Umi Farida Blog

Selamat datang di blog ku

Selasa, 11 November 2014

Cerpen : My Real Love

“ COPEEEET !! “. Seorang pemuda tampan yang baru saja keluar dari ATM tersentak kaget, saat tas tangan yang ia punya di tarik begitu saja oleh orang yang tak di kenal. ia berlari berusaha mengambil kembali tas miliknya.



“ HEY, BERHENTI LOE !!! “. Teriak pemuda itu yang masih terus saja berusaha berlari mengejar orang tak di kenal tersebut. Nafasnya mulai tanpak tersengal. Pemuda itu berhenti sejenak sembari memegangi lututnya dan mulai merasa letih.





.



.



“ gile banget sih, masa iya tempat kayak gini di bilang oke buat latihan karate. Buta kali yah mata itu orang. Huh. Gw beri juga dah “. Seorang gadis mengerutu saat keluar dari sebuah ruko kecil dan berjalan kearah jalan raya. Iya tendang-tendang kakinya di udara kesal.



“ awas aja kalau gw ketemu orang yang nyaranin nih tempat lagi. Igh, gw bener-bener hajar “. Gadis itu masih terus saja mengomel, dan kali ini tepat di tikungan ia menggerakkan kembali kakinya hingga akhirnya…



‘bruk’ .



“ buseeeet . woyy, kaki gw sakit tauuuu. Loe lari bisa gak sih hati-hati ? “. Seketika gadis itu terjatuh bersamaan dengan seorang pria yang baru saja bertambrakan dengannya. Pria itu tampak celingak-celinguk. Tas tangan yang tadi ia bawa terpental jauh di belakangnya. Saat ia berbalik ternyata pemuda yang sedari tadi mengejarnya sudah semakin dekat, tanpa memperdulikan kembali tas itu ia pun berlari begitu saja.



“ hey. Mau kemana loe ? ini kaki gw sakiiiit “. Seru gadis itu meneriaki pria tadi.”  shit. Komplit banget paket sial gw hari ini “. Gumam gadis itu berusaha berdiri.



Gadis itu mendongakkan kepalanya saat sebuah tangan terulur kearahnya dengan suka rela. Ia menatap wajah pemuda tampan di hadapatnya ragu, sedetik kemudian ia pun menerima uluran tangan tersebut sampai akhirnya ia berdiri sempurna.



“ makasih ya ! “. Ucap pemuda itu sembari tersenyum manis. ‘heh ? ‘. Gadis itu tampak mengerutkan dahinya menatap pemuda di hadapannya itu bingung. “ yah, berkat loe tas gw balik lagi. Laki-laki tadi itu copet “. Jelas pemuda tersebut yang mengerti arti tatapan gadis di hadapannya itu.



“ oh. Jadi kaki gw celaka karena loe ?”. ucap gadis itu tiba-tiba dan menatap pemuda itu kesal.



“ huh ? gw ? “.



“ iya. Kalau loe gak kecopetan kaki gw gak mungkin kayak gini “.



“ ih. Loe aneh banget sih. Gw juga gak niat kali buat di copet “.



“ what ever lah. Yang jelas ini semua karena loe. Titik “. Ucap gadis itu terakhir kalinya dan hendak beranjak.



“ hey ! “. Pemuda itu meraih lengan gadis tersebut.



“ apaan sih loe. Lepas “. Ucap gadis itu sembari menginjak kaki pemuda di hadapannya dan setengah tertatih menghentikan laju sebuah taksi.



“auuh . cewek aneh “. Gumam pemuda itu sembari memegang kakinya yang terasa sakit.







***



“ kamu dari mana aja sih, Ni ? dari tadi mama cariin kamu sampai keliling kompleks kamunya gak ada. Trus ini. kenapa kaki kamu berdarah gitu ? “. Seorang wanita paruhbaya tampak mengomel kecil saat melihat anak gadisnya yang baru saja ia lihat dan duduk dengan manisnya di meja makan dan langsung mencomet sepotong kentang goreng.



“ tadi Agni hunting tempat latihan. Trus di serodok copet. Yaudah jadinya gini “. Jelas Agni –gadis tersebut- dengan mulut penuh dengan makanan.



“ copet ? ya ampun Agniiiii. Kamu tuh ya. Agni, kamu itu anak perempuan. Bok yah kalem sedikit jadi cewek. Jangan kayak preman pasar gitu. Lihat Alvin kakak kamu, dia laki-laki gak kayak kamu ini bandelnya , kebangetan“.



“ huh . mamaaaa. Udah deh, ceramah mulu igh. Agni laper nih. Mau makan “. Ucap Agni tak menghiraukan ocehan sang ibu dan dengan santainya mengambil piring di hadapannya.



“ egh egh. Nanti kamu makan “. Ucap sang ibu yang langsung merebut kembali piring di tangan Agni.



“ igh mamaaa. Agni lapeeeer “. Rengeknya sembari menarik-narik baju ibunya itu.



“ nanti. Kamu mandi dulu gih sana. Satu jam lagi tamu papa kamu datang buat makan malam di sini “. Terang sang ibu dan membantu Agni berdiri dari duduknya.



“ ah mamaaaa “.



“ udah sana mandi. Pakai baju yang rapi “. Pinta sang ibu lagi. Dengan malas dan muka tampak cemberut Agni pun akhirnya berjalan menuju kamarnya.





***



Tepat pukul 7 malam ruang makan keluarga Hardian –keluarga Agni- sudah tampak ramai. Agni yang baru saja turun dari kamarnya tampak mengerutkan dahi menatap kearah meja makan dengan dahi berkerut.



“ nah, ini putri kita. Agni !! sini ! “. Nyonya Hardian –ibu Agni- segera bangkit dari duduknya dan menghampiri putri kecilnya itu.



“ huaaa. Cantik sekali. Udah gede yah kamu “. Ucap seorang wanita paruhbaya dan ikut menghampiri Agni dan bercipika-cipiki padanya. Agni masih melongo di barengi senyum tipis yang tersungging di sudut bibirnya.





.



.



“ tadi itu teman lama papa. Namanya om Dirgantara. Mereka baru pindah di sebelah tuh “. Jelas papa Agni setelah sejam yang lalu selesai pada acara jamuan makan malam di rumah mereka itu. Agni tampak mengangguk mengerti menerima jawaban yang memang sedari tadi terus berputar di kepalanya.



“ tante Ana kenal sama aku yah pa ? “. Tanya Agni sembari mencomot snack balado dari toples yang sedari tadi di peluk  Alvin.



“ dulu papa sama mama suka titip kamu ke tante Ana. Tante Ana punya anak cowok. Dulu sering main sama kamu “. Terang sang papa lagi. Agni tampak mengerutkan dahinya dan mengangguk bingung.





***



“ Agni. Loe harus ke lapangan sekarang juga.  Ayo, cepat “. beberapa gadis menarik tangan Agni begitu saja saat ia baru menjejakan kakinya di dalam kelas.



“ egh. Nova, Via, Ify. Apa-apaan sih kalian “. Seru Agni yang berusaha melepaskan diri dari cekalan ke tiga sahabatnya itu.

“ udah nurut aja “. Ucap Via dan semakin cepat menyeret Agni.



“ tuh !! “. Tunjuk Ify tepat di tengah lapangan saat mereka berempat sampai di tujuan. Dengan malas Agni pun mengalihkan pandangannya kearah yang di tunjuk oleh Ify. Agni terbelalak. Tangannya mengepal. Dengan hentakan keras ia pun berjalan memasuki lapangan.



‘tap’. Dengan sigap Agni menangkap tinju seseorang sebelum kepalan tangan yang terlihat kokoh itu mendarat di wajah Irsyad. Seketika empat pasang mata itu bertumbukan dengan jarak yang cukup dekat. Mata Agni terlihat menyala menatap sosok di hadapannya ini tak suka. Sementara pemuda itu menatapnya datar tanpa ekspresi yang sulit untuk dibaca. Dengan kasar Agni pun menyentak lengan pemuda itu kasar. Dengan gerakan cepat ia pun menarik Irsyad dan berlalu.





.



.



“ loe ada masalah apa sama anak baru itu ? “. Tanya Agni yang dengan hati-hati mengobati luka Irsyad.



“eh, gak tau gw. Dia tiba-tiba ngajar gw gitu aja “. Ucap Irsyad dengan nada gugup. Agni sedikit mengeryitkan dahi menatapnya bingung.



“ yakin ? “. Tanya Agni memastikan. Irsyad pun tampak mengangguk kaku.





.



.



“ pagi anak-anak ! “.



“ pagiii buu “. Koor seluruh murid XII IA 2 saat seorang guru memasuki kelas mereka di ikuti seorang siswa baru di belakangnya. Tampak beberapa siswa kini mulai berbisik dan terlihat terbar pesona pada siswa baru itu.



“ Ni, Agni !! “. Ify yang duduk di deretan sebelah Agni berseru kecil memanggil sahabatnya itu. Tapi Agni yang sepertinya asik dengan earphonenya tak mendengar dan larut dalam kegiatannya membaca sebuah buku.



“….”



“ silahkan kamu duduk di sebelah Agni “. Ucap guru tersebut setelah sang murid baru selesai mengenalkan dirinya di depan kelas. Sesaat ia pun berjalan ke bangku paling belakang tepat di sebelah Agni. Ify dan Nova tampak menelan ludah dengan sukar saat siswa baru itu duduk di sebelah Agni.





.



.





‘tettt ‘. Bel istirahat telah berbunyi. Agni melirik arlojinya sekilas. Perutnya sudah terasa keroncongan. Segera ia lepas earphone yang sedari tadi bertengger di telinganya dan ia simpan di dalam laci.



“ Vi, makan yuk. Laper nih gw “. Ucap Agni yang dengan sigap meraih tangan seseorang yang duduk tepat di sampingnya.



“ ou oo !! “. Seru Ify dan Nova berbarengan sembari menahan nafas.



“ Vi. Ck, igh. Ayo gw laper nih “. Ucap Agni dan terus saja menarik tangan sosok di sebelahnya itu tanpa sedikit pun menoleh.



“ tangan gw sakit “. Agni kaget saat mendengar suara bariton dari seseorang yang duduk tepat di sebelahnya itu. Sejak kapan suara Sivia nan lembut itu berubah berat ? pikirnya, dan dengan sigap ia pun menoleh.



“ LOE !! “. Teriak Agni kaget mendapati cowok yang udah membuat kakinya celaka beberapa hari yang lalu dan cowok yang udah dengan seenaknya mukulin Irsyad pagi tadi. Agni melirik kelasnya dengan saksama. Pandangannya tertuju pada bangku tepat didepan Nova dan Ify, tampak seorang gadis chubby melambai kearahnya di sertai senyum penyesalan.





.



.





“ gila ya loe. Kenapa pindah duduk gak bilang gw sih “. Ucap Agni kesal sembari menghentakkan mangkok baksonya di atas meja kantin kasar. Nova, Ify dan Via tampak terdiam dan menundukkan kepala mereka dalam-dalam tak berani melihat wajah sahabat mereka yang tengah emosi  itu.



“ maaf, Ni. Biasanya kan gw juga suka pindah duduk di sebelah Iyel kalau lagi bosen di belakang. Loe juga gak pernah masalah kalau di tinggal sendiri kan “. Terang Via memberi penjelasan. Ia masih tampak menunduk.



“ huh. Tapi kenapa gak ada yang kasi tau gw kalau ada COWOK. Murid baru, yang duduk di samping gw sih ? “. Ucap Agni yang masih terhilat emosi. Ify dan Nova tampak saling berpandangan. Sesaat kemudian mereka menatap Agni penuh sesasal.



“ maaf “. Ucap mereka lirih. Agni hanya mampu menghela nafas sembari menghentakkan kaki  kesal.





.



.



“ Syad !! panggil Agni saat ia bertemu Irsyad di depan gerbang sekolah. Irsyad terlihat sedikit kaget dan menatap Agni canggung.



“ kenapa ? “. Tanya Irsyad berusaha bersikap sebiasa mungkin.



“ pulang bareng yuk “. Ajak Agni semangat.



“ yaaaa. Maaf banget, Ni. Aku harus jemput mama aku di bandara. Dia baru balik dari malaysia hari ini “. Ucap Irsyad penuh sesal sembari melirik arlojinya. Wajah Agni seketika tampak kecewa.



“ oh. Yaudah deh “.



“ kamu gak marahkan ? “. Tanya Irsyad dan memperhatikan wajah Agni lekat.



Agni menggeleng kecil sembari terseyum manis .” gak kok “.



“ makasih sayang. Aku  balik luan. Kamu  hati-hati “. Ucap Irsyad dan meninggalkan sebuah kecupan kecil di dahi Agni dan berlalu.







“ huh. Ternyata.. cewek kayak loe gampang banget yah di bodohinnya “. Seru sebuah suara  yang sukses membuat mood Agni semakin merasa kesal. Agni menghadap kearah belakangnya dan menatap pemuda berkulit putih di hadapannya itu tajam.



“ maksud loe apaan sih ? “. Tanya Agni tak mengerti dan berjalan mendekat ke sosok tersebut.



“hemm.. gw Cuma mau ngancuri muka cowok loe itu aja, biar gak sok kecakepan lagi “. Ucap cowok itu santai dan sesegera mungkin meninggalkan Agni yang tampak terpaku di tempatnya dan menatap punggung pemuda yang semakin menjauh itu geram.





***



“ igh mama. Kenapa Agni sih. Kak Al aja dong ma “. Protes Agni saat sang ibu menyuruhnya mengantar  bingkisan pada tetangga sebelahnya itu.



“ Al lagi ngerjain tugas. Udah gih sana. Di sebelah juga “.  Ucap sang ibu lagi dan sedikit mendorong tubuh Agni.



“ igh mama gak asik nih “. Gerutu Agni sambil berjalan keluar rumahnya sembari memeluk sebuah bingkisan di tangannya.





.



.



Agni mengamati rumah yang ia datangi ini dengan saksama. Sunyi. Itulah kesan pertama yang ia dapat. Perlahan Agni pun memberanikan diri masuk kedalam rumah tersebut dari pintu samping yang saat itu terbuka. Kini Agni tengah berada di ruang makan. Ia letakkan bingkisan pesanan mamanya di atas meja.



“ waw ! “. Gumam Agni takjub saat melihat kearah kolam renang tersebut yang terlihat begitu mewah dengan aksen bergaya yunani dengan beberapa patung dewa seperti cupit, athena dan beberapa lainnya menambah kesan elegan dan berkelas pada rumah ini. Agni berjalan kearah kolam renang. Ia benar-benar terpesona. Di sudut kolam juga tedapat taman lili yang begitu indah. Agni sampai berdecak di buatnya.



“ hemm.. mama gak punya selera arsitektur seni yang bagus nih kayak tante Ana “. Ucap Agni pada diri sendiri yang masih memperhatikan sekeliling kolam lekat. Agni tersenyum sembari berjalan ketepi kolam dan memainkan air kolam dengan kakinya.



Sedetik kemudian….



“ huaaa” byuuuur “. Agni berteriak histeris saat sebuah tangan tiba-tiba menarik kakinya dan membuatnya sukses nyemplung di kolam. Dengan terengah-engah Agni berusaha ketepi.



“ hey.. gu.. gw… ng..gak.. bi..sa.. ber.. re..nang !! “. Seru Agni terputus-putus sambil melambaikan tangannya di udara. Dalam hitungan detik seorang pemuda menghampiri Agni di tengah kolam dan memeluk tubuh gadis itu agar dia tidak tenggelam.



“huh..huh.. loe.. “. Agni tampak terengah. “ lepasin gw !! “. Seru Agni berusaha melepaskan pelukan cowok yang kini benar-benar menempel padanya. Pemuda itu tersenyum miring dan melepaskan satu tangannya perlahan. Seketika Agni merosot kedalam air, tapi dengan sigap ia melingkarkan kedua tangannya di leher pemuda itu sebelum pemuda itu benar-benar melepas pelukannya.



“ Cakka.. gw gak bisa berenang “. Ucap Agni yang refleks memeluk Cakka –pemuda itu- erat.





.



.



Agni menatap sosok Cakka yang duduk tepat di sampingnya tajam. Ingin rasanya dia menelan hidup-hidup pemuda tampan di hadapannya ini sekarang juga.



“ kamu ini. kalau mau berenang seharusnya pakai baju renang. Masa ia masih pakai seragam sekolah gitu “. Ucap Ana –ibu Cakka- sembari menuangkan coklat panas pada gelas Agni.



“ Agni gak bisa berenang tante. Tadi Agni jatuh “. Ucap Agni menatap Ana ragu-ragu. Wanita yang baru saja sampai di rumah setengah jam yang lalu itu tampak terseyum manis dan melirik kearah Cakka yang masih bertelanjang dada itu dengan senyum yang sulit di artikan.



“ kamu pakai baju sana, Kka. Gak malu apa ada cewek kayak gitu “. Suruh Ana melempar sebuah handuk kearah Cakka.



“ gak papa. Agni suka kok. Iya gak, Ni ? “. Ucap Cakka sembari terseyum jahil. Agni tampak menggeretakkan giginya menatap Cakka sebal.



“ husst. Kamu ini. udah sana “. Ucap Ana lagi. Dengan enggan akhirnya Cakka pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya.  Ana melirik Agni sesaat kemudian tersenyum dan mengelus rambut basah Agni penuh sayang.



“maafin Cakka ya, Ni. Dia emang suka gitu “. Ucap Ana halus. Agni pun tersenyum sembari mengangguk kecil dan meneguk sedikit coklat buatan Ana.





***



Udah dua bulan Agni bertetangga dengan Cakka. Bukannya semakin membaik tapi Cakka semakin membuatnya kesal saja. entah apa yang selalu ia lakukan dan selalu sukses membuat hari-hari Agni berantakan. Seperti hari ini, Agni berencana mencari tempat karate baru karena dari dua bulan yang lalu belum juga ia dapat yang cocok. Tapi belum apa-apa Cakka udah mengacaukan rencanyanya itu.



“ CAKKAAAAAA ! “. Teriak Agni histeris. pasalnya sebuah bola basket yang notaben(?)nya adalah milik Cakka teronggok manis tepat di depan pintu rumah Agni. Ini pasti bekas Al dan bocah itu bermain semalam sore.



“ dek, loe apa-apaan sih. Tetangga pada tidur woy. Mau loe nenek sebelah meninggal serangan jantung dengerin teriakan loe habis itu loe masuk penjara. Huh ? “ . Agni menatap cengo Alvin sang kakak. Gile bener dah, ini anak kalau udah diem-diem banget. Tapi kalau udah bawel, berisiknya kayak petasan orang kawinan.



“ huh, nih. Loe sama temen loe tuh sih predator. Main basket bukannya di simpen lagi bolanya, malah di biarin gitu aja. Jatuhkan gw “. Ucap Agni kesal dan melempar bola tersebut kearah Alvin.



“ yee. Loenya sendiri aja yang gak hati-hati “. Ucap Alvin seadanya dan kini masuk kedalam rumah tak memperdulihan adiknya yang saat itu tengan kesakitan dilantai.





“ngapaiin duduk disitu ? “. Agni mendongakkan kepalanya melihat sebuah tangan terulur ingin membantunya berdiri. Agni mendengus kesal. Ia ingat waktu pertama kali ketemu cowok nyebelin ini dia juga dalam keadaan seperti ini. Agni sudah siap berdiri dengan mendongakkan kepalanya siap untuk mengomeli Cakka. Seketika Cakka tampak tersenyum dan dengan kuat menyentak Agni hingga berdiri tapi ternyata….



Keduanya terdiam. Cakka masih pada posisinya menggenggam erat jemari Agni. Matanya tampak tersenyum sementara Agni berkedip tak percaya. Nafasnya mulai terasa sesak. Dengan cepat ia mendorong tubuh Cakka untuk menjauh darinya.



“ igh. Loe… aaaarrrrgh. Gw sebel sebel sebel sama loe “. Ucap Agni penuh emosi dan beranjak meninggalkan Cakka yang tampak tersenyum manis sembari  meraba bibirnya.





***



“ kenapa, Ni ? kok bete aja sih ? “. Tanya Nova. Siang itu Agni dan ketiga sahabatnya tengah menghabiskan waktu mereka di kantin karena guru pada saat pelajaran itu tidak masuk kekelas mereka.



“iya nih. Loe lagi ada masalah ? “. Ify menimpali, Via pun tampak mengangguk menyetujui ucapan kedua rekannya itu.



“ gw kangen Irsyad “. Gumam Agni sembari mengaduk-aduk jus jeruknya dengan sedotan. Nova, Via, Ify saling pandang, lantas ketiganya pun tersenyum kecil.



“ ya elah.. kirain “. Ucap Via.



“ huh, masalahnya beda. Dia tuh udah dua minggu cuekin gw. Gw gak ngerti kenapa juga di bersikap kayak gitu sama gw “. Ucap Agni dan menatap rekan-rekannya satu persatu.



“ yaudah. Ntar pulang sekolah loe ajak ngobrol aja gih “. Saran Nova. Agni pun tampak tersenyum tipis sembari mengangguk ragu.



***



“ Kka, menurut loe. Adek gw gimana ? “. Tanya Alvin menatap Cakka serius. Malam itu kedua pemuda tampan ini tengah menikmati makan malam mereka di sebuah kafe setelah seharian bermain basket di salah satu tempat favorit mereka.



Cakka yang sedari tadi sibuk dengan nasi gorengnya tampak terkikik kecil dan melirik kearah Alvin. “loe mau nyomblangi gw sama adek loe yah ? “. Tanya Cakka sembari menikmati santapannya.



“ yah gak juga. Gw Cuma nanyak aja “. Jawab Alvin seadanya dan menyerup capucino kesukaannya. Sesaat Cakka mengilap sisa saus di sudut bibirnya, kemudian ia memangku dagu mencoba berfikir sejenak dan menatap Alvin lekat.



“ menurut gw… Agni itu cantik. Dia gadis tangguh. Nekat. Gokil. Pinter. Yah, idaman cowok banget pastinya “. Ucap Cakka dengan lancar dan meneguk guavanya sembari tersenyum.



“ that’s right. Tipe idaman gw juga “. Ucap Alvin santai. Cakka sontak melotot dan nyaris tersedak minumannya.



“ maksud loe ? “.



“ hahaha. Nyantai, Kka. Maksud gw. Gw itu bakal cari cewek yang kayak adek gw itu. Loe tau, hampir semua temen kampus gw bilang gw cowok beruntung punya adek kayak dia. Baik, perhatian, cantik, pinter, jago segalanya. Gw jadi takut kalau suatu saat adek gw punya cowok, gw bakal kehilangan dia banget. Jadi… gw pengen tuh punya cewek yang bisa gw banggain kayak adek gw “. Terang Alvin panjang lebar sembari tertawa renyah. Cakka yang semula tampak menegangkan otot wajahnya kini kembali tersenyum.







“ Irsyad ! “. Gumam Cakka sesaat kemudian sembari menyipitkan matanya menatap pada satu titik yang tak jauh dari tempatnya duduk dengan mata tak percaya.



“ kenapa, Kka ? “.



“eh ? gak. Gak papa kok “. Ucap Cakka yang masih menatap tajam pada sosok Irsyad.





***



‘buuuk’



“ apa-apaan loe, huh ? mukul gw seenaknya. Eh, loe ada masalah sama gw ? “. Irsyad tampak berang ketika Cakka tiba-tiba saja memukulnya pagi itu. Dengan geram Cakka mencengkram kerah baju Irsyad dan melempar tubuhnya kelantai cukup keras.



“ Cakka. Loe apa-apaan sih ? “. Seru Agni yang tiba-tiba saja berdiri tepat di hadapan Cakka dan menatap pemuda itu tajam.



“ Irsyad, berdiri “. Ucap Agni lembut dan membantu Irsyad untuk berdiri.



“ cowok kayak dia gak pantes loe baikin “. Ucap Cakka yang siap-siap ingin menghajar Irsyad. Tapi dengan sigap Agni berbalik dan mendekatkan tubuhnya kearah Cakka sembari menahan lengan pemuda itu.



“ jangan pernah… loe mukul cowok gw “. Ucap Agni dingin dan menatap tepat dua manik mata Cakka.



“ gw ngelakuin ini buat loe “. Ucap Cakka datar. Agni sedikit terkesiap. Namun kembali di tatapnya Cakka dengan pandangan tak suka.



“ gw gak pernah nyuruh loe buat ikut campur masalah gw. Jadi gw mohon sama loe, tuan muda Cakka Kawekas Dirgantara…. Loe… jangan pernah campuri urusan gw lagi. Mengerti !! “. Ucap Agni penuh penekanan. Sesaat Agni pun beranjak beriringan dengan Irsyad yang ia bantu karena kesulitan berjalan. Cakka menghela nafas berat. Ia hanya mampu menatap punggung Agni yang semakin menjauh dengan tatapan yang sulit di artikan.





***



“ Cakka itu keterlaluan ? “.



“ dia Cuma mau jagain loe aja dek. Dia itu sayang sama loe “.



“ tapi gw gak suka. Gw gak mau dia main ke rumah lagi. Gw benci sama dia. Dia udah seenaknya aja mukul Irsyad. Awas ya kalau gw liat temen loe itu berani main kesini lagi. Gw keluarin semua jurus gw “. Seru Agni menggebu-gebu. Ia tatap kakaknya itu tajam sebelum akhirnya ia beranjak menuju kamarnya.



“ ada apa sih kalian ribut-ribut ? “. Seorang wanita paruhbaya menghampiri Alvin.



“ huh, tau deh ma. Anak mama tuh aneh-aneh aja “. Ucap Alvin menggeleng tak mengerti.





***



Sore itu Agni tampak berkeliling kompleks.  Pikirannya  sedang kacau sekarang. Ia baru saja menerima telpon dari Irsyad dan sepertinya kekasihnya itu sangat marah padanya atas ulah Cakka kemaren .



“ huh. Cakka sialan. Gara-gara dia Irsyad marah banget sama gw “. Gerutu Agni sembari menendang sebuah kaleng softdrink asal-asalan.



“ auh ! “ rintih seorang gadis dengan manjanya. Agni sangat mengenali suara itu. Ia sedikit melebarkan matanya untuk melihat lebih jelas kearah sasaran kaleng terbang miliknya itu.



“ kamu kenapa sayang ? “. Tanya seorang pemuda sembari mengelus dahi sang gadis mesra. Agni yang tadinya niat mendekat kini mengurungkan niatnya. Ia membeku di tempatnya berdiri dan hanya mampu menonton adegan mesra di hadapannya itu.



“ gak tau nih. Tadi ada yang nendang kaleng, terus kena kepala aku “. Adu gadis itu.



“ sakit ya ? “. Tanya sang pemuda mesra. Gadis itu pun mengangguk manja.



“ sini !! “. Ucap pemuda itu dan mengecup dahi sang gadis cukup lama. Seketika airmata Agni mengalir begitu saja. ia merasa sakit. Ia merasa bodoh karena selama itu terlalu percaya dengan pemuda bernama Irsyad itu. Agni membalikkan badannya ingin segera pergi. Tapi langkahnya terhenti saat dada bidang seseorang kini tepat berada di depan pandangannya. Agni tau siapa sosok ini. ia mulai hapal bau farfum pemuda menyebalkan ini. dengan sigap dan tanpa intrupsi akhirnya Agni pun menumpahkan tangisnya di dada bidang pemuda tersebut dan memeluknya erat.







.



.



“ loe tau sekarang apa alasan gw begitu bernafsu buat ngancuri mukanya dia ? “. Tanya Cakka sembari meneguk softdrinknya. Agni yang masih sangat malas membahas soal Irsyad pun hanya merilik sekilas kearahnya dan mengangguk ragu. Cakka tampak menyeringai.



“ 4 bulan yang lalu. Hari pertama gw masuk sekolah dan mukul dia…









“ kamu gak bisa kayak gini terus dong. Kamu harus pilih aku … atau cewek kamu itu ? “. Terdengar suara gadis berteriak histeris. Cakka yang kebetulan melewati tempat kedua insan yang sedang bersitegang itu menghentikan langkahnya sejenak.



“ gak bisa sekarang “. Ucap Irsyad sembari merengkuh kedua pipi gadisnya itu. “ kamu yang sabar yah ! “. Ucap Irsyad lembut. Gadis itu pun menganggung setuju. Cakka hanya menggelengkan kepalanya menatap pemuda itu tak suka.





Lapangan basket…



Seorang gadis berkucir kuda berlari terburu-buru meyebrangi lapangan. Tepat ketika berada di tengah ia berpapasan dengan Irsyad dan tak sengaja menabrak pemuda itu. Irsyad menatapnya tajam. Gadis itu tampak menunduk ketakutan.



“ loe punya mata gak sih ? “. Ucap Irsyad emosi dan mendorong gadis itu hingga nyaris terjatuh. Untung saja saat itu Cakka dengan sigap menangkapnya kalau tidak pasti gadis  itu sudah tersungkur di lapangan.



“ tolong bro, lembut sedikit sama cewek “. Ucap Cakka dan membantu gadis itu berdiri dengan sempurna. Cakka tampak tersenyum remeh.



“hahaha. Cewek ? ckck. Gadis model kayak gini gak bisa di sebut cewek “. Ucap Irsyad mengerakkan tangannya remeh .



“ loe harus minta maaf “. Ucap Cakka dingin yang tak memperdulikan ocehan  Irsyad itu. Irsyad terseyum tak peduli dan menatap gadis itu lekat.



“ maaf ya ? “. Ucapnya dan kini telah berdiri tepat di hadapan gadis itu dan melirik Cakka tajam. Dengan gerakan cepat Irsyad mendaratkan sebuah ciuman pada gadis itu, sontak membuatnya menangis. Cakka terbelalak, menatap pemuda di hadapannya itu tak percaya.



“ berengsek ! “. Seru Cakka geram refleks mendaratkan sebuah bogem mentahnya pada Irsyad kontan membuat pemuda itu tersungkur di lantai lapangan.







Agni terkesiap, menatap Cakka yang duduk di sebelahnya dengan tatapan tak percaya. Ia perhatikan wajah tampan Cakka lekat. Sedetik kemudian sebuah senyum terpatri di wajah manis Agni dan dengan gerakan kasar ia pun menghapus airmatanya.



“ makasih banyak ya, Kka “. Ucap Agni yang masih saja menatap Cakka.



“hem ? “. Cakka melirik gadis di sebelehnya itu dan memandangnya bingung. “ makasih untuk ? “.



“ pukulan loe itu pasti sakit banget kan. Biar Irsyad tau rasa “. Ucap Agni sembari tertawa kecil. Cakka tampak terkikik dan kembali meneguk minumannya.



“ kalau loe mau gw pukul dia lagi… bilang aja ya manis “. Ucap Cakka lembut dan mendekatkan wajahnya kearah Agni. Agni menatap mata hitam milik Cakka lekat. Ia tersenyum. Senyum yang mungkin baru kali ini ia perlihatkan untuk Cakka.



“ Oke !! “ seru Cakka dan mengacak rambut Agni.





***



“ kita putus !! “. Seru Agni tegas saat Irsyad tengah menikmati makan siangnya di kantin sekolah. Ia mendongak menatap sosok Agni yang tersenyum manis tak percaya.



“ loe apa-apaan sih ? “. Tanya Irsyad tak mengerti dan bangkit dari duduknya menatap lurus tepat dua manik mata Agni  lekat.



“ makasih atas semua KEBOHONGAN loe selama ini ya, Syad “. Ucap Agni dan dengan tenangnya mengguyur Irsyad dengan jus melon pesanannya. “ satu lagi… semoga langgeng sama Oik ya “. Ucap Agni menepuk pelan pundak Irsyad dan berlalu. Irsyad benar-benar mematung di tempatnya berdiri.



“ apa loe liat-liat ? “. Seru Irsyad dan menatap semua mata yang berada di kantin  itu tajam.





***



“ aaah. Leganyaaaa “. Gumam Agni dan merebahkan tubuhnya di atas sofa. Ia tampak tersenyum geli mengingat kejadian siang tadi di sekolah. “ hahaha. Belum pernah gw ngerasa sesenang ini “. Gumam Agni dan memejamkan matanya.



“ oh ya ! “. Seru sebuah suara, Agni kontan membuka cepat matanya dan dapat ia lihat Cakka telah menatap tepat dua manik matanya yang kini setengah berjongkok di atas kepalanya.



“ sejak kapan loe di situ ? “. Tanya Agni yang entah mengala merasa mulai salting.



“ hemmm… dari loe bilang ‘leganya’ “. Jawab Cakka santai.



“ loe emang kayak hantu aja sih “. Ucap Agni dan memundurkan tubuh Cakka agar saat ia bangkit untuk duduk kepala mereka tak beradu.



“ iya dong. Gw memang akan selalu menghantui hidup loe “. Ucap Cakka dan menjatuhkan pantatnya tepat di samping Agni.



“ egh, di sana masih banyak bangku kosong. Ngapain loe ngepet ke gw banget sih. Minggir ah loe “. Ucap Agni dan berusaha menyingkirkan Cakka.



“ gak ah. Gw mau disini aja. Di deket loe lebih yaman “. Ucap Cakka yang dengan seenaknya meletakkan kepalanya di pundak Agni. Agni tersentak kaget.



“ apaan sih “. Protes Agni yang hendak berdiri, dengan sigap Cakka pun meraih jemari Agni dan di genggamnya erat.



“ igh Cakka apaan sih “.



“ pleaseee. Sebentar aja “. Ucap Cakka yang mulai memejamkkan matanya. Agni hanya menghela nafas sembari melirik Cakka sekilas dan tanpa sadar sebuah senyum penuh arti tersungging di sudut bibirnya.









***



Agni duduk termangu di depan meja belajarnya sembari menatap keluar jendela dengan perasaan yang sulit di deskripsikan. Sesekali ia tampak mengangguk lalu sedetik kemudian ia menggeleng. Entah apa yang saat itu ia pikirkan. Pikirannya sembraut. Padahal baru beberapa jam lalu ia merasa puas karena lepas dari Irsyad. Tapi kenapa malam ini ia malah terlihat begitu uring-uringan.



“ gak . gak mungkin gw suka sama Cakka . gak gak gak “. Seru Agni sembari menggelengkan kepalanya dan kembali menatap keluar jendela lekat. Ia terdiam sejenak, sesaat kemudian ia tersenyum. Seperti potongan puzzle ingatan Agni berputar cepat mengingatkannya akan sosok Cakka.







“ makasih ya ! “. Agni masih bisa mengingat betul senyum manis Cakka saat pertama kali bertemu dengannya.



.

.



“ tangan gw sakit “.



“ LOE !! “.  Agni kembali tersenyum geli mengingat kejadian pertama kalinya Cakka menjadi siswa baru di kelasnya.

.

.



“ Cakka.. gw gak bisa berenang “.  Kali ini Agni menutup wajahnya menahan malu bila mengingat kejadian itu. Di tambah kejadian waktu Cakka tak sengaja mencuri first kissnya yang nyaris membuat Agni seakan melayang bila mengingatnya kini. Ia telungkupkan wajahnya di kedua lipatan tangannya sembari menggeleng kecil.



“gak. Gw gak mungkin jatuh cinta sama dia. Pertama, dia udah bikin kaki gw sakit selama seminggu. Kedua, dia udah jadiin gw kurir tukang anter makanan tiap sore kalau bonyoknya pergi. Ketiga, dia udah hampir bunuh gw di kolam renang. Kempat, dia udah nyolong first kiss gw. Trus, dia juga suka bertindak seenaknya. Gak mungkin gw jatuh cinta sama dia. Gak mungkin “. Oceh Agni panjang lebar sembari geleng-geleng kepala tak jelas.





***



Minggu siang ini, Agni dan ketiga sahabatnya berkumpul di gazebo rumah Agni yang telah menjadi markas mereka. Agni telah menceritakan prihal dirinya semalaman suntuk trus saja memikirkan sosok Cakka.



“ heeem. Gw rasa sih, loe memang udah jatuh cinta sama dia deh, Ni “. Ucap Nova sembari menyeruput orange jusnya.



“ yap. Bener banget. Ni, loe jangan gengsi buat akui. Ntar kalau orangnya ngilang aja, baru deh loe nyesel “.



“ setuju gw sama Ify, Nova. Loe harus jujur. Gak perlu gengsi lagi, Ni “. Agni memandang ketiga rekannya satu per satu. Yah. Mungkin ketiga gadis itu benar kalau sekarang dia udah mulai jatuh cinta pada Cakka. Tapi yang jadi masalahnya sekarang adalah, apa Cakka juga mempunyai perasaan yang sama seperti dia.



“ tapi gw takut “. Ucap Agni lirih.



“ takut ? takut apa ? “. Tanya Nova sembari meraih jemari Agni dan menggenggamnya erat.



Agni tampak menghirup udara dan menghelanya perlahan. “ gw takut, kalau dia gak punya perasaan yang sama kayak gw “. Ucap Agni sembari menunduk. Ketiga sahabat Agni tampak tersenyum dan saling berpandangan.





***



“ loe dimana sih ? “.



“ Cakka !! “. Seru seorang gadis tak lama sembari melambaikan tangannya kearah Cakka.



“ Dea “.



“ huaaa. Kangen sama kamu “. Ucap seorang gadis bernama Dea itu tiba-tiba sembari memeluk Cakka erat.



“ haha. Iya iya. aku juga kangeeeen banget sama kamu “. Ucap Cakka melepas pelukannya dan mengacak rambut Dea pelan. “ kenapa baru bilang kalau udah balik dar aussi ? “. Tanya Cakka menatap gadis cantik di depannya itu tajam.



Dea tampak tersenyum sembari memeluk lengan Cakka. Tanpa menjawab pertanyaan Cakka Dea terus saja berjalan dan menyeret  lengan pemuda itu.





.



.



“ ah loe sih, gak ngajak gw battle. Gak asik “. Gadis ini tampak senang sembari menikmati icecream coklat kesukaannya dan berjalan mundur.



“ yah elah, Ni. Loe kayak gak tau si Alvin aja sih. Ntar kalau gw ajak loe, pasti gw habis nih sama dia “.



“ gak seru ah loe, Zy. Gak bisa liat temen seneng aja. Cpcp.  “ ucap Agni dan dengan gerakan cepat memutar balik badannya.



“ aaah. My dress  “. Seru seorang gadis saat icecream yang Agni pegang mengenai pakaian gadis tersebut. Agni kontan kaget dan menutup mulutnya dengan tangan.



“ sorry, sorry. Gw gak sengaja “. Ucap Agni gelagapan membantu gadis itu membersihkan sisa icenya di dress gadis tersebut.



“ oke. No matter. Already, I’ll clean “. Ucap gadis itu menepis tangan Agni halus.



“ mending kita ke toilet dulu aja, bersihin baju kamu. Ayo “. Agni seketika mengangkat wajahnya, memastikan pemilik suara yang saat ini berdiri sejajar dengan wanita bule –menurut Agni- itu ragu.



“ Cakka !! “. Seru Agni kaget, saat pemuda yang saat ini ia lihat memanglah Cakka.



“ hay. Sorry, gw luan ya “. Ucap Cakka seadanya dan pergi begitu saja dari hadapan Agni.





.



.



“ loe bisa cerita sama gw ? “. Ozy menyodorkan tissue kearah Agni. Hampir satu jam ia menangis di taman kompleks. Agni menggeleng kecil sembari menerima tissue pemberian Ozy dan menghapus airmatanya.



“ sakit banget, Zy. Lebih sakit dari waktu gw lihat Irsyad sama cewek lain. Huh. Hati gw tuh rasanyaaa…aaa “. Ucap Agni lirih sembari memegangi dadanya yang terasa sesak.



“ cowok tadi maksud loe ? “. Tebak Ozy. Agni pun sedikit mengangguk. “ pacar loe ? “. Agni menggeleng.



“ bukan siapa-siapa gw. Cuma cowok yang udah berhasil buat  hati gw porak poranda kayak gini “. Ucap Agni berusaha menahan tangisnya.



“ ya ampun Agni. Sejak kapan loe jadi cengeng kayak gini sih ? “. Gumam Ozy sembari merangkul Agni berusaha memberinya kekuatan. Agni pun hanya menggeleng lemah dan dengan kasar menghapus air matanya.





***



“ Agni pulang !! “. Dengan gontai Agni memasuki rumah. Ia tak memperhatikan beberapa pasang mata yang saat itu tengap menatapnya heran.



“ eh, princess kakak udah pulang “. Ucap Alvin yang baru saja turun dari kamarnya saat berpapasan dengan Agni. Agni mengangkat wajahnya, seketika Alvin tersentak saat melihat mata princessnya itu membengkang. “ loe kenapa ? “. Tanya Alvin panik.



“ kak Alviiiin “. Kembali tangis Agni tumpah. Di peluknya kakak satu-satunya itu erat.



“ loh, Agni kenapa ? “. Seru Ana terheran-heran. Begitu pula dengan kedua orang tua Agni yang tampak mengerutkan dahi menatap kedua anak mereka yang saling berpelukan itu bingung.



“ Cakka kesana sebentar ya ma, tante “. Pamit Cakka dari duduknya dan berjalan kearah Alvin dan Agni.



“ loe kenapa sih dek ? “. Tanya Alvin lagi. Ia elus rambut panjang adiknya itu lembut berusaha membuatnya tenang dan meredakan sedikit tangisnya.



Agni merasa sebuah tangan berbeda kini mengelus punggunya hangat. Perlahan-lahan suara tangis Agni mereda. Ia mengerutkan dahi dalam pelukan Alvin. Perlahan ia angkat kepalanya menatap Alvin lekat. Alvin tersenyum. Ia hapus air mata adik kesayangannya itu pelan.



“ kamu kenapa, Ni ? “. Suara berat Hardian mengagetkan Agni. Sontak ia menoleh kebelakang dan benar-benar terkejut saat mengetahui bahwa Cakka lah yang telah meredakan tangisnya tadi. kembali ia jatuhkan pandangannya jauh di belakang punggung Cakka.



‘ aih. Jadi dari tadi gw di tontonin dong ‘. Batin Agni sembari menggigit bibir dalamnya menahan malu.





***



“ hay ! “ seru Cakka. Agni tak menggubris, ia bangkit dari duduknya dan meneruskan larinya. Cakka tampak mengerutkan dahi menatap Agni bingung.



“ loe semalam kenapa nangis ? “. Tanya Cakka yang kali ini berhasil mensejajarkan langkahnya dengan  Agni. Agni melirik dengan ekor matanya dan semakin mempercepat larinya.



“ Ni. Hey ! “. Seru Cakka geram dan menarik lengan Agni hingga ia berhenti berlari.



“ igh, apa-apaan sih. Lepasin. Gw mau lari “. Ucap Agni menyentak cekalan Cakka dan melanjutkan langkahnya. Tapi baru saja beberapa langkah karena tidak hati-hati Agni pun terjatuh dan membuat kulit lututnya yang tak tertutupi terluka. Cakka yang melihatnya pun dengan cepat berlari kearah Agni dan menatap gadis itu cemas.



“ loe gak papa. Ya ampun kaki loe berdarah “. Ucap Cakka sembari memegang lutut Agni dan meniup lukanya agar tak terasa perih.



“ gw gak papa. Gw bisa sendiri kok “. Ucap Agni menepis tangan Cakka kasar. Matanya mulai terasa perih sekarang, sekuat tenaga ia mencoba agar ia tak menangis.



“auuh “. Agni kembali terjatuh. Cakka yang melihatnya pun langsung menariknya dan mengangkat Agni menaiki punggungnya dengan paksa.



“ gw gak mau. Gw bisa jalan sendiri “. Teriak Agni yang kali ini tak bisa membendung airmatanya. Di dorongnya punggung Cakka hingga tersungkur. Cakka tersentak kaget. Di tatapnya Agni yang kini menunduk dengan dahi berkerut.



“ gw bisa sendiri. Loe gak perlu khawatirin gw “. Ucap Agni dengan suara bergetar. Luka di kaki Agni terlihat semakin parah. Darah segar itu pun mengalir dengan derasnya  membuat Cakka sedikit bergidik.



“ loe gila ya. Kaki loe udah kayak gitu masih aja ngeyel “. Geram Cakka yang kali ini intonasi suaranya terdengar meninggi.



“ kaki gw gak sakit “. Ucap Agni masih menunduk.



“ Agni. Kaki loe berdarah kayak gitu. Bohong banget kalau itu gak sakit sama sekali “. Ucap Cakka yang kali ini menatap Agni yang masih menunduk tajam.



“ KAKI GW GAK SAKIT !! TAPI HATI GW !! “. Ucap Agni yang akhirnya mengangkat wajahnya. Cakka terpaku ia dapat melihat mata coklat Agni yang hanya berjarak satu jengkal itu dengan jelas. Mata indah itu kini terlihat basah. Bahkan crystal crystal bening itu pun telah sukses mengalir di pipinya. Cakka membisu. Ia terhanyut oleh tatapan pilu gadis di hadapannya itu. Ia merasa jatungnya terasa remuk, hatinya tersayat, jiwanya terbakar saat melihat cairan bening itu mengalir dengan bebasnya dari mata gadis yang saat ini -ia akui- sangat ia cintai.



Tanpa bicara lagi Cakka perlahan mengkat tubuh Agni ke punggungnya. Agni yang merasa tak dapat memberontak lagi pun menurut. Cakka merasa perih, selama perjalanan ia mendengar suara tangis kecil dari Agni. Ia ingin menanyakan kenapa gadis itu menangis, tapi melihat keadaannya dia memilih untuk diam saja.



***



Cakka terlihat gelisah di tempat tidurnya. Ucapan Agni pagi tadi terus saja terngiang di telinganya.



“ KAKI GW GAK SAKIT !! TAPI HATI GW !! “.



“ huh ! loe kenapa sih, Ni ? “. Gumam Cakka sembari membasuh wajahnya bingung.



Beberapa saat kemudian Cakka pun berjalan ke jendela kamarnya menatap lekat kamar yang berada tepat di depan kamarnya itu lekat. Dapat di lihatnya dengan jelas Agni menulis sesuatu di lembar-lembar kertas oregami dengan ekspresi yang sulit di artikan. Ia merasa ada yang di sembunyaikan gadis itu, tapi apa. Angin bertiup cukup kencang. Kertas yang sedari tadi Agni tulis berterbangan kemana-mana. Cakka tersenyum lucu saat melihat gadis itu berlari-lari kecil mengumpulkan beberapa kertas yang dapat ia selamatkan.  Selembar kertas mendarat di balkon kamar Cakka. Dengan rasa penasaran Cakka pun keluar dan menuju balkon kamarnya.



‘gw cinta sama loe…’



Cakka terperangah saat membaca penggalan kalimat yang  yang di tulis oleh Agni. Di liriknya kebawah, ternyata kertas-kertas itu juga banyak yang bertaburan di sana. Ia lihat Agni yang juga melihat ke bawah. Wajah gadis itu tampak panik. Sedetik kemudian Agni pun berlari keluar kamarnya. Cakka yang merasa harus tau siapa cowok yang telah mencuri hati gadisnya itu pun dengan sigap ikut berlari keluar kamarnya.



“ Cakkaaa. Mau kemana kamu ? “. Terdengar seruan kecil saat hentakkan kaki Cakka terdengar menuruni anak tangga.



“ sebentar ma, Cakka Cuma kedepan “. Ucap Cakka seadanya.







Cakka telah tiba di halaman rumahnya yang kebetulan bersatu dengan halaman rumah Agni, jadi dengan sangat leluasa baginya memunguti tiap lembar kertas kertas itu. Agni masih belum tampak juga batang hidungnya. Dengan tak sabaran Cakka membaca satu persatu kertas yang ia temukan.



Gw benci loe…



Aaah.. kenapa gw bisa jatuh cinta sama loe..



gw bingung…



cinta… cinta..cinta…



pleasee. Bilang kalau loe juga cinta sama gw..



loe udah buat gw nangis kemaren…



sakit waktu liat loe jalan sama cewek…



bukan kaki gw yang sakit… tapi hati gw…



loe buat gw nangis lagi…







Cakka mengerutkan dahinya membaca tiap penggalan kalimat tersebut. Ia merasa ada yang janggal. Dengan teliti Cakka pun masih berusaha mencari kertas lainnya di sekitar halaman.



“ nah itu ! “. Seru Cakka saat melihat selembar kertas berwarna baby pink berada di halaman rumah Agni.  Gerakan tangan Cakka terhenti saat sebuah tangan lain juga meraih kertas tersebut. Cakka melirik kearah si empunya tangan.



‘mampus gw ! ‘. Batin Agni yang kini merasa sulit bernafas. Keduanya bangkit masih dengan posisi memegang kertas tersebut di masing-masing sisinya.



“lepas “. Ucap Cakka lembut. Agni yang merasa jantungnya kini berdetak tak karuan pun menggeleng kuat sembari menarik kertas di genggaman Cakka. ‘krek’. Cakka menatap Agni tajam saat kertas ditangannya itu sobek.  Sesaat Agni tampak  menghirup udara mencoba menenangkan diri sembari menutup matanya rapat-rapat.



Cakka membalik kertas tersebut perlahan. ‘I LOVE U CAK..’ .



“mati gw ! “. Gumam Agni pelan. Cakka yang dapat melihat gerak bibir Agni itu pun tampak tersenyum  sembari mendekat kearah Agni.



“ I love you too!! “. Bisik Cakka tepat di telinga Agni. Seketika  Agni  membeku. Perlahan ia membuka matanya. Saat ini Cakka tengah memeluk tubuh Agni erat. Di elusnya punggung gadis yang sangat ia cintai itu lembut.



“ gu.. gw… “ agni terbata. Ia tak tau kosa kata apa yang harus ia ucapkan sekarang. Perlahan Cakka melepas pelukannya dan menatap Agni sembari merengkuh pipi mungil itu erat.



“ loe gak perlu bilang apa-apa. Walau Cuma separoh. Gw tau itu gw kan “. Ucap Cakka pede.



“ igh. Geer banget sih loe “. Ucap Agni berusaha menenangkan dirinya.



“ yakin bukan gw ? “. Pancing Cakka. Agni tampak berfikir dan menatap Cakka lekat.



“ buat loe. Sorry. Gak seharusnya gw bilang cinta sama pacar orang lain “. Ucap Agni sesaat kemudian dengan kepala menunduk.



“ pacar orang lain ? “. Tanya Cakka dan merengkuh wajah Agni kembali. Agni pun mengangguk sekilas serambi meremas kemeja Cakka erat.



“ cewek yang waktu itu di mall sama loe “. Ucap Agni ragu. Cakka tampak berfikir sejenak. Sesaat kemudian ia pun tampak tertawa kecil. Agni mengerutkan dahinya bingung mendengar gelak Cakka itu.



“ ya ampuuun. Itu Dea. Dia sepupu gw yang kebetulan liburan disini. Baru aja tadi pagi balik ke aussi “. Jelas Cakka.



“ sepupu ? “.



“ iya. Hemm.. bearti, yang loe nangis sambil meluk Alvin, loe nangis karena ngeliat gw sama Dea ? “. Tanya Cakka menatap Agni lekat. Lagi-lagi Agni hanya mengangguk.



“ haha. Dasar loe. Gw Cuma cinta sama loe. Loe ini, cemburu ya ? “. Ucap Cakka gemas sembari mencubit pipi Agni.



“ igh. Tau ah “. Ucap Agni pura-pura ngambek dan hendak berbalik, tapi dengan sigap Cakka menarik lengan Agni yang sedari tadi ia pengang dan dengan cepat  merengkuh tubuh mungil gadis itu –lagi-.



“ eghem. Woyy udah malam. Besok aja pacarannya !! “. Teriak Alvin dari lantai dua rumah mereka. Cagni kaget dan melepas pelukan mereka begitu saja dan menatap Alvin kesal.



“ Cakka “. Seru Ana lembut sembari terseyum dari depan pintu rumah mereka sembari menggeleng kecil. Cakka pun tampak salting dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.



“ hem.. Agni gw sayang loe. Selamat malam. Semoga mimpi indah “. Ucap Cakka dan dengan gerakan cepat mengecup pipi Agni lama.



Agni terdiam di tempat sembari menatap Cakka yang berjalan menuju rumahnya dengan tatapan berbinar. Perlahan ia raba pipinya sembari tersenyum.



“ malam Cakka…. Malam tante Ana “. Seru Agni sedikit melambai dan tertunduk malu. Sesaat kemudian ia pun berlari menuju rumahnya.







“ dasar kamu yah . udah tau malam. Masiiiih aja ngajak Agni keluar. Kalau pacar tersayang kamu sakit gimana, huh ? “. Ucap Ana sembari menjewer kuping Cakka memasuki rumah.



“ eh. Iya iya ma. Ampun. Gak lagi deh. Janji “. Seru Cakka berusaha  melepas jeweran sang ibu. Sementara Alvin tampak tertawa geli melihat tingkah sahabat dan adik tersayangnya itu. Cakka tertawa kecil  sembari sesekali meliri kearah rumah Agni.

Sumber : http://arastory.wordpress.com/2011/12/20/my-real-love/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar