikir siapakah pengirim surat rahasia itu? tak lama kemudian ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku. Seketika itu juga, imajinasiku hilang.
            “non, ada surat dan setangkai bunga mawar non. dari penggemar rahasia non..” kata si bibi sembari mengetuk pintu
            “iya bi…” aku bangkit dari tempat tidurku dan dengan cepat aku membuka pintu kamarku
            “ini non..”
            “tunggu bi, ini dari siapa?” tanyaku
            “bibi juga gak tau non, tiba-tiba udah ada didepan pintu depan..” kata si bibi
            “yaudah deh bi, makasih yaa…” jawabku
            Dengan rasa penasaranku, akupun menutup pintu kamarku dan merubuhkan kembali tubuhku. Masih dengan hal yang sama, aku masih terus berfikir siapa pengirim surat ini? dan sepontan aku menarik secarik kertas bewarna pink yang bertuliskan “SELAMAT SIANG DYON, TUANGKAN HARIMU DENGAN SEMANGAT DAN SENYUMAN YA. AKU DISINI HANYA UNTUKMU ”
            Kulihat disekeliling kalimat itu, sudah tak ada coretan apapun. Padahal aku ingin tahu siapa pengirim surat itu. Surat tak bertuan itu, membuat otakku berfikir keras, menerka-nerka kemungkinan siapa pengirim surat itu. Dan sudah berkali-kali aku membacanya, mengamatinya dengan jeli tulisan siapakah itu. Tetap saja, aku tak punya tebakan yang pas meskipun aku telah membacanya 12 kali.

***

            Aku berangkat pagi sekali hari ini bersama ke3 sahabatku, sekolah masih tampak sepi. Diruang kelasku baru 7 orang yang berangkat. Tujuanku hari ini datang lebih pagi karena aku ingin tahu siapa pengirim surat rahasia itu, saat aku berjalan mendekati bangkuku. Aku dikejutkan oleh sepucuk surat bewarna pink yang terletak diatas mejaku. “surat lagi? Hmmmm dari siapa sih ini? aneh deh, akunya datang cepat suratnya udah deluan ada. Iiih surat tak bertuan ini buat aku tambah penasaran deh..” bisikku dalam hati
            “yon, surat dari siapa nih? Iihh pasti dari tuh cowok culun! hahahaha…” kata melan menertawakan aku
            Aku hanya terdiam dan kembali duduk ketempatku sambil membaca surat itu berulang kali.
            “yon, emang tu surat beneran ya dari kakak kelas kita yang culun itu?” tanya citra
            “aku sih gak tau pasti cit, udah 4 kali aku dapat surat kayak begini. 3 tangkai bunga mawar dan 1 kotak musik.”
            “waw so sweet ya yon, ada penggemar rahasia…” kata rini yang mulai membayangkan akan keindahan si penggemar rahasiaku itu
            “iiih iya sih iya so sweet tapi kan kenapa gak terang-terangan aja!” jawabku
            “what? Penggemar rahasia? Palingan cowok culun kemarin yang ngasih tuh surat katrok!” kata melan judes, yang kemudian pergi meninggalkan kami
            Dengan wajah sedikit tersenyum, aku langsung memasukkan surat itu kedalam tasku yang bewarna hijau bergaris-garis biru. Taklama kemudian ruang kelas menjadi ramai, karena sebagian siswa sudah datang. Disusul dengan bunyi bel. Dan kini pelajaran pertamapun segera dimulai, hari-hariku terus berjalan seperti biasanya, tetap sepulang sekolah aku dan ke3 sahabatku berkumpul bersama, bersepeda santai setiap sore dan menatap keindahan bintang setiap malam. Dan hingga kini aku masih saja dibuat penasaran dengan surat yang tidak bertuan itu setiap hari, sudah 12 kali aku mendapat surat yang sama, mawar merah yang indah dan 4 kotak musik bewarna pink. Hingga hari ini kulihat wajah lelaki berkaca mata culun itu masih saja senyum-senyum dan salah tingkah sendiri saat bertemu aku. Aku bertanya pada hatiku. “apa benar surat, mawar dan kotak musik itu dari kak radit? Kakak kelas berkaca mata culun yang mempunyai suara merdu saat bernyanyi.”
            Jika memang benar harusnya ia berkata jujur saja padaku, tidak perlu menyembunyikannya seperti ini. karena lama-kelamaan aku menjadi jengkel melihat sikapnya yang tidak karuan itu. Taklama kemudian, bel istirahat menyapa seluruh siswa/siswi. Aku yang tadinya hendak ingin pergi kekantin, kini memalingkan diri untuk balik kedalam kelas.
            “yon, mau kemana?” tanya citra menarik lengan tanganku
            “aku mau balik kekelas aja cit..!” jawabku sambil melirik lelaki berkaca mata culun itu
            “why?” tanya rini heran
            “aku tau kenapa! Pasti karena ada cowok culun itukan yon?!” ujar melan
            Aku menoleh kearah lelaki berkaca mata itu, dengan sedikit wajah tersenyum aku memilih untuk duduk dikantin saja. “yawudah, yuk kita duduk disitu aja…” ajakku
            Dan lagi-lagi si lelaki berkaca mata itu tak henti-henti melirik kearahku, cengar-cengir tak menentu dan salah tingkah dihadapanku. “halaah, udahlah dit. Mendingan kamu jujur aja deh ama si dyon! Ini kesempatan bagus, didepan semua orang kamu harus berani untuk nyatain isi hati kamu itu.” ujar salah satu temannya
            “tap…tapi dia itukan cewek paling populer disekolah ini. Mana mungkin dia mau nerima aku!”
            “kamu harus yakin dit, kamu harus yakini dia. Dan hari ini waktu yang tepat!”
            Lelaki yang bernama raditya itu mendekat kearah tempat dudukku, seketika itu pula aku menoleh kearahnya dan bertanya. “ngapain kamu kesini?”
            Dengan wajah gemetaran dan bahasa tubuhnya yang sudah aku mengerti kini benar anggapanku didalam hati. Tiba waktunya ia mengungkapkan isi hatinya dihadapanku. “yon, aku suka kamu… dan aku bangga kalau memiliki kamu!”
            Awalnya mereka yang menyaksikan hal yang beranggapan konyol itu, kini hanya terdiam membisu saat aku menjawab semua ucapan dari lelaki berkaca mata itu. “aku juga bangga dengan keberanian kamu.”
            “what? Gak, ini gak mungkin. Yon, kamu becandakan kalo harus nerima cowok kayak begini?” ujar melan yang masih heran
            “mel, kamu gak boleh gitu. Jangan pernah lihat seseorang itu dari luarnya, tapi dari ketulusannya…” ucap rini
            Kali ini melan hanya terdiam mendengar jawaban yang aku lontarkan pada raditya. Melan meninggalkan kantin begitu saja, dengan wajah kecewanya. Aku yang tadinya masih berdiri dihadapan radit kini pergi meninggalkan kantin yang mulai senyap karena hal itu. Aku menyusul melan, dan kini aku melihat wajahnya. “mel, kamu kenapa?” tanyaku
            “aku gak habis fikir, kenapa cewek kayak kamu harus nerima cowok kayak begituan!” jawabnya
            “apa itu masalah buat kamu?” tanyaku kembali
            “yon bukannya jadi masalah tap… tapi…”
            “mel, jangan sampai hanya karena hal kayak gini. Pertengkaran diantara kita muncul lagi!” ujar rini disela-sela ucapan melan
            “terserah kamu aja deh yon, tapi mulai sekarang aku gak akan pernah mau ngikutin semua gaya kamu lagi!”
            “memangnya aku pernah ngelarang kamu untuk hal kayak begituan?” tanyaku. “semua itu keinginan kamu mel, bukan keinginan aku!”
            “udahlah, jangan bertengkar lagi. DON’T AGAIN!” teriak citra
          
***

            Hari ini aku menatap keindahan langit biru ditengah danau bersama radit. Dengan cahaya keemasan matahari dan hembusan angin sore membuat daun-daun kecil berguguran dipinggir danau. Air mataku tertetes, aku mendengar tenang saat suara merdunya yang berhasil menyentuh bagian dalam hatiku. Aku mengingat banyak kenangan yang aku lewati bersama rini, citra dan melan. Dan semua kenangan itu serasa berjalan dialam khayalku. Yang kini aku fikirkan aku merasa kehilangan seorang sahabatku yang bernama melan. Ia merubah semua gayanya yang dulu sama sepertiku kini menjadi gayanya sendiri. Aku mengerti, memang takkan selamanya ia harus sama denganku. Tetapi, alasannya yang karena aku telah bersama radit itu bukanlah sebuah penjelasan yang rinci. Banyak teman-temanku yang terheran saat melihatnya, bahkan mereka mencibirnya. Aku mencoba untuk tidak bersikap beku saat menyapa melan, tetapi sesaat itu ia pergi meninggalkan aku. Ia menghiraukan semua pertanyaanku yang mulai aneh melihat sikapnya yang kaku. Belakangan ini ia lebih sering menyendiri dan tak ingin bergabung bersama aku, rini dan citra sahabatnya. Radit menyapaku dengan lembut, menghapus air mataku dengan kedua tangannya. Aku tersenyum menatap kedua bola matanya, aku merasakan satu kenyamanan saat ia berada disisiku. Tak perlu aku bermimpi yang indah karena ada dia di hidupku. Dan ia berbisik lembut. “seseorang yang setia, bukan dia yang selalu ada disetiap sisi baik dan buruk. Tetapi, juga disetiap doanya.”
            Tak dapat aku jelaskan, betapa beruntungnya aku bisa memiliki lelaki sepertinya. Dan tak sanggup aku bayangkan bila harus kehilangannya disaat aku sudah mulai miliki perasaan ini. 
            Bayang-bayang yang tadinya menghanyutkan aku, kini menyadarkan aku saat hujan mulai turun. Dengan cepat, aku dan radit mengayuh sepeda untuk kembali kerumah. Dengan baju yang basah kuyup karena kehujanan, akhirnya aku tiba juga didepan rumah. Aku memandang wajah radit yang mulai pucat karena kedinginan, saat aku menawarkan untuk masuk kedalam rumahku sebentar. Radit malah menolak, dan ingin pulang seketika itu. “padahal banyak yang ingin aku ceritakan padanya tentang persahabatanku yang mulai berantakan itu! tetapi, setelah kulihat kondisinya. Aku memilih untuk menceritakan besok padanya.” Ujarku dalam hati
            “yon, ak..aku pulang dulu ya!” pamitnya
            Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepalaku. Dan lambaian tangannya yang gemetaran itu membuat air mataku tertetes. Aku masih saja memandangnya walau ia sudah jauh, hatiku serasa tersakiti dengan semua keadaan ini. Kemana semua kisah yang dulu menyempurnakan aku, kisah ini menyakiti aku dengan kepergian sahabatku melan. Seketika itu aku menghapus air mataku, mencoba tegar dalam keadaan yang tidak aku mengerti. 
            “non, ini pakaian gantinya..” ujar si bibi
            “makasih bi…” jawabku tersenyum
Aku hanya bisa menyendiri didalam kamar, menangisi semua kisah kasihku yang mulai berantakan. Tak lama kemudian, tiba-tiba kakakku masuk kedalam kamarku. “yon, kamu gak perlu tangisi seseorang yang menyakiti kamu. Seperti sahabat kamu melan. Harusnya kamu berterima kasih pada tuhan karena tuhan tlah berikan yang terbaik untuk kamu mencari yang lebih baik. Dan seseorang yang diam itu, bukan berarti dia marah. Kakak benci sama melan bukan karena kakak gak suka kamu berteman sama dia, tapi karena sifatnya. Kakak Cuma mau bilang, mungkin hari besok akan lebih menegarkan kamu setelah kamu akan mengerti bahwa kematian takkan pernah mengakhiri cinta!” ujarnya menghelus lembut pundakku
            “maksud kakak?” tanyaku
            Ia hanya diam, air matanya membendung. Dan ia tersenyum lalu pergi meninggalkanku. Aku tak mengerti apa maksud dari semua ini, akankah kisahku bersama sahabatku akan kembali seperti dulu, menjalani hari yang penuh canda dan tawa.

***

            Matahari pagi muncul, menembusi kaca jendela kamarku, sinarnya yang menerang mewarnai kamarku dan menyilaukan arah pandanganku. Mataku yang masih layu, membuat aku bermalas-malasan untuk bangkit dari tempat tidurku. Tapi, jam dinding yang sedari tadi berdering, membuat mataku bergerak. Aku bangkit dari tempat tidurku dan melirik kearah cermin. Kulihat disana tampak ada sepucuk surat, kuambil sepucuk surat yang bewarna pink itu. sebelum aku menarik secarik kertas yang ada didalamnya, hatiku sudah lebih mengenal siapa pengirim surat itu. “pasti ini dari radit…” ujarku tersenyum
            Dan ternyata sebelum aku membaca isi surat itu, memang benar. Disekeliling kertas itu terdapat namanya raditya, namun disaat aku sedang membaca isinya. Aku terheran apa maksud dari semua ini. butiran air mata membasahi pipi indahku. Saat aku mulai mengerti dan seketika itu tiba-tiba saja kakakku muncul dan berkata. “kakak turut berduka cita…”
            Aku masih tak percaya dengan apa yang sudah aku baca, berulang kali aku membacanya sambil menangis terisak-isak. Kini aku terduduk diatas tempat tidurku sambil berkata. “jangan sampai ia pergi meninggalkanku, sama halnya seperti sahabatku melan yang kini pergi meninggalkanku dan belum sempat aku menceritakan semua kisahku padanya…”
        
          To : Dyon Dewantari

Terima kasih untuk segala cinta
Maaf jika harus meninggalkanmu tanpa pamit
Aku hanya tak ingin menambah bebanmu
Aku mengerti keadaanmu yang kini mulai berantakan disaat kehadiranku
Kau yang hadirkan semua cinta dalam hatiku
Kau yang merubah aku untuk lebih mengenal dunia
Kini usai sudah lembaran yang tertulis dalam kisahku
Jangan ada duka disaat kau mengerti kepergianku
Karena semua itu bukan keinginan besarku untuk tinggalkanmu
Tutup lembaran cerita mu saat bersama ku
Mulailah yang baru mengukir cerita bersama yang lain
Karena cinta takkan ada yang abadi

From : raditya

          Dan ternyata kini benar isi dalam surat itu, ia pergi meninggalkanku bukan karena keinginan besarnya. Tetapi, karena keadaannya yang semakin buruk karena sebuah penyakit menyerangnya. tiba-tiba handphoneku berbunyi, suara diseberang membawa berita yang sama. “yon, aku turut berduka cita…” ujar citra dan rini lewat ponsel
            Sejenak aku terdiam, aku mengabaikan semua suara yang tengah aku dengar. Aku masih tidak terbayang, jika hari kemarin adalah hari terakhirnya sebelum ia menutup matanya. Aku lukiskan cintaku didalam hati bersamanya, usai sudah lembaran kisah kasihku bersamanya. “tak mudah bagiku untuk lupakan segalanya..” ujarku
            Tepat pagi ini kepergiannya, tak sempat aku membuat ia tersenyum. Tak ada kesempatan untukku menyaksikan kematiannya, kini ia telah pergi. Dan aku yang kini tepat berada dipemakamannya menangis terisak-isak. Semua teman-temanku mencoba menegarkan aku, aku masih membayangkan bukan hanya aku yang menangisinya, tetapi semua yang menyaksikannya. Kuhapus air mataku, namun aku takkan pernah ingin menghapus kisahku saat aku tengah bersamanya. Banyak cerita yang telah aku ukir bersamanya, salam hangatku untuknya yang jauh disana. Tiba-tiba melan muncul dihadapanku, ia meneteskan air matanya dan memelukku, sambil berkata. “yon, aku turut berduka cita. Maaf kalau selama ini aku salah sama kamu!”
            Aku tersenyum pada ucapannya, tak bisa aku salahkan kehadirannya yang muncul disaat radit pergi. Karena dengan adanya melan disisiku saat ini, adalah harapan terbesarku untuk mengisi kisah yang baru. Kini kulangkahkan kakiku untuk pergi meninggalkan kisahmu, walau aku tau aku takkan mampu melupakanmu kasihku. Semua kalimat yang tertulis didalam surat yang ia berikan, selalu kuingat dan selalu kukenang. Dan setiap kali aku mendengar alunan lagu dari kotak music yang ia berikan, butiran air mata menetes dipipiku. Karena aku akan selalu merindukannya. “tuhan, jaga ia disana. Tenangkan ia disana dan terangi jalannya disana..” karena rinduku itulah kenanganku.

***

            Malam ini aku menatap keindahan bintang bersama ke3 sahabatku, aku menutup lukaku dengan memamerkan senyumanku pada mereka yang lama rindu akan semua itu. Aku terhanyut dalam lamunanku, aku membayangkan betapa besar keinginanku untuk lebih tegar. Seketika itu lamunanku menjadi berantakan, saat aku tersadar bahwa ternyata aku senyum-senyum tak menentu. Sahabatku tertawa geli melihat tingkahku yang tidak biasa itu, taklama setelah itu. tiba-tiba kakakku datang menghampiri kesenanganku bersama mereka, kakakku tersenyum menatap melan. Dan ia menyapanya dengan nada lemah lembut. “hey mel, ternyata kamu memang udah berubah total.”
            “iya dong kak, kan gak mungkin selamanya melan harus sama ama dyon. Lagian melan tau kok, kalau semua ini keinginan besarnya dyon dan kak zaky bener selama ini, harusnya dari dulu melan sadar, bahwa dyon sahabat terbaik buat melan, citra dan rini… ” ujarnya
            “hmmmm, yayaya kakak setuju! Berarti mulai sekarang kita temenan dong mel..”
            “hahaha… loh kok baru sekarang sih kak temenannya? Kenapa gak dari dulu aja?” tanyanya
            “entahlah, yang pasti kakak punya 1 kejutan buat dyon malam ini…” jawab kakakku sambil tersenyum dan melirik kearahku
            “kejutan! Apaan?!” kejutku
            Kutatap dari kejahuan tampak sesosok lelaki berpakaian kemeja datang mendekat kearahku, kuperhatikan gayanya. Sepertinya aku kenal siapa dia, dan ternyata memang benar aku mengenalnya. Dia itu adalah kakak kelasku yang paling populer disekolahku, namanya ray. Aku sempat tak percaya jika kini dia tepat berada dihadapanku, dan aku belum siap untuk mengatakan “YA!” saat dia menggenggam erat tanganku dan menyatakan isi hatinya. Aku tak menyangka bahwa ternyata ia sepupuan dengan radit. “tuhan, apakah ia yang engkau titipkan untukku? Untuk pengganti radit yang sudah tiada…” bisikku dalam hati
            Tatapan matanya semakin dekat dan tak bisa aku lewati bahwa benar aku harus menjawab “YA!” untuk menutup lukaku dan mulai belajar menyayanginya, sama halnya seperti keinginan raditya.
            Melan menoleh kearahku dan memberi tanda-tanda yang sudah aku pahami. Bisikan dari banyak arah terus kudengar dan kuperhatikan. “aku…aku terima kamu!” jawabku gugup
            Ia tersenyum indah padaku, melirik kesemua sisi menyatakan bahwa ia bahagia bersamaku. “makasih yon…” ucapnya
            Kutatap wajah bahagianya yang begitu juga dengan mereka. “wau, berarti tinggal kita dong yang masih jomblo!” teriak citra kegirangan
            “hahahahaha, jomblo gak jadi masalah kali cit.” ujar rini
            Malam ini malam yang penuh dengan tawa, tawa indah bukan untuk menghapus radit dari hidupku, tapi untuk mengenangnya yang jauh disana.

***

            Dan hari ini adalah hari bersejarah dalam hidupku setelah 1 hari kematiannya. Didanau ini, aku kembali terkenang akan kisahnya. Aku memeluk ke3 sahabatku yang kini menjadi utuh kembali. Suasana menjadi hening seperti tempat pemakaman. Aku menatap danau yang berbisik pelan kepadaku, butiran air mata membasahi pipiku. Dan aku bertanya dalam hati. “mengapa ia pergi disaat aku mulai kembali bangkit dengan senyuman yang pasti?” walau aku tahu aku takkan pernah mendapatkan sebuah jawaban dari bibirnya. Percikan air danau yang tenang, membuat aku menjadi terasa suci saat aku mengerti betapa sakitnya kehilangan seseorang yang menyayangiku. Dan pada akhirnya kini seluruh hidupku, aku pernah merasakan bagaiman asam manis kisah kasihku dalam sebuah persahabatan. Merasakan bagaimana sakitnya pertengkaran, senangnya saat berbagi bersama dan setelah 1 hari kematiannya cintaku tetap takkan pernah hilang, walau aku harus bersama yang lain untuk menutup betapa rapuhnya aku setelah kepergiaannya.

SELESAI

Sumber : http://datinsarahwithfikri.blogspot.com/2013/04/cerpen-asam-manis-kisah-persahabatan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar