Hari ini hari Sabtu, hari yang dulunya sangat kusukai entah karena apa. Tapi sekarang berbeda. Hari Sabtu hanyalah hari biasa, tidak ada yang istimewa seperti dulu.
Aku kembali menyibukkan diri dengan handphone yang sedari tadi dalam genggamanku. Bosan menunggu bus datang, aku iseng-iseng membuka twitter. Di timeline banyak tweet-tweet galau yang memuakkan. Bukannya apa, aku hanya kurang suka pada orang-orang yang mengumbar kegalauannya di dunia maya. Katakan aku munak, sok, kuper atau apapun itu, aku tidak peduli. Pendapat setiap orang berbeda, see?
Mataku masih sibuk menilik beberapa tweet. Hingga kutemukan tweet paling lebay sedunia. Menurutku.
@AzrafaMich Kamu kapan pekanya sih? Aku tuh suka sama kamu, suka banget pake d. Please, lihat aku. :’) -N-
Oh my to the God! Pengen muntah baca tweet-nya.
Aku membuka profilnya. Akun ini harus di-unfollow sesegera mungkin. Bisa masuk rumah sakit aku kalau terus-terusan nemu status galaunya di twitter. Lagian kapan sih aku nge-follow akun ini? Entahlah.
Gerakan tanganku yang hendak menekan tombol berwarna biru itu terhenti. Mataku tertuju pada header-nya yang bergambar a cup of cappuccino, kesukaanku. Di atas cream cappuccino itu tertulis huruf N dengan menggunakan choco granule.
Lalu ku-klik avatar-nya. Sebuah tulisan yang nggak kalah ‘lebay’ dengan tweet-tweet-nya: a cup of cappuccino on Saturday, without you besides me, as yesterday, now or tomorrow. But, I’ll always looking for you. Here. Forever. -N-
Tidak tahu kenapa, aku merasa tersindir. Maksudku, aku merasa tulisan-tulisan itu tertuju padaku. Jangan bilang aku GR atau apa, aku hanya merasa. Oke? Oke.
Lalu kubaca beberapa tweet-nya yang lain. Bukan karena suka, tapi karena aku penasaran.
- Aku nggak tau kapan rasa ini akan hilang. -N-
- Aku selalu nunggu kamu. -N-
Aku mulai curiga ketika membaca beberapa tweet-nya yang sudah agak lama.
- Ngeliat kamu murung, hatiku gak tenang. Kamu masih ngarepin dia? -N-
- Bisa nggak kamu berpaling sama aku? Aku selalu disini, nunggu kamu. -N-
- Hari ini, hari Sabtu. Pertama kalinya aku ngeliat kamu sedih disana, dengan secangkir cappuccino kesukaan kamu. -N-
- Aku senang kamu udah nggak sama dia lagi. :D -N-
Semakin ke bawah, tweet itu semakin menyinggungku.
- Mungkin aku cowok paling bego sedunia. Berharap kamu yang sudah memiliki dia berpaling padaku. Haha. -N-
Tweet itu di-post sebulan yang lalu. Aku berpikir, sebulan yang lalu aku memang masih berpacaran dengan seseorang.
- Ngeliat kamu sama dia itu sakit banget. Tapi asalkan kamu bahagia, aku juga bahagia. :’) -N-
Oke, sekarang aku benar-benar merasa.
*
Sepulang sekolah, aku mampir ke toko buku untuk membeli beberapa novel. Setelah mendapatkan novel yang kudamba, aku segera membayar.
“Lama nggak mampir, Na,” ujar Kamila, kasir di toko buku ini.
“Iya, La. Lagi unmood, hee.”
Kamila tersenyum, “Oh ya, pacar kamu mana, si…Erik? Nggak bareng?”
Senyumku lenyap begitu mendengar nama yang tidak ingin kudengar itu terlontar dari bibir Kamila.
“Kita udah nggak bareng lagi, La,” kataku sambil memaksakan seulas senyuman. Senyum paksa, tepatnya.
“Oh, eh, maaf, Na. Aku gak bermaksud…”
“Iya, gak pa-pa, Kamila.”
Setelah itu, aku pergi meninggalkan Kamila yang masih saja merasa bersalah. Aku menyeka air mata yang entah sejak kapan mengalir di pipiku. Kenapa aku belum bisa ngelupain Erik?
BRAK.
Tubuhku oleng dan hampir terjatuh ke aspal kalau saja sebuah tangan tidak menahannya.
Aku melongo dengan posisi ini. Posisi yang kerap kali kulihat di FTV-FTV.
“Kamu baik-baik aja, kan?” Suara lembut itu menyadarkanku.
“Mmm…ya.” Aku segera berdiri tegak setelah kurasakan pinggangku mulai pegal, karena posisi setengah kayang. (Note: bisa bayangin posisiku tadi, gak? Ituloh, posisi pas si cowok meluk pinggang si cewek, terus yang cewek hampir jatuh dengan posisi menengadah ke atas. Paham? Kalo nggak ya udah.)
“Makasih,” gumamku kemudian pergi dari sana.
Aku membuka pintu kafe dan mengambil duduk di pojokan. Aku memesan cappuccino seperti biasa. Tak berapa lama, pesananku datang. Aroma khas cappuccino langsung menggoda indera penciumanku. Hmm, aku memang pecinta cappuccino. Jangan tanya kenapa karena aku tidak tahu alasannya.
Aku teringat, dulu, sekitar sebulan yang lalu, Erik pergi begitu saja setelah mengatakan kalau ia tidak mencintaiku lagi. Alasannya basi. Dia bilang aku terlalu realistis. Dia bilang aku terlalu kaku. Dia bilang aku nggak manis kayak cewek kebanyakan.
Udah jelas kalau dia bukan cowok yang patut untuk ku-galau-in. Tapi entah kenapa, aku masih sering mengingatnya, mengingat semua tentangnya.
Aku masih dalam proses move on. Nggak mudah ngelupain Erik. Waktuku yang kuhabiskan setahun lebih bersamanya benar-benar menggerogoti akal sehatku. Setiap saat, kenangan itu datang. Tapi, perlu kalian tahu kalau aku-tidak-pernah-mengumbar-kegalauan-di-sosmed. Catat! Aku realistis? Memang.
Aku menyesap cappuccino-ku sambil mantengin timeline. Ada tweet-nya Melan.
@MelanAnggia sampai kapanpun cinta nggak akan bisa dipaksa.
Benar kata Melan. Erik pun tidak mungkin kupaksa untuk mencintaiku apa adanya. Jadi, let him go aja. Simpel. Tapi susah dijalani.
Kemudian akun itu, akun yang kemarin tidak jadi ku-unfollow, muncul di timeline.
@AzrafaMich untuk pertama kalinya kita bertemu, tatap muka dengan jarak sedekat itu. You should know that I’m so glad :) -N-
@AzrafaMich mungkin sekarang waktunya untukku pergi. Goodbye, N.
Lagi, aku merasa. Tiba-tiba ada sebuah notification. Aku melihatnya segera.
Dari @AzrafaMich, isinya:
@NunaFelicia It’s you. N.
Aku membatu.
*
Lima bulan sudah berlalu semenjak aku mengetahui fakta mengejutkan. Pertama, aku punya secret admirer penggalau yang tidak kusukai. Kedua, ia tahu segala hal tentangku. Ketiga, ia selalu menungguku membalas perasaannya. Keempat, ia menyukaiku. Kelima, ia menyayangiku. Keenam, ia mencintaiku. Ketujuh, ia hilang tanpa kabar.
Ya, aku tidak pernah menemukan tweet-nya lagi di twitter. Aku malu mengakui bahwa aku merindukan tweet galau bin lebay-nya tentangku. Aku malu mengakui bahwa aku menyukainya semenjak hari itu.
Penyesalan memang selalu datang belakangan. Tapi apa yang bisa kulakukan sekarang? Nothing. Azrafa Michael, nama cowok yang menyukaiku selama beberapa tahun itu sudah pergi entah kemana.
Lima bulan terakhir, setiap hari aku mendapat hadiah darinya. Ada boneka teddy bear, foto-fotoku yang dicurinya secara diam-diam: ada di sekolah, di toko buku, di kafe, di halte, di taman, di dalam bus, di tengah jalan. Aku tidak pernah sadar kapan dan bagaimana caranya memotretku.
Setiap harinya juga Azrafa mengirimiku bunga mawar putih beserta kartu ucapan yang membuatku seperti orang gila sepanjang hari saking gembiranya.
Dan sekarang, Azrafa berhasil membuatku rindu setengah mati.
“Kamu kemana sih? Nggak tau kalau aku kangen?” Aku mencubit teddy bear kecil pemberian Azrafa. Mungkin aku memang sudah gila.
Terlalu sibuk berbincang dengan teddy, aku tidak tahu kalau aku menyeberangi jalan di saat yang tidak tepat.
Set!
Tubuhku berputar karena ditarik seseorang, membuatku terjembab dalam pelukannya.
“Kamu baik-baik aja, kan?” Suara lembutnya tidak asing.
“Mmm…ya.”
Nah, sekarang aku merasa deja vu.
Sadar akan posisi kami yang menarik perhatian, aku segera menjauh.
“Maaf,” gumamnya gugup.
Aku juga gugup. Ada apa ini?
“Kamu apa kabar, Na?”
Aku terkejut ketika mendengar pertanyaannya. Dia mengenalku?
“Ba-baik. Kamu?”
Kenapa aku jadi SKSD? Kemana Nuna yang cuek dan nggak manis?
Cowok itu tersenyum manis. Kemudian menyodorkan sekotak kado dan sebuket mawar putih.
“Happy birthday, Nuna Felicia,” katanya membuatku terperangah. Bahkan aku tidak ingat kalau sekarang adalah ulang tahunku.
“Aku Azrafa Michael.”
Aku memeluknya tanpa membuang waktu.
Sumber : http://reyuniadelina02.wordpress.com/2014/06/06/cerpen-5-pengagum-rahasia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar