"Sefti..." teriak Dhan memanggil sahabat baiknya dari kejauhan
Sefti menghentikan langkahnya sambil memamerkan senyum manisnya pada Dhan yang berjalan menghampirinya.
"ada apa Dhan?"
"ga ada apa sih, cuma pengen ke kelas bareng loe aja"
"tumben"
"kan gue sayang sama loe"
"iyah deh, gue ngerti"
Dhan dan Sefti melangkahkan kakinya menuju ruang kampus yang sudah di huni beberapa mahasiswa. Mereka duduk dan mengambil posisi seperti biasa. Sefti yang duduk hanya memperhatikan sekelilingnya sedangkan Dhan duduk sambil membolak-balik buku yang dia bawa tadi pagi.
"hei Dhan..." sapa Mosha gadis berponi dengan kaca mata besar sebagai ciri dirinya berdiri di samping meja Dhan
"eh kamu Sha, ada apa?"
"ga ada apa-apa kok, sekalian nyapa kamu aja"
"Oh, iya-iya"
"ntar siang kamu sibuk ga? Aku mau ajakin kamu makan siang di luar"
"aku udah janji sama Sefti, maaf ya"
"iya, lain waktu kan bisa"
Mosha duduk di bangku tepat di belakang Dhan, dia hanya memandangi Dhan sambil tersenyum di belakang.
Usai jam kuliah, Sefti menagih Janji Dhan untuk makan siang bersamanya. Dhan mengiyakan ajakan Sefti, dan akhirnya mereka menyambangi satu rumah makan yang tidak jauh dari kampus.
"Dhan, dua bulan lagi kan kita bakalan jadi sarjana, terus seperti yang gue bilang ke loe kalau gue bakal lanjutkan kuliah gue di sydney. Gue minta loe jangan lupain gue ya, Loe tuh sahabat terbaik untuk gue"
"loe apaan sih, belum juga loe pergi. Dan gue janji sama loe, kalau gue ga bakalan lupain loe"
"thanks banget ya. Loe emang sahabat gue yang paling baik"
Dhan tersenyum membalas ucapan Sefti yang terakhir. Hubungan persahabatan yang sudah mereka bina sejak SMA sudah di warnai dengan cek cok yang mungkin bisa menghancurkan hubungan mereka, tapi karena kepercayaan satu sama lain, mereka mampu menepis cemooh orang lain tentang persahabatan mereka.
***
Bulan yang sudah menggantikan tugas sang surya kini mampir di sudut jendela yang ternganga di kamar Sefti. Sefti berbaring sambil telungkup dan membuka buku diary mungil yang selalu menemani kisah hidupnya selama ini. Segala pernah pernik hidupnya sudah dia rangkum jelas di dalam buku diary mungilnya itu.
"makasih untuk hari ini. Kamu terindah untuk aku, sahabat yang paling baik untuk aku. Ga akan pernah aku sia-siakan orang seperti kamu"
Untaian kalimat sederhana yang di gerakkan oleh jari-jari indah Sefti terurai di kertas putih polos diarynya.
Sefti menutup buku diary mungilnya dan membaringkan tubuhnya di kasur kesayangan. Pandangannya menuju sebuah foto yang terpampang besar di atas dinding hampir menuju langit-langit kamarnya. Sefti tersenyum kala dia menatap foto itu.
"loe perfect banget sih Dhan, sumpah perfect banget" gumamnya sambil tersenyum.
***
Si kuning yang menyala-nyala telah kembali mencuat ke permukaan bumi untuk memberi kehangatan insan muda di pagi hari. Cuaca yang cukup terik di waktu sekitar pukul 7 tidak di hiraukan oleh siapa pun untuk menjalankan aktifitas.
Dhan tiba di kampus saat ruangannya masih sepi. Dia masuk perlahan ke ruang sastra tempatnya biasa menuntut ilmu. Saat tiba di bangkunya, dan saat ingin meletakkan tasnya di meja, Dhan melihat sepucuk surat dan boneka teddy bear kecil berwarna biru muda. Surat yang terhimpit oleh tangan boneka tersebut di ambilnya dan di bukanya perlahan.
"Senja itu masih ada disini, meski aku ga mampu memilikinya, tapi aku mampu merasakan indah dirinya. Kamu adalah sosok terindah untuk aku, makasih untuk semuanya. Boneka teddy itu ada sepasang, satu untuk kamu dan satu lagi untuk aku, karna aku harap cinta ini ga akan putus ke kamu. You're secret admirer"
Kening Dhan berkerut saat dia membaca surat misterius itu. Dia tersenyum kecut saat selesai membaca surat dari pengagum rahasianya. Dia mengambil boneka biru dan melihatnya.
"gila nih orang kali ya, bisa suka sama gue" ucapnya.
Saat Dhan sedang tertawa kecil, dua tangan berkulit putih merangkulnya dari belakang, lalu memutar arah rangkulannya ke hadapan Dhan.
"loe kenapa ketawa sendiri?"
"gue lucu aja, ada yang ngirim beginian ke gue" jawab Dhan sambil menunjukkan barang dari pengagum rahasianya
Sefti mengambil surat yang di tunjukkan Dhan. Dia membaca surat singkat penuh makna dari pengagum sahabatnya itu. Sefti ikut tertawa dan meledek Dhan.
"Dhan punya secret admirer. Wow keren"
"aneh banget nih orang. Bikin gue hutang budi aja"
"jadi loe ga suka? Sini buat gue aja?" kata Sefti sambil mengambil barang-barang itu dari genggaman Dhan.
"enak aja loe, itu hak gue tau" kata Dhan mengambil kembali barang-barangnya.
"tadi nolak, sekarang mau. Aneh loe"
"hehe"
***
Dentingan waktu berlalu seiring menit demi menit terlewati oleh langkah kaki yang berjalan meninggalkan masa lalu menuju sebuah masa depan yang di impikan tiap insan.
Sudah dua bulan Dhan terus mendapat kiriman paket tidak jelas dari secret admirernya. Untaian kata yang indah di tulis dalam tiap surat yang berbeda. Dan selain surat, sang secret admirer terkadang juga mendampingi surat dengan setangkai bunga, boneka, kalung, cincin, dan barang-barang yang sangat etis di gunakan oleh sepasang kekasih.
Barang-barang yang dia dapat dari sang secret admirer di kumpulkan di satu lemari kecil di kamarnya.
"loe liat tuh. Gila banget ya, udah dua bulan gue dapat barang-barang gila ini. Mau gue buang sayang sama orangnya"
"iya ya Dhan, aneh banget tau ga. Terus dia juga selalu anterin ini meski hari minggu. Dan seminggu yang lalu, waktu loe bilang kalau loe ga bisa keluar untuk makan siang karena banyak tugas, dia anterin makanan ke loe Kan?"
"iya Sef. Heran gue liat tuh orang. Kenapa dia selalu tau tentang gue. Dan sekarang di saat gue udah tamat kuliah masih aja dia ngirim barang ga jelas gini"
"ya udah lah, mau di gimanain lagi coba? Setiap kita usaha pengen tau siapa itu orang pasti ga bisa, dan selalu dia ga ketahuan"
"biarin aja lah, ga urus banget sama masalah gini"
"atau jangan-jangan, Mosha yang ngelakuin semua ini? Loe kan tau kalau dia tuh selalu pengen dekat sama loe"
"ga mungkin banget Mosha ngelakuin ini. Dia itu terlalu polos
"hei, kita pernah tau apa isi hati orang, dan menurut gue sikap Mosha tuh beda banget ke loe, seolah-olah dia suka sama loe"
"ngawur banget sih loe Sef"
"mending sekarang loe temui dia dan loe tanya baik-baik ke dia"
Dhan diam, dia memikirkan saran yang diajukan Sefti padanya. Dalam benaknya, dia sangat ragu kalau semua ini adalah perbuatan Mosha, tapi demi kepentingan privasinya, Dhan menghubungi Mosha.
"iya Dhan" jawab Mosha via telfon
"bisa kita ketemu di restoran pawon pitoe sekarang?"
"ada apa Dhan? Kok mendadak gini?"
"gue pengen jalan sama loe?"
"kalau aku jalan sama Dhan, pasti semuanya akan terbongkar. Ntar Dhan jadi illfeel sama aku" ucap Mosha dalam hati"
"kamu bisa kan Sha?"
"eh iya, aku bisa kok"
"aku tunggu kamu 15 menit lagi"
"iya"
Dhan mengakhiri komunikasi via telfonnya dengan Mosha. Masih ada keraguan untuk menuduh Mosha sebagai dalang di balik orang yang mengirim sesuatu tidak jelas padanya. Dhan langsung menarik tangan Sefti dan membawa beberapa barang yang di terimanya dari sang pengagum rahasia.
Sampai di restoran Dhan duduk menghadap badan jalan memperhatikan kedatangan Mosha yang belum muncul. Sedangkan Sefti hanya duduk sambil mengutak-atik handphonenya.
Seorang gadis berkulit putih, tinggi, mengenakan kaos putih bercorak hati dengan celana jeans serta rambut terkucir dan poni yang indah berjalan santai dari pintu masuk restoran itu. Dari kejauhan dia tersenyum melihat Dhan sudah menantinya. Dia berjalan perlahan hingga akhirnya sampai di tempat Sefti duduk dengan Dhan.
"hei..."
"maaf ngerepotin kamu ya Sha, ada satu hal yang mau aku tanya ke kamu, aku mohon kamu jawab jujur"
"ada apa?"
"apa kamu pemilik barang-barang ini?"
Mosha memperhatikan barang-barang yang di tunjukkan Dhan. Dengan wajah polos sambil terus memusatkan pandangannya, Mosha menggelengkan kepalanya.
"ini bukan barang-barang aku Dhan, enggak satu pun dari barang-barang ini milik aku"
"kamu yakin Sha? Kalau kamu jujur aku ga akan marah sama kamu"
"Dhan, aku emang suka sama kamu, tapi enggak dengan cara seperti ini aku menciptakan kamu. Kalau aku mau, aku bisa antar barang-barang seperti ini langsung ke kamu enggak dengan cara konyol seperti ini"
"maaf ya, aku bukan menuduh kamu"
"aku ngerti kok"
"seandainya aku tau siapa yang mengirim barang ini, aku ga akan pernah maafin dia, dia akan jadi orang yang aku benci selamanya"
"makasih ya Sha kamu udah mau temui Dhan"
"sama-sama Sef. Aku langsung balik ya, ada yang harus aku urus"
Mosha meninggalkan Dhan dan Sefti. Setelah kepergian Mosha, Dhan dan Sefti duduk berdua di tempat tadi. Di temani segelas lemon tea dan jus alpukat kesukaan Dhan mereka masih membicarakan secret admirer yang misterius.
"gue curiga sama Mosha. Tadi dia yakin banget mau ketemu gue tapi tiba-tiba aja dia buru-buru pulang"
"udah lah Dhan, ngapain sih kamu ngurusin si secret admirer ga jelas itu"
"bukan ga suka Sef, aku ga enak sama dia. Dia ngorbanin waktu dia, keuangan dia hanya untuk sesuatu yang menurut aku ga penting"
"aku ngerti, tapi mau di apain lagi?"
"iya Sef, percuma banget aku ngurus hal ga penting ini"
"gitu dong. Sekarang aku mau ngomongin tentang planning aku besok"
"kamu jadi pergi Sef?"
"iya Dhan, kemarin mama udah telfon aku dan minta aku untuk segera ke sana. Apalagi di tambah urusan kantor papa yang ga bisa terhandle"
"besok kamu pergi jam berapa?"
"pesawat aku berangkat jam 9"
"besok aku anterin kamu ke bandara ya"
"terserah kamu, kalau kamu mau ya boleh"
***
Rembulan indah kembali hadir di sisi malam yang syahdu. Sefti terlihat sibuk membereskan perlengkapan yang akan dia bawa besok selama tinggal di sydney. Setelah selesai membereskan barang-barangnya, Mosha mengambil secarik kertas dan buku diarynya. Dia membolak-balik buku diarynya mencari tulisan khusus untuk seseorang. Mosha menulis sebuah surat yang akan dia berikan pada Dhan besok.
Hari berganti, sekitar pukul 7 pagi Dhan sudah berdiri di depan pintu rumah Sefti. Belum sempat dia masuk, Sefti langsung mengajak Dhan untuk langsung berangkat ke bandara.
Selama di perjalanan Sefti duduk sambil memegang diary pribadinya, tapi pandangannya tetap terarah ke depan.
"itu buku apa Sef?"
"Oh ini, buku diary pribadi aku dong. Kenapa?"
"kok baru kelihatan sekarang?"
"Ye... Loe kemana aja? Udah lama banget nih buku sama gue"
"ga tau deh"
"gue emang jarang bawa buku ini kemana-mana, dia itu selalu ada di kamar gue"
"waktu gue ke rumah loe dan masuk ke kamar buku ini ga ada"
"alah, buku aja loe permasalahin. Udah sampe nih kita"
Setiba di bandara, Dhan dan Sefti membawa barang-barang menuju pintu chek in yang lumayan jauh dari areal parkir. Sampai di depan pintu chek in, Sefti menggenggam kedua pergelangan tangan Dhan.
"kamu janji sama aku ya, kalau kamu ga akan lupain aku apalagi sampai benci sama aku suatu saat nanti"
"aku janji sama kamu Sef, kalau aku akan tetap jadi sahabat kamu sampai kapan pun, aku akan percaya sama kamu sampai kapan pun"
"kamu nanyain buku diary tadi kan? Ini aku kasih ke kamu, di dalam buku ini ada semua cerita tentang aku dan kamu. Satu lagi, ini ada surat khusus yang aku buat ke kamu, tapi kamu baca surat-surat ini setelah aku pergi ya. Janji!" kata Sefti sambil memberi buku diarynya dan sepucuk surat yang dia tulis tadi malam.
"janji! Makasih ya udah mengizinkan aku baca diary kamu. Pasti menarik deh"
"aku masuk ya, udah mau chek in"
"hati-hati ya Sef, aku akan tunggu kamu kembali"
Sefti memeluk Dhan, air mata mengalir dari kedua kelopak matanya. Dhan menyambut pelukan sahabatnya dengannya erat.
"I will miss you, I always remember you. You're my best friend. Keep this affair"
"I will keep this affair for you. And I will be remember you"
Sefti melepas pelukannya dan berjalan perlahan meninggalkan Dhan. Masih diiringi isak tangis yang benar-benar tidak rela akan perpisahannya dengan sahabat baiknya.
Dhan masih memandangi Sefti yang perlahan semakin jauh dari pandangannya. Saat Sefti tak terlihat lagi, Dhan pun meninggalkan bandara dan kembali ke rumah.
Setiba di rumah, Dhan langsung masuk ke kamar. Dia duduk dan langsung mengambil buku serta surat yang di berikan Sefti padanya sebelum dia berangkat ke sydney.
"17 Januari aku jalan berdua lagi dengan dia, senang banget lah, dia anugerah terindah untuk aku"
Lembar demi lembar di baca Dhan perlahan. Dhan hanya tersenyum kecut melihat coretan-coretan Sefti yang benar-benar bahagia memiliki sosok sahabat seperti dirinya. Kini tibalah saatnya membaca surat khusus yang di berikan Sefti padanya.
"Hello sahabat baikku, aku pergi untuk sementara ninggalin kamu ya. Aku akan lanjutkan kuliah aku di sydney. Dhan, maafin aku ya, satu hal yang mau aku katakan ke kamu, kalau si secret admirer itu sebenarnya aku. Aku lah pengagum rahasia kamu Dhan, aku punya cinta untuk kamu. Mungkin telat bicaranya, tapi yang pasti aku ngelakuin ini supaya kamu bisa sadar tentang perasaan aku untuk kamu. Cuma kamu yang aku sayang dan maaf juga karena aku sempat menuduh Mosha melakukan semua ini, aku benar-benar cinta sama kamu. Cuma kamu, harapan aku kamu bisa balas cinta ini meski ga mungkin. You're secret admirer. Sefti"
Jadi Sefti...
Sumber : http://inkaseptia.blogspot.com/2012/08/secret-admirer.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar